Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada kami berupa makalah yang berjudul
“Konseling Sebagai Hubungan”. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah pada
Rasulullah Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun sebagai tugas yang diberikan dari mata kuliah
Bimbingan dan Konseling pada tahun ajaran 2022/2023.
Hanya kepada Allah SWT kami memohon semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
i
Cover .....................................................................................................
Kata Pengantar . .................................................................................... i
Daftar Isi . ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................
A. Pengertian Bimbingan, Konseling dan Hubungan ....................... 3
B. Karakteristik Hubungan Konseling ............................................... 5
C. Cara Dalam Membangun Hubungan Konseling ........................... 6
BAB III PENUTUP .............................................................................
Kesimpulan dan Saran .................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian bimbingan, konseling dan hubungan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bimbingan, konseling dan hubungan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan, Konseling dan Hubungan
Bimbingan adalah proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.
Pada dasarnya, hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling
merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat profesional dan memiliki
keunikan sendiri. Profesional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada
pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan
khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi
dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya.
Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor
dan klien. Kekhususan ini dapat dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor,
3
Menurut William Glaser dalam teori Pendekatan Realitas, Glaser
mengemukakan bahwa di dalam mengawali hubungan antara konselor dengan
klien, konselor harus bersikap otentik, hangat dan menaruh perhatian pada
hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus dapat melibatkan diri kepada
klien dengan memperlihatkan sikap hangat dan ramah. Hubungan yang terbangun
antara konselor dan klien sangat penting, sebab klien akan terbuka dan bersedia
menjalani proses konseling jika dia merasa bahwa konselornya terlibat, bersahabat
dan dapat dipercaya.
4
bagi penghargaan timbal-balik, kepercayaan, kebebasan, komunikasi terbuka dan
pemahaman umum tentang apa saja yang terlibat di dalam proses konseling. Ada
empat faktor terpenting bagi pembentukan hubungan klien dengan konselor adalah
penghargaan, penerimaan positif, empati akurat dan keaslian/ orisinalitas. Empat
kondisi ini mengimplikasikan keterbukaan pada seorang konselor, yaitu:
kemampuan memahami dan merasakan bersama klien sekaligus menilainya.
Barbara F. Okun menyatakan bahwa hubungan konseling adalah hubungan
membantu memecahkan permasalahan klien yang dipusatkan pada perubahan
perilaku dan tindakan klien serta mengidentifikasi pemahaman klien terhadap
perasaan, perilaku dan tindakannya juga pemahaman klien terhadap perubahan
lingkungan di sekitarnya
1. Afeksi
Hubungan konselor dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif dari
pada sebagai hubungan kognitif. Hubungan yang afektif ini dapat menggurangi
rasa kecemasan dan ketakutan klien dan diharapkan hubungan konselor dengan
klien lebih bersifat produktif.
2. Intensitas
Hubungan antara konselor dan klien ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap
persepsi masing-masing. Konselor mengharapkan agar hubungan antara konselor
dengan klien berlangsung mendalam sesuai dengan perjalanan konseling.
5
Hubungan antara konselor dank lien bersifat dinamis artinya dari waktu ke waktu
terus terjadi peningkatan hubungan konselor dengan klien, pengalaman bagi klien,
dan tangung jawabnya.
4. Privasi
5. Dorongan
6. Kejujuran
Pada dasarnya, hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling
merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat professional dan memiliki
keunikan sendiri. Profesional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada
pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan
khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi
dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Adapun
cara dalam membangun hubungan konseling yaitu:
1.Objektif/Subjektif
Cara untuk melihat hubungan adalah dari keseimbangan objektivitas dan
6
subjektifitas (Oppenheimer 1954). Keseimbangan ini mengacu pada tingkat
emosional dan hal-hal yang mempengaruhi intelektual dan elemen emosional.
Objektivitas mengacu pada lebih kognitif, scientific dan generiknya suatu
hubungan. Di mana klien dianggap sebagai obyek belajar atau sebagai bagian dari
penderitaan manusia yang luas. Oleh karena itu, konselor akan memberikan
pandangan kepada klien dan nilai-nilai tanpa penilaian pribadi. Arti perilaku
konselor untuk klien adalah bahwa mereka merasa konselor menghormati
pandangan mereka, tidak memaksakan gagasan-nya pada mereka, dan melihat
masalah mereka rasional dan analitis. Mereka ingin konselor untuk terlibat secara
emosional dan menjadi pribadi yang bersangkutan tentang mereka.
2. Kognitif/Afektif
Elemen hubungan kognitif mengacu kepada intelektualitas seperti bertukar
informasi. Sedangkan unsur-unsur afektif mengacu pada ekspresi perasaan dan
perubahan, konselor harus tahu kapan untuk mendorong pengujian rasional pada
klien dan interpretasi masalah klien dan kapan harus mendorong eksplorasi
perasaan dan hubungan ide-ide mereka. Menurut Grater (1964) klien memilih
konselor yang mempunyai karakter kognitif dan afektif.
7
3.Ambiguitas/kejelasan
Bordin (1955), menyatakan ambiguitas merupakan karakteristik dari suatu
situasi stimulus di mana orang-orang merespon secara berbeda dan tidak ada respon
yang jelas ditunjukkan. Hubungan konseling adalah kabur dan ambigu untuk klien.
Ambiguitas melayani fungsi yang memungkinkan klien untuk proyek perasaan ke
dalam situasi konseling. Proses memproyeksikan perasaan klien bantu untuk
menjadi sadar dan peduli tentang perasaan mereka, sehingga memungkinkan
konselor untuk mengetahui dan berurusan dengan mereka melalui memperjelas
teknik konseling. Terlalu banyak ambiguitas pada klien menyebabkan keanehan
dalam berhubungan di mana klien harusnya merasa aman dan terstruktur dalam
hubungannya.
Ada beberapa kebingungan dalam hubungan jika konselor terlalu
menjelaskan kepribadian kepada klien atau menjadi terlalu akrab dengan klien.
Misalnya, konselor berperilaku lebih seperti seorang teman dibanding seorang
konselor. Jika konselor terlalu ramah dengan klien dalam arti bahwa mereka
membiarkan diri mereka dikenal terlalu dini serta-digambarkan
kepribadian,konselor akan menemukan bahwa mereka merasa terdorong untuk
“bertindak sendiri” terlalu kuat dalam situasi wawancara. Jadi, wawancara mungkin
didorong dalam arah pembicaraan sosial atau pertemanan yang intim. Isu ini
merupakan kontroversial, karena ada beberapa literatur yang menekankan pada
pentingnya seorang konselor untuk bersikap ramah dengan klien.
4.Responsibel/akuntabel
Tanggung jawab atau menerima klien dalam hubungan konseling
menyiratkan kesediaan pada akuntabilitas dari konselor untuk memikul beberapa
tanggung jawab atas hasil konseling dan beberapa kesediaan untuk berbagi dalam
masalah klien. Klien memiliki tanggung jawab juga, yang mereka menganggap
sebagian besar itu adalah masalah mereka dan perilaku yang dipertaruhkan.
Konselor berbeda dalam penafsiran mereka tentang tanggung jawab. Kami merasa
bahwa konselor tidak bertanggung jawab untuk menjalankan hidup klien atau
memilih nasihat. Bahwa klien bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan
konseling karena dia memiliki masalah. Konselor mempunyai lebih banyak
8
pengaruh dari yang mereka sadari karena mereka mempunyai kekuasaan dan status
sebagai penyembuh. Tanggung jawab konselor untuk masyarakat yang lebih luas
dibahas pada bagian berikutnya pada etika.
Sebuah hubungan konseling yang berguna bagi klien adalah sebuah proses
pembelajaran timbal balik antara klien dan satu atau lebih orang lain. Efektivitas
dari hubungan tersebut tergantung pada (1) kemampuan konselor dalam
mengkomunikasikan pemahaman terhadap perasaan klien, pandangan dunia dan
perilaku, (2) kemampuan konselor untuk menentukan dan memperjelas masalah
klien dan (3) kemampuan konselor untuk menerapkan strategi konseling yang tepat
untuk memfasilitasi pemecahan masalah yang terjadi berulang kali dan eksplorasi
diri menerima keputusan ini, pemahaman diri, membuat yang semuanya dapat
menyebabkan terjadinya tindakan konstruktif pada bagian dari klien.Dari
pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari proses hubungan konseling
adalah membantu memenuhi kebutuhan klien, menjadikan klien untuk lebih
mampu bertanggung jawab terhadap dirinya dan klien mampu membuat sebuah
keputusan penyelesaian masalah dengan kesadaran diri yang baik (dalam keadaan
tenang atau tidak panik). Tugas konselor adalah membantu dan mendukung klien
untuk dapat menemukan solusi penyelesaian masalah yang dihadapinya. Proses
hubungan konseling yang efektif tergantung pada kemampuan konselor dalam
memahami klien, menemukan dan memperjelas masalah klien dan kemampuan
konselor dalam menerapkan strategi konseling.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Dalam teori Barbara F. Okun, proses hubungan dalam konseling hanya untuk
memenuhi kebutuhan klien, konselor hanya sebagai orang profesional dalam
membantu klien. Konsep membangun hubungan dalam konseling perspektif Islam
adalah kepercayaan (amanah), kejujuran, kasih sayang (empati), toleransi, saling
menghargai dan menghormati..
Ada beberapa cara dalam membangun hubungan konseling yaitu:
1. Objektif/Subjektif
2. Kognitif/Afektif
3. Ambiguitas/kejelasan
4. Responsibel/akuntabel
B. Saran
Akhirnya selesailah makalah saya yang membahas tentang konseling sebagai
hubungan . Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki dalam
penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf,
kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terimakasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Sukardi . 2000. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
06/ konseling-sebagai-helping-relationship.html.
11
1