Pada pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) ini berfokus pada pencarian
solusi untuk mengatasi masalah dan melakukan suatu perubahan untuk bisa menjadi pribadi
yang berkembang. Sama halnya konsep dari Shazer (dalam Sobhy dan Cavallaro, 2010:2)
menyampaikan bahwa klien memiliki kemampuan yang diperlukan dan sumber daya untuk
berubah dan konseling yang paling aktif ketika membangun solusi yang unik untuk klien.
Disampaiakan juga oleh Shazer (dalam Corey, 2013:400) pendekatan ini tidak menekankan
pada sebab pemecahan masalah dan tidak menekankan pada hubungan antara sebab
permasalahan dan solusi. Sehingga pada pendekatan ini konseli akan diajak untuk mencari
solusi supaya mampu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
1. If it is not broken, don’t fix it (jika tidak ada yang buruk, jangan perbaiki).
2. If something is found to be working, do more of it (jika melakukan pekerjaan, lakukan
sesuatu yang lebih);
3. If something is found to not be working, do something different (jika sesuatu tidak
bekerja, lakukanlah hal yang berbeda);
4. Small steps can lead to big changes (langkah-langkah kecil bisa membawa suatu
perubahan yang besar);
5. The solution is not necessarily related to the problem (solusi yang tidak selalu
berhubungan dengan masalah);
6. The language for solution development is different from language needed to describe
a problem (bahasa untuk mengembangakan solusi berbeda dengan bahasa untuk
mengembangkan masalah).
SFBC mempunyai asumsi-asumsi bahwa manusia itu sehat, mampu (kompeten), memiliki
kapasitas untuk membangun, merancang ataupun mengkonstruksikan solusi-solusi, sehingga
individu tersebut tidak terus menerus berkutat dalam problem-problem yang sedang ia
hadapi. Manusia tidak perlu terpaku pada masalah, namun ia lebih berfokus pada solusi,
bertindak dan mewujudkan solusi yang ia inginkan (Arjanto, 2011).
De Shazer (1991) berpendapat bahwa tidaklah penting untuk mengetahui penyebab dari suatu
masalah untuk dapat menyelesaikannya dan bahwa tidak ada hubungan antara masalah-
masalah dan solusi-solusinya. Mengumpulkan informasi tentang suatu masalah tidaklah
penting untuk terjadinya suatu perubahan. Jika mengetahui dan memahami masalah bukanlah
sesuatu yang penting, maka mencari solusi-solusi yang “benar” adalah penting. Beberapa
orang mungkin memikirkan bermacam-macam solusi, dan apa yang benar untuk satu orang
mungkin dapat tidak benar untuk yang lainnya. Dalam SFBT, konseli memilih tujuan-tujuan
yang mereka ingin capai dalam terapi, dan diberikan sedikit perhatian terhadap diagnosis,
pembicaraan tentang sejarah, atau eksplorasi masalah (Bertolino & O`Hanlon, 2002;
Gingerich & Elisengart,2000; O`Hanlon & Weiner-Davis, 1989 dalam Corey, 2009).
Sumber :
Nugroho, A. H., Puspita, D. A., & Mulawarman, M. (2018). Penerapan Solution-Focused
Brief Counseling (SFBC) untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa. Jurnal
Bikotetik (Bimbingan dan Konseling: Teori dan Praktik), 2(1), 93-99.
Sumarwiyah, S., Zamroni, E., & Hidayati, R. (2015). Solution focused brief counseling
(SFBC): Alternatif pendekatan dalam konseling keluarga. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2).