Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH

TEORI DAN TEKNIK KONSELING

PENDEKATAN POSTMODERN SFBT (Solution Focused Brief Therapy)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, S.U.
Dr. Dody Hartanto, S.Pd, M.Pd

Oleh:
Nama : Nurlia Meilani
NIM : 2208056001

PROGRAM STUDI MAGISTER BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia pasti sering mengalami masalah, yang pastinya pada saat
mereka ingin menyelesaikan masalahnya sendiri masih belum mampu sehingga mereka
membutuhkan konseling yang nantinya akan dibantu konselor untuk menyelesaikan
masalahnya tersebut. Ada banyak pendekatan atau teori yang dapat digunakan dalam proses
konseling. akan tetapi tidak setiap teori dapat digunakan dalam pemecahan suatu masalah.
Teori yang digunakan dalam proses konseling merupakan teori yang dianggap paling efektif
dalam membantu konseli memecahkan permasalahannya sendiri.

Dalam pelaksanaan konseling konselor tidak akan secara langsung untuk memberikan
saran atau langsung menyelesaikan masalah konseli dengan cepat. Pada proses konseling
konseli lah yang sangat berperan utama, karena dalam menyelesaikan masalahnya,konseli
lah yang menyelesaikannya sendiri dengan dukungan dari konselor.

Salah satu teknik yang dapat digunakan yaitu SFBT (Solution Focus Brief Terapy).
Terapi ini menekankan konselor untuk menjadi mitra sekaligus motivator bagi konseli.
Konseli akan dibantu atau dibimbing agar dapat menemukan berbagai solusi atas masalahnya
tanpa harus bergantung pada konselor setiap saat.

Maka dari itu, SFBT dirasa cocok untuk kemudian digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan baik dari yang sederhana hingga yang kompleks. Keberhasilan
dari proses konselng menggunakan pendekatan ini juga ditentukan oleh kemampuan dari
konselor dalam membantu konseli untuk memutuskan tindakan apa yang dapat diambil untuk
pemecahan masalah konseli.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep SFBT (Solution Focused Brief Therapy)

Beberapa nama lain SFBT yakni Terapi konstruktif (Constructivist Therapy),


Terapi Berfokus Solusi (Solution Focused Therapy) dan Konseling Singkat Berfokus
Solusi ( solution Focused Brief Counseling). SFBT di sebut juga terapi konstruktivis ada
pula yang menyebutnya dengan terapi yg berfokus solusi (solution focused therapy) yang
di dasari oleh filosofi postmodern sebagai landasan konseptual pendekatan tersebut.
Secara filosofis pendekatan SFBT di dasari oleh suatu sudut pandang bahwa sejatinya
kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolute.

SFBT tidak memiliki penemu tunggal seperti pada teori-teori konseling


tradisional. Terdapat beberapa ahli yang saling memberikan kontribusi dalam
pembentukan SFBT hingga menjadi teori yang Komprehensif yakni, Steve De Shazer,
Insoo Kim Berg,Bill O’Hanlon, Michele Weinne-Davis. Pada tahun 1980 serta 1990,
Terapi SFBT mulai dikembangkan. Dalam menentukan intervensi yang akan diberikan
pada konseli, mereka menggunakan pohon keputusan (decision tree). O’Hanlon dan
Weinne-Davis berpandangan bahwa perubahan-perubahan kecil yang terjadi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan besar.

Secara Filosofisnya, Pandangan bahwa kebenaran dan realitas itu dapat


dikontruksikan dan bersifat relative bukan merupkan sesuatu yang sifatnya absolut. Hal
inilah yang mendasari pendekatan SFBT. Berdasarkan filosofi dari postmodern, tokoh-
tokoh konstruktivisme sosial mengemukakan pandangannya bahwa, Kebenaran-
kebenaran serta realitas sebenarnya dibangun oleh kontruksivitas dari budaya dan bahasa
kita yang membentuk suatu teori yang dipergunakan dalam pemecahan suatu masalah
pada fenomena tertentu.

Menurut Bill O’Connel (dalam Stephen Palmer 2011:551 dikutip kembali dalam
buku pendekatan-pendekatan konseling) SFBT adalah bentuk terapi singkat yang
dibangun atas kekuatan konseli dengan cara memunculkan serta mengkontruksikan
solusi pada masalah yang dihadapinya. Dalam terapi ini, dibanding berfokus pada masa
lalu, lebih baik focus pada masa depan. Konselor membantu konseli mengemukakan
keinginannya serta memunculkan kontruksi dari masalah yang dihadapinya. Dalam
konsep SFBT, konseli dianggap manusia sehat yang memiliki kompetensi serta mampu.
Konselor bertugas memicu sesuatu yang mampu memberikan perubahan dalam diri
konseli. Dalam prosesnya, terdapat negosiasi antara konselor dan konseli agar dalam
proses konseling muncul identifikasi dari permasalahan serta tujuan yang ideal.

Menurut Corey, 2009 konsep kunci dari SFBT adalah :

1. Fokus Unik SFBT.


Steve de Shazer mengemukakan bahwa, tidak perlu mengetahui penyebab dari
masalah untuk menyelesaikannya, serta tidak ada hubungan yang diperlukan antara
penyebab dan solusinya. Mengetahui dan memahami masalah tidak penting begitu
pula dengan mencari “benar” atau solusi absolut. Karena setiap orang dapat
mempertimbangkan lebih dari satu solusi, dan solusi yang tepat selalu berbeda-beda
pada setiap orang. Pada terapi ini lebih berfokus pada solusi dan tujuan yang dipilih
konseli. Dengan diberikan sedikit saja perhatian pada diagnosis, anamnesis, atau
menjelajahi kemunculan masalah (O’Hanlon & Weiner-Davis, 2003).
2. Orientasi Positif
SFBT didasari oleh optimisme bahwa manusia itu sehat dan kompeten serta memiliki
kemampuan membangun/ menemukan solusi yang dapat membantu meningkatkan
kehidupannya. Asumsi yang mendasari ialah, kita sudah memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tntangan dalam kehidupan, akan tetapi terkadang kita kehilangan arah
atau kesadaran akan kompetensi tersebut. Terapi ini melibatkan pemabngunan
harapan serta optimisme konseli dengan menciptakan harapan positif bahwa perubhan
itu mugkin. Terapi singkat yang berfokus pada solusi memiliki kesamaan dengan
psikologi positif, yang berkonsentrasi pada apa yang benar dan apa yang berfungsi
untuk orang-orang daripada memikirkan defisit, kelemahan, dan masalah (Murphy,
2015). Salah satu dari tujuan SFBT yakni mengubah persepsi konseli dengan
membingkai ulang apa yang White and Epston (1990) sebut sebagai problem-
saturated stories melalui penggunaan bahasa konselor yang terampil.
3. Mencari Apa Yang Berhasil.
SFBT berfokus pada mencari tahu apa yang dilakukan orang, yang berfungsi dan
kemudian dapat membantu mereka dalam menerapkan pengetahuan ini untuk
menghilangkan masalah dalam waktu singkat/ jumlah waktu yang memungkinkan.
Identifikasi apa yang berfungsi dan mendorong klien mereplikasi pola-pola ini sangat
penting (Murphy, 2015).
Tema utama SFBT adalah, Ketika Anda tahu apa yang berhasil, lakukan lebih banyak.
Jika ada sesuatu yang tidak bekerja, coba sesuatu yang berbeda (Hoyt, 2015).
De Shazer (1991) lebih suka melibatkan klien dalam percakapan yang mengarah pada
narasi progresif dimana orang akan menciptakan situasi di mana mereka dapat
membuat keuntungan yang stabil untuk menuju tujuan mereka. De Shazer berkata,
“Ceritakan tentang saat-saat ketika Anda merasa sedikit lebih baik dan ketika segala
sesuatunya berjalan sesuai keinginan Anda. " hidup yang layak dijalani yang
kekuatannya didekonstruksi dan solusi baru terwujud dan dimungkinkan.
4. Asumsi Dasar Panduan Praktek.
Walter dan Peller (1992, 2000) terapi solusi-terfokus sebagai model yang menjelaskan
bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat mencapai tujuan mereka dan
bukan pada penyebab masalah. Ada beberapa dari asumsi dasar mereka tentang terapi
yang berfokus pada solusi:
a. Individu yang datang ke konselor memiliki kemampuan berperilaku efektif,
meskipun efektivitas ini dapat diblokir sementara oleh kognisi negatif. Pemikiran
yang berfokus pada masalah mencegah orang Mengenali cara-cara efektif mereka
menghadapi masalah.
b. Ada keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan masa depan. Jika konseli
dapat mengarahkan kembali diri mereka ke arah kekuatan mereka menggunakan
solusi-bicara, ada kemungkinan terapi bisa singkat.
c. Ada pengecualian untuk setiap masalah, atau saat-saat masalah tidak ada. Dengan
berbicara tentang pengecualian ini, konseli bisa mendapatkan petunjuk solusi yang
efektif dan dapat memperoleh kendali atas apa yang tampaknya menjadi kesulitan
pribadi yang tidak dapat diatasi. Perubahan cepat dimungkinkan saat konseli
mengidentifikasi pengecualian untuk masalah mereka dan mulai mengaturnya
memikirkan pengecualian ini alih-alih masalah.
d. Konseli seringkali hanya menampilkan satu sisi dari diri mereka sendiri. Konselor
yang berfokus pada solusi mengundang klien untuk memeriksa sisi lain dari kisah
yang mereka sajikan.
e. Tidak ada masalah yang konstan, dan perubahan tidak bisa dihindari. Apa yang
perlu dilakukan orang menyadari setiap perubahan positif yang terjadi. Perubahan
kecil membuka jalan bagi perubahan yang lebih besar, dan perubahan ini sering
kali adalah semua yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dibawa
klien ke konseling (Guterman, 2013).
f. Konseli melakukan yang terbaik untuk membuat perubahan terjadi. Konselor
harus mengadopsi sikap kooperatif dengan klien daripada merancang strategi
untuk mengontrol pola resistif. Ketika terapis menemukan cara untuk bekerja
sama dengan orang-orang, resistensi tidak terjadi.
g. Konseli dapat dipercaya dalam niat mereka untuk menyelesaikan masalah mereka.
Konselor berasumsi bahwa klien ingin berubah, dapat berubah, dan akan berubah
dalam kondisi terapeutik yang kooperatif dan memberdayakan. Ada tidak ada
solusi "benar" untuk masalah spesifik yang dapat diterapkan untuk semua orang.
Setiap individu adalah unik dan demikian pula masing-masing solusi.

5. Karaketeristik

Rata-ratanya waktu yang dibutuhkan dalam proses terapi tida hingga delapan sesi, dengan
panjang yang paling umum adalah satu sesi. (Hoyt, 2015). Tujuan utama terapi singkat adalah
membantu klien menyelesaikan masalah secara efisien dan bergerak maju secepat mungkin.
Beberapa ciri khas terapi singkat termasuk yang berikut (Hoyt, 2009, 2011, 2015):

a. Aliansi kerja cepat antara terapis dan klien.


b. Spesifikasi yang jelas dari tujuan perawatan yang dapat dicapai.
c. Pembagian tanggung jawab yang jelas antara klien dan terapis, dengan partisipasi
klien aktif dan aktivitas terapis tingkat tinggi.
d. Penekanan pada kekuatan, kompetensi, dan kapasitas klien.
e. Harapan bahwa perubahan itu mungkin dan realistis dan peningkatan itu dapat terjadi
dalam waktu dekat.
f. Orientasi di sini dan sekarang dengan fokus utama pada fungsi saat ini dalam berpikir,
merasakan, dan berperilaku.
g. Teknik spesifik, terpadu, pragmatis, dan eklektik.
h. Penilaian berkala atas kemajuan menuju tujuan dan hasil.
i. Sensitif terhadap waktu, termasuk memaksimalkan setiap sesi dan berakhir terapi
sesegera mungkin.

Tugas inti adalah untuk praktisi SFBT untuk belajar bagaimana mengidentifikasi masalah
dengan cepat dan sistematis, menciptakan hubungan kolaboratif dengan klien, dan campur
tangan dengan berbagai metode spesifik. Karena kebanyakan terapi terbatas waktu, terapis
harus belajar untuk mempraktikkan terapi singkat dengan baik (Hoyt, 2011).

2.1.1 Biografi Tokoh SFBT

Steve de Shazer bersama isterinya, Insoo Kim Berg merupakan pasangan


tokoh yang mempelopori Terapi Singkat Berfokus Solusi (SFBT). Steve de Shazer
lahir pada 25 Juni 1940, Milwauke, Wisconsin, Amerika. Beliau merupakan salah satu
pelopor yang berfokus pada Solusi dari terapi singkat. Beliau mengembangkan SFBT
saat menjadi direktur penelitian di Pusat Terapi Keluarga Singkat di Milwauke.
Buku-Buku karya steve de shazer diantaranya ialah Keys to Solutions in Brief
Therapy (1985), Clues: Investigating Solutions in Brief Therapy (1988), Putting
Difference to Work (1991), and Words Were Originally Magic (1994). Steve de
Shazer hobi dalam bermain baseball, beliau juga seorang koki yang ahli dalam
menilai makanan, beliau tak segan meluangkan waktu untuk berjalan-jalan setiap
hari. Selain itu beliau juga senang membaca traktat filsafat dalam bahasa jerman atau
perancis asli, mendengarkan music jazz, serta membaca buku masak esoterik. Semasa
mudanya beliau adalah pemain saksofon jazz. Mempresentasikan lokakarya,
memberikan pelatihan, dan konsultasi secara luas di Amerika Utara, Eropa, Australia
dan Asia. Steve de Shazer meninggal pada 11 september , beberapa jam setelah
dirawat di Rumah Sakit di Wina saat mengajar Tur di Eropa pada Tahun 2005.

Insoo Kim Berg adalah seorang Psikoterapis dari Amerika, Beliau lahir di
Korea pada 25 Juli 1934. Pada mulanya, Insoo Kim Berg bersama dengan suaminya
mendirikan Terapi Keluarga Singkat berletak di Milwauke, Wisconsin. pada tahun
1978. Beliau merupakan pemimpin dalam Praktik SFBT dan telah menyediakan
lokakarya di Amerika, Jepang, Korea Selatan, Australia, Denmark, Inggris dan
Jerman. Diantara buku-buku karya Insoo Kim Berg ialah, Family Based Services: A
Solution-Focused Approach (1994), Working With the Problem Drinker: A Solution-
Focused Approach (Berg & Miller, 1992), and Interviewing for Solutions (De Jong &
Berg, 2013). Bagi rekan-rekan kerjanya Kim Berg adalah sosok yang inspiratif,
rendah hati, dan bergairah. Beliau memiliki komitmen untuk bkerja dan jarang
mengambil cuti, namun beliau tetap menikmati berbagai kegiatan fisik seperti yoga,
berjalan, berkebun dan latihan peregangan. Meninggal pada 10 Januari 2007 di
Milwauke, Wisconsin , Amerika.
Bill O’Hanlon Lahir pada tanggal, 2 Agustus 1952. Berusia 67 tahun. Profesi
sebagai, Psikoterapis, Penulis, Pembicara, seorang musisi (gitar), dan penulis lagu.
Buku karya O’Hanlon diantaranya adalah : Do One Thing Different : Ten Simple
Ways to Change Your Life ; Quick Steps to Revolving Trauma ; The Change Your
Life Book ; Solution-oriented Hypnosis: An Eriksonian Approach, dll.

Michele Weine-Davis Lahir pada tanggal 27 Maret, 1951 di Kota New York,
New York. Amerika. Menempuh pendidikan di Universitas Kansas (1977) , Grinnell
College. (1973). Menikah dengan James Davis pada 19 maret, 1977. Michele Weine-
Davis dikenal sebagai Solution-Focused brief therapy, Divoice Busting. Pekerjaannya
adalah sebagai Pekerja Sosial Klinis Berlisensi, Terapis Perkawinan dan Keluarga,
dan Penulis dalam bidang Terapi Keluarga. Buku karya Michele diantaranya : Divorce
Busting, The Divorce Remedy: The Proven 7-Step Program for Saving Your Marriage
;The Sex-Starved Marrige: A Couple’s Guide to Boosting Their Marriage Libido, dll.

2.1.2 Sosial Konstruksionisme

Konstruksionisme sosial adalah ekspresi psikologis pandangan dunia postmodern


ini, itu nilai realitas konseli tanpa berselisih apakah itu akurat atau rasional (Gergen,
1991,1999, Weishaar, 1993). Untuk Konstruksi sosial, setiap pemahaman realitas
didasarkan pada penggunaan bahasa dan sebagian besar merupakan fungsi dari
situasi dimana orang hidup. Pengetahuan tentang suatu arti dari depresi, yang
memiliki banyak definisi diantaranya seseorang yang merasa tertekan bisa menjadi
arti depresi. Tanpa ada kondisi budaya dapat menerima konsep depresi itu sendiri,
berbicara tentang depresi sulit bagi seseorang yang menderita depresi untuk
mengakui nilai dari suasana hati yang baik pada waktu terteentu dalam hidupnya.

Dalam pemikiran postmodern, bentuk bahasa dan penggunaan bhasa dalam


cerita menciptakan suatu makna. Mungkin ada banyak makna karena kebanyakan
orang menceritakan kisah-kisah hidupnya dan masing masing dari cerita hidupnya
akan mengungkapkan kebenaran dari perkataannya. Setiap orang yang terlibat dalam
situasi itu memiliki perspektif tentang realitas dari situasi itu, tetapi berbagai
kebenaran terbatas karena efek dari peristiwa sejarah tertentu dan terbesit
menggunakan kontes sosial yang mendominasi.
2.2 Tujuan SFBT

SFBT menggambarkan berbagai ide dasar tentang perubahan, interaksi, dan


pencapaian tujuan.

1. Ahli terapi berfokus dan percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk
mendefinisikan tujuan pribadi yang bermanfaat dan mereka juga memiliki
sumberdaya yang berguna untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Setiap tujuan memiliki sifat yang unik bagi masing-masing klien dan dibentuk oleh
klien itu sendiri guna mencapai masa depan yang lebih baik.
3. Ahli terapi berfokus dan berkonsentrasi pada perubahan kecil, realistis, dan dapat
dicapai dengan hasil yang positif.
4. Walter dan Peller (1992) menekankan pada pentingnya membantu klien dalam
menciptakan tujuan yang didefinsikan dengan baik yaitu :
a. Dinyatakan secara positif menurut bahasa bahasa klien
b. Berorientasi pada proses atau aksi
c. Dibentuk pada saat itu juga
d. Dapat dicapai , bersifat kongkrit dan spesifik
e. Dikontrol oleh klien
5. Mengarahkan klien pada kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki untuk mengubah
sudut pandang mengenai situasi dan proses mencari solusi dari problematika yang
dihadapi.
6. Tujuan utama dari SFBT adalah membantu klien untuk membuat suatu pergeseran
sikap dan bahasa. Klien akan dibuat membicarakan tentang masalah yang sedang
dihadapi lali merujuk pada solusi apa yang akan diambil. SFBT juga berbicara
bahwa perubahan kecil akan menghasilkan perubahan besar. Klien akan dibuat
berfikir apa yang harus mereka lakukan secara kompeten agar tercapainya tujuan
utama dari terapi.

2.3 Pandangan SFBT

2.3.1 Pandangan Tentang Manusia menurut SFBT

Pada hakikatnya, Manusia adalah makhluk Tuhan yang sehat, berkompeten.


Dalam pemecahan permasalahan, manusia mampu membangun dan merancang
solusi-solusi dari permasalahannya sehingga ia tidak terus menerus terlena
dalam masalahnya. Dengan kata lain, manusia mampu menemukan solusi dari
permasalahannya agar mampu keluar dari kondisi permasalahan yang tidak
diharapkan terjadi dalam kehidupannya untuk mencapai kehidupan ideal yang di
inginkannya.

Menurut Steve De Shazer (dalam Corey, 2009)tidak penting mengetahui


akar/penyebab masalahdalam upaya penyelesaiannya. Tidak ada hubungan
antara masalah-masalah dan solusi-solusinya. Untuk memunculkan perubahan,
tidak penting manusia itu mencoba mengumpulkan sebanyak-banyaknya
informasi,serta mencoba memahami tentang suatu masalah. Hal ini dianggap
tidak penting, dan tidak terlalu membantu proses pemecahan masalah. Akan
tetapi, mencoba menemukan solusi yang tepat dan benar merupakan hal yang
penting dilakukan. Dalam proses konseling yang menggunakan pendekata
SFBT, konselor memberikan kebebasan kepada konseli untuk memilih apa saja
tujuan yang ingin dicapai oleh konseli. Dengan sedikit bekal akan hasil
diagnosa, sejarah serta eksplorasi masalah.

Dalam meningkatkan kualitas kehidupan yang diharapkan oleh konseli,


pendekatan SFBT berasumsi bahwa, manusia sehat dan kompeten memiliki
persentase kemampuan yang lebih unggul. Dengan menyelipkan ekspektasi
yang positif guna memunculkan asumsi-asumsi optimis bahwa perubahan itu
mampu dikonstruksikan. Menurut Metcalf (2001), SFBT merupakan suatu
pendekatan nonpatologis yang menekankan kompetensi daripada kekurangan,
kekuatan daripada kelemaahan.

2.3.2 Struktur Kepribadian

Sfbt berfokus pada solusi yang terletak pada asumsi bahwa orang dapat
terperosok dalam konflik masa lalu yang belum terselesaikan dan di blokir
ketika fokus pada masalah masa lalu dari pada solusi masa depan. Terapi
singkat yang berfokus pada solusi berbeda dengan menghindari masa lalu
yang mendukung masa kini dan masa depan, terapis fokus pada pemahaman
tentang bagaimana masalah muncul. Tingkah laku perubahan di pandang
sebagai pendekatan yang paling efektif untuk membantu orang dalam
meningkatkan kehidupan mereka. De shazer mengemukakan bahwa tidak
perlu mengetahui menyebabkan masalah untuk menyelesaikannya dan tidak
ada hubungan yang di perlukan antara penyebab masalah dan
solusinya.menilai masalah tidak perlu dilakukan perubahan terjadi. Jika
mengetahui dan memahami masalah, siapa pun dapat mempertimbangkan
lebih dari satu solusi dan apa yang tepat untuk memvalidasi pengalaman klien
dan membiarkan mereka menggambarkan rasa sakit mereka.dalam terapi
singkat ini berfokus pada solusi,klien memilih tujuan yang ingin mereka capai,
sedikit perhatian diberikan pada diagnosis,anamnesis atau menjelajahi
kemunculan masalah.

2.3.3 Pribadi Sehat dan Pribadi Tak Sehat


1) pribadi sehat
pribadi yang mampu (kompeten), memiliki kapasitas untuk
membangun,merancang ataupun mengkontruksi solusi-solusi,sehingga
individu tersebut tidak terus menerus berkutat dalam problem-problem
yang sedang ia hadapi.Pribadi yang tidak terpaku pada masalah, namun
ia lebih berfokus pada solusi,bertindak dan mewujudkan solusi yang ia
inginkan.
2) Pribadi tak sehat
Individu menjadi bermasalah karena ketidakefektifan dalam mencari
dan menggunakan solusi yang dibuatnya. Individu menjadi
bermasalah karena ia menyakini bahwa ketidakbahagiaan atau
ketidaksejahteraaan ini berpangkal pada dirinya

2.3.4 Hakikat Konseling

Konseli dapat memahami apa tujuan konseling, dalam proses


terapeutiknya dengan melibatkan pemikiran klien tentang masa depan mereka
serta berfokus pada solusi yang menempatkan klien dalam posisi menjadi ahli
tentang kehidupan mereka sendiri. Terapis tidak berasumsi bahwa berdasarkan
kerangka acuan ahli mereka, tau pentingnya tindakan dan pengalaman klien.
Terapis mempercayai bahwa klien dapat mencapai penyelesaian kehidupannya
sendiri, untuk membangun masa depan pilihan mereka. Tugas terapis adalah
mengarahkan klien kea rah perubahan tanpa menentukan apa yang harus
diubah. Terapis berusaha menciptakan suatu kebebasan untuk membuat
mengeksplorasi bersama.tugas terapis utamanya dapat membantu klien
membayangkan bagaimana mereka ingin hidup menjadi berbeda dan apa yang
diperlukan untuk melakukan perubahan yang terjadi.

Konseling merupakan proses yang diberikan oleh konselor terhadap konseli


untuk menemukan solusi pada masalah yang sedang dihadapi ya.

Hakikat sfbt menurut walter dan peller (corey , 2005) :

1) Individu yg datang ke terapi mampu berperilaku efektif.


2) Ada keuntugan2 untuk fokus pada solusi dan pada masa depan.
3) Ada penyangkalan pada stiap problem.
4) Sfbt mengajak konseli untuk memahami sisi lain dsri cerita yg mereka
sampaikan.
5) Perubahan kecil adalah cara untuk mendapatkan perubahan yg lebih
besar, dalam hal yang lebih baik untuk masa depannya.
6) Konseli diberi kepercayaan pada niat mereka untuk memecahkan
masalah.

2.4 Hubungan Dalam SFBT

2.4.1 Fungsi utama konselor :

Konselor membuat konseli tahu harus berbuat apa dalam proses mencari solusi
terhadap masalah yang dialami tanpa harus di dikte oleh konselor. Konseli dibuat
mampu bergerak sendiri tidak selalu bergantung pada konselor.
Selain ada pun peran dan fungsi konselor yang lain :
a. Mengarahkan klien kearah perubahan tanpa menentukan apa yang harus diubah.
b. Terapis berusaha untuk menciptakam hubungan kaloboratif karena keyakinan
mereka bahwa melakukan hal itu dapat membuka berbagai kemungkinan untuk
perubaham sekarang maupun masa depan
c. Terapis menciptakan suasana saling menghormati, dialog, penyelidikan, dan
penegasan dimana klien bebas untuk membuat, mengekplorasi, dan ikut menulis
kisah mereka yang sedang berkembang.
d. Membantu klien membayangkan bagaimana mereka menginginkan sesuatu agar
menjadi berbeda dan apa yang bisa dilakukan dan diperlukan agar perubahan
tersebut berhasil
e. Sebagai mitra
Dalam kegiatan ini, hubungan kaloboratif antara konselor dan konseli harus di
bangun terlebih dahulu. Konselor hendaknya menciptakan hubungan dan suasana
yang baik agar berpengaruh untuk masa depan. Ketika hubungan kaloboratif
sudah tercipta , konselor akan menciptakan suasana saling menghormati, memicu
adanya dialog, pertanyaan , berbagai cerita , dll sehingga konseli merasa nyaman
memiliki mitra seperti konselor tersebut.
f. Sebagai motivator
Konselor berperan sebagai motivator dimana konselor memberi motivasi yang
dapat menumbuhkan semangat di diri konseli dalam mecari solusi dari
masalahnya. Jika sudah ditemukan solusi namun tidak membuahkan hasil, maka
konselor harus terus memberi semangat pada konseli agar konseli dapat mecari
alternatif solusi lain.

2.4.2 Jenis Hubungan

Kualitas hubungan antara sang ahli terapi dengan klien adalah fakor
utama yang menentukan hasil dalam terapi SFBT ini, oleh sebab itu
membangun hubungan atau keterlibatan adalah langkah langkah dasar dalam
SFBT. Sikap sang terapis sangant penting dalam efektivitas proses terapi. Hal
ini penting untuk menciptakan rasa percaya sehingga klien akan kembali untuk
sesi lebih lanjut dan menindaklanjuti saran pekerjaan rumah (Corey, 2009).
Sedangkan menurut Murphy (dalam Corey 2009), bahwa proses terapi bekerja
terbaik ketika konseling alamat yang klien lihat penting.

Berdasarkan dua pendapat tersebut tentang hubungan yang terjadi antara


terapis dengan klien dalam proses terapi SFBT ini sangat penting yang
menjadikan suatu faktor utama dalam proses terapi karena terapi dengan klien
merupakan pihak yang terlibat dalam terapi ini. oleh sebab itu klien dengan
terapis harus menjaga hubungan yang baik agar dalam pengambilan atau dalam
menentukan solusi untuk klien dapat sesuai dengan harapan untuk membawa
perubahan dimasa depan.

De Shazer (dalam Corey 2009) menggambarkan tiga jenis hubungan yang


dapat dikembangkan antara konselor dan konseli untuk membangun SFBT:

1) Pelanggan (Customer)
Konselor dengan Konseli akan bekerja secara bersama – sama dalam
mengidentifikasi atau memecahkan masalah dan berjalan kearah pencapaian
solusi. Dalam situasi ini konseli akan segera menyadari bahawa konseli
tidak terus bergantung pada konselor, konseli harus menggunakan dirinya
sendiri dalam pencapaian solusi.
2) Pengadu ( Complainant )
Konseli akan menjelaskan masalah kepada konselor tapi tidak mampu
untuk mendapatkan solusi dalam menyelesikan masalahnya. Kebanyaakan
dalam situasi ini akhirnya konseli berharap kepada konselor bahwa yang
seharusnya ada diposisi konseli itu orang lain bukan dirinya sendiri.
3) Pengunjung ( Visitor )
Pada hubungan ini konseli datang ke Konselor bukan karena dirinya sendiri
tapi karena pengaruh dari orang lain seperti mendapat arahan dari orang tua,
teman, pasangan atau lainnya untuk datang kepada konselor. Konseli disini
tidak mempunyai pemikiran bahwa konseli sedang mempunyai masalah dan
juga konseli tidak dapat mengetahui apa saja yang dilakukan dalam
melakukan konseling ini.

2.5 Tahapan Dalam Pelaksanaan SFBT


Menurut Corey (2009) dalam melaksanakan terapi SFBT ini memiliki 6
tahapan yang harus dilaksanakan dalam SFBT yaitu:
1) Konseli memaparkan atau menceritakan permasalahan yang dihadapi kepada
konselor. Dan pada saat itu konselor mendengarkan apa yang konseli ceritakan
dengan seksama dengan menanggapi jawaban konseli tentang pertanyaan
konselor “bagaimana saya dapat membantu anda.”
2) Konseli dengan konselor akan bekerja secara bersama untuk mendirikan tujuan
tujuan yang dibentuk secara khusus dengan baik dalam waktu yang lebih
singkat. Dengan cara konselor bertanya kepada konseli tentang “ apa yang
menjadi berbeda dalam hidupmu ketika masalah masalah anda terselesaikan?”,
jadi dengan adanya pertanyaan seperti itu dapat memicu terjadinya kerja dalam
tim antara konselor dengan konseli agar mendapatkan tujuan yang ingin
didapatkan dalam pencapaian solusi untuk konseli.
3) Konselor menanyakan pada konseli tentang kapan dan dimana konseli
merasakan bahwa konseli tidak merasakan masalahnya, masalah yang tidak
mengganggu dalam keadaan konseli. Lalu konseli akan dibantu konselor
dengan dorongan untuk mencari pengecualian tersebut supaya benar benar
jeadaan konseli tanpa merasakan masalahnya bisa terjadi.
4) Pada akhir setiap sesi konseli akan membangun solusi yang dia dapat temukan
lalu konselor akan memberikan umpan balik dan memberikan dukungan pada
konseli tak lupa juga konselor akan menyarankan untuk apa yang dapat konseli
tangkap dari sesi tersebut untuk menyelesaikan masalahnya.
5) Bersama antara konselor dengan konseli, konselor akan melakukan evaluasi
kepada konseli tentang kemajuan apa yang telah konseli dapatkan dalam
pencarian solusi yg sebelumnya sudah direncanakan.

Berdasarkan langkah langkah dalam melaksanakan SFBT diatas,


menunjukkan bahwa peran antara konselor dan konseli penting dalam
melaksanakan terapi atau konseling SFBT. Kerjasama antara konselor dengan
konseli sangat penting dalam proses pelaksanaan SFBT, karena konselor dan
konseli sangat terlibat dalam pencapaian solusi untuk menyelesaikan masalah
konseli. Dan disini konseli merupakan hal yang utama dalam melakukan SFBT,
karena konseli sendiri yang akan menemukan solusi untuk masalahnnya sendiri
sedangkan konselor hanya menfasilitasi konseli dan mendukung konseli dari
belakang.
2.6 Aplikasi Dan Teknik Dalam SFBT

Menurut corey 2009, ada 7 teknik yang dilakukan dalam terapi SFBT yaitu:

1) Perubahan Praterapi

Pada tahapan awal ini, konselor hanya berfokus pada konseli dalam
pencapaian solusi yang akan direncanakan. Dengan cara bertanya “ Apa yang telah
anda sejak anda membuat perjanjian yang membuat pebedaan dalam masalah
anda?” dan sebelumnya konseli sudah membuat perjanjian atau komitmen terlebih
dahulu karena dianggap sebagai langkah kecil untu membawa dampak yang positif.
Dengan adanya perjanjian dan pemberian pertanyaan pada konseli, diharapkan
konseli hatinya lebih terdorong lagi untuk berusaha dengan dirinya sendiri bahwa
konseli itu bisa karena dirinya bukan karena orang lan. Dari sinilah agar konseli
tidak terlalu bergantung pada konselor untuk menyelesaikan masalahnya.

2) Pertanyaan Pengecualian

SFBT ini didasarkan pada suatu ide dimana ada masa atau waktu dalam
kehidupan manusia mempunyai masa yang tidak mengalami permasalahan.
Waktu tersebut disebut dengan pengecualian dan menampilkan berita yang
berbeda. (Bateson, 1992). Untuk menempatkan konseli dalam masa tersebut
konselor melakukan suatu cara pengecualian dengan menempatkan konseli
berada pada masa lalunya dengan pengalaman yang konseli miliki di masa dahulu
dimana masa itu konseli berada dalam keadaan yang tidak mempunyai masalah
hal tersebut bisa dinamakan pengecualian dalam keadaan itu. Konselor bisa juga
dengan bertanya kepada konseli dengan mengarahkan suatu pertanyaan yang
menghasilkan jawaban bahwa konseli itu berada pada keadaan yang bahagia,
seperti bertanya “apa yg membuatmu bahagia dimasa dulu?” nah dengan
mengajak konseli untuk mengingat masanya dulu bisa membantu konseli berpikir
bahwa “saya dulu itu bahagia maka sekarang saya juga bisa bahagia.”
3) Pertanyaan Keajaiban

De Jong dan Berg (2002) mengidentifikasi sejumlah alasan peraturan,


keajaiban adalah teknik yang bermanfaat untuk klien. Sebuah pertanyaan yang
seolah itu mukjizat yang akan datang pada klien sehingga klien akan terarah
untuk menemukan solusi untuk masa depan yang lebih baik.

4) Pertanyaan Skala

Mengunakan pertanyaan berskala yg dapat memungkinkan konseli untuk


memperhatikan apa yg mereka lakuakan dalam membawa perubahan. Memancing
konseli untuk memilih langkah yang akan konseli lakukan dalam mencapai solusi.

5) Formula Tugas Sesi Pertama

Dalam sesi ini konseli akan diarahkan konselor untuk selalu optimis dalam masa
depannya bahwa masalah yang dihadapi konseli tidak akan terjadi lagi.

6) Umpan Balik Ahli Terapi Kepada Klien

Konselor akan memberikan tanggapan kepada konseli, dengan memberikan umpan


balik kepada koseli berupa pujian, dukungan dan lainnya.

7) Penghentian

Dalam hal ini jika konseli telah mendapatkan solusi yang memuaskan konseli,
maka hubungan ini akan diberhentikan atau diakhiri. Jika masih belum konselor
masih akan memantau perkembangan koseli, sampai konseli mendapatkan
perubahan yang baik untuk dimasa depannya.

2.7 Perbedaan Postmodern Dengan Teori Lainnya


 terapi sfbt berbeda dgn terapi tradisionsl, dengan menghindari masa lalu demi
masa kini dan masa depan.
 Pada teori Psikoanalisa lebih percaya bahwa pengalaman masa kanak kanak
mempengaruhi masa dewasa dan apa yang terjadi saat ini akibat masa lampau,
sedangkan postmodern lebih menekankan bahwa tidak ada hubungannya
antara masalah dengan masa lalu. Postmodern bersifat antideterministik
sedangkan psikoanalisa deterministik.
 terapi fokus pada apa yg mungkin, dan mereka nemiliki sedikit atau tidak ada
minat untuk mendapatkan pemahanan tentang masalah tersebut.

2.8 Aplikasi dan teknik dalam SFBT terhadap kasus Stan dan Gwen

2.8.1 Pendekatan Postmodern SFBT (Solution Focused Brief Therapy) yang


Diterapkan pada Kasus Stan

A. Terapi Singkat Berfokus Solusi dan Naratif Dengan Stan

Beroperasi dari perspektif integratif dengan menggabungkan konsep dan teknik


dari pendekatan yang berfokus pada solusi dan naratif. Dari kerangka kerja ini, saya
secara filosofis menentang penilaian dan diagnosis menggunakan model DSM-5, dan
saya tidak memulai terapi dengan penilaian formal. Sebaliknya, saya melibatkan Stan
dalam percakapan kolaboratif yang berpusat pada perubahan, kompetensi, preferensi,
kemungkinan, dan ide untuk membuat perubahan di masa depan

Saya memulai pekerjaan saya dengan Stan dengan mengundangnya untuk


memberi tahu saya tentang kekhawatiran yang membawanya ke terapi dan apa yang
ingin dia capai dalam sesinya. Saya juga memberi Stan orientasi singkat tentang
beberapa gagasan dasar yang memandu praktik saya dan menjelaskan pandangan saya
tentang konseling sebagai kemitraan kolaboratif di mana dia adalah mitra senior. Stan
agak kaget dengan hal ini karena dia berharap saya adalah orang yang berpengalaman
dan ahli.

Dia memberi tahu saya bahwa dia memiliki sedikit kepercayaan untuk
mengetahui bagaimana melanjutkan hidupnya, terutama karena dia sering
"mengacaukan". Saya sadar bahwa dia ragu-ragu ketika harus mengambil peran
sebagai mitra senior. Namun, saya bekerja untuk mengungkap proses terapeutik dan
membangun hubungan kolaboratif, menyampaikan kepada Stan bahwa dia
bertanggung jawab atas arah yang akan diambil oleh terapinya. Saya juga berjanji
untuk mengeksplorasi efek yang merusak dari keraguan diri dalam hidupnya dan
bagaimana dia berhasil menjalani hidup terlepas dari ini.Segera setelah orientasi
tentang cara kerja terapi ini, saya menanyakan tentang beberapa tujuan spesifik yang
ingin dicapai Stan melalui sesi terapi.

Stan memberikan tanda-tanda yang jelas bahwa dia bersedia dan ingin sekali
berubah. Namun, dia menambahkan bahwa dia menjadi yakin bahwa dia menderita
harga diri yang rendah. Saat dia bercerita lebih banyak tentang bagaimana keraguan
diri melumpuhkannya secara teratur dan mengarah pada evaluasi negatif tentang
dirinya sendiri sebagai "kacau", saya mulai mengeksternalisasi gagasan keraguan diri
dan bertanya. kedalam sejarah penampilan mereka dalam hidupnya. Saya juga
dengan hati-hati memetakan efek dari keraguan diri dalam hidupnya.

Kemudian saya mulai memfokuskan Stan untuk mencari pengecualian atas


keraguan diri. Saya mengajukan pertanyaan pengecualian (terapi yang berfokus pada
solusi):

"Apa yang berbeda dengan konteks atau waktu ketika Anda tidak mengalami
keraguan diri?" Stan mampu mengidentifikasi beberapa karakteristik positif :
keberanian, tekad, dan kemauannya untuk mencoba hal-hal baru terlepas dari
keraguan dirinya, dan bakatnya untuk bekerja dengan anak-anak.

Stan tahu apa yang dia inginkan dari terapi dan memiliki tujuan yang jelas: untuk
mencapai tujuan pendidikannya, untuk meningkatkan keyakinannya pada dirinya
sendiri, untuk berhubungan dengan wanita tanpa rasa takut, dan untuk merasakan
lebih banyak kegembiraan daripada kesedihan dan kecemasan. Saya mengundang
Stan untuk berbicara lebih banyak tentang bagaimana dia berhasil mendapatkan
keuntungan yang dia miliki meskipun bergumul dengan masalah keraguan diri.

Saya mengizinkan Stan untuk membagikan ceritanya yang sarat masalah, tetapi
saya tidak terjebak dalam narasi ini. Saya mengundang Stan untuk menganggap
masalahnya sebagai sesuatu yang berada di luar inti kediriannya. Saya membantunya
memperhatikan kekuatan budaya yang telah merekrutnya ke dalam cerita yang tidak
terlalu memikirkan dirinya sendiri. Bahkan selama sesi awal, saya mendorong Stan
untuk memisahkan keberadaannya dari masalahnya dengan mengajukan pertanyaan
yang mengeksternalisasi masalahnya. Meskipun Stan menghadirkan beberapa bidang
masalah yang menjadi perhatiannya,

Saya bekerja dengannya untuk mengidentifikasi satu masalah tertentu. Stan


mengatakan dia sering mengalami depresi, dan dia khawatir depresinya suatu hari
nanti akan menguasai dirinya. Setelah mendengarkan ketakutan dan kekhawatiran
Stan,

Saya mengajukan pertanyaan ajaib kepada Stan (teknik berfokus pada solusi) :

"Misalkan keajaiban terjadi saat Anda tidur malam ini. Ketika Anda bangun besok,
masalah yang Anda sebutkan adalah Apakah tanda-tanda bagi Anda bahwa
keajaiban ini benar-benar terjadi dan masalah Anda terpecahkan? Bagaimana hidup
Anda akan berbeda?"

Dengan intervensi ini, saya mengalihkan fokus dari berbicara tentang masalah
untuk berbicara tentang solusi. Saya menjelaskan kepada Stan bahwa sebagian besar
terapinya akan berurusan dengan menemukan solusi saat ini dan masa depan
daripada memikirkan masalah masa lalu. Bersama-sama kami terlibat dalam
percakapan yang menampilkan pembicaraan perubahan daripada pembicaraan
masalah.

Sebagian besar, Stan menghubungkan kisah identitasnya dengan masalahnya,


terutama depresi. Dia tidak menganggap masalahnya terpisah dari dirinya sendiri.
Saya ingin Stan menyadari bahwa dia secara pribadi bukanlah masalahnya, tetapi
masalahnya adalah masalahnya.

Ketika saya meminta Stan untuk memberi nama pada masalahnya, dia akhirnya
muncul dengan "Nonaktifkan depresi!" Dia kemudian menceritakan bagaimana
depresinya membuat dia tidak berfungsi seperti yang dia inginkan di banyak bidang
kehidupannya.

Saya kemudian menggunakan pertanyaan eksternalisasi (teknik naratif) sebagai


cara untuk memisahkan Stan dari masalahnya:

"Berapa lama depresi menguasai Anda?"


"Apa yang telah merugikan Anda karena depresi?"
"Kesimpulan apa tentang dirimu yang membuatmu tertarik?"
"Apa pendapatmu tentang apa yang telah dilakukannya untuk mengacaukan
hidupmu?"
"Pernahkah Anda menghadapi depresi dan tidak membiarkannya menang?"

Tentu saja, saya menjelaskan secara singkat kepadanya apa yang saya lakukan
dengan menggunakan bahasa eksternal, jangan sampai dia menganggap ini cara yang
aneh untuk menasihati. Saya berbicara lebih banyak tentang keuntungan terlibat
dalam percakapan eksternal. Saya juga berbicara dengan Stan tentang pentingnya
memetakan efek masalah dalam hidupnya. Proses ini meliputi penjajakan sudah
berapa lama masalah itu ada, sejauh mana masalah itu mempengaruhi berbagai aspek
kehidupannya, dan seberapa dalam masalah itu terus mempengaruhi dirinya. Saat
sesi berlangsung, ada upaya kolaboratif yang bertujuan untuk menyelidiki
bagaimana masalah tersebut telah menjadi pengaruh yang mengganggu,
mendominasi, dan mengecilkan hati.

Stan datang untuk melihat ceritanya dari perspektif yang berbeda. Saya terus
berbicara dengan Stan tentang saat-saat ketika dia tidak dikuasai atau putus asa oleh
depresi dan kecemasan dan terus mencari pengecualian untuk pengalaman
bermasalah ini. Stan dan saya berpartisipasi dalam percakapan tentang hasil yang
unik, atau saat-saat ketika dia menunjukkan keberanian dan kegigihan dalam
menghadapi peristiwa yang mengecilkan hati.
Beberapa dari "momen gemerlap" ini termasuk prestasi Stan di perguruan tinggi,
kerja sukarela dengan anak-anak, kemajuan dalam mengekang kecenderungannya
untuk menyalahgunakan alkohol, kesediaan untuk menantang ketakutannya dan
berkenalan baru, berbicara kembali ke pesan internal yang mengalahkan diri sendiri,
prestasi dalam mengamankan pekerjaan, dan kesediaannya untuk menciptakan visi
masa depan yang produktif.
Dengan bantuan saya, Stan mengumpulkan bukti dari masa lalunya untuk
memperkuat pandangan baru tentang dirinya sebagai orang yang cukup kompeten
untuk melepaskan diri dari dominasi cerita bermasalah. Pada fase terapinya ini, Stan
membuat keputusan untuk membuat narasi alternatif. Beberapa sesi dikhususkan
untuk menulis ulang cerita Stan dengan cara yang hidup, kreatif, dan penuh warna.
Seiring dengan proses pembuatan cerita alternatif, saya mengeksplorasi dengan Stan
kemungkinan merekrut penonton yang akan memperkuat perubahan positifnya.
Saya bertanya, "Siapa yang Anda kenal yang paling tidak terkejut mendengar
perubahan Anda baru-baru ini, dan apa yang diketahui orang ini tentang Anda yang
akan membuatnya tidak begitu terkejut?" Stan mengidentifikasi salah satu guru
awalnya yang menjadi mentor baginya dan yang percaya padanya ketika Stan
memiliki sedikit kepercayaan pada dirinya sendiri. Beberapa waktu terapi
dikhususkan untuk membahas bagaimana cerita baru berakar hanya jika ada
penonton yang mengapresiasinya.

Setelah lima sesi terapi, Stan mengungkit soal pemutusan hubungan kerja. Pada
sesi keenam dan terakhir, saya memperkenalkan pertanyaan penskalaan, meminta
Stan untuk menilai tingkat peningkatannya pada serangkaian masalah yang kami
jelajahi dalam beberapa minggu terakhir. Pada skala nol hingga 10, Stan
mengurutkan bagaimana dia melihat dirinya sendiri sebelum sesi pertamanya dan
bagaimana dia melihat dirinya hari ini pada berbagai dimensi tertentu (teknik
penskalaan). Kami juga berbicara tentang tujuan Stan untuk masa depannya dan
perbaikan seperti apa yang perlu dia lakukan untuk mencapai apa yang dia inginkan.
Saya kemudian memberi Stan surat yang saya tulis yang meringkas cerita masalah
dan efeknya dan juga cerita tandingan yang telah kami kembangkan dalam terapi.
Dalam surat naratif saya, saya menggambarkan tekad dan kerja sama Stan dengan
kata-katanya sendiri dan mendorongnya untuk mengedarkan berita tentang perbedaan
yang dia bawa dalam hidupnya. Saya juga mengajukan beberapa pertanyaan yang
mengajaknya untuk mengembangkan cerita baru tentang identitas secara lebih utuh.

B. Pertanyaan untuk Refleksi :

 Sebagai terapis Stan, saya meminjam konsep-konsep kunci dan teknik-


teknik yang umum untuk orientasi berfokus pada solusi dan naratif.
Dalam pekerjaan Anda dengan Stan, konsep spesifik apa yang akan Anda
pinjam dari masing-masing pendekatan ini? Teknik apa yang akan Anda
ambil dari masing-masing pendekatan? kemungkinan keuntungan yang
Anda lihat, jika ada, dalam menerapkan integrasi model yang berfokus
pada solusi dan naratif dalam pekerjaan Anda dengan Stan?
 Nilai unik apa , jika ada, yang Anda lihat dalam bekerja dengan Stan dari
perspektif postmodern dibandingkan dengan bekerja dengan Stan dari
pendekatan terapeutik lain yang telah Anda pelajari sejauh ini?
 Saya mengajukan banyak pertanyaan tentang Stan. Cantumkan beberapa
pertanyaan tambahan yang secara khusus ingin Anda kejar bersama Stan.
 Dengan cara apa Anda dapat mengintegrasikan SFBT dan terapi naratif
dengan terapi feminis dalam kasus Stan? Apa terapi lain yang mungkin
Anda gabungkan dengan pendekatan postmodern? Terapi lain apa yang
tidak dapat digabungkan dengan baik dengan terapi postmodern ini?
 Pada titik ini, Anda sudah sangat familiar dengan tema-tema dalam
kehidupan Stan. Jika Anda akan menulis surat naratif yang kemudian
akan Anda berikan kepada Stan, apa yang paling ingin Anda sertakan?
Apa yang ingin Anda bicarakan dengannya tentang masa depannya?

2.8.2 Pendekatan Postmodern SFBT (Solution Focused Brief Therapy) yang


Diterapkan pada Kasus Gwen
A. Terapi Singkat Berfokus Solusi Dengan Gwen

Sesinya dimulai dengan Gwen mengungkapkan betapa kewalahannya dia dengan


banyaknya tugas yang dia miliki di tempat kerja.

Gwen: Sepertinya saya tidak bisa mengatasi tekanan dari tugas baru ini.

Terapis: Pada skala nol hingga 10, di mana nol adalah tanpa tekanan dan
10 adalah tekanan ekstrem. Di manakah perasaan tertekan Anda berada
pada skala?

Gwen : 8! Saya seharusnya diam saja dan tidak mengambil proyek baru.
Saya selalu melakukan ini pada diri saya sendiri.
Saya berharap saya bisa memulai dari awal dan tidak mengambil terlalu banyak.
Saya kehilangan waktu dengan keluarga dan teman-teman saya karena pekerjaan
saya menumpuk begitu tinggi! Saya tidak tahu mengapa saya menciptakan begitu
banyak pekerjaan untuk diri saya sendiri. Saya tahu orang-orang di tempat kerja
dapat melihat bahwa saya berada di ujung tanduk. Saya tidak merasa baik
tentang apa pun yang saya lakukan hari ini. Saya tahu saya merusak reputasi saya
karena saya tidak bisa menyelesaikan sesuatu. Saya kehilangan tindakan dalam
hidup saya sendiri.

Terapis: Ceritakan tentang saat-saat ketika Anda tidak merasa seperti ini. Apa
yang kamu lakukan ketika hal-hal diselesaikan yang tidak Anda lakukan
Sekarang?
Saya mendorong Gwen untuk memikirkan saat-saat ketika stresnya tidak terlalu
berlebihan dan apa yang dia lakukan untuk mengelola stresnya dengan lebih baik.
Fokus untuk menemukan kekuatan Gwen ini menempatkan Gwen pada posisi
sebagai ahli dalam hidupnya sendiri. Saya yakin Gwen memiliki kapasitas untuk
menemukan solusi atas tantangannya. Gwen begitu terbiasa dengan ceritanya
tentang kecemasan dan perasaan kewalahan sehingga sulit baginya untuk
mengubah persneling dan mengamati bahwa dia melakukan beberapa hal dengan
baik dalam hidupnya. Intervensi saya ditujukan untuk membantunya melihat
dirinya lebih dari sekadar sangat cemas.

Terapis: Di tengah kesibukan Anda, Anda tetap berkomitmen untuk terapi. Saya
menemukan itu sangat mengesankan mengingat jadwal Anda dan jumlah
kewajiban yang Anda hadapi. Saya bertanya-tanya apa lagi yang mungkin
berjalan baik dalam hidup Anda.

Gwen: Saya tiba di tempat kerja tepat waktu, dan rasanya cukup menyenangkan.
Juga, saya meluangkan waktu untuk pelajaran berenang meskipun saya stres
karena menyelesaikan proyek saya. Saya harus mengatakan bahwa saya merasa
jauh lebih baik sesudahnya.

Terapis: Jika Anda memiliki tongkat ajaib dan dapat memecahkan masalah Anda
hari ini, bagaimana Anda tahu bahwa masalah itu telah terpecahkan? [Pertanyaan
ajaib]

Gwen: Saya akan tahu itu terselesaikan jika saya tidak sakit perut, tidak
melakukan triple book meeting, tidak memiliki lima proyek sekaligus, merasa
nyaman meluangkan waktu untuk relaksasi, memiliki waktu untuk pergi bersama
teman-teman , dan tidak ada tumpukan kertas di sekitar rumah dan kantor saya
hanya menunggu saya untuk menangani semuanya.

Terapis: Apa yang akan Anda lakukan atau rasakan yang akan berbeda?

Gwen: Saya bisa pulang pada waktu yang wajar setelah bekerja. Saya akan
merasa lebih istirahat. Saya akan memiliki makanan yang sehat dan seimbang,
dan saya akan memiliki lebih banyak waktu berkualitas dengan suami dan anak-
anak saya. Di tempat kerja, saya akan merasa senang dengan proyek yang saya
selesaikan, dan saya akan menolak mengambil terlalu banyak proyek pada waktu
yang bersamaan.

Pertanyaan keajaiban, atau pertanyaan tongkat ajaib seperti yang saya sebut,
adalah cara untuk membantu Gwen memproyeksikan ke masa depan ke
kehidupan yang ingin dia alami. Saya menekankan bahwa melakukan satu hal
secara berbeda dapat menjadi langkah penting dalam menemukan solusi.

Terapis: Saya mengundang Anda untuk merobek kanvas kecemasan Anda dan
membuat potret ketenangan baru dalam hidup Anda dengan melakukan satu hal
secara berbeda. Menurut Anda, apa yang dapat Anda ubah minggu ini?

Gwen: Saya akan memulai hari saya dengan doa dan beberapa latihan peregangan
untuk membantu saya rileks dan mengurangi tingkat stres saya. Dan saya pikir
sudah waktunya untuk mengundurkan diri dari salah satu komite yang saya ikuti
sekarang.

Terapis: Itu adalah pilihan bagus yang Anda buat. Saya berharap untuk
mendengar bagaimana Anda melakukannya ketika kita bertemu minggu depan.
Saya memuji Gwen atas kemajuan yang dia buat, dan di sesi berikutnya
saya akan menindaklanjuti pekerjaan rumahnya. Saya berharap Gwen akan
menemukan bahwa jawaban yang dia cari ada di dalam dirinya sendiri.
B. Pertanyaan untuk Refleksi
 Intervensi apa yang membantu Gwen mulai lebih memikirkan sumber
daya dan kekuatannya daripada masalah-masalahnya?
 Apa pendapat Anda tentang penerapan pertanyaan ajaib dengan Gwen?
Langkah apa yang diambil Gwen sebagai hasil dari jawabannya?
 Jika Anda sedang menasihati Gwen dan dia tidak dapat mengingat kapan
masalahnya tidak ada, bagaimana Anda akan bergerak maju
bersamanya?

PENUTUP

SFBT dalam konseling dilakukan untuk membantu konseli dalam menyelesaikan


masalah yang konseli hadapi dengan berfokus pada pencapaian solusi yang di selesaikan oleh
konseli sendiri sedangkan konselor mendukung konseli dalam proses pencapaian solusi.
Terapi Singkat Berfokus Solusi merupakan sebuah pendekatan terapeutik yang berorientasi
pada Tujuan di masa yang akan datang yang pada mulanya dikembangkan oleh Steve de
Shazer dan Insoo Kim Berg pertama kali di pusat Terapi Keluarga Singkat di Milwauke tahun
1980an. Pada pendekatan ini lebih menekankan pada kekuatan serta ketahanan seseorang
dengan berfokus pada pengecualian terhadap masalah mereka dan solusi konseptual mereka.
SFBT bersifat Optimis, Antideterministik, orientasi masa depan yang berdasar pada asumsi
bahwa konseli sesungguhnya memiliki kemampuan dalam melakukan perubahan yang cepat
serta dapat membuat bahasa yang bebas masalah karena mereka berusaha untuk kenyataan
baru (Neukrug, 2016 dalam Corey).
DAFTAR PUSTAKA

COREY, Gerald. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Nelson


Education,2017.

Anda mungkin juga menyukai