(213.C.0002)
Mafni Yulianingsih
(213.C.0004)
(213.C.0006)
Ati Wulandari
(213.C.0008)
Siti Rohimah
(213.C.0013)
Lia Setiawati
(213.C.0015)
(213.C.0019)
Dimas Pratama
(213.C.0020)
(213.C.0022)
Muamar
(213.C.0027)
Nuryadi
(213.C.0028)
Ely Ferdiana
(213.C.0029)
Rina Maryatiana
(213.C.0031)
Agnes Acida
(213.C.0034)
Nelly Sulvassamawati
(213.C.0036)
(213.C.0042)
(213.C.0043)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny.M dengan Gangguan
Sistem Reproduksi Akibat Atonia Uteri. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi pada Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon.
Selama proses penyusunan laporan ini penyusun tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,
spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang
ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Ns. Dwiyanti Purbasari, S.Kep., M.Kep yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan dalam penyusunan laporan ini sekaligus sebagai
dosen pengampu Mata Kuliah Sistem Reproduksi.
2. Ibunda dan ayahanda kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar
kami yang telah memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa
moril maupun materi lainnya.
3. Sahabat dan rekan STIKes Mahardika, khususnya Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT. membalas baik budi dari semua pihak yang telah
berpartisipasi membantu penyusun dalam menyusun laporan ini. Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, untuk itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Penyusun berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin
Wassalamualaikum wr.wb.
Kelompok B
ii
DAFTAR ISI
i
iii
iv
v
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
Tujuan .......................................................................................................... 2
Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II Tinjauan Teori
Definisi ......................................................................................................... 3
Anatomi fisiologi ......................................................................................... 3
Etiologi ......................................................................................................... 25
Patofisiologi ................................................................................................. 28
Manifestasi Klinik ........................................................................................ 29
Komplikasi ................................................................................................... 30
Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 30
Penatalaksanaan ........................................................................................... 31
Konsep Nursing Care Plan .......................................................................... 44
BAB III Pembahasan Kasus
Pengkajian .................................................................................................... 68
Analisa Data ................................................................................................. 74
Diagnosa ....................................................................................................... 81
Nursing Care Plan ....................................................................................... 81
Analisa kesenjangan teori dan kasus ............................................................ 93
BAB IV Penutup
Simpulan ...................................................................................................... 94
Saran ............................................................................................................. 95
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Nama Tabel
Halaman
1.
2.
35
45
3.
50
4.
63
5.
68
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Nama Gambar
Halaman
1.
Genital Eksterna
2.
Genital Interna
3.
Anatomi Payudara
10
4.
32
5.
33
6.
34
7.
34
8.
35
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Sarwono, 2009).
Kematian ibu dapat terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Perdarahan hebat
adalah penyebab yang paling utama dari kematian ibu di seluruh dunia.
Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami
perdarahan postpartum, namun akan menderita akibat kekurangan darah
yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan (Yanti, 2010.).
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama
kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan
infeksi (11%). Penyebab utama terjadinya perdarahan merupakan faktor
utama kematian ibu (Depkes, 2010).
Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan belum dapat
turun seperti yang diharapkan pemerintah. Menurut laporan BKKBN pada
bulan Juli 2005, AKI masih berkisar 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Pemerintah sebenarnya telah bertekad untuk menurunkan AKI dari
390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1994) menjadi 225 per 100.000
pada tahun 1999, dan menurunkannya lagi menjadi 125 per 100.000 pada
tahun 2010 (Prahardina, 2009).
B.
Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus Atonia
Uteri yang meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus klien dengan Atonia
Uteri dan analisa kesenjangan teori dan kasus.
C.
Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep teori dan kasus mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan Atonia Uteri serta kesenjangan antara
teori dengan kasus tersebut.
2. Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
D.
Manfaat
Manfaat penyusunan laporan ini sebagai tambahan pengetahuan
mengenai konsep teori, proses asuhan keperawatan dengan gangguan Atonia
Uteri agar dapat di aplikasikan dengan baik dilahan praktik maupun
dimasyarakat untuk kedepannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
`1
A.
Definisi
Atonia uteri didefinisikan sebagai kegagalan miometrium untuk
berkontraksi secara memadai setelah kelahiran. Kekuatan dan keefektifan
kontraksi miometrium sangat penting untuk menahan pendarahan. Namun
pada atonia uteri sebaliknya, rahim lunak dan lembek dengan adanya
perdarahan yang berlebihan dari saluran kelamin. (Lim, Pei Shan, 2012).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setalah bayi dan plasenta lahir, (Taber, 2010
dalam Perdana, Abduh Halim. 2013).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir, (Sarwono, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa atonia
uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim setelah kelahiran
sehingga uterus tidak mampu menutup perdarahan dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
B.
Anatomi
1.
d. Labiya minora
Merupakan
lipatan
jaringan
tipis
dibawah
labiya
trauma.pada
dinding bagian
dalam
terdapt
kelenjar
kulit,terletak
antara introitus vagina dan anus. Jaringan otot ini juga menopang
panggul dan menjaga panggul tetap pada tempatnya. (Tarwato,
2009).
5
2.
a. Vagina
Merupakan saluran muscular elastis mulai dari vestibulum
sampai dengan serviks. Terletak anatar kandung kemih,urethra dan
rectum.pada dinding vagina terdapat otot polos dan epitel skuamosa.
Keadaan dinding vagina makin menebal sesuai dengan bertambhnya
usia.pada daerah vagina tidak memiliki kelenjar,tetapi dilumasi oleh
cairan servik. Cairan vagina bersifat asam dengan PH sekitar 4,5
sehingga berfungsi mencengah pertumbuhan bakteri. Tingkat
keasaman cairan vagina dipengaruhi oleh hormon estrogen cairan
menjadi lebih asam, tetapi pada massa sebelum pubertas dan
menopause cairan vagina menjadi basa. (Tarwato, 2009)
Vagina mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebgai tempat
pengeluaran cairan atau darah menstruasi,tempat penyaluran sperma
pada saat hubungan seks untuk masuk ke uterus dan merupakan
6
fertilisasi,
menyediakan
tempat
yang
nyaman
untuk
bagian
yaitu
infundibulum,
ampula,
isthumus,
dan
tuba
fallopi
adalah
menangkap
sel
ovum,
Struktur Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di
bawah
kulit,
di
Fungsi
dari
payudara adalah
Papilla atau
puting,
yaitu
bagian
yang
menonjol
di puncak payudara.
9
dan pembuluh
Aciner,
yaitu
15-20 lobuspada
jaringan lemak,
darah. Lobulus,
yaitu
ASI
sel plasma,
kumpulan
berkumpul
dsalurkan
10
Fisiologi
11
ovarium
wanita.
Pelepasannya
periodik
waktu
paruh
oleh
kelnjar
payudara.
Diovarium
prolaktin
ikut
jika
kadarnya
berlebihan
dpat
terjadi
gangguan
cara
sengaja
mengontraksikan
otot-otot
abdomennya
yang
baru
terbentuk
disisipkan
membran
plasma
c. Oksitosin
18
dari
bulan
ketiga
kehamilan,
di
mana
tubuh
wanita
c. Pengaruh hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi
hormone yang menstimulasi munculnya ASI dalam system payudara.
(Jannah, 2012).
Proses bekerjanya hormon dalam menghasilkan ASI adalah
sebagai berikut.
1) Saat bayi menghisap, sejumlah sel syaraf di payudara ibu
mengirimkan pesan ke hipotalamus. (Jannah, 2012).
2) Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas rem penahan
prolaktin. (Jannah, 2012).
3) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan
kelenjar pituitary merangsang kelenjar-kelenjar susu dipayudara
ibu. (Jannah, 2012).
Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI
adalah sebagai berikut:
1) Progesterone: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
Kadar progesterone dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besarbesaran. (Jannah, 2012).
2) Estrogen: menstimulasi system saluran ASI untuk membesar.
(Jannah, 2012).
3) Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoli pada masa
kehamilan. (Jannah, 2012).
4) Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.
(Jannah, 2012).
21
3) Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Fase ini dinamakan Laktogenesis III. (Jannah, 2012).
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara
akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan demikian,
produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, juga seberapa sering payudara di kosongkan.
(Jannah, 2012).
4) Proses produksi air susu
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam
hormone. Pengaturan hormone terhadap pengeluaran ASI dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Produksi air susu ibu (prolaktin)
Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu
hormone yang disekresi oleh gandula pituitary. Hormone ini
memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI, kadar
hormone ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormone ini
dihambat oleh hormone plasenta. Dengan lepas atau keluarnya
plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan
progesterone berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat
dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar
prolaktin akan menghambat ovulasi, dan dengan demikian juga
mempunyai fungsi kontrasepsi. (Jannah, 2012).
Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua reflex yang
masing-masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran
air susu, yaitu:
23
1. Refleks prolaktin
Menurut (Jannah, 2012) Pada ibu yang menyusui,
prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti:
a. Stress atau pengaruh psikis
b. Anestesi
c. Operasi
d. Rangsangan putting susu
e. Tabungan kelamin
f. Obat-obatan trangulizer hipotalamus seperti reserpin,
klorpromazin,dan fenitiazid.
2. Refleks let down
Menurut
(Jannah,
2012)
Faktor-faktor
yang
24
ini
akan
menyebabkan
sel-sel
miopitel
(sel
Etiologi
Mengidentifikasi wanita yang berisiko atonia uteri sangat penting
untuk memungkinkan optimalisasi dan langkah-langkah pencegahan yang
harus diambil. Oleh karena itu, rencana persalinan harus diatur dengan baik
dan rujukan yang tepat harus dilakukan. Faktor risiko yang berhubungan
dengan atonia uteri tercantum sebagai berikut, (Lim, Pei Shan, 2012):
1.
Kehamilan ganda
Kehamilan kembar adalah salah satu kehamilan dengan 2
janin lebih. Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar
dari pada kehamilan tunggal, karena sering terjadi anemia, pre
25
Polihidramnion
Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air
ketuban lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter.
Polihidramnion berpotensi terjadi atonia uteri yang berakibat pada
pendarahan post partum karena peregangan uterus yang berlebihan,
(Hanifa, 2005 dalam Moedjiarto, 2011).
c.
Makrosomia janin
Bayi besar (makrosomia) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahir pada saat persalinan lebih dari 4000 gram. Bayi besar
ini dapat menyebabkan perdarahan post partum karena uterus
meregang berlebihan dan mengakibatkan lemahnya kontraksi
sehingga dapat terjadi perdarahan post partum. (Supa., Sofia.,
2013).
d.
Paritas
Paritas merupakan suatu istilah menunjukkan jumlah
kehamilan bagi seorang wanita yang melahirkan bayi yang dapat
hidup pada setiap kehamilan
2.
Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan
cara-cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan
dengan jalan merangsang timbulnya his. (Sinclair, 2010 dalam
Sumarni, 2014).
Komplikasi dapat ditemukan selama peaksanaan induksi
persalinan maupun setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat
ditemukan antara lain: antonia uteri, hiperstimulasi, fetal distres,
prolap tali pusat, rupture uteri, solutio plasenta, hiperbilirubinemia,
hponatremia, infeksi intra uterin, perdarahan post partum, kelelahan
ibu dan krisis emosional, serta dapat meningkatkan pelahiran
26
Persalinan lama
Persalinan lama dapat menyebabkan kelelahan. Bukan
hanya rahim yang lelah cenderung berkonsentrasi lemah setelah
melahirkan. Tetapi juga ibu yang keletihan kurang mampu bertahan
terhadap kehilangan darah, (Oxorn, 2003, dalam Moedjiarto, 2011).
c.
post-partum
meninggalkan
plasenta
disitu,
Faktor intrinsik
a.
b.
Usia> 35 tahun
Umur reproduksi yang optimal adalah 20-35 tahun, di
bawah dan diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko dalam
kehamilan dan persalinan. Pada wanita usia muda organ-organ
reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan
belum bersedia menjadi ibu sehingga kehamilan sering dengan
27
20-35
tahun
karena
kemungkinan
persalinan
lama,
Patofisiologi
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka
tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan
darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan
kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor
utama penyebab perdarahan pasca persalinan. Perlukaan yang luas akan
menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perineum
(Manuaba, 2008).
Penyebab terjadinya perdarahan pasca persalinan yaitu atonia uteri
dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah
yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta,
maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/menit dari bekas
tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka miometrium
akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot
tadi (JNPK/ Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, 2007).
Miometrium berkontraksi dan serat-serat ototnya memendek
(retraksi). Kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan penekanan dan
sumbatan perdarahan yang berasal dari arteri serta vena spiralis maternal.
Kegagalan miometrium untuk berkontraksi dan beretraksi secara adekuat
atau atonia uteri setelah persalinan menyebabkan perdarahan postpartum.
Perdarahan dari uterus dan jalan lahir pada saat kehamilan akibat trauma
atau adanya sisa plasenta menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah
28
yang lebih banyak di bandingkan saat tidak hamil. (Smith, 2012 dalam tesis
amanda, larissa).
Pada perdarahan karena atonia, uterus membesar dan lembek pada
palpasi, sedangkan pada perdarahan akibat perlukaan, uterus berkontraksi
dengan baik. Dalam hal uterus berkontraksi dengan baik perlu diperiksa
lebih lanjut tentang adanya dan dimana letaknya perlukaan dalam jalan
lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok
yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2005).
E.
Manifestasi Klinis
Menurut Lia yulianti ( 2010 ).
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
2. Perdarahan post partum.
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan
darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai
gumpalan, hal ini terjadi karena trombokplastin sudah tidak mampu lagi
sebagai anti pembekuan darah.
3. Konsistensi rahim lunak.
Gejala ini merupakan gejala terpenting atau khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
4. Pada palpasi, meraba Fundus Uteri diserti perdarahan yang memancur
dari jalan lahir.
5. Fundus uteri naik.
6. Terdapat tanda-tanda syok
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih).
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg.
c. Pucat.
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap.
e. Pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih.
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran.
29
Komplikasi
Komplikasi pada atonia uteri yaitu perdarahan post partum primer (>
500 cc) yang dapat mengakibatkan syok yang berat, dapat terjadi komplikasi
lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung
berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan
intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ-organ seperti
gagal ginjal mendadak (Lubis, 2011).
G.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium
a.
b.
c.
d.
e.
Fibrinogen level : kadar fibrinogen sering meningkat sehingga 300600 mg/dl pada kehamilan. Nilai normal atau kadar yang rendah
memungkinkna sesuatu koagulopati (Dyne PL,2012 ).
f.
g.
30
Pemeriksaan radiologi
a.
laboratorium
atau
radiologi
dapat
dilakukan.
Ultrasonografi
Secara umum,ultrasonografi pelvik (trans abdominal/trans
vaginal ) sangat membantu untuk melihat adanya sisa plasenta
yang besar,hematoma,atau abnormalitas intrauterin yang lainya.
Sisa plasenta dan hematoma dapat terlihat identik,namun dapat
dibedakan antara satu lainya dengan menggunakan Doppler USG
dimana hematoma tampak avaskule sedangkan pada sisa plasenta
dapat terlihat
d.
H.
Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
Menurut Karkata (2009), banyaknya darah yang hilang akan
mempengaruhi keadaan klien. Klien bisa masih dalam keadaan sadar,
sedikit anemis, atau sampai syok hipovolemik berat. Perdarahan yang
31
lebih dari 1000 ml atau bahkan lebih dari 1500 ml (20-25% volume
darah) akan menimbulkan gangguan vaskular hingga terjadi shock
hemoragik sehingga tranfusi darah diperlukan (Ramanathan &
Arulkumaran, 2006). Tindakan pertama yang dilakukan bergantung pada
keadaan kliniknya. Pada umumnya dilakukan secara simultan (bila klien
syok) hal-hal sebagai berikut:
a. Sikap Trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan
oksigen. (Karkata, 2009).
b. Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara :
32
34
dengan
cara
ini
belum
berhasil
menghentikan
perdarahan dilakukan.
f. Histerektomi supravaginal
g. Histerektomi total abdominal.
2. Farmakologi
Pemberian obat uterotonika :
a. Oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara intramuscular,
intravena, atau subcutan.
b. Memberikan derivat prostaglandin F2 (carboprost tromethamine)
yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi,
mual, muntah, febris, dan takikardia.
c. Pemberian misoprostol (800 - 1.000 g) per-rektal.
Tabel. 1 Jenis uterotonika dan cara pemberiannya
Jenis dan
Oksitosin
cara
Ergometr
Misoprostol
in
Dosis dan
IM atau
cara
IV
400ug dapat
pemberian
(lambat)
diulang
IM: 10 IU
0,2mg
Dosis
Ulangi 0,2
lanjutan
mg IM
dengan 40 tetes/menit
setelah 15
sampai 1200ug
400 mg 2-4
jam setelah
35
menit
Dosis
Maksimal
larutan dengan
per hari
Oksitosin
Kontra
Pemberian IV secara
indikasi
dosis awal
Preeklamp
Nyeri kontraksi
sia,
Asma
vitium
cordis,
hipertensi
(Sumber : Departemen Kesehatan Indonesia, 2007).
Macam-macam uterotonika menurut Rukiyah (2010), antara lain:
1.
Oksitosin
Oksitosin pertama kali digunakan pada klinik oleh Sir Henry
Dale dan Sir Blair Bell pada tahun 1909, mereka juga menggambarkan
susunan efek farmakologinya, diekstraksi dar hipofisis. Pembuatan
sintesisnya pertama kali oleh Du viaugneud, Ressiar dan Trippet.
(Rukiyah, 2010).
Saat ini oksitosin digunakan secara luas sebagai peransang
uterus. Penggunaannya secara umum untuk induksi persalinan atau
perbaikan kontraksi uterus dan penanganan pendarahan pasca
persalinan. Oksitosin diproduksi dihipotalamus dan dieksresikan dari
kelenjar hipofise posterior secara pulsatif. Reseptor spesifik oksitosin
beradadi membrane sel, ditemukan pada miometrim dan payudara.
Oksitosin meransang kontraksi otot polos uterus dan kelenjar payudara.
Diduga pula oksitosin memungkinkan terjadinya persalinan dan
memegang peran penting pada ejeksi air susu. Waktu paruh 3-4 menit.
Masa kerjanya sekitar 20-30 menit, dimetabolisir dan degradasi oleh
36
merupakan
oktapepsida
yang
disintesis
pada
hormon
Farmakokinetika oksitosin
Oksitosin yang diberikan secara parenteral diinaktifasi oleh enzim
peptidase didalam plasma. Enzim ini selama kehamilan dihasilkan
oleh plasenta dan jaringan desidua dalam bentuk oksitotosinase
yang bersifat proteolitik (Rukiyah, 2010).
Oksitosin mempunyai waktu paruh singkat yaitu dalam beberapa
menit. Beberapa hasil penelitian menunjukkan waktu paruh
oksitosin 2,5-5 menit karena itu pemberiannya harus diulang untuk
mempertahankan kadarnya didalam plasma (Rukiyah, 2010).
Pengeluaran oksitosin yang terdapat dalam plasma berlangsung
cepat yaitu melalui ginjal dan hati (Rukiyah, 2010).
Cara kerja
Oksitosin yang beredar akan berefek bila terdapat reseptor
oksitosin pada membrane sel otot polos sehingga meransang
pelepasan sel yang akan menyebabkan kontraksi uterus. Oksitosin
terikat pada reseptornya pada sel membrane sel miometrium, yang
selanjutnya terbentuk siklin adenosine monofosfat (cAMP).
Oksitosin bekerja dengan menimbulkan depolarisasi potensial
membrane sel, sehingga terjadi penurunan nilai ambang listrik
membrane sel. Dengan terikatnya oksitosin pada membrane sel,
37
reticulum
sarkoplasmik untuk
2.
Misoprostol
Misoprostol merupakan suatu analog metilester prostaglandin E,
yang dibuat dan dipasarkan sebagai gastroprotektor. Obat ini berefek
menghambat sekresi HCL dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah
tukak saluran cerna yang diinduksi oleh obat-obat AINS. Obat ini
memiliki 4 streoisomer, larut dalam air, dapat memberikan efek
immunosupresif, menyebabkan vasodilatasi dan bertindak sebagai
uterotonika (Rukiyah, 2010).
39
Farmakologi
Prostaglandin E, berasal dari asam dihomo-linoleat (ADHL),
sedangkan prostaglandin E berasal dari asam arakidonat (AA),
keduanya dapat menyebabkan kontraksi otot polos. Baik AA
maupun ADHL disintesis oleh enzim fosfolipase A dari fosfolipid
membrane sel. Khasiat khusus dari PGE adalah mencegah tukak
lambung (Rukiyah, 2010).
Pada saat ini misoprostol dipasarkan sebagai obat sitoprotektif
untuk mencegah tukak lambung. Selain efek sitoprotektif pada
mukosa lambung dengan meningkatkan produksi mucus dan
bikarbonat. Misoprostol juga berpengaruh kepada otot polos uterus
dan serviks (Rukiyah, 2010).
Farmakokinetika misoprostol
Misoprostol sebagai stimulan myometrium bekerja dengan
mengikat reseptor E-2 dan E-3 prostanoid. Misoprostol merupakan
tablet putih yang larut dalam air serta stabil pada temperature
ruangan. Pada penggunaan oral akan di absorpsi dengan cepat dan
habis terlarut dalam waktu 1,5 jam. Misoprostol mengalami deesterifikasi menjadi asam misoprostol (misoprostolic acid), yang
merupakan zat aktif dalam ativitas kliniknya, dimana zat ini terikat
pada albumin serum. Selanjutnya akan mengalami oksidasi dan
reduksi menjadi analog prostaglandin dan diekresi lewat urin dan
lewat feses. 73 % radioaktivitas dari pemberian secara oral
dikeluarkan dalam urine dan 15 % dalam feses pada 24 jam
pertama. Dosis maksimal dicapai dalam 30 menit dan waktu paruh
20-40 menit dengan durasi efek selama 4 jam. Kira-kira 56% dari
total radioaktivitas yang dikeluarkan melalui urin dalam 8 jam
setelah pemberian. Misoprostol tidak diakumulasi dalam sel-sel
darah merah. Misoprostol dimetabolisme oleh system oksidasi
40
asam lemak (beta dan omega oksidasi) yang terdapat pada organorgan ditubuh. Absorbsi misoprostol cepat dan dapat dideteksi pada
sirkulasi dalam 2 menit, mencapai kadar puncak 12,5-60 menit dan
akan turun pada menit ke 120 (Rukiyah, 2010).
Pada pemberian perrektal, waktu paruhnya kurang dari 30 menit
dan puncak levelnya 15 menit. Efek bertingkat untuk mencapai
kadar maksimum pada 60-120 menit tetapi pada menit ke 240,
levelnya masih 60% dari puncak level. (Rukiyah, 2010).
Cara kerja
Misoprostol memiliki efek sitoproteksi (yang merupakan indikasi
terapi) dan efek samping diare, nyeri perut dan uterutonika. Efekefek ini terjadi berdasarkan kontak dari zat aktif dengan reseptor
secara topical dan sistemik pada organ-organ yang terkait. Obat ini
dipasarkan dalam bentuk ikatan kovalen yang dapat terhidrolisa,
sehingga pelepasannya terkontrol hanya pada suasana asam.
(Rukiyah, 2010).
Misoprostol menimbulkan efek antisekresi asam lambung, dengan
kompetisi apada ikatannya dengan reseptor prostaglandin sel
parietal. Juga menimbulkan edema pada submukosa dan mukosa
lambung, dilatasi daerah kelenjar lamina propia,mempercekil
foveola lambung, vasodilatasi pembuluh darah,menurunkan tinggi
dan luas epitel permukaan,pembengkakan rongga interseluler basal
dan meningkatkan luas mukosa. (Rukiyah, 2010).
Misoprostol bersifat agonis, antagonis atau keduanya terhadap
prostaglandin endogen mencegah pelepasan sitikin perusak
jaringan dan mediator peradanagn serta menjaga homeostasis.
Misprostol dalam kadar rendah (10-6 M) menekan stimulasi
interleukin (II-I,II-6,II-8), Tromboksan B2,
y-
interferon,produksi
kerja
misoprostol
untuk
pencegahan
++
(Rukiyah,
2010).
Intraceluler, peningkatan reseptor oksitosin, peningkatan actinmiosin sehingga terjadi kontraksi miometrium. (Rukiyah, 2010).
reaksi
alergi,
urology
(perbaikan
fungsi
pada
g peroral. Farmakokinetika
terhadap kontraksi
uterus
sama dengan
Kontra indikasi
Sampai saat ini tidak ditemukan kontraindikasi pemakaian
misoprostol, jika digunakan untuk pencegahan penanganan aktif
kala
III
persalinan
dalam
mencegah
perdarahan
pasca
persalinan(Rukiyah, 2010).
Misoprostol dapat merupakan kontraindikasi pada kehamilan
karena dapat menyebabkan abortus, hiperstimulasi pada uterus dan
dapat menyebabkan rupture uteri yang dapat menyebabkan
kematian pada bayi maupun ibu. Hal ini karena terjadi kontraksi
uterus melalui peningkatan hubungan kesenjangan (gap junction)
dan peningkatan kadar Ca intraceluler, peningkatan resptor
oksitosin, peningkatan actin myosin sehingga terjadi kontra
indikasi miometrium (Rukiyah, 2010).
Efek samping
Secara klinik efek samping yang ditimbulkan adalah diare, nyeri
perut dan uterotonika. Efek samping pada ibu berupa diare (13%),
sakit perut (7%), nausea (3,2%), flatulens (2,9%), sakit kepala
(2,4%), dispesi (2%), muntah-muntah (1,3%), konstipasi (1,1%),
vaginal spotting ( 0,7%), cramping (0,6%), menoragi (0,5%).
(Rukiyah, 2010).
3.
Metilergonovin maleat
43
dapat juga
menyebabkan nausea dan vornitus, obat ini tidak boleh di berikan pada
pasien dengan hipertensi. (Rukiyah, 2010).
I.
c) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh Klien
(focus pada salah satu hal yang menurutnya paling
mengganggu).
d) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama lebih lanjut dan lebih detail meliputi
sejak kapan keluhan mulai dirasakan, keluhan dirasakan
44
atau
menyebar
pneumokokus,
uji
tuberkulin
TB
terakhir),
Riwayat
infertilitas,
grand
multipara,
or induced), mola
f) Riwayat Perkawinan
Usia perkawinan, lama perkawinan, pernikahan ke- ,
jenis kelamin pasangan.
g) Riwayat Obstetri saat ini
Riwayat kehamilan, Persalinan, Abortus (Gravida,
Varitas, Abortus) GPA
h) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Tahun kehamilan dan persalinan, tipe persalinan,
penolong persalinan, jenis kelamin, BB lahir, keadaan bayi
waktu lahir, masalah kehamilan.
i) Pengalaman Menyusui
Pengalaman menyusui atau tidak, berapa lama
menyusui.
j) Riwayat Kehamilan Saat Ini
Berapa kalo diperiksa hamil, apakah pernah
mengalami masalah kehamilan
k) Riwayat Persalinan
Jenis persalinan (spontan; letkep/letsu)/ SC a/l,
tanggal, jam, jenis kelamin bayi (L/P, BB/PB .......... gram/
......... cm,A/S), perdarahan ......... cc, masalah dalam
persalinan.
l) Riwayat Ginekologi
Apakah mempunyai masalah ginekologi, riwayat
kontrasepsi (KB; jenis, lama pemakaian, efek samping).
b) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum, kesadaran (GCS), BB/TB kg/cm, tandatanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan), kepala,
leher, mata, hidung, mulut, telinga, masalah khusus, dada,
jantung, paru-paru, payudara, dada, putting susu, abdomen
46
R: rubor : ya/tidak
E: edema: ya/tidak
E: echimosis: ya/tidak
A: approximate: baik/tidak
tidur....lama....jam,
Masalah khusus.
Tingkat mobilisasasi
masalah khusus
baik/kurang/tidak,
Masalah khusus .
g) Keadaan mental
-
Adaptasi psikologis
masalah khusus...,
kemampuan menyususi,
obat-obatan,
h) Proses persalinan
-
Kala I ...jam
i) Nilai APGAR
-
Denyut jantung: Tidak ada (0) kurang dari 100 (1) lebih
dari 100 (2) jumlah....
j) Tindakan resusitasi......
k) Plasenta: berat .....
l) Tali pusat: panjang... Kelainan :....
m) Hasil pemeriksaan penunjang :
BB/TB ibu...............kg/........cm,
Persalinan di........................
Lahir tanggal:...........jam:..............
jenis kelamin...................
c) Nilai APGAR
-
Denyut jantung: Tidak ada (0) kurang dari 100 (1) lebih
dari 100 (2) jumlah....
d) Tindakan resusitasi......
e) Plasenta; berat .....
f) tali pusat:
-
panjang...
Ukuran.........................
kelaianan......
2) Pengkajian fisik
a) Umur...............hari...............jam
49
b) Berat badan......................
c) Panjang badan..................
d) Suhu....................................
e) Lingkar kepala................
f) Lingkar dada.....................
g) Lingkar perut....................
h) Kepala
Bentuk
Bulat
Kepala
lain-lain
Ubun ubun
Molding
Kaput
Cephalhematom
Besar
Mata
Kecil
Sutura
posisi ...............
Mulut
Kotoran
Perdarahan
Simetris
Hidung
Palatum mole
Paltum curum
Gigi
Lubang hidung
Leher
Keluaran
Pernafasan cuping hidung
Pergerakan leher
i) Tubuh
Warna
Pink
Pergerakan
Pucat
Sianosis
Kuning
Aktif
50
Kurang
Dada
Simetris
Asimetris
Retraksi
Seesaw
Telinga
posisi .....................
Bentuk ....................
Lubang telinga
Keluaran
Normal
Bunyi Nafas
Ngorok
Lain lain
Perut
Lembek
Kembung
Benjolan
Bising Usus ...... x/menit
Lanugo ............
Vernix ...............
Mekonium ..........
Punggung
Keadaan Punggung
Simetris
Plonidal Dimple
Asimetris
Kelainan
51
STATUS NEUROLOGI
Tendon
Moro
Rooting
Menghisap
Babinski
Menggenggam
Menangis
Berjalan
Tonus Leher
NUTRISI
Jenis Makanan
ASI
PASI
Lain-lain
ELIMINASI
GENETALIA
Laki-laki
Normal
Hypospadius
Epispadius
Testis ....................
Perempuan
Labia minora
Menonjol
Tertutup Labia Mayora
Keluaran .....................
Anus
Kelahiran ....................
52
EKSTREMITAS
Jari tangan
Kelainan ................
Jari Kaki
Kelainan .................
Pergerakan
Tidak aktif
Asimetris
Tremor
Rotasi paha
Nadi
Brachial
Femoral
Posisi
Kaki ..............
Tangan ............
53
1. Analisa Data
Tabel. 2 Analisa Data Berdasarkan Teori
Data
(Subjektif-Objektif)
DS :
Etiologi
ATONIA UTERI
Masalah keperawatan
Nyeri akut
Insertia Uteri
HIS Inadekuat
waktu tidur
Skala nyeri 6 (0-10)
Tanda-tanda vital :
Serviks Membuka
a. TD = 150/90 mmHg
Terlepasnya Vili Plasenta Dari Desidua
54
b. Nadi= 80 x/menit
c. Respirasi = 26 x/menit
Mencapai Kornudorsalis
Dipersepsikan Nyeri
NYERI AKUT
55
DS :
Atonia uteri
Intoleransi aktivitas
DO:
Keadaan umum lemah
keluarga.
Suplai Darah Kejaringan Menurun
Tanda-tanda vital :
a. Suhu = 36.00 C
Defisiensi Glukosa
b. TD = 150/90 mmHg
Inadekuat ATP
c. Nadi= 80 x/menit
d. Respirasi = 26 x/menit
56
INTOLERANSI AKTIVITAS
DS :
ATONIA UTERI
Perdarahan
dari vagina.
Perdarahan Masif Secara Berkala
DO:
Klien tampak lemah
Eritrosit Menurun
Hb 7,9 mg/dg
TD 100/80 mmHg
RESIKO PERDARAHAN
DS :
ATONIA UTERI
Risiko syok
58
kesadaran.
Klien terlihat perubahan tingkat
Resiko syiok
persadaran.
Urine yang sedikit (< 30 cc/ jam).
DS:
ATONIA UTERI
Defisit pengetahuan
DO:
DEFISIT PENGETAHUAN
59
2. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
agen
cedera selama
3 x 24 jam diharapkan
nyeri 1. Identifikasi
penurunan
tingkat
energi,
hasil:
60
Pain Control :
3. Evaluasi
dan
dokumentasikan
teknik
relaksasi.
Pain Level :
Mengontrol nyeri
Tidak meringis
Distraction
1. Instruksikan
klien
untuk
mempraktekan
tindakan
keperawatan:
teknik distraksi.
2.
Intoleransi
berhubungan
61
masalah sirkulasi.
Activitiy status
klien.
1. CTR normal
2. Hypotension
dalam
batas normal.
3. Konsultasi
dengan
tenaga
kesehatan
Ruik control
1. Dapat
4. Observasi
mengidentifikasi
faktor
tanda-tanda
gejala
hipoventilasi
resiko.
2. Dapat memonitor faktor resiko Respiratori monitoring
personal.
62
3.
risiko komplikasi
2. Monitor DDJ.
4.
selama 3 x 24 jam diharapkan syok klien 1. Pantau tanda-tanda dan gejala perdarahan
dapat berkurang dengan kriteria hasil:
persisten.
2. Pertahankan istirahat selama perdarahan
aktif.
63
Bleeding Reduction :
5.
Defisiensi
berhubungan
kurang pengetahuan.
64
Healt education
1. Mengetahuan
perubahan
fisiologis
2. Mengetahui
perubahan
tubuh
memilih
mengenai kontrasepsi.
pilihan
motivasi
untuk perilaku
sehat.
2. Menentukan
pengetahuan
kesehatan
tujuan
untuk
program
pendidikan kesehatan.
Healt system buidance.
1. Membantu pasien atau keluarga untuk
mengkoordinasikan perawatan kesehatan
dan komunikasi.
2. Menginformasikan
berbagai
jenis
pasien
fasilitas
tentang
kesehatan
65
dan
memfasilitasi
IUD,
sterilisasi
atau
66
67
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A.
Identitas Klien
Nama
: Ny. M
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Pengkajian
: 25 April 2016
Diagnosa Medis
: Atonia Uteri
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan, pusing
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan, pusing kepala dan merasakan nyeri pada
genitalia dengan skala 3
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Tidak terdapat dalam kasus
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat dalam kasus
c. Riwayat Persalinan
Persalinan terakhir dipimpin pada jam 12.25 WIB dan bayi keluar
adalah laki-laki pada jam 12.35 menit, jumlah darah 450 cc,
tekanan darah
Ibu
a. Keadaan Umum
Orientasi : Baik
69
: 90/70 mmHg
Nadi
: 99 kali/menit
Suhu
: 36o C
RR
: 24 x/menit
c. Antropometri
Berat badan saat ini
:-
Berat badan
:-
sebelum hamil
Tinggi badan
:-
LLA
:-
d. Sistem penglihatan
Anemis pada konjungtiva
e. Sistem pernapasan
Bunyi nafas vesikuler, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter.
f. Sistem Integumen
Terdapat striae dibagian bawah abdomen, robekan perineum 3
cm x 1 cm x 1 cm tidak beraturan ruptur perineum derajat 2,
terdapat 4 jahitan pada perineum, perineum tampak edema,
kulit berlumuran darah yang menempel pada pakaian bawah
dan perlak yang dipakainya.
g. Sistem kardiovaskular
Denyut jantung irreguler, denyut nadi irreguler, bunyi jantung
lub-dub tanpa bunyi tambahan, akral teraba dingin, berkeringat
seluruh tubuh. Hasil pemeriksaan CRT : 2 detik.
h. Sistem pencernaan
Tercium bau mulut, membran mukosa dan mulut kering.
70
i. Sistem perkemihan
Menggunakan pembalut yang berisi darah merah segar hingga
ke seluruh pakaian bawah, terdapat empat jahitan dan edema
pada perineum.
j. Sistem reproduksi
Mamae: areola kedua payudara tampak coklat kehitaman dan
datar, kedua payudara menegang tapi tidak ada sekresi
mamae.
Genitalia: terdapat pembalut yang berisi darah merah segar,
terdapat 4 jahitan pada perineum, tampak edema, anus utuh
k. Sistem persarafan
Tidak terdapat dalam kasus
l. Sistem muskuloskeletal
Akral teraba dingin, terpasang infus NaCl 0,9% sebanyak 20
tetes/menit dan RL sebanyak 16 tetes/menit di tangan kanan. 4
jari pemeriksa masuk pada bagian diatasis rektus abdominis.
1) Bayi A
-
BBL: 1950 gr
PB : 47 cm
APGAR Skor
a) Menit ke 1 : 4
b) Menit ke 5 : 8
2) Bayi B
-
BL : 2070 gr
71
PB : 45 cm
APGAR skor
a) Menit ke 1 : 4
b) Menit ke 5 : 6
9. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat dalam kasus
10. Terapi yang diberikan
Injeksi vitamin K dan Zalf mata pada kedua anaknya.
B. Penatalaksanaan
Menurut jurnal peneletian Chow seliana at al., yang berjudul The use of
nipple shields: a review, menjelaskan mengenai penatalaksanaan pada ibu
menyusui dengan payudara datar menggunakan Nipple Shield (perisai puting).
Nipple Shield ialah Perisai Puting berbahan silikon yang di tempatkan
tepat pada puting ibu sebelum menyusui. Perisai puting biasanya digunakan
pada ibu dengan puting datar ataupun kegagalan bayi dalam proses menghisap.
Selain itu digunakan pula pada puting yang sakit (karena lecet), bayi
prematuritas, asi berlebih, transisi bayi dari payudara ke botol ataupun indikasi
lain. (Chow, S., et.al, 2015).
73
1.
Analisa Data
Tabel. 4 Analisa Data Berdasarkan Kasus
Data-data
Etiologi
Masalah Keperawatan
(Subjektif Objektif )
DS :
Atonia uteri
Risiko syok
DO :
Tanda-tanda vital
Nadi Irreguler)
Curah jantung menurun
darah
yang
keluar
pada
Klien
teraba
akral
dingin
dan
Risiko syok
berkeringat banyak.
Abdomen lunak dan datar.
Diatasis rektus abdominis.
CRT 2 detik
Klien terpasang NaCl 0,9% sebanyak
20 tetes /menit.
Klien terpasang RL 16 tetes/menit
ditangan kanan.
Klien terpasang oksigen denggan nasal
kanul 2 liter.
DS :
Klien
Atonia uteri
merasakan
nyeri
pada
Nyeri akut
bagian
Insertia uteri
DO :
HIS inadekuat
teraba
akral
dingin
dan
berkeringat banyak.
Tanda-tanda vital
Serviks membuka
a. Respirasi : 24 x/menit.
b. Nadi : 99 x/menit.
c. TD : 90/70 mmHg
Dilatasi perineum berlebih
Disampaikan ke otak
76
Persepsi nyeri
Nyeri akut
DS :
Klien
Atonia uteri
merasakan
nyeri
pada
bagian
Insertia uteri
DO :
Robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm.
HIS inadekuat
striae
di
abdomen
yang
berwarna
kehitaman.
bagian
bawah
abu-abu
Serviks membuka
Atonia uteri
Risiko infeksi
Risiko infeksi
78
DS :
Atonia uteri
tambahan).
Bunyi Nafas Vesikuler.
Inadekuat ATP
Ketidakseimbangan hormonal
DO :
Areola
kedua
payudara
berwarna
ASI.
Dilatasi rongga duktus
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko syok berhubungan dengan hipoksia.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (ruptur perineum).
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ruptur perineum.
4. Risiko infeksi dengan faktor risiko perubahan integritas kulit.
5. Risiko intoleransi aktifitas berhubungan dengan masalah sirkulasi pada ibu.
6. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan anomali payudara ibu.
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Risiko syok
berhubungan
keperawatan selama 3 x 24
dengan hipoksia
NOC
NIC
Bleeding Precautions :
1. Pantau tanda-tanda dan
gejala perdarahan persisten.
Rasional
Bleeding Precautions :
1. Mengetahui tanda dan
gejala perdarahan yang
akan mungkin terjadi
81
kriteria hasil:
pada klien.
2. Pertahankan istirahat selama
perdarahan aktif.
Tekanan sistole
perdarahan
lebih banyak.
Tekanan diastole
meningkat.
terjadinya
meningkat.
2. Mengantisipasi
Bleeding Reduction :
1. Identifikasi penyebab
perdarahan.
Bleeding Reduction :
1. Menentukan
karakteristik,jumlah,
dan periode perdarahan.
2. Instruksikan klien
2. Mencegah terjadinya
melakukan pembatasan
keparahan perdarahan
aktivitas.
kepada klien.
82
Bleeding Reduction:
Uterus
Postpartum Uterus
1. Mencegah
terjadinya
peregangan
yang
berlebih pada
fundus
uteri.
2. Observasi karakterisktik dari
lochia (warna, gumpalan dan
volume).
2. Mengetahui
penatalaksanaan
yang
akan
lebih
diberikan
2.
Nyeri akut
berhubungan
keperawatan selama 3 x 24
3. Mencegah
komplikasi
pengawasan tentang
yang
maternal status
Relaxation Therapy :
1. Identifikasi penurunan
tingkat energi,
mengancam
Relaxation Therapy :
1. Mengetahui
umum
dan
keadaan
keadaan
83
biologis (ruptur
ketidakmampuan kosentrasi
perineum)
kriteria hasil:
pada klien.
2. Agar
(1-10)
klien
dapat
memahami
dan
mengetahui
tentang
relaksasi
yang
akan
dipilihnya.
3. Evaluasi dan
3. Mengetahui
sejauh
Mengontrol nyeri
dokumentasikan teknik
mana
Tidak meringis
relaksasi.
menerapkan
tekhnik
relaksasinya
yang
dipilih
klien
dan
bukti
dapat
sebagai
dokumentasi
keperawatan.
4. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat
analgetik.
4.
Distraction
Distraction
1. Mengetahui
apakah
mempraktekan teknik
diinstrusikan
perawat
atau
oleh
tenaga
kesehatan.
teknik
klien
melakukan
teknik
yang lain.
akan di lakukan.
4. Sebagai
4. Dokumentasikan tindakan
bukti
pendokumentasian
85
keperawatan: teknik
keperawatan.
distraksi.
3.
Kerusakan
Perineal Care
integritas jaringan
keperawatan selama 4 x 24
berhubungan
dengan ruptur
perineum
kriteria hasil:
membersihkan perineum
2. Jagalah perineum tetap kering.
Mengetahui pengendalian
2. Memberi kenyamanan
3. Mendukung keamanan
dan kenyamanan pada
4. Sebagai
4. Kolaborasi dengen tim medis
Dapat mengetahui
kesehatan umum.
Mampu mempertahankan
penyebaran infeksi
klien
infeksi
1. Mencegahterjadinya
pada klien
Perineal Care
sehingga
anti
nyeri
dapat
5.
1. Mengantisipasi
terjadinya
infeksi
2. Mengetahui
komplikasi
luka jahitan.
3. Memberi
3. Monitor tanda dan gejala dari
infeksi pada jahitan.
lebih
penatalaksanaan
lanjut
ada.
terjadi
infeksi
4. Mengetahui
jika
cairan
pengeluaran
meliputi
jumlah,
5. Mencegah
keparahan
lanjut
terjadinya
infeksi
lebih
pemulihan
87
membaik.
7. Ajarkan klien atau keluarga
klien cara perawatan luka
7. Agar
memandirikan
4.
Risiko infeksi
Skin Surveiuance
Skin Surveiuance
dengan faktor
keperawatan selama 4 x 24
risiko perubahan
integritas kulit.
perineum
Proses penyembuhan
Wond Care
perineum cepat
tanda infeksi
2. Mengetahui komplikasi dari
infeksi
3. Mandirikan
klien
untuk
Wond Care
1. Mengetahui
tanda-tanda
woundschine
88
2. Menerapkan
2. Berikan perawatan luka dengan
normal salin yang sesuai.
luka
dengan
prinsip steril
purulent.
perawatan
teknik
3. Mencegah
terjadinya
nosokomial
klien
dan
luka.
5.
Risiko intoleransi
Oxygen Therapy
aktifitas
keperawatan selama 4 x 24
1. Observasi
berhubungan
dengan masalah
Oxygen Therapy
tanda-tanda
gejala
hipoventilasi.
dan
terjadinya
hipoventilasi
2. Ganti nasal kanul dengan face
3. Konsultasi
dengan
2. Meningkatkan
O2
yang
dibutuhkan klien
Activitiy Status
CTR normal
tanda
gejala
1. Mengetahui
tenaga
3. Mencegah
terjadinya
89
Hypotension orthostatic
kesehatan
penggunaan
lainnya
mengenai
oksigen
selama
6.
komplikasi
yang
menimbulkan
gangguan
pernapasan
Ketidakefektifan
Lactation counseling
Lactation counseling
pemberian ASI
keperawatan selama 3 x 24
1. Mengetahui
berhubungan
jam diharapkan
dengan anomali
ketidakefektifan pemberian
payudara ibu
cairan.
2. Mengetahui
adanya
ke
klien
agar
Payudara mampu
menyimpan ASI
berkonsultasi dengan
yang efektif
mastitis.
Knowledge: breastfreeding
kemampuan
lahir
hasil:
akan
Klien mengetahui
4. Merangsang
terjadinya
manfaat ASI.
5. Membantu
memahami
klien
agar
penggunaan
terpenuhi.
nipple
pada bayi
Adanya tanda-tanda
pasokan susu yang
memadai.
month)
1. Identifikasi pengetahuan klien
tentang pemenuhan nutrisi pada
bayi.
2. Instruksikan klien dan keluarga
untuk pemberian ASI eksklusif.
shield
dalam
91
(Bluechek, G. M. Et al. 2014, Herdman, T. Heather. 2014, Moorhead, sue, et al. 2014)
92
dengan
kasus,
yaitu
pada
faktor
etiologi
atonia
uteri,
93
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari analisis kasus Ny. M dengan usia 39 tahun, didapatkan bahwa
Ny. M Mengalami pusing kepala dan merasakan nyeri pada genitalia dengan
skala 3 karena robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm tidak beraturan ruptur
perineum derajat 2, terdapat 4 jahitan pada perineum, perineum tampak
edema, karena terdapat darah yang menempel pada pakaian bawah dan
perlak yang dipakainya sehingga Ny. M menggunakan pembalut yang berisi
darah merah segar hingga ke seluruh pakaian bawah.
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. M pernah hamil dan 4 kali
melahirkan sebelumnya dengan persalinan spontan, menggunakan alat
kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari anak yang terakhir dilahirkan
sebelumnya. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan (90/70 mmHg, Nadi 99
x/menit, RR 36 x/menit, Suhu 360C). Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
Ny. M konjungtivanya anemis, denyut jantung irreguler, denyut nadi
irreguler, bunyi jantung lub-dub tanpa bunyi tambahan, akral teraba dingin,
berkeringat seluruh tubuh, CRT : 2 detik, bunyi nafas vesikuler, terpasang
oksigen nasal kanul 2 liter, terpasang infus NaCl 0,9% sebanyak 20
tetes/menit dan RL sebanyak 16 tetes/menit ditangan kanan, tercium bau
mulut, membran mukosa dan mulut kering, terdapat striae dibagian bawah
abdomen, areola kedua payudara tampak coklat kehitaman dan datar, kedua
payudara menegang tapi tidak ada sekresi mamae.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny. M mengalami kegagalan
miometrium untuk berkontraksi secara memadai setelah kelahiran sehingga
rahim lunak dan lembek dengan adanya perdarahan yang berlebihan dari
saluran kelamin dilihat dari data-data yang terdapat pada Ny. M
memperkuat bahwa Ny. M terdiagnosis dengan atonia uteri.
94
Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi setiap wanita hamil agar merencanakan dan
menjaga kehamilan dengan cara menentukan jarak anak, menenentukan
umur yang tepat untuk hamil menjaga pola nitrisi selama kehamilan serta
melakukan pemeriksaan rutin terhadap kehamilan (ANC) sehingga atonia
uteri dapat diminimalisir angka kejadiannya.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami dan menganalisis kasus yang diberikan dosen
sehingga diharapkan mahasiswa mampu memberikan 5 konsep
keperawatan pada klien saat dilapangan atau dilahan praktik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengetahuan dalam
menganalisis kasus yang saat ini banyak masalah dalam kalangan
masyarakat mengenai kesehatannya.
4. Bagi Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan selalu meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilannya sesuai dengan kemajuan IPTEK. Diharapkan juga
sebagai petugas kesehatan agar mampu dalam mengatasi masalah yang
saat ini sedang dihadapi oleh banyak masyarakat mengenai gangguan
kesehatannya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, larissa. 2013. Hubungan antara faktor risiko perdarahan dengan kejadian
perdarahan postpartum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2012. Tesis:
Universitas sebelas maret, http://eprints.uns.ac.id/id/eprints/21418
Amriadi. 2012. Analisis Faktor Resiko Terjadinya Perdarahan pada Ibu Bersalin di Rumah
Sakit Umum dr. Fauziah ireuen, Kabupaten Bireuen, Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
Tahun
2003.
USU
Institutional
Repository,
Bakri YN, Amri A, Abdul jabbar F. 2001. Tamponade-ballon for obstetrical bleeding Int J
Gynecol Obster, 74: 139-2.
Bickley, LS. 2009. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Edisi 8. Jakarta : EGC
Between Parity, Birth Weight Babies, And The Incidence Of Retained Placenta With Primary
Postpartum Hemorrhage. Jurnal Akbid Griya Husada, 2 (1)2013. http://jurnalgriyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%203.pdf Diakses pada tanggal 4 Mei
2016.
Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.
Danso D and Reginald PW. 2006. Internal Uterine Tamponade in A Textbook of Postpartum
Hemorrhage.
Ed
C.
B-Lynch
et
al.
Sapiens
Publishing
AvailableFrom:http://www.isuogmacau2011.com/assests/Uppload/aogm/PPHFiles/PPH-Chap-28.pdf
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Dyne PL, Workup in: Postpartum hemorrhage in Emergency Medicine clinical
presentation,May 2012 : diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/796785workup.
Jannah, nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan: kehamilan. Yogyakarta: CV Andi OF
SET
JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan KlinikKesehatan Reproduksi, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (JNPK-KR/POGI),
dan JHPIEGO Corporation.
Karkata, M.K. 2009. Perdarahan Pasca Persalinan Dalam : Ilmu kebidanan Edisi 4 cetakan
I. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 20102014. Jakarta.
Lowdermilk, Deitra Leonard., Perry, Shannon E., & Cashion, Kitty. 2010. Maternity Nursing.
8thed. United States of America: Wiley-Blackwell Publishing. Diakses dari :
https://books.google.co.id/books?id=A9XsAwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buk
u+ajar+keperawatan+maternitas&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q&f=true,
pada tanggal 12 Mei 2016.
Lim, Pei Shan. 2012. Uterine Atony: Management Strategies, Blood Transfusion in Clinical
Practice,
Dr.
Puneet
Kochhar
(Ed.)
InTech.
http://cdn.intechopen.com/pdfs-
Lubis, Ismail Khairi. 2011. Pengaruh Paritas Terhadap Perdarahan Postpartum Primer Di
RSUD
Dr
Pringadi
Medan
2007-2010.
USU.
http://
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26440
Moerdjiarto, Sarmini. 2011. Karakteristik Ibu yang Berhubungan dengan Perdarahan Post
Partum Di RB Medika Utama Wonokupang Balongbendo Sidoarjo Tahun 2009. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit: Hospital Majapahit, 3(1)2011.
http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view/88/78
Diakses
Perdana, Abduh Halim. 2013. Gambaran Kasus Perdarahan Postpartum Di RSUP Haji
Adam
Medan
Tahun
2009-2011.
USU.
Prahardina, dr. 2009. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta : GM.
St
Georges
Hospital
Medical
School,
London
UK.
2006.
http://www.ubccriticalcaremedicine.ca/academic/jc_article(Apr- 30-09).pdf.
Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi.4. Jakarta: Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, P. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sherwood, Lauralee.(2009). Fisiologi Manusia Dan Sel Ke Sistem Ahli bahasa : Brahm.U.
Jakarta : EGC.
Sumarni. 2014. Gambaran Induksi Persalinan Dan Out Come Di Rsu Muhammadiyah
Sumatera
Utara
Tahun
2013.
USU
Institutional
Repository,
Supa, Sofia. 2013. Hubungan Antara Paritas, Berat Bayi Lahir, Dan Retensio Plasenta
Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Primer Relationship.
Tarwoto. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media
Yulianti, lia. 2010. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta: Trans Info Media
Yanti. 2010. Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Wiknjosastro, H. 2005. Dalam ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjho
Faktor Resiko
Faktor OverDistensi
Faktor
Uterus
Persalinan
Faktor Interistik
Multiparitas
Polihidranion
Gemeli
Aktivasi Hormon
Akumulasi
Pembesaran
OksitosinYang
Amnion
Uterus Lebih
Berlebih
Makro Semia
Indikasi
Persalinan
Janin
Persalinan
Lama
Penurunan Fungsi
Hormonal Oksitosin
Bayi >400 gr
Hiperstimulasi
Persalinan >24
Oksitosin
jam
Penurunan
Dari Normal
Peningkatan
Hiperplasia
Endomatrium
Progresif
Regangan Dinding
Merangsang Otot
Tekanan Dalam
Kelemahan
Dari Normal
Kontraksi Uterus
Peningkatan
Metabolisme
Endometrium
ATP
Lebih Meregang
Penurunan
Peningkatan
Gangguan
Interaksi Aktin,
Kemunduran
Miosin
Progresif
Intertia Uteri
GapJunction
Gapjuction Sel
Menutup Perdarahan
Penurunan ATP
Miometrium
Terbuka
Terhadap Sel
Miometrium
HIS Inadekuat
Endomatrium
Kontraksi Uterus
Penurunan
Peningkatan
Gapjuntion Sel
CAMP
Miometrium
Gangguan Siklus
Endokrin Feto
Maternal
Perdarahan Post
Stimulasi
Timbul Retraksi,
Partum Primer
Hipofisis
Pembentukan
>500cc
Menurun
Segumen Bawah
Rahim
Menurun
Kontraksi dan
Peningkatan
Relaksasi
Dilatasi Ostium
Ketidakstabilan
Uterus Tidak
Serat Otot
Banyak Jaringan
Miometrium
Uteri
Hormon Oksitosin
Mampu Menutup
Miometrium
Ikat Pada
Berlangsung Lama
Retraksi
Endometrium
Penekanan dan
Sumbatan Arteri,
Perdarahan
Serviks
Penurunan
Retraksi Kontraksi
Menimbulkan
Kontraksi Uterus
Penurunan
Abnormal
Berlebih
Kontraksi Uterus
Miometrium
Hambatan
Penekanan Arteri
Penekanan Vena
Spinalis
Spinalis
Penutupan
Pembuluh Darah
Hambatan
Penutupan
Pembuluh Darah
Hambatan
Penutupan
Daya Regang
dan Robekan
Miometrium
Retraksi
Perdarahan Derajat
I-II
Penekanan
Pembuluh Darah
Perdarahan Post
Partum Primer
>500cc
Timbul Laserasi
Pembuluh Darah
Perdarahan Post
Perdarahan Post
Partum Primer
Perdarahan Post
Partum Primer
Hambatan
Partum Primer
>500cc
Penutupan
>500cc
Perdarahan Post
Partum Primer
Vena Spiralis
Maternal
Terbuka
Pembuluh Darah
>500cc
Perdarahan Post
Partum Primer
>500cc
>500cc
ATONIA UTERI
Insertia Uteri
Perdarahan Post
Kurang Pajanan
Partum Primer
Informasi
HIS Inadekuat
Perdarahan Masif
Penurunan Volume
Tidak Adanya
Secara Berkala
Sekuncup
Tindakan
Segimen Bawah
Penurunan Volume
Curah Jantung
Uteri
Darah Efektif
Menurun
Pembentukan
Serviks Membuka
Eritrosit Menurun
Defisiensi
Kejaringan Menurun
Glukosa
Mukosa Pucat,
Konjungtiva Anemis,
Ketidakstabilan Vital
Melekat
Kelemahan
Sign
Plasenta Dari
Desidua
RESIKO
PERDARAHAN
PENGETAHUAN
Suplai Darah
Terlepasnya Vili
DEFISIT
Inadekuat ATP
Mengganggu Sinyal
RESIKO SYOK
Aktivasi Mediator
Kimia : PG
Mekanisme Tubuh
Stimulasi Serabut
Mudah Lelah
Saraf Afferen
INTOLERANSI
Mencapai
Kornudorsalis
Melewati Medula
Oblongata
Diteruskan Ke
Ruang Serebri
Dipersepsikan
Nyeri
NYERI AKUT
AKTIVITAS
Faktor Risiko :
FAKTOR OVER
DISTENSI
UTERUS
FAKTOR INTRINSIK
Multi paritas
Penurunan stimulasi
oksitosin
Ketidakseimbangan
hormonal
Akumulasi ASI di
duktus Lactiferus
Penurunan fungsi
hormonal
oksitosin
Penekanan ruang
duktus
Dilatasi rongga
duktus
Penurunan progresif
endometrium
Kontraksi uterus
mengalami penurunan
Kemunduran progresif
endometrium
Gangguan siklus
endokrin feto maternal
Kehamilan ganda
Pembesaran uterus
> normal
Hiperplasia
endometrium
Gangguan interaksi
aktin miosin
KETIDAK EFEKTIFAN
PEMBERIAN ASI
Hambatan penururnan
pembuluh darah
Hambatan penutupan
pembuluh darah
ATONIA UTERI
Inserta uteri
HIS inadekuat
Perdarahan masih
secara berkala
Pembentukan
segmen bawah uteri
Penurunan volume
darah efektif
Penurunan volume
sekuncup
Serviks membuka
Eritrosit munurun
Tekanan
meningkat daerah
Dilatasi perineum
berlebih
Perdarahan post
partum
Hb menurun
Curah jantung
menurun
Suplay darah ke
jaringan menurun
Ketidak stabilan
vital sign
Ruptur perineum
derajat II
Aktivasi mediator
kimia (PG)
Stimulasi serabut
saraf afferen
Stimulasi serabut
saraf afferen
Timbul Laserasi
Terbuka
KERUSAKAN
INTEGRITAS JARINGAN
Defisit perawatan
luka
Media mikroorganisme
patogen
Defisiensi
glukosa
RESIKO SYOK
Inadekuat
ATP
Mengganggu sinyal
elektis dari otak ke otak
Otot menjadi
kelelahan
Mekanisme tubuh
mudah lelak
Disampaikan ke otak
Persepsi nyeri
NYERI AKUT
Mengganggu wound
healing
RESIKO INFEKSI
RESIKO INTOLERANSI
AKTIVITAS
Review
published: 16 October 2015
doi: 10.3389/fpubh.2015.00236
1
3
Edited by:
Frederick Robert Carrick,
Carrick Institute, USA
Reviewed by:
Susan Elizabeth Esposito,
Life University, USA
Linda Mullin Elkins,
Life University, USA
*Correspondence:
Sren Ventegodt
ventegodt@livskvalitet.org
Specialty section:
This article was submitted to Child
Health and Human Development,
a section of the
journal Frontiers in Public Health
Received: 01September2015
Accepted: 30September2015
Published: 16October2015
Citation:
ChowS, ChowR, PopovicM,
LamH, MerrickJ, VentegodtS,
MilakovicM, LamM, PopovicM,
ChowE and PopovicJ (2015) The
use of nipple shields: a review.
Front. Public Health 3:236.
doi: 10.3389/fpubh.2015.00236
INTRODUCTION
The immunologic and anti-infective properties of breast milk are advantageous to babies, particularly high-risk premature infants (1). Moreover, breastfeeding establishes important emotional and
bonding experiences for the motherinfant dyad (2).
Since breastfeeding confers benefits to both mothers and infants, it is necessary to promote
breastfeeding and mitigate barriers that may prevent its success and/or lead to early breastfeeding
Chow et al.
Results
3932
27184
3 exp Lactation/
34007
33377
119
59
7 (4 or 5) and (1 or 2 or 3)
48
8 6 or 7
78
68
Search Statement
Results
1 exp nipple/
7195
38647
3 exp lactation/
44159
1740
143
40250
132
77
10 8 or 9
183
151
Search Statement
Results
277
1868
1045
METHODS
7 (4 or 5) and (1 or 2 or 3)
8 6 or 7
12
11
Search Statement
1 exp Nipples/
Selection Criteria
Chow et al.
Search
ID#
Search Terms
Search Options
Results
S8
TX (nipple N3 shield*)
31
S7
S6
813
S5
536
S4
404
S3
(MH "Lactation")
1,660
S2
12,379
S1
(MH "Nipples")
459
research on nipple shield use for anything other than breastfeeding (e.g., delivery system for antiviral agents preventing HIV
transmission, reconstructive surgery, cancer treatment) were
excluded.
RESULTS
The literature search yielded 261 articles, of which 68 were from
MEDLINE, 151 from EMBASE, 11 from Cochrane Central,
and 31 from CINAHL. Of those, 31 articles were identified for
full-text review as specified by the inclusion criteria; 17 of the 31
articles were rejected after full-text review. Some of the reasons
for exclusion were the lack/absence of relevant information
regarding breastfeeding outcomes with nipple shield use as well as
editorials and case reports. Of the 14 remaining articles (24, 7, 9,
10, 1214, 1620), three reported on physiological responses (9,
10, 12), two reported on premature infants (2, 16), eight reported
on mothers experiences (3, 4, 7, 13, 14, 1719), and one reported
on health professionals experiences (20).
Physiological Responses
Chow et al.
Study population
Methods
Outcomes
Auerbach
(12)
2
5 women with wellestablished lactation courses
and thriving infants
Women who were pumping
their breasts during/in
anticipation of employmentrelated absences
E
ach study subject participated in 2
different pumping sessions
1 session involved 3 separate
pumping periods on the right breast,
each separated by a 5-min resting
period
The same was done on the left
breast for the other session
Pumping regimens consisted of 3
consecutive 5-min periods per breast
Without nipple shield
With old design of shield
With new design of shield
Milk was pumped from the breast by a
standard size, high-quality, intermittent
electric pump
P
umping without a shield resulted in mean volumes 6 times
greater than when the old shield was used and 4 times greater
than when the new shield was used
The new shield appeared to negatively affect milk volume slightly
less than the old shield
17 versus 12% of overall volume
Woolridge
etal. (9)
Inclusion criteria
Trouble-free lactation
Age of babies to be
58days, inclusive
Mexican Hat
16 motherinfant dyads
Thin latex
18 mother-infant dyads
M
ilk intake was assessed from the
babys weight gain
Measured by test weighing
Sucking patterns were determined by
filming the mouth of the baby during
the feed
g, grams.
frequency and pauses were observed when using the thin latex
nipple shield (9) (Table1).
Premature Infants
Chow et al.
Clum and Primomo (2) performed chart reviews for 15 premature infants who were neonatal intensive care unit (NICU)
patients and whose mothers intended to breastfeed. In order
to investigate the effect of nipple shield use on milk transfer,
the infants prescribed amount of feeding was compared to
their actual intake, which was measured by test weights. It was
identified that health professionals usually recommended nipple
shields if the neonate had difficulty latching for an average of
5days. The average gestational age at first nipple shield use was
34.9weeks, ranging from 33 to 39weeks. Using a nipple shield,
nine infants (60%) consumed 50% or more of the prescribed
feeding amount, and six infants consumed between 13 and 28%
of the prescribed feeding amount. Therefore, the majority of
patients obtained at least half of the prescribed feeding amount
during their first nipple shield use, which is an acceptable
amount for preterm babies transitioning from gavage to breast/
bottle-feeding (2) (see Table2).
Meier et al. (16) performed a retrospective analysis of data
for 34 premature infants who were NICU patients and whose
mothers had used nipple shields to facilitate milk intake during
and/or after each infants stay in the NICU. This study examined
the effect of nipple shields on milk transfer and total duration of
breastfeeding. The volume of milk transfer, which was measured
by infant test weights, was compared for two consecutive breastfeeding (one with and one without the use of a nipple shield). It
was found that poor infant latch [21/34 (61.8%)], infants falling
asleep soon after being positioned at the breast [10/34 (29.4%)],
and maternal nipple discomfort [3/34 (8.8%)] were all reasons for
nipple shield use. When using the shield, all infants consumed
more milk than without nipple shields. The mean transfer of milk
without a shield was 3.9mL, compared to a mean of 18.4mL with
the shield, resulting in a 14.4mL difference. These infants used the
nipple shield for a mean duration of 33days, which was a mean of
24.3% of the total breastfeeding experience (16) (Table2).
Mothers Experiences
Study population
Clum and
15 premature infants
Primomo (2) P
atients at a NICU in South Puget
Sound
Mothers intended to breastfeed
Meier
etal. (16)
4 premature infants
3
Were hospitalized in 1 of 2 hospitals
during a 12-month period in
19971998
Mothers had used nipple shields to
facilitate milk intake during and/or
after each infants stay in a NICU
Methods
Outcomes
V
olume of milk transfer, measured by infant
test-weights, was compared for 2 consecutive
breastfeeding with and without the nipple shield
Total duration of nipple shield use and breastfeeding
were calculated
Reasons for nipple shield use were recorded
Chow et al.
Outcomes
Bodley and
Powers (7)
10 mothers
Chart reviews
Brigham (14)
5
1 clients of the Breastfeeding
Center at Evergreen Hospital
Were given a nipple shield in
1994
Infant population included
healthy, term infants, premature
infants, and infants with Down
syndrome
S
tudy subjects were interviewed
for an average of about 10min by
telephone
The following information was
documented
Reason for nipple shield use
Age of baby at first use
Length of use
Duration of breastfeeding (total
duration and duration after shield
discontinued)
Helpfulness of the shield
(Continued)
Study population
Author
Chow et al.
TABLE 3 | Continued
Study population
Methods
Outcomes
Chertok etal.
(18)
Part 1
32 breastfeeding motherinfant
dyads
Received support from lactation
consultants at Evergreen
Hospital or University of
Washington Medical Center
Inclusion criteria
Healthy postpartum women
Knowledge of English
Delivered by vaginal/
cesarean delivery
Had a healthy, full-term
(3742weeks) infant
singleton
Practiced exclusive
breastfeeding (no
supplementation)
or nearly exclusive
breastfeeding (minimal fluid
supplementation)
Had used/were still using
nipple shields
Part 2
5 motherinfant dyads
Had completed Part 1
Were in the process of weaning
from the nipple shield
Part 1
A structured, 1520min, maternal
nipple shield satisfaction telephone
survey
To examine
Maternal and infant demographics
Previous breastfeeding
experience
Current breastfeeding and
pumping experience
Nipple shield use
Infant feeding
Supplementation and use of
pacifier
Infant weight gain history
Part 2
A prospective within-subject design
Used maternal and infant
physiological outcomes to examine
maternal prolactin and cortisol levels
and infant test weights during 2
breastfeeding sessions with and
without the nipple shield
Hormone levels were analyzed by
collecting 3 blood samples
Immediately before
10min
20min after breastfeeding
commenced
Part 1
Reasons for nipple shield use
Infant reasons [16/32 (50%)]
Poor suck, poor latch, tongue displacement, etc.
Maternal reasons [12/32 (37.5%)]
Nipple pain, nipple trauma, breast engorgement, inverted/flat nipples, etc.
Both [4/32 (12.5%)]
Most women [26/32 (81.3%)] reported having no nipple pain with nipple shield use
Remaining women reported nipple soreness with use of the nipple shield
62.5% (20/32) of women reported no complications with nipple shield use
37.5% (12/32) of women reported that the nipple shield complicated breastfeeding
Types of complications
Nipple shield tended to fall off the breast (5/32)
Inconvenience (3/32)
Infant dependency on the shield (2/32)
Infant swallowed too much air (2/32)
Messiness (1/32)
Average length of shield use: 7.3days (range of 313days)
If they did not use the nipple shield
6 would terminate breastfeeding
6 would pump breast milk
16 would continue trying to breastfeed
4 expressed concerns over continued infant weight loss
Part 2
Maternal prolactin and cortisol levels for breastfeeding sessions with and without the nipple shield were not
significantly different
No significant differences in the mean prolactin levels
Levels significantly increased over time for breastfeeding with and without nipple shields
No significant differences in the mean cortisol levels
No significant change over time
Levels with and without nipple shields followed similar trends over time
No significant differences in maternal hormonal levels and infant breast milk intake for breastfeeding sessions
with and without nipple shields
(Continued)
Author
Chow et al.
TABLE 3 | Continued
Methods
Outcomes
Chertok (3)
5
4 motherinfant dyads
From 2 major cities in USA and
Israel
Inclusion criteria
Healthy mothers
Term, healthy infants
Experience with
breastfeeding
Experience using nipple
shields during the
postpartum period
Nicholson (13)
S
tudy population was divided
into 3 groups
NS
186 mothers
Seen by the hospital lactation
consultant before discharge
Were using nipple shields
No NS
636 mothers
Seen by the hospital lactation
consultant before discharge
Were not using nipple shields
PN
349 breastfeeding postnatal
mothers
Not seen by the lactation
consultant
(Continued)
Study population
Author
Chow et al.
TABLE 3 | Continued
Author
Study population
Methods
Outcomes
Pincombe etal.
(19)
3
17 women
Had given birth to their first
baby (at term) in a large
teaching maternity hospital
in Adelaide, South Australia,
between March and November
2003
Inclusion criteria
Women 18years of age
Primiparous
37weeks gestation
Intending to breastfeed
Able to understand and
communicate in both written
and spoken English
B
FHI Step 9 (giving no artificial teats/
pacifiers to breastfeeding babies)
was investigated during telephone
interviews
3 separate questions relating to
the use of nipple shields, pacifiers/
dummies, and bottle-feeds at
1week, 6weeks, 3months, and
6months postpartum
Participants were asked if they were
still breastfeeding, and if they were
breastfeeding fully (breast milk only)
or partially (formula and/or solids and
breast milk)
If baby had been weaned, the mother
was asked the age of her baby (to
the nearest week) when he/she was
weaned
4.2% of mothers used a nipple shield while in the postnatal ward, while 85.8% did not
1
Higher rate of weaning was found among mothers who used artificial nipples, including nipple shields,
compared to those who offered the breast exclusively
Breastfeeding duration was shorter for mothers who did not experience all of the BFHI practices (e.g., using no
artificial nipples including a nipple shield, feeding >1h of birth, receiving feeding assistance, giving only breast
milk to the infant, rooming-in) compared to those women who experienced all of these practices
Unadjusted hazard ratio for weaning is 2.1 times greater for babies whose mothers used nipple shields
compared with those who did not
1.6 times greater for babies offered dummies/pacifiers while in the postnatal ward
1.4 times greater for babies given a bottle feed
Increased hazard of weaning was found for mothers who were shown how to initiate breastfeeding by the
midwife
Breastfeeding on demand while in hospital had a significantly increased risk of weaning
Powers, Tapia
(17)
(Continued)
75% of mothers were already feeding with bottles (some exclusively) at consultation
Most common presenting problems
Breast refusal (69%)
Difficulty with latch (25%)
Sore nipples (6%)
50% of mothers had flat/inverted nipples
41% of mothers had breast engorgement upon presentation
Weaning of nipple shields
Initial crisis period (<6weeks) [12/32 (38%)]
After 6weeks [18/32 (56%)]
Fed human milk by bottle [2/32 (6%)]
both maternal and infant reasons [4/32 (12.5%)]. Overall, mothers were satisfied with nipple shields and attributed its use with
preventing early weaning (18) (Table3). This studys second part
used a within-subject design to evaluate maternal prolactin and
cortisol levels and infant test weights during two breastfeeding
sessions, one with and one without the nipple shield. The study
population included five maternalinfant dyads that had completed Part 1 and were in the process of weaning from nipple
shield use. Based on blood samples collected immediately before,
and 10 and 20min after breastfeeding started, maternal hormone
levels were not significantly different for breastfeeding sessions
with and without the nipple shield (prolactinp=0.88; cortisol p = 0.74). Similarly, there were no significant differences
in infant breast milk intake for breastfeeding sessions with and
without nipple shields (p=0.72). Therefore, nipple shields were
an effective intervention strategy that did not affect milk transfer
or hormone levels and could prevent early breastfeeding termination (18) (Table3).
Chertok (3) conducted another telephone survey in 2009,
which involved 54 maternalinfant dyads from the United States
of America and Israel, who had experienced nursing with and
without nipple shields during the postpartum period. Mothers
were surveyed at birth and 2 weeks, 1 month, and 2 months
postpartum in order to determine how nipple shield use affected
infant weight gain. Reasons for nipple shield use were mostly
maternally related (61%) but also sometimes infant related (39%).
Infant weight gain was similar for those using and not using nipple
shields at the 2-week survey (p=0.30 and p=0.16, respectively).
In total, 89.8% of mothers had a positive experience with nipple
shields and 67.3% credited the nipple shields for prevention of
breastfeeding discontinuation (3) (Table3).
Nicholson (13) conducted a prospective study in which the
study population was divided into three groups: NS 186
mothers who were seen by the hospital lactation consultant and
were given nipple shields; No NS636 mothers who were seen
by the hospital lactation consultant and were not given nipple
shields; PN 349 breastfeeding postnatal mothers who were
not seen by the lactation consultant. Data were collected from all
groups before hospital discharge and at 3 months postpartum.
A 3-month interview was carried out by telephone or a questionnaire was sent by mail to investigate the feeding method at
3months and problems experienced between hospital discharge
and 3 months postpartum. Although No NS mothers had a
much lower breastfeeding rate on discharge than the NS group
(p<0.001), this significant difference disappeared at 3months
postpartum. Since there were not any significant differences in
breastfeeding rates at 3months between the NS and No NS
group, nipple shield use was not considered to have negative effects
on lactation. Significantly fewer NS mothers were breastfeeding
at 3months (55%) than those in the PN group (67%) (p=0.01).
It was found that more than half of the women in each group
continued breastfeeding at 3 months, and the majority were
breastfeeding exclusively. There was a small proportion of mothers in all groups who experienced nipple trauma and mastitis at
3months; the NS group had the highest rates of breastfeeding
problems, followed by No NS and PN. Therefore, use of a nipple shield did not impede breastfeeding initiation (13) (Table3).
3
2 women seen during a
13-month period between
December 1992 and January
1994 in a private lactation clinic
in Austin, TX, USA
Received nipple shields
Wilson-Clay (4)
Chart reviews
Study population
Author
TABLE 3 | Continued
Methods
Outcomes
Chow et al.
10
Chow et al.
DISCUSSION
There are many benefits to nipple shields. The use of a nipple shield can maintain breastfeeding, along with providing
the mother a sense of accomplishment (2, 14). This ensures
that the infant is comfortable and oriented to the breast (14).
Additionally, nipple shields can help establish a breastfeeding
relationship, contributing to overall motherinfant health (2).
Brigham has found that nipple shields tend to be the least costly
solution both financially and emotionally to families. As well,
the shield is not seen when breastfeeding, enabling mothers and
their babies to resemble any other nursing team. This appearance
can be crucial to new parents who need a simple and discreet
feeding plan (14).
Moreover, nipple shields can compensate for immature
feeding behaviors, such as short, ineffective sucking bursts and
falling asleep immediately after being positioned at the breast in
premature infants (16, 21). The design of the nipple shield seems
to compensate for weak intraoral suction pressures (16). Since the
shield creates a nipple shape in the babys mouth, it enables the
infant to draw milk through expression with minimal suction,
improving milk ejection and transfer. The firm artificial nipple
structure is maintained even during pauses in sucking bursts,
11
Chow et al.
Study population
Methods
Outcomes
4
90 physicians and other health
professionals specialized in
breastfeeding management
Most respondents were board
certified in lactation [412/490 (79%)]
Most prevalent occupations
Lactation consultants [270/490
(52%)]
Nurses [125/490 (24%)]
Physicians [43/490 (8%)]
La Leche League Leader [29/490
(6%)]
92% (451/490) of participants have
used nipple shields in their practices
A
web-based anonymous survey was
advertised via internet
Remained available online for a period of
3weeks
Collected detailed descriptive data from
respondents who work with breastfeeding
mothers in diverse settings
Data from the survey were based on subjective
recall of the health prof essionals experiences
with nipple shields
Subjects were asked about
Their most common reasons for
recommending nipple shield use
Their most common concerns about nipple
shield use
What they typically hear from breastfeeding
women who have used nipple shields
ensuring that the baby stays attached to the nipple and does not
slip off. Furthermore, once the shield is correctly positioned over
the nipple and the infant begins to suck, negative pressure seems
to be produced in the chamber between the maternal nipples
tip and the shields interior. These pressures may balance out the
infants weak suck and allow the milk to be accumulated in the
shield during pauses in sucking, which will then be available to
the baby immediately when sucking continues (16). Resultantly,
shield use increases both the duration of sucking bursts and
the volume of milk consumed during breastfeeding for babies
born prematurely (22). In addition, after experiencing a difficult
pregnancy which ended in a preterm birth and consequent
hospitalization and separation of the baby from the family, many
mothers of premature infants want to breastfeed (2). By helping
these mothers breastfeed their infants, perhaps with the help of a
nipple shield, they receive one expected and planned outcome of
their pregnancy (2).
However, there are widespread negative attitudes toward nipple shields. In a breastfeeding guide for healthcare professionals,
it states that Many lactation experts consider the use of a [nipple]
shield a sign of failure of proper lactation guidance (23). There
are three main reasons for discouraging nipple shield use: (1) nipple shields are thought to reduce milk transfer from the mother
to the infant and prevent complete breast emptying; (2) they are
considered addictive, such that infants may prefer the nipple
shield rather than the breast, making it difficult to terminate its
use; (3) incomplete breast emptying and an infants addiction
to nipple shields is perceived to decrease the mothers milk
yield over time, causing early unplanned weaning (16). Other
philosophical and scientific concerns include its similarities with
bottles by acting as an artificial barrier between the infant and the
breast (16); its support for an industry that makes breastfeeding
unnatural (16); poor growth patterns in infants (24); prevention
of the proper extension of the nipple back into the babys mouth,
which might interfere with learning to suckle correctly (25);
improper introduction of a shield to feed a baby before hospital
12
Chow et al.
each problem, several paths may result in successful breastfeeding. Follow-up is the key to any lactation strategy. When lactation tools or techniques are initiated, including nipple shields,
follow-up is necessary to assess the plans effectiveness, progress
toward resolving the problem, and motherinfant satisfaction
and comfort (14).
The findings from this review are very important in the field
of lactation in many ways. Through examining the use of nipple
shields, further insight is provided on the advantages and disadvantages of this practice, thus allowing clinicians and researchers
to address improvements on areas that will benefit mothers and
infants the most.
REFERENCES
16. Meier PP, Brown LP, Hurst NM, Spatz DL, Engstrom JL, Borucki
LC, et al. Nipple shields for preterm infants: effect of milk transfer
and duration of breastfeeding. J Hum Lact (2000) 16(2):10614.
doi:10.1177/089033440001600205
17. Powers D, Tapia VB. Womens experiences using a nipple shield. J Hum Lact
(2004) 20(3):32734. doi:10.1177/0890334404267214
18. Chertok IR, Schneider J, Blackburn S. A pilot study of maternal and term
infant outcomes associated with ultrathin nipple shield use. J Obstet Gynecol
Neonatal Nurs (2006) 35(2):26572. doi:10.1111/j.1552-6909.2006.00028.x
19. Pincombe J, Baghurts P, Antoniou G, Peat B, Henderson A, Reddin E, etal.
Baby friendly hospital initiative practices and breast feeding duration in
a cohort of first-time mothers in Adelaide, Australia. Midwifery (2008)
24:5561. doi:10.1016/j.midw.2006.06.009
20. Eglash A, Ziemer AL, McKechnie AC. Health professionals attitudes and use
of nipple shields for breastfeeding women. Breastfeed Med (2010) 5(4):14751.
doi:10.1089/bfm.2010.0006
21. Meier PP. Professional Guide to Breastfeeding Premature Infants. Columbus,
OH: Ross Laboratories (1997).
22. Spatz D. Nipple shields for preterm infants: breastfeeding outcomes. Paper
Presented at: 4th Annual Lactation Conference for Advanced Practitioners; Oak
Brook, IL: Rush College of Nursing (1998).
23. Lawrence RA, Lawrence RM. Breastfeeding: A Guide for the Medical Profession.
5th ed. St Louis, MO: Mosby (1999).
24. Walker M, Auerbach KG. Breast pumps and other technologies. In: Riordan J,
Auerbach KG, editors. Breastfeeding and Human Lactation. Boston, MA: Jones
Bartlett (1993). p. 31122.
25. Minchin M. Breastfeeding Matters. Victoria; Alma Publications (1989). 142 p.
26. Riordan J. Breastfeeding and Human Lactation. 3rd ed. Boston, MA: Jones
Bartlett (2005).
1. Cunningham AS, Jelliffe DB, Jelliffe EF. Breast-feeding and health in the 1980s:
a global epidemiologic review. J Pediatr (1991) 118:65966. doi:10.1016/
S0022-3476(05)80023-X
2. Clum D, Primomo J. Use of a silicone nipple shield with premature infants. J
Hum Lact (1996) 12(4):28790. doi:10.1177/089033449601200413
3. Chertok IRA. Reexamination of ultra-thin nipple shield use, infant
growth and maternal satisfaction. J Clin Nurs (2009) 18:294955.
doi:10.1111/j.1365-2702.2009.02912.x
4. Wilson-Clay B. Clinical use of silicone nipple shields. J Hum Lact (1996)
12(4):27985. doi:10.1177/089033449601200412
5. McKechnie AC, Eglash A. Nipple shields: a review of the literature. Breastfeed
Med (2010) 5(6):30914. doi:10.1089/bfm.2010.0003
6. Riordan J, Auerbach K. Breastfeeding and Human Lactation. Sudbury, MA:
Jones Bartlett (2009). p. 4078.
7. Bodley V, Powers D. Long-term nipple shield use: a positive perspective. J
Hum Lact (1996) 12(4):3014. doi:10.1177/089033449601200416
8. Meier PP, Furman LM, Degenhardt M. Increased lactation risk for late
preterm infants and mothers: evidence and management strategies to protect
breastfeeding. J Midwifery Womens Health (2007) 52:57987. doi:10.1016/j.
jmwh.2007.08.003
9. Woolridge MW, Baum JD, Drewett RF. Effect of a traditional and of a new
nipple shield on sucking patterns and milk flow. Early Hum Dev (1980)
4(4):35764. doi:10.1016/0378-3782(80)90040-7
10. Amatayakul K, Vutyavanich T, Tanthayaphinant O, Tovanabutra S, Yutabootr
Y, Drewett RF. Serum prolactin and cortisol levels after suckling for varying
periods of time and the effect of a nipplesShield. Acta Obstet Gynecol Scand
(1987) 66:4751. doi:10.3109/00016348709092953
11. Jackson DA, Woolridge MS, Imong SM, McLeod CN, Yutabootr Y, Wongsawat
L, etal. The automatic sampling shield: a device for sampling suckled breast
milk. Early Hum Dev (1987) 15:295306. doi:10.1016/0378-3782(87)90052-1
12. Auerbach KG. The effect of nipple shields on maternal milk volume. J Obstet
Gynecol Neonatal Nurs (1990) 19(5):41927. doi:10.1111/j.1552-6909.1990.
tb01661.x
13. Nicholson WL. The use of nipple shields by breastfeeding women. Aust Coll
Midwives Inc J (1993) 6:1824.
14. Brigham M. Mothers reports of the outcome of nipple shield use. J Hum Lact
(1996) 12(4):2917. doi:10.1177/089033449601200414
15. Elliott C. Using a silicone nipple shield to assist a baby unable to latch. J Hum
Lact (1996) 12(4):30913. doi:10.1177/089033449601200418
Conflict of Interest Statement: The authors declare that the research was conducted in the absence of any commercial or financial relationships that could be
construed as a potential conflict of interest.
Copyright 2015 Chow, Chow, Popovic, Lam, Merrick, Ventegodt, Milakovic, Lam,
Popovic, Chow and Popovic. This is an open-access article distributed under the
terms of the Creative Commons Attribution License (CC BY). The use, distribution or
reproduction in other forums is permitted, provided the original author(s) or licensor
are credited and that the original publication in this journal is cited, in accordance
with accepted academic practice. No use, distribution or reproduction is permitted
which does not comply with these terms.
13
Atonia
Uteri
by TIM B
Atonia uteri
didefinisikan sebagai kegagalan miometrium untuk
berkontraksi secara memadai setelah kelahiran.
Kekuatan dan keefektifan kontraksi miometrium
sangat penting untuk menahan pendarahan.
Namun pada atonia uteri sebaliknya,
rahim lunak dan lembek dengan
adanya perdarahan yang berlebihan
dari saluran kelamin.
Etiologi
Faktor uterus overdistensi
Kehamilan ganda
Polihidramnion
Makrosomia Janin
Paritas
Faktor terkait persalinan
Induksi persalinan
Persalinan lama
Persalinan manual plasenta
Faktor Intrinsik
Riwayat persalinan buruk
Usia > 35 tahun
Manifestasi Klinis
Uterus tidak berkontraksi dan lembek,
Konsistensi rahim lunak.
Komplikasi
Perdarahan segera setelah anak lahir (post
Komplikasi
partum
primer). pada atonia uteri yaitu
perdarahan
post partum
500
Perdarahan
pervaginam
yang primer
lebih dari(>500
cc. cc) yang dapat mengakibatkan syok
Jika perdarahan berlanjut
terdapat
yang berat
dantandaanemia
tanda syok
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
Radiologi
Pemeriksaan laboratorium
hendaknya dilakukan sejak
masa antenatal untuk
mengetahui adanya
kelainan
pemeriksaan
USG dapat
pembekuan,untuk
golongan
darah,
membantu
melihat
adanya
arah dan
dan padajendela
masa postpartum
retensi
sisa plasenta.
untuk mengetahui
kadar
haemoglobin, dan elektrolit
hipolsemia, hipokalemia, dan
hipomagnesia.
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
Data-data
(Subjektif-Objektif)
DS :
Klien berbaring di tempat tidur
dengan mengeluh pusing.
DO :
TD 90/70 mmHg, N 99x/menit
(Denyut Nadi Irreguler), RR 24x/menit
T 36oC
Jumlah darah yang keluar pada
persalinan 450 cc + darah pada
pembalut.
Konjungtiva Anemis, mukosa mulut
kering, akral dingin dan berkeringat
banyak, CRT 2 detik.
Abdomen lunak dan datar.
Diatasis rektus abdominis.
Klien terpasang NaCl 0,9% sebanyak
20 tetes /menit dan RL 16
tetes/menit ditangan kanan.
Klien terpasang oksigen denggan
nasal kanul 2 liter.
Etiologi
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko syok b.d hipovolemik
2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (ruptur perineum)
3. Kerusakan integritas jaringan b.d ruptur perineum
4. Risiko infeksi dengan faktor risiko perubahan integritas kulit
5. Risiko intoleransi aktifitas b.d masalah sirkulasi pada ibu
6. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d anomali payudara ibu