Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok Sepuluh
UNIVERSITAS RIAU
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Konseling
Individual, Ibu Siska Mardes, S.Pd., M.Pd., Kons, yang telah memberikan bimbingan
dan pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Tak lupa, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Isnaria Rizky
Hayati, M.Pd., yang telah memberikan wawasan dan motivasi dalam proses
pembelajaran mata kuliah ini. Dengan berbagai ilmu dan pengalaman yang telah
diberikan oleh kedua dosen kami, kami dapat memahami pentingnya konseling
individual dalam membantu individu mengatasi berbagai masalah dan tantangan
dalam kehidupan.
Makalah ini kami susun sebagai bentuk apresiasi kami terhadap ilmu yang
telah diberikan oleh para dosen dan sebagai sarana pembelajaran yang dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa lainnya. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi dalam pemahaman tentang konseling individual.
Akhir kata, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menjadi kontribusi kecil kami dalam pengembangan ilmu
konseling..
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1. Pengantar.............................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, analisis respon konselor terhadap perilaku klien, baik verbal
maupun nonverbal, merupakan aspek penting dalam praktik konseling. Konselor
harus menggunakan berbagai teknik konseling dan respon empati untuk
membantu klien merasa terbuka, mengungkapkan perasaan mereka, dan akhirnya
mencapai tujuan konseling.
4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar siswa memahami dan trampil struktur dan respon konselor mempengaruhi
efektivitas praktik konseling.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar
Praktik konseling adalah pekerjaan profesional. Karena itu bagi seorang
konselor dituntut pemahaman secara menyeluruh tentang tujuan strukturdan
proses konseling. Terutama yang harus dikuasai oleh konselor adalah:
1) Hubungan konseling
2) Respon konselor terhadap perilaku verbal dan nonverbal klien
3) Kemampuan melibatkan klien dalam pembicaraan yang mana klien cukup
terbuka dan jujur
4) Kemampuan membuka awal konseling yang dapat mengungkap
permasalahan atau isu pokok dari klien
5) Meningkatkan proses konseling sehingga tercapai tujuan
6) Mengakhiri proses konseling yang bermakna, yakni menurunnya
kecemasan klien dan adanya rencana hidup klien selanjutnya. Dengan kata
lain tujuan konseling adalah tujuan klien.
6
isu sentral klien. Selanjutnya, konselor meningkatkan partisipasi dan keterbukaan
klien dalam proses konseling, sehingga masalah klien yang sudah ditemukan
bersama tadi pada awal konseling akan berkembang dan mengarah kepada tujuan
konseling sebagaimana harapan klien. Yaitu menurunnya kecemasan, mempunyai
rencana hidup positif, dan meningkat kemandirian.
Struktur konseling ini terjadi pada Tahap Pertengahan proses konseling.
Pada tahap ini konselor berupaya dengan berbagai keterampilan untuk membuat
klien terlibat dan terbuka, dan Tahap Pertengahan ini dinamakan juga Tahap
Kerja.
Pada Tahap Akhir yang dinamakan Tahap Action (Tahap Tindakan) terjadi
perubahan perilaku klien kearah positif; struktur konseling adalah, klien membuat
rencana hidup, stres klien menurun, klien mengevaluasi proses konseling, dan
akhirnya sesi ditutup konselor atas persetujuan klien. Pada tahap ini terjadi
perubahan perilaku yang penting yaitu adanya kemandirian klien dalam hidupnya
saat ini dan dimasa depan.
7
Analisis selanjutnya, mengapa konselor menggunakan kedua teknik
tersebut? Karena dia melihat perilaku nonverbal klien serta mendengar ucapannya
(perilaku verbal) yang mengandung perasaan pilu atau sedih. Perasaan ini harus
diantisipasi dengan sikap dan bahasa empati oleh konselor ("Saya memahami
perasaan anda").
Namun konselor berusaha agar semua perasaan itu harus dinyatakan dengan
bebas oleh klien tanpa malu dan takut. Karena itu konselor menggunakan teknik
eksplorasi perasaan ("Alangkah baiknya anda mengungkapkan perasaan itu lebih
jauh lagi"). Jika perasaan klien sudah dikemukakan dengan bebas, setidak-
tidaknya dia akan merasa lega alias plong. Pada gilirannya klien akan mudah
diajak berpikir rasional sehingga diharapkan akan mampu mengeluarkan rencana-
rencananya yang membuat dia mandiri, dapat memecahkan persoalannya, dan
produktif.
8
4. Ko: "Wa'alaikum salaam warahmatullah... mari silakan" (berjabatan tangan,
lalu dengan ramah menyilakan duduk; selanjutnya konselorpun duduk
berhadapan dengan siswi tersebut)
5. Ko : "Wah, ibu senang sekali berjumpa anda" (attending ramah,senyum,
kontak mata, dan badan agak membungkuk kearah klien). "Tampaknya
seperti ada sesuatu yang penting sehingga anda menemui ibu." (refleksi
perasaan).
6. S: "Ya, bu..." (diam, menyimpan perasaan tertentu, melihat ke bawah, tidak
menatap konselor).
7. Ko: "Tampaknya wajahmu terlihat begitu 'mendung, seperti ada yang sedang
terganggu perasaanmu (refleksi perasaan). "Apakah ibu salah?" (bertanya
terbuka, klarifikasi).
Analisis
Sampai pada dialog ini konselor sudah mulai memasuki dunia perasaan
klien. Akan tetapi upaya konselor untuk mendekati klien untuk mencapai rapport
(hubungan akrab antara konselor-klien), telah dilakukannya sejak awal
pertemuan. Pertama, konselor bersikap attending, ramah, sopan, tersenyum,
memperhatikan mata klien, dan mengucapkan kata-kata manis "Wah, ibu senang
sekali berjumpa anda" (kalimat attending). Ungkapan seperti ini besar
pengaruhnya terhadap kepercayaan klien kepada konselor, karena konselor begitu
terbuka, ramah, dan bersahabat.
Saat klien masih senang dengan sapaan konselor, dia agak dikagetkan oleh
ungkapan yang begitu cepat dari konselor "Tampaknya seperti ada sesuatu yang
penting sehingga anda menemui ibu". Dikatakan begitu cepat karena ucapan itu
terlampau dini, sehingga klien mungkin kaget. Namun hal ini tak akan
mengganggu hubungan konseling, sebab klien datang dengan cara sukarela atas
kemauan sendiri.
Jadi respon konselor seperti itu mungkin tidak akan berpengaruh terhadap
minat klien untuk meminta bantuan konselor. Namun, adalah wajar bila respon
klien masih ragu dan belum terbuka, yaitu dia hanya mengucapkan "Ya, bu..."
lalu berdiam diri dan menunduk.
Rupanya konselor kepalang terlanjur menebak perasaan klien, maka
sekarang dia menggunakan teknik refleksi perasaan dengan ucapan "Tampaknya
9
wajahmu begitu 'mendung, seperti sedang terganggu perasaan. Apakah ibu
salah?" Ucapan konselor begitu menusuk ke dunia perasaan klien yang memang
sedang galau, sedih, dan bingung.
Lalu konselor mencek apakah tebakannya benar. Mengapa dikatakan bahwa
konselor sedang menebak? Karena ucapan refleksi perasaan itu terjadi dari hasil
membaca bahasa tubuh (nonverbal) klien. Hal ini mungkin saja salah, karena itu
dicek kebenarannya dengan cara disesuaikan dengan perasaan klien yang
sebenarnya.
Selanjutnya, bila klien menyatakan "Iya", bahwa memang dia dalam
keadaan perasaan gundah dan terganggu, maka konselor akan meneruskan
responnya dengan menggunakan teknik eksplorasi perasaan. Namun, jika
langsung kepada eksplorasi perasaan, maka struktur konseling sepertinya tidak
mengikuti aturan atau kelaziman.
Seharusnya konselor membuat kontrak dengan klien terlebih dahulu yaitu:
(1) Kontrak waktu, berapa menit klien membutuhkan pertemuan dengan konselor;
(2) Kontrak tugas yaitu agar menjelaskan tugas klien dalam wawancara
konseling, dan juga menjelaskan tugas konselor kepada klien. Tugas klien adalah
agar dia berbicara dengan jujur, terbuka, dan bersahabat. Sedangkan tugas
konselor adalah membantu aar klien secara efektif mencapai tujuannya didalam
proses konseling.
Akan tetapi bagi klien yang datang dalam keadaan emosional seperti di
atas, mungkin kontrak tak perlu lagi. Karena dia secepatnya ingin meledakkan
emosinya pada konselor. Dan strategi yang dipakai konselor adalah menebak
perasaannya, kemudian menggali perasaan itu sejauh mungkin agar klien
menurun tekanan perasaannya.
10
10. S: "Saya pikir juga begitu bu" (sambil memandang konselor, kemudian
menunduk lagi)
11. Ko: "Kalau begitu, ibu ingin mendengarkan sejauh mana perasaan tak enak
yang mengganggu anda?" (eksplorasi perasaan, bertanya terbuka).
12. S: "Begini bu..." (agak ragu)"Saya mengalami beberapa kesulitan dan rasa
kecewa menghadapi lingkungan baru di sekolah ini. Terutama menghadapi
lingkungan pergaulan teman-teman yang bebas tanpa menghiraukan norma
agama. Hal ini membuat saya tertekan."
13. Ko: "Lalu bagaimana?" (eksplorasi perasaan, bertanya terbuka)
14. S: "Saya kurang suka dengan pergaulan siswa-siswi di sini, terlalu bebas.
Di tempat asal saya di daerah, nilai-nilai yang saya anut berbeda sekali
dengan keadaan teman-teman di sini."
15. Ko: "Bisakah anda menjelaskan lebih jauh mengenai kekecewaanmu?"
(bertanya, eksplorasi perasaan).
16. S: "Saya kecewa karena mereka memandang rendah terhadapku. Mereka
membanggakan kekayaan, pesta, pergaulan bebas, dan saya dianggap
mereka sebagai orang kolot, ortodok, sok alim."
17. Ko: "Selanjutnya apa yang anda lakukan setelah anda kecewa?" (bertanya
terbuka, eksplorasi pengalaman).
18. S: "Saya lebih banyak diam, dan menghindari mereka?"
19. Ko: "Apakah dengan cara demikian kamu merasa senang?" (bertanya
tertutup, stressing, leading-memimpin)
20. S: "Tidak juga, namun saya sedang berpikir terus."
21. Ko: "Mungkin yang menjadi pikiranmu adalah bahwa situasi sekolah ini
harus sama dengan sekolahmu di daerah yang sarat dengan nilai-nilai
religius. Apakah demikian?" (menangkap pesan utama klien, bertanya
terbuka)
22. S: "Ya bu..." (tertunduk diam)
23. Ko: "Kalau begitu apakah masalahmu adalah tentang bagaimana
menyesuaikan diri di sekolah ini?" (mendefiniskan masalah klien, bertanya
terbuka)
24. . S: "Ya bu..."
11
Analisis
Konselor telah mulai melakukan eksplorasi perasaan, setelah dia dapat
menebak perasaan klien dengan menggunakan teknik refleksi perasaan. Namun
sebelum mendalam menggali perasaan klien, Konselor menggunakan dulu teknik
empati primer dengan tujuan agar klien merasa punya sahabat untuk
mengeluarkan perasaannya yaitu konselor, sehingga tiga teknik digandengkan
pada dialog No9, yakni empati primer, bertanya terbuka, dan eksplorasi perasaan.
Karena sikap empati dan teknik empati konselor yang baik, klien semakin
terbuka, didukung kedatangannya yang sukarela untuk meminta bantuanNyatanya
klien setuju untuk membicarakan masalahnyaBerarti klien sudah mulai terbuka.
Ini kesempatan baikKarena itu konselor menggunakan berusaha untuk menggali
(eksplorasi) perasaan klien lebih mendalam. Pada dialog No11 konselor mencoba
menggali lebih jauh perasaan tak enak dan rasa galau klien dengan menggunakan
teknik eksplorasi perasaan sambil bertanya, "Kalau begitu ibu ingin
mendengarkan sejauh mana perasaan tak enak yang mengganggu anda?"
Akibatnya klien makin terbuka mengungkapkan perasaannya.
12
disini, konselor berpikir bahwa sudah saatnya menangkap pesan utama yang
menjadi kepedulian utama klien. Dengan kata lain konselor berupaya untuk
mendefinisikan masalah bersama klien, yaitu
konselor berkata "Mungkin yang menjadi pikiranmu adalah bahwa situasi
di sekolah ini harus sama dengan sekolahmu yang lama di daerah yang sarat
dengan nilai-nilai religius. Apakah demikian?" (dialog No21).
Konselor menggunakan teknik menangkap pesan (paraphrasing) dan
bertanya terbuka (open-question)Dengan demikian tahap pertama konseling ini
sudah dilalui, yaitu setelah konselor dapat mendefinisikan masalah klien dengan
jelas dan mendapat persetujuan klien. Yaitu klien merasa kecewa dan tertekan
dalam penyesuaian diri di sekolah yang baru, klien menginginkan bahwa situasi
sekolah lama yang religius sama dengan situasi sekolahnya yang baru. Berarti
masalah siswi utama
ini adalah tentang bagaimana menyesuaikan diri di sekolah yang baru.
Dalam dialog No. 23 konselor dengan jelas mendefinisikan masalah klien dengan
berkata, "Kalau begitu apakah masalahmu adalah tentang bagaimana
menyesuaikan diri di sekolah ini?" dan dijawab "Ya, bu..." oleh klien
Sekarang dialog konseling akan memasuki Tahap Pertengahan yang disebut
juga Tahap Kerja. Pada tahap ini konselor berupaya membantu klien agar dia:
(1) Mampu memecahkan masalahnya dengan bantuan konselor;
(2) Mampu mengarahkan dirinya dalam penyesuaian di sekolah yang baru;
(3)Berkembang potensinya untuk meningkatkan prestasi belajar secara
optimal;
(4)Mampu mandiri dalam segala aspek kehidupannya di sekolah dan di luar
sekolah.
13
27. Ko: "Anda bertujuan menuntut ilmu di sekolah favorit ini namun anda
mengalami perasaan tertekan dan konflik menghadapi situasi pergaulan
muda-mudinya. Bagaimana ini?" (bertanya, konfrontasi, penafsiran).
28. S: "Ya, bu. Tujuan utama saya ingin belajar di sekolah ini. Saya telah
berjanji dengan ayah saya untuk giat belajar agar saya bisa masuk Fakultas
Kedokteran UI."
29. Ko: "Bagus sekali tekadmu itu. Saya mendukungnyaLalu apakah anda
punya cara untuk mengatasi masalah penyesuaian diri terhadap teman-
teman baru?" (empati, bertanyaeksplorasi konten).
30. Siswa: "Saya masih bingung."
31. Ko: "Apa maksudmu?" (eksplorasi perasaan)
32. Siswa: "Takut saya akan terpengaruh budaya muda-mudi yang tak religius.
Karena itu saya minta petunjuk ibu."
33. Ko: "Ketakutan itu tidak beralasan. Yang penting apakah kamu mampu
menyesuaikan diri tanpa kehilangan prinsip. Mengenai petunjuk yang kamu
minta, ibu rasa kamu mungkin bisa berpikir dan mengatasinya sendiri."
(konselor mengusahakan agar potensi siswi itu bisa berkembang dan dia
mandiri-teknik: leading. sugesti, penekanan).
Pada Tahap Kerja ini konselor menggunakan teknik yang bervariasi dan
berganda-ganda. bahkan ada yang tiga dan empat teknik dalam satu respons
konselor. Pada tahap ini kentara sekali:
1) Konselor ingin agar klien menyadari akan keberadaannya di sekolah yang
baru, dan tidak mungkin untuk mengubah situasi lingkungan sosial yang
terlanjur demikian;
2) Untuk itu konselor menggunakan teknik konfrontasi, mengarahkan, dan
empati. Juga konselor mencoba memfokuskan masalah klien pada persoalan
penyesuaian diri klien yang kurang adaptif;
3) Konselor berupaya agar klien berpikir rasional, dan mandiri untuk
mengambil tindakan atau rencana. Karena itu dia tidak langsung memberi
petunjuk atau nasehat walaupun diminta, akan tetapi masih mempercayai
kemandirian klien untuk menentukan tentang dirinya;
14
4) Konselor berusaha mengarahkan pembicaraan supaya mencapai tujuan
konseling yaitu agar klien mandiri, kreatif, dan berpikir secara realistik.
Misalnya pada dialog 33, konselor mengatakan bahwa ketakutan itu tidak
beralasan, dan mengajak klien apakah mampu untuk menyesuaikan diri dengan
situasi itu tanpa harus kehilangan prinsip hidup yang telah dipeliharanya dengan
baik.
15
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
1. Terus meningkatkan pemahaman tentang teori konseling dan berbagai teknik
konseling yang ada.
2. Berfokus pada pengembangan keterampilan dalam menciptakan hubungan
yang baik dengan klien.
3. Meningkatkan kemampuan dalam merespons secara efektif terhadap perilaku
verbal dan nonverbal klien.
4. Selalu menempatkan kepentingan klien sebagai prioritas utama dalam praktik
konseling.
5. Terlibat dalam pelatihan, supervisi, atau kolaborasi dengan sesama konselor
untuk terus memperbaiki praktik konseling.
16
DAFTAR PUSTAKA
17