Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ KONSELING SEBAGAI HUBUNGAN“

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

“Bimbingan Dan Konseling”

Dosen Pengampu : Dede Apriyansyah, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. NENENG HERLINA (1927101020129)
2. NUR HIDAYATI (1927101020131)
3. RAHMAWATI (1927101020058)
4. SRI SUMIARTI (1927101020112)
5. NUR FATIMAH (1927101020132)
6. MARTININGSIH (1927101020001)

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEMESTER VII
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUS AGAMA ISLAM (IAI) AN-NUR LAMPUNG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada kami berupa makalah yang berjudul
“Konseling Sebagai Hubungan”. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah pada
Rasulullah Muhammad SAW.

Makalah ini kami susun sebagai tugas yang diberikan dari mata kuliah
Bimbingan dan Konseling pada tahun ajaran 2022/2023.

Dalam penyusunan makalah ini kami yakin masih banyak kekurangannya.


Oleh karena itu, kami mengharap kepada para pendidik khususnya dan para pembaca
umumnya untuk memberikan saran dan kritik, dalam rangka penyempurnaan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hanya kepada Allah SWT kami memohon semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

Jati Agung, Juli 2022

DAFTAR ISI

i
Cover .....................................................................................................
Kata Pengantar . .................................................................................... i
Daftar Isi . ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................
A. Pengertian Bimbingan, Konseling dan Hubungan ....................... 3
B. Karakteristik Hubungan Konseling ............................................... 5
C. Cara Dalam Membangun Hubungan Konseling ........................... 6
BAB III PENUTUP .............................................................................
Kesimpulan dan Saran .................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada lingkungan masyarakat tumbuh kebutuhannya yang meningkat akan


adanya tenaga bimbingan konseling, atau tenaga yang mampu mengembangkan
keterampilan, dan hubungan antar orang pada umumnya. Tenaga konselor ini
diperlukan di berbagai lingkungan, seperti di sekolah, di lingkungan industri, dan
lain-lain. keterampilan konselor ini dapat dimanfaatkan di berbagai wilayah kerja
yang berbeda tersebut. Memang cukup luas cakupan dari tugas seorang konselor.
Konselor harus memiliki pengalaman yang luas dan lebih tanggap dengan situasi
apapun.

Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan membantu (helping


relationship) yang professional. Beberapa contoh hubungan yang profesional antara
lain: dokter dan pasien, pekerja sosial dan masyarakat, pengacara dan klien, guru
dan siswa. Sekalipun sama-sama hubungan profesional, tetapi masing-masing
hubungan ini memiliki karakteristik tersendiri. Demikian pula hubungan konseling
berbeda dengan pola hubungan yang lain.

Pada dasarnya hubungan konselor dengan klien pada proses konseling


merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat profesional dan memiliki
keunikan tersendiri. Professional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada
pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan
khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat efektif menghadapi
dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya.
Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor
dan klien. Kekhususan ini dapat dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor,
metode hubunganya dan masalah yang dihadapi oleh klien.

Sebelum kita membahas lebih lanjut beberapa karakteristik khusus mengenai


hubungan dalam konseling maka mari kita bahas dibawah ini.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian bimbingan, konseling dan hubungan?

2. Bagaimana karakteristik hubungan konseling?

3. Bagaimana cara dalam membangun hubungan konseling?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bimbingan, konseling dan hubungan

2. Untuk mengetahui karakteristik hubungan konseling.

3. Untuk mengetahui cara dalam membangun hubungan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan, Konseling dan Hubungan
Bimbingan adalah proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.

Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat


mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras ,unik,
human(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan didasarkan atas
norma-norma yang berlaku , agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan
diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada
masa yang akan datang.

Pada dasarnya, hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling
merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat profesional dan memiliki
keunikan sendiri. Profesional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada
pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan
khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi
dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya.
Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor
dan klien. Kekhususan ini dapat dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor,

Konsep Membangun Hubungan Menurut kamus umum bahasa Indonesia,


kata konsep artinya rancangan. Kata membangun dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa, berawal dari kata bangun yaitu bangkit dan berdiri.
Sedangkan kata membangun yaitu bangkit, berdiri dan naik. Menurut kamus umum
bahasa Indonesia, kata hubungan berawal dari kata hubung yang artinya berangkai
atau bersambung yang satu dengan yang lain. Sedangkan kata hubungan disamakan
dengan kata perhubungan yaitu cara bagaimana orang berhubungan satu dengan
yang lain. Konsep membangun hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah cara ataupun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membangun
hubungan yang baik antara konselor dan klien menurut teori Barbara F. Okun.

3
Menurut William Glaser dalam teori Pendekatan Realitas, Glaser
mengemukakan bahwa di dalam mengawali hubungan antara konselor dengan
klien, konselor harus bersikap otentik, hangat dan menaruh perhatian pada
hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus dapat melibatkan diri kepada
klien dengan memperlihatkan sikap hangat dan ramah. Hubungan yang terbangun
antara konselor dan klien sangat penting, sebab klien akan terbuka dan bersedia
menjalani proses konseling jika dia merasa bahwa konselornya terlibat, bersahabat
dan dapat dipercaya.

Sofyan S. Willis dalam bukunya Konseling Keluarga (family counseling)


mengemukakan bahwa keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh
keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling. Kunci lancarnya
hubungan konseling ditandai dengan adanya rapport. 5 Ada lima sikap-sikap
penting yang harus dimiliki oleh seorang konselor dalam membina hubungan
konseling, yaitu : Pertama, Acceptance yaitu menerima klien secara ikhlas tanpa
mempertimbangkan jenis kelamin, derajat, kekayaan dan perbedaan agama. Di
samping itu klien diterima dengan segala masalahnya, kesulitan dan keluhan serta
sikap-sikapnya baik yang positif maupun negatif. Kedua, Unconditional Positive
Regard yaitu menghargai klien tanpa syarat, menerima klien apa adanya tanpa
dicampuri sikap menilai, mengejek atau mengkritiknya. Ketiga, Understanding
yaitu konselor dapat memahami keadaan klien sebagaimana adanya. Keempat,
Genuine yaitu bahwa konselor itu asli dan jujur dengan dirinya sendiri, wajar dalam
perbuatan dan ucapan. Kelima, Empati artinya dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh klien. Dari pernyataan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan
konseling merupakan hubungan yang bersifat pribadi atau rahasia antara konselor
dan klien.

Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell di dalam bukunya “Introduction


to Counseling and Guidance” menyatakan bahwa konseling pada hakikatnya adalah
hubungan. Persisnya, konseling adalah hubungan yang sifat dan tujuannya
membantu/ menolong. Karena itu, jika konseling merupakan hubungan untuk
menolong, maka langkah awal konselor adalah membangun iklim yang kondusif

4
bagi penghargaan timbal-balik, kepercayaan, kebebasan, komunikasi terbuka dan
pemahaman umum tentang apa saja yang terlibat di dalam proses konseling. Ada
empat faktor terpenting bagi pembentukan hubungan klien dengan konselor adalah
penghargaan, penerimaan positif, empati akurat dan keaslian/ orisinalitas. Empat
kondisi ini mengimplikasikan keterbukaan pada seorang konselor, yaitu:
kemampuan memahami dan merasakan bersama klien sekaligus menilainya.
Barbara F. Okun menyatakan bahwa hubungan konseling adalah hubungan
membantu memecahkan permasalahan klien yang dipusatkan pada perubahan
perilaku dan tindakan klien serta mengidentifikasi pemahaman klien terhadap
perasaan, perilaku dan tindakannya juga pemahaman klien terhadap perubahan
lingkungan di sekitarnya

B. Karakteristik Hubungan Konseling


George dan Cristiani (dalam Latipun, 2004:36-37) mengemukakan 6
karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konseling. Keenam karakteristik itu
adalah :

1. Afeksi

Hubungan konselor dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif dari
pada sebagai hubungan kognitif. Hubungan yang afektif ini dapat menggurangi
rasa kecemasan dan ketakutan klien dan diharapkan hubungan konselor dengan
klien lebih bersifat produktif.

2. Intensitas

Hubungan antara konselor dan klien ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap
persepsi masing-masing. Konselor mengharapkan agar hubungan antara konselor
dengan klien berlangsung mendalam sesuai dengan perjalanan konseling.

3. Pertumbuhan dan perubahan

5
Hubungan antara konselor dank lien bersifat dinamis artinya dari waktu ke waktu
terus terjadi peningkatan hubungan konselor dengan klien, pengalaman bagi klien,
dan tangung jawabnya.

4. Privasi

Pada dasarnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien.


Keterbukaan klien bersifat konfidental (rahasia). Konselor harus menjaga
kerahasiaan masalah klien. Perlindungan atau jaminan hubungan ini adalah unik
dan akan meningkatkan kemauan klien untuk membuka diri.

5. Dorongan

Dalam hubungan konseling konselor juga perlu memberikan dorongan atas


keinginan atas perubahan perilaku dan memperbaiki keadaanya sendiri sekaligus
memberikan motivasi untuk berani mengambil risiko dari keputusannya.

6. Kejujuran

Hubungan konseling didasarkan atas kejujuran dan keterbukaan serta adannya


komunikasi teraarah antara konselor dengan klien. Dalam jalan ini tidak ada
sandiwara dengan jalan menutupi kelemahan atau menyatakan yang bukan
sejatinya.

C. Cara Dalam Membangun Hubungan Konseling

Pada dasarnya, hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling
merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat professional dan memiliki
keunikan sendiri. Profesional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada
pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan
khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi
dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Adapun
cara dalam membangun hubungan konseling yaitu:

1.Objektif/Subjektif
Cara untuk melihat hubungan adalah dari keseimbangan objektivitas dan

6
subjektifitas (Oppenheimer 1954). Keseimbangan ini mengacu pada tingkat
emosional dan hal-hal yang mempengaruhi intelektual dan elemen emosional.
Objektivitas mengacu pada lebih kognitif, scientific dan generiknya suatu
hubungan. Di mana klien dianggap sebagai obyek belajar atau sebagai bagian dari
penderitaan manusia yang luas. Oleh karena itu, konselor akan memberikan
pandangan kepada klien dan nilai-nilai tanpa penilaian pribadi. Arti perilaku
konselor untuk klien adalah bahwa mereka merasa konselor menghormati
pandangan mereka, tidak memaksakan gagasan-nya pada mereka, dan melihat
masalah mereka rasional dan analitis. Mereka ingin konselor untuk terlibat secara
emosional dan menjadi pribadi yang bersangkutan tentang mereka.

Elemen subjektif dimaksudkan adalah sikap kehangatan dan psikologis


kedekatan serta keterkaitan yang mendalam pada masalah klien. Perilaku ini sering
digambarkan sebagai kepedulian. Sebaliknya, beberapa klien menganggap
keterlibatan konselor sebagai ancaman, karena mereka adalah “mengirimkan”
untuk kontrol atau “mengungkapkan” diri orang lain. Seorang klien melihat
konselor, sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang atas kebutuhan
klien tersebut. Sifat interaksi emosional tampaknya menjadi variabel kunci yang
menentukan kualitas hubungan, atau pertemuan. Dalam konseling objektivitas dan
subjektivitas haruslah harmonis, di mana konselor mengoperasikan dua posisi dan
menggabungkan kedua elemen tersebut. Objektivitas diperlukan dalam
mendiagnosa, sementara subjektivitas diperlukan dalam membangun suasana/iklim
konseling itu sendiri.

2. Kognitif/Afektif
Elemen hubungan kognitif mengacu kepada intelektualitas seperti bertukar
informasi. Sedangkan unsur-unsur afektif mengacu pada ekspresi perasaan dan
perubahan, konselor harus tahu kapan untuk mendorong pengujian rasional pada
klien dan interpretasi masalah klien dan kapan harus mendorong eksplorasi
perasaan dan hubungan ide-ide mereka. Menurut Grater (1964) klien memilih
konselor yang mempunyai karakter kognitif dan afektif.

7
3.Ambiguitas/kejelasan
Bordin (1955), menyatakan ambiguitas merupakan karakteristik dari suatu
situasi stimulus di mana orang-orang merespon secara berbeda dan tidak ada respon
yang jelas ditunjukkan. Hubungan konseling adalah kabur dan ambigu untuk klien.
Ambiguitas melayani fungsi yang memungkinkan klien untuk proyek perasaan ke
dalam situasi konseling. Proses memproyeksikan perasaan klien bantu untuk
menjadi sadar dan peduli tentang perasaan mereka, sehingga memungkinkan
konselor untuk mengetahui dan berurusan dengan mereka melalui memperjelas
teknik konseling. Terlalu banyak ambiguitas pada klien menyebabkan keanehan
dalam berhubungan di mana klien harusnya merasa aman dan terstruktur dalam
hubungannya.
Ada beberapa kebingungan dalam hubungan jika konselor terlalu
menjelaskan kepribadian kepada klien atau menjadi terlalu akrab dengan klien.
Misalnya, konselor berperilaku lebih seperti seorang teman dibanding seorang
konselor. Jika konselor terlalu ramah dengan klien dalam arti bahwa mereka
membiarkan diri mereka dikenal terlalu dini serta-digambarkan
kepribadian,konselor akan menemukan bahwa mereka merasa terdorong untuk
“bertindak sendiri” terlalu kuat dalam situasi wawancara. Jadi, wawancara mungkin
didorong dalam arah pembicaraan sosial atau pertemanan yang intim. Isu ini
merupakan kontroversial, karena ada beberapa literatur yang menekankan pada
pentingnya seorang konselor untuk bersikap ramah dengan klien.

4.Responsibel/akuntabel
Tanggung jawab atau menerima klien dalam hubungan konseling
menyiratkan kesediaan pada akuntabilitas dari konselor untuk memikul beberapa
tanggung jawab atas hasil konseling dan beberapa kesediaan untuk berbagi dalam
masalah klien. Klien memiliki tanggung jawab juga, yang mereka menganggap
sebagian besar itu adalah masalah mereka dan perilaku yang dipertaruhkan.
Konselor berbeda dalam penafsiran mereka tentang tanggung jawab. Kami merasa
bahwa konselor tidak bertanggung jawab untuk menjalankan hidup klien atau
memilih nasihat. Bahwa klien bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan
konseling karena dia memiliki masalah. Konselor mempunyai lebih banyak

8
pengaruh dari yang mereka sadari karena mereka mempunyai kekuasaan dan status
sebagai penyembuh. Tanggung jawab konselor untuk masyarakat yang lebih luas
dibahas pada bagian berikutnya pada etika.

Sebuah hubungan konseling yang berguna bagi klien adalah sebuah proses
pembelajaran timbal balik antara klien dan satu atau lebih orang lain. Efektivitas
dari hubungan tersebut tergantung pada (1) kemampuan konselor dalam
mengkomunikasikan pemahaman terhadap perasaan klien, pandangan dunia dan
perilaku, (2) kemampuan konselor untuk menentukan dan memperjelas masalah
klien dan (3) kemampuan konselor untuk menerapkan strategi konseling yang tepat
untuk memfasilitasi pemecahan masalah yang terjadi berulang kali dan eksplorasi
diri menerima keputusan ini, pemahaman diri, membuat yang semuanya dapat
menyebabkan terjadinya tindakan konstruktif pada bagian dari klien.Dari
pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari proses hubungan konseling
adalah membantu memenuhi kebutuhan klien, menjadikan klien untuk lebih
mampu bertanggung jawab terhadap dirinya dan klien mampu membuat sebuah
keputusan penyelesaian masalah dengan kesadaran diri yang baik (dalam keadaan
tenang atau tidak panik). Tugas konselor adalah membantu dan mendukung klien
untuk dapat menemukan solusi penyelesaian masalah yang dihadapinya. Proses
hubungan konseling yang efektif tergantung pada kemampuan konselor dalam
memahami klien, menemukan dan memperjelas masalah klien dan kemampuan
konselor dalam menerapkan strategi konseling.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Dalam teori Barbara F. Okun, proses hubungan dalam konseling hanya untuk
memenuhi kebutuhan klien, konselor hanya sebagai orang profesional dalam
membantu klien. Konsep membangun hubungan dalam konseling perspektif Islam
adalah kepercayaan (amanah), kejujuran, kasih sayang (empati), toleransi, saling
menghargai dan menghormati..
Ada beberapa cara dalam membangun hubungan konseling yaitu:

1. Objektif/Subjektif

2. Kognitif/Afektif

3. Ambiguitas/kejelasan

4. Responsibel/akuntabel

Adapun langkah-langkah dalam hubungan yang telah diubah Gerard yaitu:

1. Membangun hubungan membantu dan explorasi.

2. Mengembangkan pemahaman baru dan menalarkan perspektif berbeda.

3. Tindakan- membantu klien untuk mengembangkan dan menggunakan strategi.

B. Saran
Akhirnya selesailah makalah saya yang membahas tentang konseling sebagai
hubungan . Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki dalam
penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf,
kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi . 2000. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Umar dan Sartono. 2001.Bimbingan dan Penyuluhan .Bandung:CV.Pustaka Setia.

Ayu Laila. 2015. Bimbinan dan Konseling. http://bk14046.blogspot.co.id/2015/

06/ konseling-sebagai-helping-relationship.html.

Sani.2012.Counseling For Human Being. http://counseling4human.blogspot.co.id/


2012/07/konseling-sebagai-hubungan-yang.html.
https://sakinah-wasohibatimuslimah.blogspot.com/2019/03/makalah-bimbingan-
konseling-konseling.html

11
1

Anda mungkin juga menyukai