Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR KONSELING

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Psikologi Konseling
Dosen Pengampu : Hastin Budisiwi. M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Aulin Ahda M.


NPM : 1121600025

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITA PANCASAKTI TEGAL
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, namun kami menyadari dari
penulisan makalah ini, masih banyak kekuranganya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan guna untuk perbaikan  makalah. Makalah  ini disusun
sebagai Tugas dari Mata Kuliah Psikologi Konseling.
Penulis dalam menyelesaikan tugas ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, untuk itu
penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Psikologi Konseling, Hastin Budisiwi .M.Pd.
2. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan makalah ini
Semoga semua amal baik Saudara dibalas Allah SWT  dengan pahala yang setimpal.
Kami berharap mudah-mudahan makalah  ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca pada umumnya.

Tegal, 10 Mei 2022

                                                                                                                             Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1. Pengartian keterampilan dasar konseling.....................................................................2
2.2.Attending ( Perhatian )....................................................................................................3
2.3. Pembukaan ( Openning )...............................................................................................6
2.4. Acceptance (Penerimaan)..............................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
3.1. Simpulan..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan secara langsuang
antara konselor dan klien melalui wawancara konseling. Proses ini hanya boleh dilakukan
oleh konselor profesional. Konseling sebagai usaha bantuan profesional yang disejajarkan
dengan profesi lain, seprti psikiater, psikolog, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, akan ada interaksi secara tatap muka antara konselor dengan
klien. Dengan demikian seorang konselor perlu memiliki ketermpilan-keterampilan yang
didasarkan pada pengetahuan khusus. Keterampilan itu menjadi salah satu kompetensi
konselor.
Ketika melakukan wawancara konseling, teknik dasar komunikasi konseling menjadi
pondasi yang sangat penting. Beberapa teknik tersebut antara lain teknik Attending, Opening,
Acceptance, Paraprashing, Restatement, Reflesing of Feeling, Clarification, Structuring.
Akan tetapi, dalam makalah ini tidak akan membahas seluruh aspek  teknik dasar
konseling tersebut. Makalah ini hanya memfokuskan pada teknik Attending, Opening dan
Acceptance. Ketika tenik tersebut akan bermanfaat dalam permulaan proses konseling.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa pengerian dari teknik Attending?
2. Bagaimana cara menerapkan teknik Attending dalam proses konseling?
3. Apa pengerian dari teknik Opening?
4. Bagaimana cara menerapkan teknik Openning dalam proses konseling?
5. Apa pengertian dari teknik Acceptance?
6. Bagaimana cara menerapkan teknik Accaptance dalam proses konseling?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengerian dari teknik Attending
2. Untuk mengetahui cara menerapkan teknik Attending dalam proses konseling
3. Untuk mengetahui pengerian dari teknik Opening
4. Untuk mengetahui cara menerapkan teknik Openning dalam proses konseling
5. Untuk mengetahui pengertian dari teknik Acceptance
6. Untuk mengetahui cara menerapkan teknik Accaptance dalam proses konseling

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengartian keterampilan dasar konseling


Pengertian keterampilan konseling adalah bentuk skill yang dimiliki konselor atau
guru dalam menerapkan praktek-praktek konseling. Keterampilan dasar yang dimaksud disini
adalah keterampilan konseling sebagai salah satu kompetensi dasar guru bimbingan dan
konseling di sekolah. Keterampilan tersebut merupkan kompetensi yang harus dikuasai dalam
setiap melakukan konseling individual. Keterampilan tersebut merupakan salah satu strategi
di dalam melakukan wawancara dengan konseli. Untuk lebih berpengalaman dan menguasai
konseling maka ada strategi yang fektif yaitu dilakukan lebih dahulu arena latihan konselor
sejawat kemudian diaplikasikan kepada konseli yang sebenarnya (Carl Rogers, 1983: 261).
Selanjutnya Rogers mengatakan bahwa konselor yang profesional sebaiknya harus
mengalami seluk beluk seperti konseli, sehingga konselor akan mendapatkan pengalaman
yang berarti untuk peningkatan diri sebagai terapis.  
Jadi secara sederhana konseling dapat diberikan rumusan yang sangat sederhana yaitu
“wawancara atau percakapan dengan t ujuan menolong” (Dinkmeyer & Caldwell), namun
tidak boleh dilupakan bahwa konseling adalah teknik menolong yang kompleks, sehingga
konselor harus memahami setiap keterampilan yang dilakukan.
Uraian tersebut sesuai dengan pendapat Aryatmi Siswohardjono (1992) bahwa agar
konselor sekolah mampu melaksanakan konseling secara efektif maka mereka harus memiliki
keterampilan konseling. Keterampilan Konseling yang efektif berarti konselor mampu
menciptakan suasana kondusif, hangat (warmth), menyenangkan dan mententramkan hati
konseli. Dengan suasana yang demikian itu konselor akan mudah melakukan eksplorasi
masalah yang ada pada diri konseli. 
Keterampilan konseling menurut Ivey (dalam Willis 2007) ia mengatakan bahwa
keterampilan konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor
profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak
menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan
harapan bahwa konseli dapat memecahkan masalahnya sendiri demi perkembangan optimal
diri konseli sendiri.
Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui oleh
konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah tahap awal, tahap pengembangan, dan tahap
terminal konseling (Pieter B. Mboeik, 1988). Setiap tahap ada keterampilan-keterampilan

2
tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses konseling yang utuh. Apabila
proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang dilakukan dapat mengganggu
konseling secara keseluruhan.

2.2.Attending ( Perhatian )
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007) menyebutkan bahwa attending
adalah cara yang menunjukan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau
berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga klien merasa aman,
nyaman, diperhatikan oleh konselor.
Dengan kata lain attending adalah ketrampilan/ teknik yang digunakan konselor untuk
memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan merasa dibimbing dengan
suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan / mengungkapkan pikiran ,
perasaan ataupun tingkah lakunya.Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai
penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa
lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah perlu dilatihkan
bertahap dan terus menerus.
Perilaku attending  yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian klien
yaitu:
1. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan
konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau
meningkat.
2. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena klien
merasa ada orang yang bias dipercayai, teman untuk  berbicara, dan merasa terlindungi
secara emosional.
3. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat
dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.Keterampilan atending
merupakan usaha pembinaan untu menghadirkan klien dalam proses
konseling.Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan
membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling yang
diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya konselor
menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak
mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh  klien.

3
Ketrampilan attending meliputi :
a. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka) diantara posisi badan yang baik
dalam attending mencakup :
 Duduk dengan badan menghadap klien
 Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang-kadang di gunakan untuk
menunjukan gerak isyarat yang sedangdikomunikasikan secara verbal
 Responsif dengan menggunakan bagian wajah, misalnya senyum spontan atau
anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak
mengerti
 Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearahklien untuk Menunjukan
kebersamaan dengan klien
b  Kontak mata
Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia ber-bicara kepada
konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara dengan
menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan
serta merespon klien
c. Mendengarkan
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien. Mendengarkan apapun yang dikatakan
klien. Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya).
Memahami keseluruhan pesannya.

Contoh perilaku attending yang baik :


1. Kepala
 melakukan anggukan jika setuju dan menggeleng jika tidak setuju
2. Ekspresi wajah
 tenang, ceria, senyum
3. Posisi tubuh
 agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk
akrab berhadapan atau berdampingan.
4. Tangan
 variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai
isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.

4
Contoh perilaku attending yang tidak baik
1. Kepala : kaku
Muka, kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan,tidak melihat saat klien sedang
bicara, mata melotot.
2. Posisi tubuh
tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab
dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk
memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
3. Perhatian terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
Contoh   Penggunaannya dalam konseling
Verbal
Klien                  :“assalamungalikum ” (sambil mengetok pintu)
Konselor            :”waalaikum salam” ” Silahkan masuk”
Nonverbal
Konselor              : “silahkan duduk”  (konselor mempersilahkan klien duduk pada kursi
yang telah disediakan sambil  mengarahkan tangan ke tempat duduk)
Klien                  :”Ya, bu terimakasih”
Dalam proses attending ini ada kemungkinan kegagalan proses attending mengingat
baahwa manusia itu unik dan memiliki karakteristik masing-masing ada yang tertutup
sehingga mempersulit proses attending dan proses konseling ini. Dalam hal ini apabila
konselor mengalami kegagalan dalam proses ini lanjutkan saja proses konseling jangan terus
berbicara ataupun bertanya karena hal tersebut akan menimbulkan kesan bahwa  konselor
mendominasi kegiatan konseling dan hal itu akan semakin membuat klien merasa tidak
nyaman dan tidak percaya pada konselor. Dalam hal ini mungkin konselor harus lebih dekat
dan lebih mengenal klien. Setelah klien diterima lalu membina rapport dan paling penting
membacakan topik netral.
Attending bertujuan untuk penciptaan suasana nyaman supaya klien merasa dihargai,
meyakinkan klien untuk mempercayai konselor. Menurut Sofyan S. Willis  ( 2004 : 176 )
menyatakan bahwa perilaku attending akan mempengaruhi kepribadian konseli yaitu:
1. Meningkatkan harga diri konseli
2. Menciptakan suasana aman bagi konseli
3. Memberikan keyakinan kepada konseli bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk
mencurahkan segala isi hati perasaannya.

5
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatian yang diberikan
terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending berfungsi agar konselor dpat
memperlihatkan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara
umum khususnya dalam relasi konseling dengan konseli.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).
Dari beberapa fungsi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa fungsi dari
teknik attending adalah konselor dapat memfokuskan pada komunikasi non ferbal konseli
sehingga perhatiannya terpusat pada konseli dan dapat memperlihatkan penampilan yang
attending khususnya dala relasi konseling dengan konseli.
Attending bermanfaan agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana kondusif.
( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ). Attending bermanfaat agar konseli merasa dihagai
sehingga ia senang, betah, dan mau mencurahkan ide dan perasaannya secara bebas.

2.3. Pembukaan ( Openning )


Opening  (pembukaan) adalah keterampilan atau teknik untuk membuka atau memulai
komunikasi atau hubungan konseling. Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu
kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk
membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan
mengenal tujuan bersama. Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan
wawancara dengan klien. Opening merupakan bentuk verbal dari ketrampilan attending.
Tujuan dari opening yaitu konselor  memperoleh dengan  kepercayaan dari konseli
dan akhirnya konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam mengungkapkan masalahnya.
Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal
tujuan bersama. (M. Surya, 2003 :130). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu
kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama.
Fungsi dari ketrampilan opening adalah mempererat hubungan konselor dengan klien.
Opening berfungsi untuk membuka poroses konseling secara psikologis, serta berfungsi juga
untuk menciptakan rasa nyaman bagi konseli, sehinggas konseli akan merasa tenang dan
percaya bahwa konselor dapat membantu dan menangani masalahnya.denan demikian
opening samgat diperlukan oleh seorang konselor agar tercapai tujuan-tujuan yang ingin
dicapai dalam proses konseling.

6
Contoh :
Tika                 :“Assalamungalaikum”(sambil mengetuk pintu ruang konselor)
Konselor         :”Wassalamualaikumsalam, mba Tika (klien,men dan berjabat sambil
tersenyum dan mempersilahkan duduk ke kursi)
Tika                 :” ya baik bu”terima kasih ( sambil duduk)Beberapa hal yang perlu dilakukan
oleh konselor dalam menggunakan teknik opening antara lain adalah
menyambut kehadiran klien, membicarakan topic netral, dan memindahkan
pembicaraan topic ke dalam permulaan dan konseling.
1. Penyambutan
a. Verbal
Konselor member atau menjawab salam, menyebutkan nama klien, mempersilahkan
duduk dll.
b. Non verbal
Konselor segera membuka pintu ruang konseling, jabat tangan, senyum dengan ceri,
mendampingi mengiringi klien saat menuju tempat duduk menempatkan klien pada
tempat duduk yang lebih baik, duduk sesudah klien duduk dll.
2. Pembicaraan Topik Netral
a. Topik netral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan tidak menyinggung
perasaan klien.
b. Bahan topic netral antara lain kejadian-kejadian hangat gambaran-gambaran yang ada
diruang konseling, potensi lingkungan asal klien dll.
3. Pemindahan Topik Netral ke Permulaan Konseling
a. Menggunakan kalimat “jembatan” misalnya:“Setelah kita membicarakan…(isi
topik netral), barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam
pertemuan ini”
b. Mengembangkan sebagaian isi topik netral misalnya: “Itu tadi hobimu dibidang
musik, lalu bagaimana dengan prestasimu dalam perkuliahan”

2.4. Acceptance (Penerimaan)


Penerimaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukan minat dan
pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Teknik penerimaan merupakan cara
bagaimana konselor melakukan tindakan agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.
(M. Surya, 2003 : 131). Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa teknik acceptance

7
adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap
hal-hal yang dikemukakan konseli agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.
Terdapat dua jenis penerimaan yaitu:
a.Verbal 
1) Bentuk pendekteruskan, oh… ya, lalu/kemudian, ya…ya, hem…hem… dll.
2) Bentuk panjang : saya memahami , saya menghayati, saya dapat  merasakan, dll.
b.Non verbal
Anggukan kepala posisi condong ke depan, perubahan mimik, memlihara kontak mata dll.
Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan klien diterima namun
bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai sesuai dengan asas klien tidak pernah
salah ( KTSP ).
Konselor  bertanggungjawab  untuk memperbaiki klien atau bisa disebut debgan memberikan
dorongan minimal pada klien.
Contoh  Penerimaan (Acceptenc)
Konselor  :”Bagaimana           kabar   mba     Tika     hari      ini        ?
Tika         :”Alhamdulillah baik bu”,              
Konselor  :”Barusan pelajaran apa?”(Konselor duduk dengan  tenang sambil sedikit
mencondongkan badan pada klien)
Tika          :“pelajaran kimia bu”
Konselor   :”Anda suka pelajaran tersebut?atau sebaliknya?
Tujuan acceptenc  adalah untuk menciptakan suasana dimana konseli merasa dihargai. Fungsi
dari Acceptenc ialah terjalin suasana yang kondusif dan dinamis. Selain itu agar konseli
merasa diterima dalam proses konseling. Oleh karena itu, teknik ini perlu difungsikan supaya
proses konseling berjalan dengan lancar.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Teknik dasar yang dapat digunakan untuk membantu konselor dalam menggali perasaan-
perasaan konseli baik dari tingkah laku verbal maupun non verbal sebagai usaha untuk
memahami dirinya sendiri dan memahami perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya.
Teknik dasar dalam komunikasi konseling terdiri attending, opening acceptance dll. Teknik
tersebut dapat dilakukan baik verbal maupun non verbal guna membantu klien mengentaskan
masalahnya. Konselor harus mengetahui bagaimana cara membuat klien merasa nyaman agar
dapat mengekspesikan masalah apa yang dia hadapai. Serta konselor harus mempunyai
keterampilan dalam menggunakan teknik opening karena opening yang baik dan tepat dapat
menciptakan suasana yang nyaman bagi klien. Serta dalam diri konselor harus mempunyai
jiwa penerimaan yang baik akan diri klien hal ini diperlukaan agar klien tak sngkan dalam
mengunggapkan apa yang ia dia rasakan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Supriyo dan Mulawarman. 2005. Keterampilam Dasar Konseling. Semarang: UNNES


http://yulizaartikel.blogspot.com/2016/05/keterampilan-dasar-konseling-makalah.html

10

Anda mungkin juga menyukai