Anda di halaman 1dari 17

PRAKTEK PROFESIONAL DAN ETIKA KONSELING

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Mata Kuliah Konseling Individual

Dosen Pengampu :

Siska Mardes ,S.Pd.,M.Pd.,Kons dan Isnaria Hayati,M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok Sepuluh

Nur Laila Habibah ahmad 2205111319


Rusdian Shabrina Mukti R 2205134492
Bening Muthmainnah 2205136007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Konseling
Individual, Ibu Siska Mardes, S.Pd., M.Pd., Kons, yang telah memberikan bimbingan
dan pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Tak lupa, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Isnaria Rizky
Hayati, M.Pd., yang telah memberikan wawasan dan motivasi dalam proses
pembelajaran mata kuliah ini. Dengan berbagai ilmu dan pengalaman yang telah
diberikan oleh kedua dosen kami, kami dapat memahami pentingnya konseling
individual dalam membantu individu mengatasi berbagai masalah dan tantangan
dalam kehidupan.

Makalah ini kami susun sebagai bentuk apresiasi kami terhadap ilmu yang
telah diberikan oleh para dosen dan sebagai sarana pembelajaran yang dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa lainnya. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi dalam pemahaman tentang konseling individual.

Akhir kata, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menjadi kontribusi kecil kami dalam pengembangan ilmu
konseling..

Pekanbaru, 1 november 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang......................................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

1.3. Tujuan Masalah.....................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

2.1. Pengantar.............................................................................................................................6

2.2 analisis struktur dan respon konselor............................................………………………

BAB III..........................................................................................................................................16

PENUTUP.....................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik konseling merupakan pekerjaan profesional yang bertujuan
membantu klien mencapai tujuan mereka, yang dapat mencakup berbagai aspek
seperti mengurangi kecemasan, merencanakan hidup positif, dan meningkatkan
kemandirian.

Dalam praktik konseling, konselor diharapkan memiliki pemahaman yang


komprehensif tentang struktur dan proses konseling. Struktur konseling
mencakup tahap awal, pertengahan, dan akhir, yang masing-masing memiliki
peran penting dalam mencapai tujuan konseling. Konselor harus mampu
menciptakan hubungan yang akrab dan bersahabat dengan klien, menemukan
masalah atau isu yang relevan, dan membantu klien mencapai perubahan perilaku
yang positif.

Selain itu, analisis respon konselor terhadap perilaku klien, baik verbal
maupun nonverbal, merupakan aspek penting dalam praktik konseling. Konselor
harus menggunakan berbagai teknik konseling dan respon empati untuk
membantu klien merasa terbuka, mengungkapkan perasaan mereka, dan akhirnya
mencapai tujuan konseling.

Namun, tantangan dalam praktik konseling seringkali terletak pada


kelemahan dalam pemahaman teori dan keterampilan konseling. Banyak konselor
belum mampu mencapai tujuan sebagaimana diharapkan oleh klien karena respon
konselor yang kurang efektif terhadap perilaku klien. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam tentang struktur dan respon konselor merupakan
dasar yang penting dalam menjadi seorang konselor yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman dan keterampilan dalam struktur dan respon konselor


mempengaruhi efektivitas praktik konseling, dan apa tantangan yang dihadapi
oleh konselor dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh klien?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar siswa memahami dan trampil struktur dan respon konselor mempengaruhi
efektivitas praktik konseling.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengantar
Praktik konseling adalah pekerjaan profesional. Karena itu bagi seorang
konselor dituntut pemahaman secara menyeluruh tentang tujuan strukturdan
proses konseling. Terutama yang harus dikuasai oleh konselor adalah:
1) Hubungan konseling
2) Respon konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal klien
3) Kemampuan melibatkan klien dalam pembicaraan yang mana klien cukup
terbuka dan jujur
4) Kemampuan membuka awal konseling yang dapat mengungkap
permasalahan atau isu pokok dari klien
5) Meningkatkan proses konseling sehingga tercapai tujuan
6) Mengakhiri proses konseling yang bermakna, yakni menurunnya
kecemasan klien dan adanya rencana hidup klien selanjutnya. Dengan kata
lain tujuan konseling adalah tujuan klien.

Dalam praktik konseling selama ini tercermin masih banyaknya konselor


yang belum mencapai tujuan sebagaimana diharapkan klien, karena lemahnya
kemampuan teori dan keterampilan. Khusus kelemahan dibidang keterampilan
konseling, terlihat dalam respon konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal.

2.2 Analisis Struktur dan Respon Konselor

2.2.1 Analisis Struktur Konseling


Struktur konseling adalah susunan proses konseling yang dilakukan
konselor secara sistematik yakni: pembukaan proses konseling pada Tahap Awal
Konseling yang meliputi menciptakan rapport (hubungan konseling yang akrab
dan bersahabat), adanya kontrak, dan menemukan (bersama klien) masalah atau

6
isu sentral klien. Selanjutnya, konselor meningkatkan partisipasi dan keterbukaan
klien dalam proses konseling, sehingga masalah klien yang sudah ditemukan
bersama tadi pada awal konseling akan berkembang dan mengarah kepada tujuan
konseling sebagaimana harapan klien. Yaitu menurunnya kecemasan, mempunyai
rencana hidup positif, dan meningkat kemandirian.
Struktur konseling ini terjadi pada Tahap Pertengahan proses konseling.
Pada tahap ini konselor berupaya dengan berbagai keterampilan untuk membuat
klien terlibat dan terbuka, dan Tahap Pertengahan ini dinamakan juga Tahap
Kerja.

Pada Tahap Akhir yang dinamakan Tahap Action (Tahap Tindakan) terjadi
perubahan perilaku klien kearah positif; struktur konseling adalah, klien membuat
rencana hidup, stres klien menurun, klien mengevaluasi proses konseling, dan
akhirnya sesi ditutup konselor atas persetujuan klien. Pada tahap ini terjadi
perubahan perilaku yang penting yaitu adanya kemandirian klien dalam hidupnya
saat ini dan dimasa depan.

2.2.2 Analisis Respon Konselor


Respon konselor terhadap perilaku klien (verbal dan nonverbal) didalam
proses konseling, menyangkut tentang perilaku verbal dan nonverbal konselor,
yaitu berupa kalimat-kalimat yang mengandung teknik-teknik konseling serta
respon perilaku nonverbal terhadap perilaku klien. Respon konselor dalam bentuk
kalimat-kalimat berisi teknik-teknik konseling yang bervariasi dan multi teknik.
Sebab dengan cara demikian maka klien akan cepat akrab dan terlibat dalam à
serta muncul keterbukaan klien. Pembicaraan Pada bagian ini akan dikemukakan
analisis terhadap skrip atau konseling tertulis, namun inti analisis hanya pada
respon berupa kalimat-kalimat dan tidak menganalisis perilaku non-verbal nya
saat wawancara.

Sebagai contoh, konselor berkata: "Saya memahami perasaan anda, dan


alangkah baiknya anda mengungkapkan perasaan itu lebih jauh lagi." Analisisnya
adalah respon konselor ini mengandung dua teknik konseling yaitu empati primer
("Saya memahami perasaan anda") dan eksplorasi perasaan ("Alangkah baiknya
anda mengungkapkan perasaan itu lebih jauh lagi").

7
Analisis selanjutnya, mengapa konselor menggunakan kedua teknik
tersebut? Karena dia melihat perilaku nonverbal klien serta mendengar ucapannya
(perilaku verbal) yang mengandung perasaan pilu atau sedih. Perasaan ini harus
diantisipasi dengan sikap dan bahasa empati oleh konselor ("Saya memahami
perasaan anda").

Namun konselor berusaha agar semua perasaan itu harus dinyatakan dengan
bebas oleh klien tanpa malu dan takut. Karena itu konselor menggunakan teknik
eksplorasi perasaan ("Alangkah baiknya anda mengungkapkan perasaan itu lebih
jauh lagi"). Jika perasaan klien sudah dikemukakan dengan bebas, setidak-
tidaknya dia akan merasa lega alias plong. Pada gilirannya klien akan mudah
diajak berpikir rasional sehingga diharapkan akan mampu mengeluarkan rencana-
rencananya yang membuat dia mandiri, dapat memecahkan persoalannya, dan
produktif.

2.3 Contoh-Contoh Skrip (Naskah) Proses Konseling untuk


Menangani Kasus
Kasus krisis nilai (siswi taat beragama, pindah sekolah ke kota besar) Kasus
ini terjadi pada seorang siswa SMA yang taat beragama di sebuah sekolah di
daerah santri, lalu pindah ke kota besar, memasuki SMA favorit karena mengikuti
orang tuanya pindah ke kota.

(a) Tahap Awal Konseling (mendefinisikan masalah klien) Disebuah ruang


konseling SMA, seorang konselor sedang sibuk menyelesaikan tugas
administratifnya. Sedang dia berpikir sesuatu, tiba- tiba pintu diketuk oleh
seorang siswi.

1. Siswi (S): (tok, tok, tok).


2. Konselor (Ko): "Silakan masuk..." (sambil melihat ke arah pintu yang tak
dikunci)
3. S: "Assalamu'alaikum..."

8
4. Ko: "Wa'alaikum salaam warahmatullah... mari silakan" (berjabatan tangan,
lalu dengan ramah menyilakan duduk; selanjutnya konselorpun duduk
berhadapan dengan siswi tersebut)
5. Ko : "Wah, ibu senang sekali berjumpa anda" (attending ramah,senyum,
kontak mata, dan badan agak membungkuk kearah klien). "Tampaknya
seperti ada sesuatu yang penting sehingga anda menemui ibu." (refleksi
perasaan).
6. S: "Ya, bu..." (diam, menyimpan perasaan tertentu, melihat ke bawah, tidak
menatap konselor).
7. Ko: "Tampaknya wajahmu terlihat begitu 'mendung, seperti ada yang sedang
terganggu perasaanmu (refleksi perasaan). "Apakah ibu salah?" (bertanya
terbuka, klarifikasi).

Analisis
Sampai pada dialog ini konselor sudah mulai memasuki dunia perasaan
klien. Akan tetapi upaya konselor untuk mendekati klien untuk mencapai rapport
(hubungan akrab antara konselor-klien), telah dilakukannya sejak awal
pertemuan. Pertama, konselor bersikap attending, ramah, sopan, tersenyum,
memperhatikan mata klien, dan mengucapkan kata-kata manis "Wah, ibu senang
sekali berjumpa anda" (kalimat attending). Ungkapan seperti ini besar
pengaruhnya terhadap kepercayaan klien kepada konselor, karena konselor begitu
terbuka, ramah, dan bersahabat.
Saat klien masih senang dengan sapaan konselor, dia agak dikagetkan oleh
ungkapan yang begitu cepat dari konselor "Tampaknya seperti ada sesuatu yang
penting sehingga anda menemui ibu". Dikatakan begitu cepat karena ucapan itu
terlampau dini, sehingga klien mungkin kaget. Namun hal ini tak akan
mengganggu hubungan konseling, sebab klien datang dengan cara sukarela atas
kemauan sendiri.
Jadi respon konselor seperti itu mungkin tidak akan berpengaruh terhadap
minat klien untuk meminta bantuan konselor. Namun, adalah wajar bila respon
klien masih ragu dan belum terbuka, yaitu dia hanya mengucapkan "Ya, bu..."
lalu berdiam diri dan menunduk.
Rupanya konselor kepalang terlanjur menebak perasaan klien, maka
sekarang dia menggunakan teknik refleksi perasaan dengan ucapan "Tampaknya

9
wajahmu begitu 'mendung, seperti sedang terganggu perasaan. Apakah ibu
salah?" Ucapan konselor begitu menusuk ke dunia perasaan klien yang memang
sedang galau, sedih, dan bingung.
Lalu konselor mencek apakah tebakannya benar. Mengapa dikatakan bahwa
konselor sedang menebak? Karena ucapan refleksi perasaan itu terjadi dari hasil
membaca bahasa tubuh (nonverbal) klien. Hal ini mungkin saja salah, karena itu
dicek kebenarannya dengan cara disesuaikan dengan perasaan klien yang
sebenarnya.
Selanjutnya, bila klien menyatakan "Iya", bahwa memang dia dalam
keadaan perasaan gundah dan terganggu, maka konselor akan meneruskan
responnya dengan menggunakan teknik eksplorasi perasaan. Namun, jika
langsung kepada eksplorasi perasaan, maka struktur konseling sepertinya tidak
mengikuti aturan atau kelaziman.
Seharusnya konselor membuat kontrak dengan klien terlebih dahulu yaitu:
(1) Kontrak waktu, berapa menit klien membutuhkan pertemuan dengan konselor;
(2) Kontrak tugas yaitu agar menjelaskan tugas klien dalam wawancara
konseling, dan juga menjelaskan tugas konselor kepada klien. Tugas klien adalah
agar dia berbicara dengan jujur, terbuka, dan bersahabat. Sedangkan tugas
konselor adalah membantu aar klien secara efektif mencapai tujuannya didalam
proses konseling.

Akan tetapi bagi klien yang datang dalam keadaan emosional seperti di
atas, mungkin kontrak tak perlu lagi. Karena dia secepatnya ingin meledakkan
emosinya pada konselor. Dan strategi yang dipakai konselor adalah menebak
perasaannya, kemudian menggali perasaan itu sejauh mungkin agar klien
menurun tekanan perasaannya.

Selanjutnya mari ikuti dialog lanjutan antara klien dengan Konselor


8. S: "Ya bu,..." (sambil menganggukkan kepala, lalu diam).
9. Ko: Diam sejenak (teknik diam), sambil mengamati perilaku nonverbal
klien, lalu dia berkata: "Ibu memahami perasaanmu (empati
primer)"Namun, apakah perasaan tak enak, atau terganggu yang kamu
alami mungkin bisa dibicarakan bersama?" (bertanya terbuka, perasaan)

10
10. S: "Saya pikir juga begitu bu" (sambil memandang konselor, kemudian
menunduk lagi)
11. Ko: "Kalau begitu, ibu ingin mendengarkan sejauh mana perasaan tak enak
yang mengganggu anda?" (eksplorasi perasaan, bertanya terbuka).
12. S: "Begini bu..." (agak ragu)"Saya mengalami beberapa kesulitan dan rasa
kecewa menghadapi lingkungan baru di sekolah ini. Terutama menghadapi
lingkungan pergaulan teman-teman yang bebas tanpa menghiraukan norma
agama. Hal ini membuat saya tertekan."
13. Ko: "Lalu bagaimana?" (eksplorasi perasaan, bertanya terbuka)
14. S: "Saya kurang suka dengan pergaulan siswa-siswi di sini, terlalu bebas.
Di tempat asal saya di daerah, nilai-nilai yang saya anut berbeda sekali
dengan keadaan teman-teman di sini."
15. Ko: "Bisakah anda menjelaskan lebih jauh mengenai kekecewaanmu?"
(bertanya, eksplorasi perasaan).
16. S: "Saya kecewa karena mereka memandang rendah terhadapku. Mereka
membanggakan kekayaan, pesta, pergaulan bebas, dan saya dianggap
mereka sebagai orang kolot, ortodok, sok alim."
17. Ko: "Selanjutnya apa yang anda lakukan setelah anda kecewa?" (bertanya
terbuka, eksplorasi pengalaman).
18. S: "Saya lebih banyak diam, dan menghindari mereka?"
19. Ko: "Apakah dengan cara demikian kamu merasa senang?" (bertanya
tertutup, stressing, leading-memimpin)
20. S: "Tidak juga, namun saya sedang berpikir terus."
21. Ko: "Mungkin yang menjadi pikiranmu adalah bahwa situasi sekolah ini
harus sama dengan sekolahmu di daerah yang sarat dengan nilai-nilai
religius. Apakah demikian?" (menangkap pesan utama klien, bertanya
terbuka)
22. S: "Ya bu..." (tertunduk diam)
23. Ko: "Kalau begitu apakah masalahmu adalah tentang bagaimana
menyesuaikan diri di sekolah ini?" (mendefiniskan masalah klien, bertanya
terbuka)
24. . S: "Ya bu..."

11
Analisis
Konselor telah mulai melakukan eksplorasi perasaan, setelah dia dapat
menebak perasaan klien dengan menggunakan teknik refleksi perasaan. Namun
sebelum mendalam menggali perasaan klien, Konselor menggunakan dulu teknik
empati primer dengan tujuan agar klien merasa punya sahabat untuk
mengeluarkan perasaannya yaitu konselor, sehingga tiga teknik digandengkan
pada dialog No9, yakni empati primer, bertanya terbuka, dan eksplorasi perasaan.
Karena sikap empati dan teknik empati konselor yang baik, klien semakin
terbuka, didukung kedatangannya yang sukarela untuk meminta bantuanNyatanya
klien setuju untuk membicarakan masalahnyaBerarti klien sudah mulai terbuka.
Ini kesempatan baikKarena itu konselor menggunakan berusaha untuk menggali
(eksplorasi) perasaan klien lebih mendalam. Pada dialog No11 konselor mencoba
menggali lebih jauh perasaan tak enak dan rasa galau klien dengan menggunakan
teknik eksplorasi perasaan sambil bertanya, "Kalau begitu ibu ingin
mendengarkan sejauh mana perasaan tak enak yang mengganggu anda?"
Akibatnya klien makin terbuka mengungkapkan perasaannya.

Pada dialog No. 12 klien mengungkapkan perasaan kecewa dan konflik


dengan teman sekolah yang baru, sehingga klien tertekan. Konselor belum begitu
puas dengan penjelasan dan ungkapan perasaan klien sehingga terus menggali
lagi (dialog No. 13 dan 15).
Jika konselor menganggap bahwa klien telah mengungkapkan perasaannya
dengan memadai, maka konselor menggunakan teknik eksplorasi pengalaman,
yaitu seperti tampak pada dialog No. 17, dimana konselor berespon "Selanjutnya
apa yang anda lakukan setelah anda kecewa?". Disini ada dua teknik
bergandengan yakni eksplorasi pengalaman dan bertanya terbuka.
Tujuan konselor menggunakan kedua teknik tersebut adalah untuk
mengetahui apa tindakan selanjutnya yang akan dilakukan klien, tau ide apa yang
ada dibenaknya? Karena dijawab klien dengan respon "Saya lebih banyak diam
dan menghindari mereka" (dialog No18), maka konselor menggunakan teknik
leading (memimpin) untuk menggiring klien kearah berpikir sehat, sambil
menekankan (stressing) terhadap perasaan klien dengan ungkapan "Apakah
dengan cara demikian kamu merasa senang?" (dialog No. 19) dan dijawab oleh
klien "Tidak juga,namun saya sedang berpikir terus" (dialog No20). Sampai

12
disini, konselor berpikir bahwa sudah saatnya menangkap pesan utama yang
menjadi kepedulian utama klien. Dengan kata lain konselor berupaya untuk
mendefinisikan masalah bersama klien, yaitu
konselor berkata "Mungkin yang menjadi pikiranmu adalah bahwa situasi
di sekolah ini harus sama dengan sekolahmu yang lama di daerah yang sarat
dengan nilai-nilai religius. Apakah demikian?" (dialog No21).
Konselor menggunakan teknik menangkap pesan (paraphrasing) dan
bertanya terbuka (open-question)Dengan demikian tahap pertama konseling ini
sudah dilalui, yaitu setelah konselor dapat mendefinisikan masalah klien dengan
jelas dan mendapat persetujuan klien. Yaitu klien merasa kecewa dan tertekan
dalam penyesuaian diri di sekolah yang baru, klien menginginkan bahwa situasi
sekolah lama yang religius sama dengan situasi sekolahnya yang baru. Berarti
masalah siswi utama
ini adalah tentang bagaimana menyesuaikan diri di sekolah yang baru.
Dalam dialog No. 23 konselor dengan jelas mendefinisikan masalah klien dengan
berkata, "Kalau begitu apakah masalahmu adalah tentang bagaimana
menyesuaikan diri di sekolah ini?" dan dijawab "Ya, bu..." oleh klien
Sekarang dialog konseling akan memasuki Tahap Pertengahan yang disebut
juga Tahap Kerja. Pada tahap ini konselor berupaya membantu klien agar dia:
(1) Mampu memecahkan masalahnya dengan bantuan konselor;
(2) Mampu mengarahkan dirinya dalam penyesuaian di sekolah yang baru;
(3)Berkembang potensinya untuk meningkatkan prestasi belajar secara
optimal;
(4)Mampu mandiri dalam segala aspek kehidupannya di sekolah dan di luar
sekolah.

b).Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)


25. Ko: "Bagus, anda sudah memahami masalah anda yaitu bagaimana
menyesuaikan diri di sekolah yang baru" (mengarahkan, memfokuskan)
26. S: "Ya, mungkin situasi itu tak dapat saya ubahNamun, saya tidak mungkin
mengikuti cara-cara pergaulan mereka."

13
27. Ko: "Anda bertujuan menuntut ilmu di sekolah favorit ini namun anda
mengalami perasaan tertekan dan konflik menghadapi situasi pergaulan
muda-mudinya. Bagaimana ini?" (bertanya, konfrontasi, penafsiran).
28. S: "Ya, bu. Tujuan utama saya ingin belajar di sekolah ini. Saya telah
berjanji dengan ayah saya untuk giat belajar agar saya bisa masuk Fakultas
Kedokteran UI."
29. Ko: "Bagus sekali tekadmu itu. Saya mendukungnyaLalu apakah anda
punya cara untuk mengatasi masalah penyesuaian diri terhadap teman-
teman baru?" (empati, bertanyaeksplorasi konten).
30. Siswa: "Saya masih bingung."
31. Ko: "Apa maksudmu?" (eksplorasi perasaan)
32. Siswa: "Takut saya akan terpengaruh budaya muda-mudi yang tak religius.
Karena itu saya minta petunjuk ibu."
33. Ko: "Ketakutan itu tidak beralasan. Yang penting apakah kamu mampu
menyesuaikan diri tanpa kehilangan prinsip. Mengenai petunjuk yang kamu
minta, ibu rasa kamu mungkin bisa berpikir dan mengatasinya sendiri."
(konselor mengusahakan agar potensi siswi itu bisa berkembang dan dia
mandiri-teknik: leading. sugesti, penekanan).

Analisis (Tahap Kerja)

Pada Tahap Kerja ini konselor menggunakan teknik yang bervariasi dan
berganda-ganda. bahkan ada yang tiga dan empat teknik dalam satu respons
konselor. Pada tahap ini kentara sekali:
1) Konselor ingin agar klien menyadari akan keberadaannya di sekolah yang
baru, dan tidak mungkin untuk mengubah situasi lingkungan sosial yang
terlanjur demikian;
2) Untuk itu konselor menggunakan teknik konfrontasi, mengarahkan, dan
empati. Juga konselor mencoba memfokuskan masalah klien pada persoalan
penyesuaian diri klien yang kurang adaptif;
3) Konselor berupaya agar klien berpikir rasional, dan mandiri untuk
mengambil tindakan atau rencana. Karena itu dia tidak langsung memberi
petunjuk atau nasehat walaupun diminta, akan tetapi masih mempercayai
kemandirian klien untuk menentukan tentang dirinya;

14
4) Konselor berusaha mengarahkan pembicaraan supaya mencapai tujuan
konseling yaitu agar klien mandiri, kreatif, dan berpikir secara realistik.
Misalnya pada dialog 33, konselor mengatakan bahwa ketakutan itu tidak
beralasan, dan mengajak klien apakah mampu untuk menyesuaikan diri dengan
situasi itu tanpa harus kehilangan prinsip hidup yang telah dipeliharanya dengan
baik.

c) Dialog konseling Tahap Akhir Konseling (Tahap Mengambil Tindakan)


34. S: “Saya akan mencoba berpikir menyesuaikan diri walaupun hal itu cukup
berat bagi saya."
35. Ko: "Apakah kamu bisa berdiskusi dengan seorang teman akrab untuk
memecahkan bersama?" (mengarahkan, bertanya)
36. S: "Mungkin ada. Tapi saya belum begitu pasti."
37. Ko: "Baiklah, apa kira-kira rencanamu sementara sebagai pegangan untuk
tindakan selanjutnya?"
38. S"Pertama, saya akan temui teman-teman dekat saya untuk meminta
pendapatnya. Kedua, saya akan berbicara dengan ayah saya mengenai hal
iniSetelah itu, saya akan menghubungi ibu kembali."
39. Ko: "Bagus. Sebelum kita tutup pembicaraan ini, bagaimana perasaanmu
setelah kita berdiskusi, atau apakah kesimpulan anda?"
40. S: "Saya merasa lega sekali. Kecemasan saya mulai menurun. Dan saya
sudah tahu langkah-langkah apa yang akan saya lakukan."
41. Ko: "Apakah masih ada yang akan anda. sampaikan?"
42. S: "Saya kira cukup bu."
43. Ko: "Bagaimana kalau kita tutup pembicaraan ini, dan saya mengucapkan
terima kasih atas kesediaan anda."
44. S: "Sama-sama."

Analisis (Tahap Akhir)


Pada tahap ini konselor sudah mampu menggiring klien berpikir sesuai
keadaan sekolahnya. Karena itu konselor meneruskan pembicaraan agar klien
bisa membuat sesuatu rencana. Ternyata dia bisa, dar kecemasannya juga telah
menurun.

15
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Pemahaman yang mendalam tentang struktur dan respon konselor dalam


praktik konseling adalah kunci untuk mencapai efektivitas dalam membantu klien
mencapai tujuan mereka. Struktur konseling yang melibatkan tahap awal,
pertengahan, dan akhir, dengan fokus pada menciptakan hubungan, menemukan
masalah, dan membantu klien mencapai perubahan positif, adalah landasan yang
penting. Respon konselor, baik verbal maupun nonverbal, harus didasari oleh
empati dan teknik konseling yang variatif.

Tantangan dalam praktik konseling seringkali terletak pada kurangnya


pemahaman teori dan keterampilan konseling. Konselor perlu terus-menerus
meningkatkan kompetensinya dalam hal ini. Serta, konselor harus dapat
mengidentifikasi dan merespons dengan tepat perilaku klien, sehingga klien
merasa terbuka, diberdayakan, dan akhirnya dapat mencapai tujuan mereka.

1.2 Saran
1. Terus meningkatkan pemahaman tentang teori konseling dan berbagai teknik
konseling yang ada.
2. Berfokus pada pengembangan keterampilan dalam menciptakan hubungan
yang baik dengan klien.
3. Meningkatkan kemampuan dalam merespons secara efektif terhadap perilaku
verbal dan nonverbal klien.
4. Selalu menempatkan kepentingan klien sebagai prioritas utama dalam praktik
konseling.
5. Terlibat dalam pelatihan, supervisi, atau kolaborasi dengan sesama konselor
untuk terus memperbaiki praktik konseling.

Dengan menerapkan saran-saran ini, praktik konseling dapat menjadi lebih


efektif dalam membantu klien mencapai tujuan mereka, dan kualitas layanan
konseling dapat ditingkatkan secara signifikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Willis, S, Sofyan. 2014. Konseling individual teori dan praktek. Bandung.Alfabeta.

17

Anda mungkin juga menyukai