Anda di halaman 1dari 6

Makalah Konselor

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konselor”. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang perkembangan masa awal remaja.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Ponorogo,Maret 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai
sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh
diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek,
dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi
kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk
penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien)
maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor
tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling,
khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi
pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud konselor?
2. Bagaimana sosok utuh kompetensi konselor?
3. Bagaimana standart kompetensi konselor?
4. Apakah yang dimaksud konselor agama?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian konselor
2. Mengetahui sosok utuh kompetensi konselor
3. Mengetahui standart kompetensi konselor
4. Mengetahui pengertian konselor agama

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konselor
Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling
memahami dasar dan teknik konseling secara luas, konselor dalam menjalankan perannya bertindak sebagai
fasilitator bagi klien. Selain itu, konselor juga bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang
mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapinya (Lesmana,
2005). Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa konselor adalah tenaga profesional yang sangat
berarti bagi klien.
Dalam melakukan proses konseling , seorang konselor harus dapat menerima kondisi klien apa adanya.
Konselor harus dapat menciptakan suasana yang kondusif saat proses konseling berlangsung. Posisi
konselor sebagai pihak yang membantu, menempatkannya pada posisi yang benar-benar dapat memahami
dengan baik permasalahan yang dihadapi klien.
Setiap konselor pada masing-masing pendekatan teknik konseling yang digunakan memiliki
karasteristik dan peran yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari konsep pendiri teori yang dijadikan
landasan berpijak. Misalnya, pada konselor yang menggunakan pendekatan behavioristik, konselor berperan
sebagai fasilitator bagi klien. Hal tersebut tidak berlaku bagi konseling yang menggunakan pendekatan
humanistis di mana peran konselor bersifat holistis.[1]
Sikap dan keterampilan merupakan dua aspek penting kepribadian konselor. Sikap sebagai suatu
disposisi tidaklah tampak nyata, tidak dapat dilihat bentuknya secara langsung. Berbeda dengan sikap,
keterampilan dapat tampak wujudnya dalam perbuatan. Fungsi keterampilan bagi konselor adalah upaya
memancarkan sikap-sikap yang dimilikinya terhadap para klien disamping penunjukan kredibilitas lain
seperti penampilan kompetensi intelektual dan aspek-aspek non intelektif lainnya.[2]
Selanjutnya, berikut ini diuraikan secara luas karakteristik seorang konselor yang efektif, peran dan
fungsi konselor, masalah yang dihadapi konselor dan resistensi konselor.
1. Karakteristik konselor
Setelah memahami gambaran seorang konselor secara umum marilah kita lihat beberapa karakteristik
konselor efektif yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Karakteristik inilah yang wajib dipenuhi oleh
seorang konselor untuk mencapai keberhasilannya dalam proses konseling. Kita awali dari pandangan Carl
Rogers sebagai peletak dasar konsep konseling. Rogers (dikutip dari lesmana, 2005) menyebutkan ada tiga
karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang konselor, yaitu congruence, unconditional positive
regard, dan empathy.
a. Congruence
Menurut pandangan Rogers, seorang konselor haruslah terintegrasi dan kongruen. Pengertiannya di sini
adalah seorang konselor terlebih dahulu harus memahami dirinya sendiri. Antara pikiran, perasaan, dan
pengalamannya harus serasi. Konselor harus sungguh-sungguh menjadi dirinya sendiri, tanpa menutupi
kekurangan yang ada pada dirinya.
b. Unconditional positive regard
Konselor harus dapat menerima/respek kepada klien walaupun dengan keadaan yang tidak dapat diterima
oleh lingkungan. Setiap individu menjalani kehidupannya dengan membawa segala nilai-nilai dan
kebutuhan yang dimilikinya. Rogers mengatakan bahwa setiap manusia memiliki tendensi untuk
mengaktualisasikan dirinya ke arah yang lebih baik. Untuk itulah, konselor harus memberikan kepercayaan
kepad klien untuk mengembangkan diri mereka.
c. Empathy
Empathy di sini maksudnya adalah memahami orang lain dari sudut kerangka berpikirnya. Selain itu
empathy yang dirasakan juga harus ditunjukkan. Konselor harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri
tetapi tidak boleh ikut terlarut didalam nilai-nilai klien.
Selain tiga karakteristik yang dikemukakan Rogers tersebut, seorang konselor yang berperan sebagai
"pembantu" bagi klien harus memiliki karakteristik yang positif untuk menjamin keefektifannya dalam
memberikan penanganan. Dalam hal ini, Latipun (2001) membaginya dalam dua aspek utama, yaitu:
1) Keahlian dan ketrampilan
Konselor adalah orang yang harus benar-benar mengerti dunia konseling dan menyelesaikan permasalahan
klien dengan tepat. Aspek keahlian dan ketrampilan wajib dipenuhi oleh konselor yang efektif.
2) Kepribadian konselor
Kepribadian seorang konselor juga turut menentukan keberhasilan proses konseling. Dalam
hubungannya dengan faktor kepribadian seorang konselor. Comb A (dikutip dari latipun 2001)
mengungkapkan bahwa kepribadian konselor tidak hanya bertindak sebagai pribadi semata bagi konselor,
akan tetapi dapat dijadikan dengan instrumen dalam meningkatkan kemampuan dalam membantu kliennya.
[3]
B. Sosok Utuh Kompetensi Konselor
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu
keutuhan.Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional
bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi
profesional, yang meliputi:

a) Memahami secara mendalam konseling yang dilayani,


b) Menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
c) Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan
d) Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat komptensi tersebut yang
dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan
profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan mengembangkan isu atau masalah, dan
merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan dia
menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.[4]
C. Standart Kompetensi Konselor
Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi
perilaku profesi dan kredensi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi
diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi,
menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang
menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu
titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong
learning process).
Kompetensi profesi konselor merupakan keterpaduan kemampuan personal, keilmuan dan teknologi,
serta sosial yang secara menyeluruh membentuk kemampuan standar profesi konselor.

Profil kompetensi Konselor meliputi komponen berikut.


1. Kompetensi pengembangan kepribadian (KPK), yaitu kompetensi berkenaan dengan pengembangan pribadi
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap,
mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
a) Menampilkan kepribadian beriman dan bertakwa, bermoral, terintegritas, mandiri.
b) Menghargai dan meninggikan hakikat, harkat dan kehidupan kemanusiaan.
2. Kompetensi landasan keilmuan dan keterampilan (KKK), yaitu kompetensi berkenaan dengan bidang
keilmuan sebagai landasan keterampilan yang hendak dibangun. Kompetensi ini meliputi
substansi dalam bidang pendidikan, psikologi, dan budaya.
3. Kompetensi keahlian berkarya (KKB), yaitu kompetensi berkenaan dengan kemampuan
keahlian berkarya dengan penguasaan keterampilan yang tinggi.
a. Hakikat pelayanan konseling.
b. Paradigma,visi dan misi konseling.
c. Dasar keilmuan konseling
d. Bentuk/format pelayanan konseling
e. Pendekatan pelayanan konseling.
f. Teknik konseling.
g. Instrumentasi konseling.
h. Sumber dan media dalam konseling.
i. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling.
j. Pengelolaan pelayanan konseling.
4. Kompetensi perilaku berkarya (KPB), yaitu kompetensi berkenaan denganperilaku berkarya
berlandaskan dasar-dasar keilmuan dan profesi sesuai dengan pilihan karir dan profesi.
a. Etika profesional konseling
b. Riset dalam konseling
c. Organisasi profesi konseling
5. Kompetensi berkehidupan bermasyarakat (KBB), yaitu kompetensi berkenaan dengan
pemahaman kaidah berkehidupan dalam masyarakat profesi sesuai dengan pilihan keahlian dalam
berkarya.
a. Hubungan antar-individu dan berhubungan dengan lingkungan.
b. Hubungan kolaboratif dengan tenaga profesi lain: pembentukan tim kerjasama, pelaksanaan
kerjasama, dan tanggung jawab bersama.
Keutuhan kompetensi tersebut mencakup:
(1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani,
(2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pepelayanan
bimbingan dan konseling yang memandirikan.
(4) mengembangkan profesionalitas profesi secara berkelanjutan,
(5)yang dilandasi sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung.[5]
D. Konselor Agama
Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau
mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petuntuk Allah. Maksudnya sebagain berikut:
a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodratnya yang ditentukan Allah, sesuai
dengan sunnatullah, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah
b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai denga pedoman yang telah ditentukan Allah melalui
Rasul-Nya (ajaran Islam)
c. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berrati menyadari eksistensi diri sebagai makhluk
Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
Dengan demikian bimbingan konseling agama (islam) merupakan proses bimbingan terhadap individu
agar mampu hidup selaras yang berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah untuk mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.[6]

2. Tujuan Bimbingan Konseling Agama


Dalam perjalanan hidup, karena berbagai faktor atau latar belakang manusia selalu berhadapan dengan
masalah (problem), yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara yang seharusnya (ideal) dengan yang
senyatanya. Orang yang mengahadapi masalah, lebih-lebih jika berat, maka orang yang bersangkutan tidak
merasa bahagia. Maka bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Bimbingan
dan konseling Islami berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan
juga di akhirat.
Dengan demikian, tujuan dari bimbingan, konseling, dan tujuan bimbingan dalam islam, yaitu:
1. Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat:
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya di masa yang akan
datang
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerja
d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
3. Tujuan Bimbingan Konseling dalam Islam
1) Tujuan umum bimbingan konseling Islam
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.[7]
2) Tujuan khusus bimbingan konseling Islam
a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental
b. Untuk menghasilkan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa
toleransi. Kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan
menerima ujian-Nya
e. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya
sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup dan
dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.[8]
f. Membantu individu/kelompok individu mencegah timbulnya masalah-masalah dalam kehidupan
keagamaan, antara lain dengan cara :
1. Membantu individu menyadari fitrah manusia
2. Membantu individu mengembangkan fitrahnya (mengaktualisasikannya)
3. Membantu individu memahami dan menghayati ketentuan dan petunjuk Allah dalam kehidupan
keagamaan
4. Membantu individu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah mengenai kehidupan keagamaan.
g. Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan keagamaannya, antara
lain dengan cara :
a. Membantu individu memahami problem yang dihadapinya ;
b. Membantu individu memahami kondisi dan situasi dirinya dan lingkungan;
c. Membantu individu memahami dan menghayati berbagai cara untuk mengatasi problem
kehidupan keagamaannya sesuai dengan syariat Islam;
d. Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan problem keagamaan yang dihadapinya.
h. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan keagamaan dirinya yang telah baik agar
tetap baik dan atau menjadi lebih baik.
i. Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental-spiritual dan agama dalam pribadi anak agar
diaktualisasikan dan difungsionalkan menjadi tenaga pendorong (motivator) bagi peningkatan proses
kegiatan belajar mengajar anak didik.
j. Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak didik dalam
menghadapi tantangan dan rongrongan dari luar dirinya, baik yang berbentuk mental maupun yang
berbentuk material.
k. Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya,
dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri sehingga menjadi pola hidup
yang bersendikan nilai-nilai agamanya.
l. Berusaha mencerahkan kehidupan batin sehingga segala kesulitan yang dihadapi, akan mudah
diatasi dengan kemampuan mental rohaniahnya.[9]

KESIMPULAN
1. Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling memahami
dasar dan teknik konseling secara luas.
2. Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu
keutuhan.Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional
bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi
profesional, yang meliputi:
a. Memahami secara mendalam konseling yang dilayani,
b. Menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
c. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan
d. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.
3. kompetensi Konselor meliputi komponen berikut:
a. Kompetensi pengembangan kepribadian (KPK),
b. Kompetensi landasan keilmuan dan keterampilan (KKK),
c. Kompetensi keahlian berkarya (KKB)
d. Kompetensi perilaku berkarya (KPB),
e. Kompetensi berkehidupan bermasyarakat (KBB)
4. Konselor Agama ialah Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak
menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu, dibimbing, agar
mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petuntuk Allah

[1] Namora Lumongga lubis, Memahami dasar-dasar konseling (Jakarta:Pt kharisma putra utama, 2013), 21-22.
[2] Andi mappiare, Pengantar konseling dan psikoterapi (Jakarta:Pt Rajagrafindo Persada,2006), 97-98.
[3] Namora Lumongga lubis,23-25.
[4] Sofyan S. Willis, Konseling Individual teori dan praktek, (Bandung:Alfabeta, 2013),51.
[5] Huston smith, Agama-agama Manusia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2008).43.
[6] Adz-Dzaky , Hamdani Bakran, Konseling & psikoterapi Islam, Jogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
2004
[7] Nurihsan, Achmad Juntika, Bimbingan & Konseling dalan Berbagai Latar Kehidupan, Bandung:
PT Refika Aditama, 2006
[8] http://cucuwahyuniuin.wordpress.com/2012/04/11/bimbingan-konseling-islam/
[9] http://cucuwahyuniuin.wordpress.com/2012/04/11/bimbingan-konseling-islam/

Anda mungkin juga menyukai