Anda di halaman 1dari 18

Teori dan Pendekatan

Solution-Focused Brief
Counseling (SFBC)
KELOMPOK 6
NAMA KELOMPOK
1. WULANTIKA (1301421003)
2. SHALSABILA SHAFA (1301421009)
3. INDRI YANI (1301421014)
4. NAILAH RIZQIA AZHAR (1301421015)
5. TITI SUNENTI (1301421016)
6. RAHMA AULIA PUSPANINGRUM (1301421052)
Sejarah teori pendekatan SFBC
OUTLINE Tokoh pendiri teori pendekatan SFBC
Konsep Dasar teori pendekatan SFBC
Asumsi pribadi sehat dan bermasalah
teori pendekatan SFBC
Hakikat dan tujuan SFBC
Peran dan fungsi konselor dalam SFBC
Hubungan terapeutik teori pendekatan
SFBC
Tahap-tahap SFBC
Teknik-teknik spesifik SFBC
Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg memulai pergeseran fokus
dari penyelesaian masalah menjadi fokus pada solusi lengkap di
SEJARAH
pusat terapi singkat di Milwaukee pada akhir tahun 1970an.
Setelah tumbuh tidak puas dengan kendala dari model strategis,
pada tahun 1980an de Shazer berkolaborasi dengan sejumlah
terapis, termasuk Eve Lipchik, John Walter, Jane Peller, Michelle
Weiner-Davis, dan Bill O’Hanlon, yang masing-masing menulis
secara ekstensif tentang SFBC dan memulai SFBC di lembaga
pelatihan mereka. Baik O’Hanlon dan Weiner-Davis terpengaruh
oleh karya asli de Shazer, namun mereka memperluas dasar ini
dan menciptakan apa yang mereka sebut Solution – Oriented
therapy. Dalam bab ini ketika didiskusikan solution-focused brief
therapy, solution-focused therapy, dan solution-oriented therapy,
lebih difokuskan pada kesamaan pendekatan ini daripada
melihat perbedaannya.
Tokoh
Pendiri/pengembang
Konseling singkat berfokus solusi (SFBC),
dipelopori oleh Insoo Kim Berg dan Steve
DeShazer. Keduanya adalah direktur eksekutif
dan peneliti senior di lembaga nirlaba yang
disebut Brief Family Therapy Center (BFTC) di
Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat pada
akhir tahun 1980-an.
Konsep Dasar Teori
Pendekatan SFBC
Bersifat positif
Mengandung proses
Merangkum gagasan tentang kurun waktu kini
Bersifat Praktis
Berusaha untuk merumuskan tujuan sespesifik
mungkin
Adanya kendali di tangan konseli
Menggunakan bahasa konseli
Asumsi Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi Sehat Pribadi Bermasalah

Pribadi yang mampu Individu menjadi


(kompeten), memiliki bermasalah karena
kapasitas untuk membangun, ketidak-efektifannya dalam
merancang ataupun
mencari danmelakukan
mengkonstruksikan solusi-
atau menggunakan solusi
solusi, sehingga individu
tersebut tidak terus menerus yang dibuatnya.
berkutat dalam problem- Individu menjadi
problem yang sedang ia bermasalah karena ia
hadapi. menyakini bahwa ketidak-
Pribadi yang tidak terpaku bahagiaan atau ketidak-
pada masalah, namun ia lebih sejahteraan ini berpangkal
berfokus pada solusi,
pada dirinya.
bertindak dan mewujudkan
solusi yang ia inginkan.
Hakikat Teori Pendekatan SFBC
Dalam konseling SFBC, konselor menggunakan suatu posisi
“tidak mengetahui” (not-knowing) sebagai jalan untuk
meletakkan konseli dalam posisi menjadi ahli tentang
kehidupan mereka sendiri. Konseli ebagai individu yang
mempunyai kemampuan untuk berkolaborasi dengan
konselor dalam rangka membangun solusi dari
permasalahan yang dihadapi.
Tujuan Teori Pendekatan
SFBC
Sasaran perubahan perilaku pada
konseli harus dinyatakan secara
positif dalam bahasa yang mudah
dipahami oleh konseli.
Konselor juga memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mengandaikan sebuah
perumpamaan, menempatkan
banyak jawaban dan tetap fokus pada
tujuan yang berorientasi masa depan.

Tujuan yang dirumuskan memiliki


orientasi untuk mengubah cara
pandang terhadap suatu situasi serta
meyakinkan potensi konseli.
Peran dan Fungsi
Konselor
Konselor menciptakan suatu iklim saling respect, saling
menghargai, dan membangun suatu dialog untuk
mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami.

Membantu konseli menumbuhkembangkan


tanggungjawab dan kemampuan untuk merespon
ungkapan atau harapan dari konseli.

Membantu konseli untuk membayangkan tentang


bagaimana mereka menginginkan sesuatu menjadi
berubah dan apa yang akan dilakukan untuk
membuat perubahan-perubahan tersebut.
Hubungan Terapeutik
Menurut Mulawarman (2019) Menurut Mulawarman (2019)
mengungkapkan bahwa
Pada tahap awal konselor tidak perlu menghadapi tipe ini konselor
memaksakan konseli tapi lebih kepada perlu untuk :
membebaskan konseli untuk
mengeksplor hal positif yang dimilikinya. memahami dan mendekati
Konselor memberikan kesempatan
konseli dengan sabar sampai
pada konseli dengan sudut pandang
dirinya sendiri.
konseli sadar bahwa dirinya
Konselor juga perlu melihat sisi positif memang ada sesuatu hal yang
dari sudut pandang konseli tidak sesuai.
dan juga konselor perlu untuk mengajak Konselor perlu mendengarkan
konseli secara bertahap untuk melihat
secara empatik,
“apa dan bagaimana”
serta bersama-sama melakukan refleksi mengajak konseli melakukan
atas tindakan yang konseli lakukan, refleksi atas dirinya sendiri
dan konselor juga perlu untuk percaya hingga konseli memakanai
pada konseli bahwa dirinya mampu
bahwa perubhaan dalam dirinya
melakukan perubahan positif dalam
menyelesaikan permasalahan. perlu untuk diupayakan dari
dalam diri sendiri.
Tahap-tahap Konseling
Pembinaan hubungan
(extablishing relationship)
Diperlukan untuk menjalin hubungan baik dan kolaboratif
antara konselor dan konseli,
Konselor menunjukkan perhatian, penerimaan, penghargaan,
dan pemahaman terhadap konseli,
Melakukan percakapan topik netral,
Melakukan interaksi hubugan kolaboratif dengan konseli.
Tahap-tahap Konseling
Identifikasi masalah yang dapat diselesaikan
(identifying a solvable complaint)
Memfasilitasi pengembangan tujuan dan intervensi serta
meningkatkan perubahan,
Konselor dan konseli mengkonstruksi citra masalah yang
menempatkan solusinya dalam kendali konseli,
Konselor menggunakan pertanyaan sedemikian rupa
sehingga mengomunikasikan harapan untuk berubah dan
memberdayakan konseli,
Konselor menggunakan teknik komunikasi dalam konseling
Konselor SFBC sering menggunakan scaling questions untuk
mengetahui konseli.
Tahap-tahap Konseling
Penetapan tujuan (establishing goals)
Konselor dan konseli berkolaborasi menentukan tujuan yang
spesifik, dapat diamati, terukur, dan konkret
Tujuannya,
(a) mengubah apa yang dilakukan dalam situasi problematik
(b) mengubah pandangan atau kerangka pikir tentang situasi
yang dihadapi
(c)mengakses sumber-sumber, solusi, dan kelebihan yang
dimiliki konseli
Pertanyaan yang menyiratkan kesuksesan
Pembahasan perinci tentang perubahan positif dapat
memperoleh pandangan yang jelas tentang solusi
Tahap-tahap Konseling
Merancang dan melaksanakan intervensi
(designing and implementing intervention)
Dirancang untuk menghambat pola-pola perilaku
bermasalah dengan menunjukkan alternatif cara mereaksi
masalah
Konselor memadukan pemahaman dan kreativitasnya dalam
menggunakan strategi konseling
Pertanyaan mengenai perubahan yang telah terjadi
Alternatif intervensi melalui pertanyaan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari konseli
Konseli diberi kesempatan mengaplikasikan alternatif
intevensi dalam menyelesaikan masalah
Tahap-tahap Konseling
Terminasi, evaluasi, dan tindak lanjut
Konselor menggunakan teknik scalling questions untuk
mengetahui perubahan konseli
Setelah masalah terselesaikan konselor dapat mengakhiri
konseling
Konselor mendorong konseli untuk menjadi konselor bagi
dirinya sendiri
Teknik-teknik Spesifik
Beberapa teknik spesifik SFBC menurut Corey, 2016;
Capuzzi dan Gross, 2003; Macdonald, 2007; yaitu:
Pertanyaan pengecualian (Exception Question)
Pertanyaan keajaiban/ mukjizat (Miracle Question)
Pertanyaan berskala (Scaling Question)
Rumusan tugas sesi pertama (Formula First Session Talk/ FFST)
Umpan balik (Feedback)
Presession Change Question (Pertanyaan perubahan pra-
pertemuan)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai