Anda di halaman 1dari 13

TERAPI SINGKAT BERFOKUS SOLUSI

(SOLUTION FOCUSED BRIEF THERAPY / SFBT)

1. A. PENDAHULUAN

Seperti namanya, ini adalah tentang terapi yang singkat dan berfokus pada solusi, bukan pada
masalah. Ketika ada masalah, banyak profesional menghabiskan banyak waktu berpikir,
berbicara, dan menganalisis permasalahan, sementara penderitaan yang dialami klien sedang
berlangsung. Terpikir tim profesional kesehatan mental di Pusat Terapi Singkat Keluarga yang
begitu banyak waktu dan energi, serta sumber daya banyak, dihabiskan untuk berbicara tentang
masalah, daripada berpikir tentang apa yang mungkin membantu klien untuk mendapatkan solusi
yang akan membawa pada realistis, bantuan wajar secepat mungkin. Oleh karena itulah muncul
Terapi Singkat Berfokus Solusi.

Terapi singkat berfokus solusi (SFBT) adalah salah satu pendekatan keluarga, yang dikenal
sebagai terapi sistem, yang telah dikembangkan selama 50 tahun terakhir ini, pertama di
Amerika Serikat, dan akhirnya berkembang di seluruh dunia, termasuk Eropa. Terapi singkat
berfokus solusi disebut hanya sebagai terapi berfokus solusi (TBS) atau terapi singkat.

Pelopor terapi singkat berfokus solusi adalah Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer, serta praktisi
SFBT berbasis sekolah dan ahli lainnya. Kita terfokus kepada segi-segi pokok dari teori SFBT,
khususnya cara dimana para praktisi berfokus solusi berpikir tentang perubahan, kapasitas klien,
dan sifat resistensi klien.

Sejak diciptakan pada tahun 1980-an, terapi singkat berfokus solusi (SFBT) perlahan-lahan telah
menjadi sebuah pilihan perlakuan yang umum dan diterima bagi beberapa ahli kesehatan jiwa.
Dengan penekanannya terhadap kekuatan klien dan pengobatan jangka pendek, SFBT akan
tampak sangat sesuai dengan konteks kesehatan mental (jiwa), dengan berbagai masalah yang
timbul di lingkungan sekolah dan muatan kasus yang besar untuk sebagian besar pekerja sosial
sekolah (guru BK di sekolah).

Salah satu gagasan yang lebih bebas tentang SFBT adalah bahwa perubahan selalu terjadi, dan
menuntut agar perhatian konselor terfokus kepada perubahan-perubahan kecil yang membuat
perbedaan-perbedaan besar dalam kehidupan klien. Apa yang konselor lakukan dengan
perubahan-perubahan kecil yang kadang-kadang sulit untuk dilihat adalah apa yang membuat
konselor menjadi konselor SFBT. Hal ini membuat konselor bergerak menuju konseling yang
lebih berfokus kepada solusi dalam pendekatan-pendekatan mereka terhadap masalah-masalah
yang mereka hadapi.

1. B. Prinsip Dasar SFBT


Prinsip dasar dari terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :

1. Manusia pada dasarnya sehat, memiliki kekuatan atau kelebihan. Insoo Kim Berg dan
Steve de Shazer mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan tersebut aktif dalam membantu
klien/manusia menangani situasi mereka. Masalahnya bukan pada klien tidak dapat
menyelesaikan masalahnya tanpa pelatihan tambahan atau kepatuhan terhadap
pandangan/nasihat konselor tentang masalah tersebut. Melainkan kekuatan yang melekat
pada mereka lah yang pada akhirnya akan mereka gunakan dalam memecahkan masalah.
2. Manusia memiliki kemampuan (kompetensi)
3. Manusia memiliki keberdayaan (kapasitas) untuk membangun (mengkontruksi) solusi.
4. Manusia tidak terpaku pada masalah tetapi berfokus pada solusi.
5. Perubahan terjadi sepanjang waktu.
6. Manusia tidak bisa mengubah masa lalunya.

1. C. Konsep Dasar SFBT

Terapi berfokus solusi berbeda dari terapi tradisional karena mengabaikan masa lampau dan
lebih setuju dengan masa sekarang dan masa yang akan datang. Terapi ini memberi penekanan
yang besar pada kemungkinan sedikit atau tidak adanya ketertarikan untuk memperoleh
pemahaman terhadap masalah. De Shazer menganjurkan bahwa tidaklah perlu mengetahui
sebab-sebab masalah dalam solusinya dan tidak perlu ada hubungan antara masalah dan
solusinya. Pengumpulan informasi mengenai masalah tidaklah dibutuhkan untuk terjadi
perubahan. Jika memahami dan mengetahui masalah itu tidak penting, maka yang penting adalah
mencari solusi masalah yang benar. Mungkin banyak orang mempertimbangkan berbagai solusi,
dan apa yang benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Di dalam SFBT klien
memilih tujuan yang mereka harapkan bisa tercapai di dalam terapi, dan hanya sedikit perhatian
yang diberikan untuk diagnosis, pengungkapan riwayat atau eksplorasi masalah.

Menurut Gerald Corey, terapi singkat berfokus solusi didasarkan pada asumsi yang optimistik
bahwa manusia itu sehat dan kompeten dan memiliki kemampuan untuk membangun solusi yang
dapat meningkatkan hidupnya. Lepas dari berbentuk seperti apapun klien yang terlibat dalam
terapi adalah mampu. Berg percaya bahwa klien adalah kompeten dan peran konselor adalah
membantu klien agar menyadari bahwa ia mempunyai kemampuan itu. Proses terapi
menyediakan suatu keadaan yang menjadikan individu memfokuskan diri pada pemulihan dan
penciptaan solusi ketimbang membicarakan problem mereka.

Sering klien datang ke terapis/konselor, orientasinya ia dalam keadaan bermasalah kendatipun


dia memiliki beberapa solusi, tetapi pandangan mereka telah berbalut dalam kekuatan orientasi
masalah. Klien sering memiliki satu riwayat yang berakar dalam pandangan mereka. SFBT
membalas kehadiran klien dengan percakapan yang optimistik yang memberikan garis-garis
besar keyakinan mereka ke dalam tujuan yang dapat digunakan dan dicapai yang ada di sekitar
ruangan. Konselor menjadi alat di dalam membantu orang dalam melakukan perpindahan dari
suatu keadaan bermasalah ke suatu dunia yang memiliki berbagai kemungkinan. Konselor
mendorong dan menantang klien untuk menulis suatu cerita yang berbeda yang dapat mengarah
kepada suatu tujuan baru.

1. D. Tujuan Konseling SFBT

Tujuan dari terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :

1. Mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.


2. Mengantar klien/manusia meraih kehidupan yang lebih sehat dan lebih bahagia baik masa
kini maupun ke masa depan.
3. Membantu klien mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diinginkan klien, terjadi di
dalam kehidupan mereka dan terus terjadi.
4. Membantu klien membangun visi yang dipilih untuk masa depan mereka.
5. Membantu klien mengidentifikasi hal-hal yang baik untuk kehidupan mereka saat ini dan
ke masa depan.
6. Membantu klien membawa kesuksesan sekecil apapun ke dalam kesadaran mereka.
7. Membantu klien untuk mengulang keberhasilan yang pernah mereka lakukan.
8. Pengubahan pandangan mengenai situasi atau kerangka berpikir, pengubahan cara
menghadapi situasi problematik, dan merekam sumber-sumber dan kekuatan klien.
9. Adanya keterlibatan dalam pemberian bantuan klien untuk menerima pergantian bahasa
dan penyikapan dari bicara tentang masalah ke bicara tentang solusi. Klien didorong
untuk terlibat dalam perubahan atau bicara solusi daripada bicara masalah/problem,
dengan asumsi bahwa apa yang kita katakana kebanyakan akan menjadi apa yang kita
hasilkan. Bicara tentang masalah akan menghasilkan masalah berikutnya. Bicara tentang
perubahan akan menghasilkan perubahan. Begitu individu/klien itu belajar berbicara
dalam pengertian apa yang mereka mampu untuk lakukan secara baik, sumber-sumber
dan kekuatan apa yang mereka punyai, dan apa yang mereka telah lakukan dan bisa
terlaksana, mereka telah mencapai tujuan utama terapi (Nicholas dan Schwartz).

1. E. Hubungan Konselor-Klien SFBT

Karena terapi berfokus solusi dirancang untuk perlangsungan singkat,tak pelak terapis
memainkan peran lebih aktif dalam menggeser fokus secepat mungkin, dari fokus yang tercurah
ke problem fokus yang tercurah ke solusi. Strategi relasiaonal mendasar difungsikan untuk
memicu prakarsa klien, membantu klien menumbuhkembangkan tanggung jawab (kemampuan
merespon atau response ability) mereka dan menggunakan kemampuan merespon itu dengan
lebih baik. Begitu klien bisa berfokus pada solusi, dia pun akan banyak bisa memegang kendali
dan bertanggung jawab.

Klien pada dasarnya adalah ahli (expert) yang paling mengetahui tujuan-tujuan apa yang ingin
mereka bangun. Tujuan-tujuan itu selalu unik bagi setiap klien dan dibangun klien untuk
menciptakan hari depan yang lebih baik. Sedangkan klinikus berfokus solusi adalah pakar
tentang proses dan struktur teraapi,pakar dalam membantu klien membangun tujuan-tujuan
mereka dalam kerangka kerja yang lebih baik menghasilkan solusi yang sukses. Setiap pakar
yaitu klien dan terapis memberikan andil untuk penumbuhkembangan solusi bersama. Relasi
terapis dengan klien ditujukan untuk meraih suatu manfaat atau tujuan. Klien datang ke terapi
karena suatu alasan dan ingin mencapai suatu manfaat dan tujuan. Kedua kolaborator (klien dan
terapis) perlu membuat kriteria kemajuan atau keberhasilan pencapaian tujuan, sehingga
merekapun bisa mengakhiri terapi paada waktu yang tepat.

Berdasarkan uraian tersebut kami merumuskan hubungan antara konselor dan klien pada terapi
singkat berfokus solusi sebagai berikut :

1. Konselor berperan lebih aktif dalam menggeser dari fokus yang tercurah pada
problem/masalah ke solusi.
2. Konselor mendorong klien dalam menumbuhkan tanggung jawab, kemampuan merespon
(Response Ability).
3. Klien pada dasarnya lebih ahli (expert) atau yang paling mengetahui tujuan yang akan
mereka bangun.
4. Hubungan/relasi konselor dan klien dalam terapi singkat berfokus solusi bersifat
kolaboratif dan egaliter.

1. F. Proses Konseling SFBT

Bertolino dan OHanlon menekankan pentingnya menciptakan hubungan kerja sama dalam
terapi dan memandangnya sebagai kebutuhan untuk keberhasilan terapi. Dengan menyadari
bahwa konselor memiliki keahlian di dalam menciptakan konteks untuk perubahan, mereka
menekankan bahwa klien adalah ahli dalam kehidupan yang dialaminya dan sering memiliki
perasaan yang baik terhadap apa yang sudah atau yang belum dikerjakan di masa lampau, dan
juga sama halnya dengan apa yang harus dikerjakan di waktu yang akan datang. Jika klien
terlibat di dalam proses terapi dari awal hingga akhir, kesempatan klien semakin meningkat dan
terapi akan berhasil. Singkatnya, hubungan kooperatif dan kolaboratif cenderung akan
menjadikan lebih efektif daripada hubungan yang bersifat hierarkhis di dalam terapi.

Walter dan Peller menguraikan empat langkah yang memberikan ciri kepada proses SFBT, yaitu
:

1. Menemukan apa yang klien inginkan daripada mencari apa yang mereka tidak inginkan.
2. Jangan mencari penyakit dan jangan berusaha mengurangi klien dengan memberikan
label diagnostik, alih-alih mencari apa yang bisa dikerjakan klien dengan baik dan
mendorong mereka untuk meneruskannya searah dengan yang sudah dilakukan.
3. Jika apa yang klien lakukan tidak bisa terlaksana dengan baik, kemudian doronglah
mereka untuk mencoba hal lain yang berbeda.
4. Usahakan terapi berlangsung singkat dengan mendekati setiap pertemuan seolah-olah
pertemuan itu sebagai pertemuan terakhir dan hanya satu pertemuan.
Edy Legowo (2008:79) Proses pada terapi singkat berfokus solusi mencakup dua aktivitas utama
sebagai berikut :

1. 1. Aktivitas menumbuhkembangkan kesadaran (Consciousness Raising)

Kebanyakan klien datang ke sesi terapi dengan preokupasi (keterpakuan)pada problem-problem.

Misalnya klien mengatakan, Saya depresi sepanjang waktu, Aku tidak bisa mengendalikan
keinginanku untuk minum-minuman keras, Saya dan pasangan hidup saya selalu bertengkar,
Saya orang yang selalu cemas, Aku tidak bisa tidur, dan sebagainya.

Tanggapan alamiah terhadap ungkapan-ungkapan problem itu berupa pengajuan pertanyaan


bertajukmengapa?misal:mengapa anda depresi? Mengapa anda minum-minuman keras
sampai tidak terkendali, Mengapa Anda dan pasangan hidup Anda selalu bertengkar ?, dan
sebagainya.

Terapi berfokus solusi justru membantu klien untuk menyadari perkecualian-perkecualian yang
terlepas dari problem mereka. Dalam kenyataan, selalu terdapat perkecualian-perkecualian itu,
dapat diharapkan klien meraih kendali atau kontrol atas sesuatu yang selama ini terasa sebagai
problem yang teratasi.Menumbuhkembangkan kesadaran tentang pengalaman-pengalaman yang
justru merupakan perkecualian dari pola baku problem-problem yang selama ini memaku
perhatian dan kehidupan klien-bagaikan menapis butir-butir kecil emas dari hamparan pasir-
biasa menjadi awal dari pengejawantahan solusi.

Kurun-kurun perkecualian itu hampir selalu ada dalam kehidupan setiap klien. Untuk klien-klien
yang sangat sulit memfokuskan diri pada kurun-kurun perkecualian yang positif, terapis bisa
mengajukan pertanyaan mukjizat (miracle question) contohnya jika karena suatu mukjizat,
anda bebas dari problem-problem anda sepanjang malam, seberbeda apakah kehidupan anda
jadinya?. Menumbuhkembangkan pengalaman perkecualian yang positif dalam imajinasi bisa
membantu klien menjadi makin menyadari satu-satunya jenis realitas dalam keseluruhan
kehidupan mereka. Seyogyanya terapi bisa membantu klien mentransformasikan realitas yang
pada mulanya hanya di imajinasikan menjadi tujuan-tujuan spesifik dan praktis yang bisa mereka
capai.

Maka dapat kami simpulkan bahwa aktivitas menumbuhkembangkan kesadaran klien dapat
berupa :

1. Membantu klien untuk makin menyadari kekecualian-kekecualian (exceptions) yang


terlepas dari masalah mereka.
2. Membantu klien menjadi semakin menyadari bahwa realitas kehidupan bukan satu-
satunya dalam keseluruhan kehidupan mereka.
3. Membantu klien mentransformasikan realitas yang pada mulanya hanya imajinasi
menjadi tujuan-tujuan spesifik dan praktis serta dapat dicapai.
1. 2. Membuat Pilihan Sadar(Choosing Conscious)

Tujuan-tujuan yang kita pilih untuk menentukan masa depan kita. Seiring dengan makin
meningkatnya kesadaran klien tentang perkecualian-perkecualian positif di tangan kehidupannya
yang syarat problem, mereka akan bisa membuat pilihan sadar untuk menciptakan lebih banyak
lagi perkecualian-perkecualian seperti itu.

Klien yang selalu berfokus pada sebuah kehidupan yang sarat depresi bisa membuat pilihan
sadar untuk berpartisipasi dalam kegiatan rohani, berolahraga lebih sering, lebih banyak
mendengarkan musik kesukaannya, terutama musik yang meningkatkan kegembiraan. Klien
yang berfokus pada program kecanduan minuman keras bisa membuat pilihan sadar untuk
memfokuskan diri pada solusi-solusi atas kecanduan minman keras, sehingga dia bisa
mencanangkan tujuan-tujuan yang nyata.

Water dan Peller(1992) memberikan empat pandangan untuk membuat pilihan sadar yang
bersifat terapeutik :

1. Jika pilihan yang dibuat bisa bekerja efektif, jangan berhenti sampai disitu, bergegaslah
menjalani pilihan tersebut
2. Jika pilihan yang dibuat itu bekerja kurang efektif perjuangkan agar ia menjadi lebih
efektif
3. Jika pilihan yang dibuat itu sama sekali tidak efektif, bereksperimenlah juga
berimajinasikanlah mukjizat-mukjizat
4. Perlakuakan setiap sesi konseling atau psikoterapi seolah olah sesi itu adalah sesi
terakhir. Maka mulailah berubah sekarang, bukan esok, bukan pekan depan.

Berikut dipaparkan rincian langkah membangun solusi dalam SFBT menurut DeShazer, sebagai
dirangkum oleh Prochaska $ Norcross (2003):

a) Memfokuskan diri pada tujuan.

Terapi dimulai dengan fokus pada tujuan-tujuan di hari kini yang bisa membangun hari depan
yang lebih baik. Pertanyaan penting dalam cakupan langkah ini adalah: Apa tujuan anda ketika
anda dating kemari ? Terapis membingkai terapi diseputar tujuan-tujuan dihari kini bukan di
seputar problem-problem dihari-hari yang telah lewat.

b) Sejenak mendengarkan klien membicarakan problem-problem.

Jika klien menanggapi dengan berbicara tentang problem-problem dan keluhan-keluhan, terapis
perlu memahami dan berempati. Namun demikian, segera setelah kisah tentang problem-problem
yang telah disampaikan oleh klien, terapis bersiap-siap untuk menggeser fokus.
c) Memfokuskan diri pada solusi.

Langkah ini digerakkan oleh pertanyaan-pertanyaan; Ketika problem terselesaikan,tindakan apa


yang akan anda lakukan secara beda?

d) Memfokuskan diri pada perkecualian.

Pertanyaan yang biasa dipakai untuk menemukan perkecualian-perkecualian positif adalah:


Bagaimana anda dihari ini mengejawantahkan tindakan yang beda?

e) Membuat penilaian antara pilihan sadar dengan spontanitas.

Apakah pengalaman-pengalaman yang bebas dari problem terjadi karena pilihan yang dibuat
secara sadar dan sengaja? Ataukah pengalaman-pengalaman yang lebih sehat dan lebih
membahagiakan itu terjadi secara spontan? :

1. Jika perkecualian itu sudah berada dibawah kendali klien, bisa segera dibangun tujuan-
tujuan spesifik yang mendorong klien membuat pilihan sadar untuk melakukan lebih
banyak laagi hal-hal yang bia membantu dirinya.
2. Jika perkecualian-perkecualian dianggap terjadi secara spontan saja focus diarahkan ke
proses terjadinya perkecualian-perkecualian itu.
3. Jika klien menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu dengan jawaban Saya tidak tahu.
Terapis perlu berusaha menerangkan kepada klien bahwa perkecualian yang terjadi iitu
merupakan tanda yang baik. Dapat diharapkan,upaya tersebut akan membantu klien
berfikir beda dan mulai membangun alternatif-alternatif yang sebelumnya tidak
terbayangkan.

f) Melangkah dari perubahan-perubahan kecil ke perubahan-perubahan yanglebih besar. Sesi-


sesi lanjutan dilakukan atas dasar capaian-capaian dan tujuan-tujuan yang dibangun pada awal
terapi. Seorang klien melukiskan perubahan yang ia alami dalam terapi.

g) Selalu menyadari bahwa setiap solusi adalah unik. Sebagaimana setiap klien adalah
individu yang unik, setiap solusipun unik. Terapis perlu bersiap-siap untuk terkejut menyaksikan
keunukan ssolusi klien.

h) Memekarkan solusi dari percakapan. Solusi muncul dari dialog-dialog, baik dialog dari diri
sendiri maupun percakapan dalam terapi. Jika terapi mendorong klien berbicara tentang problem-
problem lama, dia akan menjadi diri yang lama. Perubahan dimulai ketika klien berbicara
tentang solusi. Jika terapi niscaya berlangsung singkat saja,niscayalah sesegera mungkin dialog-
dialog Terapeutik difokuskan ke solusi-solusi.

i) Menggunakan bahasa klien sendiri.


Pandangan DeJong dan Berg sebagaimana dirangkum oleh Cerey(2005), mendeskripsikan
struktur penumbuhkembangan solusi dalam SFBT dalam cakupan Lima langkah Berikut;

1. Klien diberi kesempatan untuk mendeskripsikan problem-problemnya. Terapi


mendengarkan dengan penuh hormat dan seksama, sementara percakapan mengarah
kejawaban klien atas pertanyaan terapis, Sejauh apakah saya bisa bermanfaat membantu
anda memecahkan problem-problem anda?
2. Terapis berkerjasama dengan klien untuk segera mungkin mengembangkan tujuan-tujuan
yang jelas. Pertanyaan kunci yang perlu dijawab padaa langkah ini adalah; Apa yang
akan menjadi beda dalam kehidupan anda ketika problem-problem anda dapat
diselesaikan?
3. Terapis menanyakan kepada klien tentang saat-saat ketika problem-problem klien terjadi
atau ketika problem-problem klien berkurang. Klien dibantu untuk mengeksplorasi
perkecualiaan-perkecuaian itu sembari menegaskan apa yang akan klien lakukan untuk
sengaja menghadirkan perkecualian-perkecualian itu.
4. Pada akhir setiap percakapan menumbuhkembangkan solusi(solution building
conversation) terapis memberikan ringkasan umpan balik(summary feedback) kepada
klien.Terapis juga memberikan dorongan kepada klien, dan mengusulkan kepada klien
hal-hal apa saja yang perlu ia amati dan lakukan sebelum sesi berikutnya,demi
kesuksesan penyelesaian problem-problemnya
5. Terapis bersama klien mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai,dengan menggunakan
skala penilaian (Rating Scale). Klien juga ditanyai apa yang perlu dilakukan untuk
menyelesaikan problem-problemnya dan langkah apa yang akan dilakukan kemudian.

1. G. Teknik-Teknik Konseling SFBT

Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :

1. 1. Perubahan sebelum terapi

Penjadwalan suatu janji saja sering membuat perubahan positif dalam perjalanannya. Dengan
menanyakan perubahan, konselor dapat merangsang, membangkitkan, dan memperkuat apa yang
sudah dilakukan yang merupakan cara untuk membuat perubahan. Perubahan-perubahan ini
tidak dapat ditumpukan sepenuhnya pada proses terapi itu sendiri, sehingga pertanyaan itu
cenderung mendorong klien untuk tidak banyak bergantung kepada konselor dan lebih
bergantung kepada sumber yang dimiliki dalam dirinya untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan.

1. 2. Pertanyaan Ajaib/The Miracle Question (MQ)

a. Pengertian

MQ adalah teknik bertanya yang digunakan konselor untuk membantu klien bagaimana
menetapkan visi ke depan, merupakan suatu keadaan bilamana klien tidak bermasalah, dan itu
merupakan tujuan yang hendak dicapai. Klien didorong untuk bertindak apa yang kemungkinan
berbeda meskipun problemnya masih ada.

De Jong dan Berg (dalam Gerald Corey, 2002:8) mengenali sejumlah alasan bahwa pertanyaan
ajaib adalah suatu teknik yang bermanfaat. Dengan bertanya kepada klien untuk
mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban akan terjadi membuka luasnya kemungkinan-
kemungkinan di masa depan. Klien didorong untuk bebas bermimpi sebagai cara mengenali
perubahan yang memang mereka inginkan. Pertanyaan ini memiliki focus masa depan yang dari
situ klien bisa dapat memulai mempertimbangkan suatu jenis kehidupan yang berbeda yang tidak
didominasi oleh suatu masalah tertentu. Intervensi ini mengalihkan penekanan keduanya yaitu
masalah masa lalu maupun masa sekarang terhadap hidup di masa yang akan datang.

b. Contoh Versi tradisional MQ

contoh 1:

Jika di suatu pertemuan konseling berakhir, Anda pulang, Anda melakukan apapun yang Anda
rencanakan pada hari itu, akhirnya Anda kelelahan dan tidur pada malam harinya. Di tengah
malam, saat Anda tidur nyenyak, keajaiban terjadi yaitu semua masalah yang Anda alami hari ini
sepertinya terpecahkan semuanya. Tetapi karena keajaiban itu hanyalah mimpi, maka tidak ada
seorangpun yang mengatakan bahwa mukjizat terjadi. Ketika Anda bangun pagi hari, bagaimana
Anda akan memulai melakukan bahwa keajaiban terjadi? Apa lagi yang akan Anda kerjakan?
Apa lagi?

Contoh 2:

Jika Anda bangun sampai besok, dan keajaiban terjadi, Anda tidak lagi mudah kehilangan
kesabaran, seberbeda apa yang akan terjadi pada diri Anda?Tanda-tanda pertama apa bila
kemukjizatan itu terjadi?

Respon Klien barangkali :

Saya tidak akan kesal ketika seseorang memanggil nama saya. (tidak efektif)

Para konselor ingin klien mengembangkan tujuan positif, atau apa yang akan mereka lakukan
lebih dari pada apa yang mereka tidak ingin lakukan. Ini akan menjadi lebih baik, karena
memberikan kepastian akan keberhasilan.

Lebih baik, konselor barangkali meminta klien, Apa yang dapat Anda lakukan, pada saat
seseorang memanggil namamu?

3. Pertanyaan Penskalaan/Scaling Questions (SQ)

1. a. Pengertian
SQ adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengidentifikasi perbedaan yang bemanfaat
bagi klien, dan dapat membantu untuk menetapkan tujuan pula.

Kutub dari skala biasanya berentang dari kondisi masalah yang terburuk yang terjadi (0 atau 1)
di salah satu ujung, dan diujung yang lain menggambarkan kondisi terbaik yang mungkin akan
dicapai (10).

Klien diminta untuk menilai mereka saat ini berada pada posisi skala berapa, dan pertanyaan
yang kemudian digunakan untuk mengidentifikasi berbagai sumber.

Konselor menggunakan pertanyaan yang memberi skala apabila perubahan dalam pengalaman
manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana hati, atau komunikasi. Pertanyaan
dengan memberikan skala menjadikan klien untuk memberikan perhatian yang lebih dekat
kepada apa yang sedang mereka kerjakan dan bagaimana mereka dapat mengambil langkah yang
akan mengarahkan kepada perubahan yang mereka kehendaki.

1. b. Contoh

Apa yang tidak membuatmu terperosok pada jalur skala rendah?,


Pengecualian: pada suatu hari ketika Anda berada di satu titik skala yang lebih tinggi,
apa yang akan Anda katakan bahwa hal ini merupakan hal yang berada.
Di posisi skala berapa Anda menjadi merasa cukup baik? Apa yang akan terjadi
bilamana di suatu hari Anda berada pada titik skala tersebut?

4. Exception Seeking (ES) atau Pertanyaan Kekecualian

SFBT mendasarkan pada anggapan bahwa ada saat-saat dalam hidup klien ketika suatu
masalah-masalah yang mereka kenali tidak menjadi masalah. Waktu-waktu inilah yang disebut
kekecualian-kekecualian. Konselor mengajukan pertanyaan kekecualian untuk mengarahkan
klien ke arah waktu-waktu ketika problem tidak timbul. Kekecualian adalah pengalaman-
pengalaman masa lalu dalam hidup klien yang layak untuk diharapkan muncul ketika ada
masalah, meskipun biasanya tidak. Pengungkapan ini mengingatkan kepada klien bahwa
problem itu tidak semuanya memiliki kekuatan dan tidak selalu muncul selamanya.
Pengungkapan ini juga memberikan bidang peluang bagi munculnya sumber, ditemukannya
kekuatan, dan didapatkannya kemungkinan solusi.

1. Para pendukung SFBT berpendapat bahwa selalu ada saat dimana klien merasakan ringan
atau bahkan tidak sedang mengalami masalah.
2. Konselor berusaha mendorong klien untuk menjelaskan apa yang berbeda dengan saat
ketika ia berada dalam kondisi bermasalah (kasus).
3. Tujuan dari teknik ini adalah agar klien mengulang kesuksesan di masa lalu, dan
membantu mereka mendapatkan kepercayaan untuk melakukan perbaikan ke depan
berdasarkan pengalaman suksesnya tersebut.

5. Mengatasi Pertanyaan/Coping Question (CQ)


1. a. Pengertian

Teknik CQ dirancang untuk memperoleh informasi tentang berbagai sumber daya yang dimiliki
klien, yang saat itu hilang (dilupakan) tak ketahuan. Bahkan mungkin merupakan ceritera dalam
kondisi klien takberpengharapan (hoppless).

Rasa ingin tahu dan senang dapat membantu klien melihat kekuatan tanpa mempertentangkan
dengan kondisi klien senyatanya.

Sumber daya yang dimiliki klien ada dua yaitu :

1. 1. Sumberdaya Internal: keterampilan, kekuatan, kualitas, kepercayaan klien dan


kapasitas mereka yang berguna.
2. 2. Sumberdaya External: Relasi yang mendukung, seperti, mitra, keluarga, teman,
atau kelompok agama dan juga kelompok-kelompok pendukung yang lainnya.
3. b. Contoh

Saya melihat hal itu benar-benar sulit bagi Anda, namun Saya kaget melihat fakta bahwa
meskipun dalam kondisi seperti itu Anda mampu me-manage dirimu untuk bangkit, dan setiap
pagi Anda melakukan semua yang diperlukan keluargamu. Bagaimana anda melakukannya?

6. Umpan Balik Konselor kepada Klien

Para pelaksana konseling umumnya mengambil waktu jeda lima sampai dengan sepuluh
menit menjelang setiap akhir pertemuan untuk menyusun suatu ringkasan pesan kepada klien.
Selama waktu jeda ini konselor merumuskan umpan balik yang akan diberikan kepada klien
setelah waktu jeda. De Jong dan Berg (dalam Gerald Corey, 2002:9)menguraikan tiga bagian
pokok untuk umpan balik yang berupa ringkasan: pujian, jembatan, dan anjuran tugas. Pujian
adalah pengakuan yang tulus terhadap apa yang telah klien lakukan yang mengarah ke solusi
yang efektif. Pujian-pujian ini yang wujudnya berbentuk dorongan, menciptakan harapan, dan
penyampaian harapan kepada klien bahwa mereka dapat mencapai tujuan-tujuan mereka dengan
menggunakan kekuatan dan keberhasilan mereka. Kedua, sebuah jembatan menghubungkan
pujian awal kepada tugas anjuran yang diberikan. Jembatan memberikan alasan penalaran untuk
pujian itu. Aspek umpan balik ketiga berisi anjuran tugas kepada klien, yang dapat
dipertimbangkan sebagai pekerjaan rumah. Tugas pengamatan maksudnya ialah meminta klien
untuk sekedar memberikan perhatiannya kepada beberapa aspek kehidupan mereka. Proses
monitoring diri ini membantu klien mencatat perbedaan-perbedaan apabila segala sesuatu
keadaannya lebih baik.

7. Penghentian

Dari awal sekali wawancara berfokus solusi, konselor selalu berpikiran bahwa dalam
bekerja akan mengarah kepada penghentian. Begitu klien mampu membangun solusi yang
memuaskan, hubungan terapi dapat dihentikan. Sebelum konseling berakhir, konselor membantu
klien dalam mengenali hal-hal yang bisa mereka lakukan untuk melanjutkan perubahan-
perubahan yang telah mereka lakukan di masa yang akan datang.
Klien juga bisa dibantu untuk mengenali rintangan atau hambatan-hambatan yang kemungkinan
ditemui dalam perjalanannya memelihara perubahan yang telah mereka lakukan. Karena model
terapi ini singkat, berpusat pada masa sekarang, dan dimaksudkan untuk keluhan tertentu, akan
sangat mungkin bahwa klien akan mengalami persoalan-persoalan perkembangan lain di
kemudian hari. Klien bisa minta pertemuan tambahan kapan saja ketika mereka merasakan
adanya kebutuhan yang mereka rasakan untuk kembali ke jalan hidup yang benar.

1. H. Kecocokannya Diterapkan di Indonesia

Terapi singkat berfokus solusi bisa digunakan oleh konselor/guru BK. Terapi ini berlangsung
singkat dan bisa digunakan kapan saja maupun dimana saja. Proses yang singkat inilah yang
disukai oleh kebanyakan klien-klien di Indonesia. Instan, begitulah orang-orang mengatakan.
Klien-klien di Indonesia lebih suka apabila permasalahannya langsung bisa diatasi, tanpa harus
menghimpun sebab-sebab masalah. Konselor/guru BK di Indonesia diharapkan mampu secara
kreatif memadukan antara menumbuhkembangkan kesadaran klien dan membuat pilihan
perubahan.

Pada terapi singkat berfokus solusi, klien di Indonesia diajarkan suapaya tidak perlu terpaku pada
masalah. Mereka perlu berfokus pada solusi, bergerak menuju dan mengejawantahan solusi.
Oleh karena itu, supaya masalah yang dihadapi cepat teratasi maka konselor Indonesia yang
menggunakan teori SFBT tak perlu menggunakan kebiasaan lamanya yaitu dengan pertanyaan
mengapa tetapi langsung pada solusinya dengan menggunakan pertanyaan bagaimana
tujuan/harapan yang akan Anda inginkan ?. Misalnya pengetahuan tentang mengapa seseorang
menjadi peminum minuman keras 25 tahun yang lampau (semisal, karena tekanan kelompok
teman sebaya) ternyata tidak bermanfaat banyak, yang lebih bermanfaat adalah bagaimana
individu itu kini berubah.

DAFTAR PUSTAKA
Edy Legowo, dkk. 2008. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan Konseling.
Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Michael S. Kelly, dkk. 2009. Solution-Focused Brief Therapy in Schools. Surakarta:


Perpustakaan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret

https://annisaguru.wordpress.com/2011/11/19/terapi-singkat-berfokus-solusi-solution-focused-brief-
therapy-sfbt/

Anda mungkin juga menyukai