Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPEREWATAN II


“Helping Relationship dalam Hubungan Teraupetik Perawat dan
Klien”

Disusun oleh:

Kelompok 1

Floren Maspaitella 12114201210067


Frenqlin Balthazar 12114201210069
Iga Cine Solissa 12114201210084
Julian Prily Mainake 12114201210100
Julius Pelatu 12114201210102
Junita Devi Seleky 12114201210103

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan


Universitas Kristen Indonesia Maluku
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan kasih dan karunia sehingga kami dapat menyusun makalah ini dan bisa
selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Ambon, 19 September 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1 Konsep Healping Relationship...................................................................5
2.1.1 Pengertian Helping Relationship......................................................5
2.1.2 Karakteristik dari Helping Relationship...........................................5
2.1.3 Ciri-ciri Helping Relationship..........................................................6
2.1.4 Mengembangkan Helping Relationship...........................................7
2.2 Helping Relationship dalam Hubungan Perawat Klien..............................9
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................10
3.1 Analisis Kelompok Terkait Konsep Komunikasi Terapeutik dan Helping
Relationship dalam Hubungan Terapeutik Perawat Klien................................10
BAB IV PENUTUP..........................................................................................12
4.1 Kesimpulan.................................................................................................12
4.2 Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia ialah makluk sosial, yang artinya tidak bisa hidup sendiri dan
membutuhkan serta selalu berhubungan dengan orang lain dalam menjalani
hidupnya. Bentuk hubungan antar manusia tersebut bermacam-macam, salah
satunya adalah hubungan membantu. Setiap individu pernah memberikan
bantuan atau menerima bantuan, meskipun dengan cara dan maksud tertentu
pemberian/penerimaan bantuan tersebut dilakukan.

Meski Brammer (1998) membedakan proses membantu ada dua, yaitu bantuan
yang profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam makalah ini, hanya
akan di bahas hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang dilakukan
oleh perawat dan klien. Hubungan membantu atau helping relationship antara
perawat-klien tidak dapat begitu saja terjadi, namun harus dibangun secara
cermat dengan melakukan teknik komunikasi yang terapeutik.

Hubungan saling membantu (helping relationship) sangat diperlukan untuk


memberi suport kepada klien atau pasien. Hubungan ini juga di fokuskan pada
tujuan utama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Konsep Helping Relationship?
2. Bagaimana Helping Relationship dalam Hubungan Perawat Klien?
3. Bagaimana Analisis kelompok terkait Konsep Komunikasi Terapeutik dan
Helping Relationship dalam Hubungan Terapeutik Perawat Klien?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Konsep Helping Relationship
2. Untuk mengetahui Bagaimana Helping Relationship dalam Hubungan
Perawat Klien
3. Untuk mengetahui Analisis kelompok terkait Konsep Komunikasi
Terapeutik dan Helping Relationship dalam Hubungan Terapeutik Perawat
Klien

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Helping Relationship


2.1.1 Pengertian Helping Relationship
A. Terry dan Capuzzi mengartikan bahwa hubungan membantu merupakan
beberapa individu bekerjasama untuk memecahkan apa yang menjadi
perhatiannya atau masalahnya dan atau membantu perkembangan dan
pertumbuhan salah seorang dari keduanya. (Capuzzi dan EF, 1991).

B. George dan Christiani (1982) mengemukakan bahwa pemberian bantuan


professional merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu
untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber dalam
agar tumbuh kedalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan
potensi-potensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna. Rogers
(1961) mengemukakan bahwa maksud hubungan tersebut adalah untuk
peningkatan pertumbuhan, kematangan fungsi, cara penanganan
kehidupannya dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak
yang diberikan bantuan

2.1.2 Karakteristik dari Helping Relationship


George dan christiani mengemukakan enam karakteristik dinamika dan
keunikan hubungan konseling dibandingkan dengan hubungan membantu
yang lainnya. Keenam karakteristik itu adalah:
a. Afeksi
Hubungan konseling dengan klien pada dasarnya lebih sebagai
hubungan afektif daripada sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi
akan tercermin sepanjang proses konseling, termasuk dalam melakukan
eksplorasi terhadap persepsi dan perasaan-perasaan subjektif klien.
Hubungan yang penuh afeksi ini dapat mengurangi rasa kecemasan dan
ketakutan pada klien, dan diharapkan hubungan konselor dan klien
lebih produktif.
b. Intensitas
Hubungan konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan konselor
dan klien yang intens ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap
persepsinya masing-masing. Tanpa adanya hubungan yang intens
hubungan konseling tidak akan mencapai pada tingkatan yang

5
diharapkan. Konselor biasanya mengupayakan agar hubungannya
dengan klien dapat berlangsung secara mendalam sejalan dengan
perjalanan hubungan konseling.
c. Pertumbuhan dan Perubahan
Hubungan konseling bersifat dinamis. Hubungan konseling terus
berkembang sebagaimana perubahan dan pertumbuhan yang terjadi
pada konselor dan klien. Hubungan tersebut dikatakan dinamis jika dari
waktu kewaktu terus terjadi peningkatan hubungan konselor
klien,pengalaman bagi klien, dan tanggungjawabnya. Dengan demikian
pada klien terjadi pengalaman belajar untuk memahami dirinya
sekaligus bertanggungjawab untuk mengembangkan dirinya.
d. Privasi
Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan
klien. Keterbukaan klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus
menjaga kerahasiaan seluruh informasi tentang klien dan tidak
dibenarkan mengemukakan secara transparan kepada siapapun tanpa
seizing klien. Perlindungan atau jaminan hubungan ini adalah unik dan
akan meningkatkan kemauan klien membuka diri.
e. Dorongan
Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan
(supportive) kepada klien untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan
berkembang sesuai dengan kemampuannya. Dalam hubungan
konseling, konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginannya
untuk perubahan perilaku danmemperbaiki keadaannya sendiri
sekaligus memberi motivasi untuk berani mengambil resiko dari
keputusannya.
f. Kejujuran
Hubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan,
serta adanya komunikasi terarah antara konselor dengan kliennya.
Dalam hubungan ini tidak ada sandiwara dengan jalan menutupi
kelemahannya, atau menyatakan yang bukan sejatinya. Klien maupun
konselor harus membangun hubungannya secara jujur dan terbuka.
Kejujuran menjadi prasayarat bagi keberhasilan konseling.

2.1.3 Ciri-ciri Helping Relationship


1. Hubungan helping adalah penuh makna, dan bermanfaat.
2. Afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping.
3. Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan helping.
4. Hubungan helping terbentuk melalui kesepakatan bersama individu

6
individu yang terlibat.
5. Saling-Hubungan yang terjalin karena individu yang hendak dibantu
membutuhkan informasi, pelajaran, advis, bantuan, pemahaman dan
perawatan dari orang lain.
6. Hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi.
7. Struktur hubungan helping jelas atau gamblang.
8. Upaya-upaya yang bersifat kerjasama menandai hubungan helping.
9. Orang-orang dalam helping dapat dengan mudah ditemui atau didekati
dan terjamin ajeg sebagai pribadi.
10. Perubahan merupakan tujuan hubungan helping.

2.1.4 Mengembangkan Helping Relationship


Hubungan perawatn-klien tidak sekedar hubungan mutualis. Travelbee
(1971) menyebutkan hubungan ini sebagai "a human to human
relationship". Kelemahan yang ada pada perawat dan klien akan menjadi
hilang ketika masing masing pihak yang terlibat interaksi mencoba
memahami kondisi masing-masing. Perawat menggunakan keterampilan
komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan
klien yang akan menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia
yang utuh. Hubungan semacam ini bersifat terapeutik yang dapat
meningkatkan iklim psikologis yang kondusif dan menfisilitasi perubahan
dan perkembangan positif pada diri klien. Hubungan ini juga difokuskan
pada tujuan utama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien. Peran
utama perawat adalah meyakinkan bahwa kebutuhan fisiologi pasien benar-
benar terpenuhi. Misalnya perawat mengatur posisi pasien agar dapat
bernafas dengan normal dan tidur dengan nyaman tanpa gangguan.

Carl Rogers (1961) adalah orang yang secara intensif melakukan penelitian
tentang komunikasi terapeutik. Rogers berpendapat bahwa komunikasi
terapeutik bukan tentang apa yang dilakukan seseorang, tetapi bagaimana
seseorang itu melakukan komunikasi dengn orang lain. Rogers
mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam mengembangkan hubungan yang
saling membantu (Helping Relationship), yaitu:
1) Pembantu harus benar-benar ikhlas dan memahami tentang dirinya,
2) Pembantu harus menunjukkan rasa empati, dan
3) Individu yang di bantu harus merasa bebas untuk mengeluarkan segala
sesuatunya tentang dirinya dalam menjalin hubungan. Dengan demikian ada
tiga hal mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship, yaitu:
Genuineness (keikhlasan), empathy (empati), dan warmth (kehangatan).

7
a. Genuineness
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai,
sikap, dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang pikirkan dan
dirasakan perawat tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi
perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.
Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai
kesadaran mengenai sikap yang dipunyai klien sehingga mampu
belajar untuk mengkomunikasikannya secara tepat. Perawat tidak
akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien,
hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang
dimiliki dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan
atau menghukum klien.
b. Emphaty
Empati merupakan perasaan, "pemahaman" dan "penerimaan"
perawat terhadap perasaan yang dialami klien, dan kemampuan
merasakan "dunia pribadi klien". Empati merupakan sesuatu yang
jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat (obyektif) yang didasarkan atas
apa yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati.
Simpati merupakan kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang
sedang dilakukan atau dirasakan oleh klien. Karenanya simpati lebih
bersifat subyektif dengan melihat "dunia orang lain" Sebagai
perawat empatik, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui
secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Pada
kondisi seperti ini, empati dapat di ekspresikan melalui berbagai cara
yang dapat dipakai ketika dibutuhkan, mengatakan sesuatu tentang
apa yang difikirkan perawat tentang klien, dan memperlihatkan
kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami klien. Empati
membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu
yang terkait dengan emosi klien.
c. Warmth
Hubungan yang saling membantu (Helping Relationship) dilakukan
untuk memberikan kesempatan klien mengeluarkan "uneg-uneg"
(perasaan dan nilai-nilai) secara bebas. Dengan kehangatan, perawat
akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki
atau dikonfrontasi. Sehingga klien dapat mengekspresikan
perasaannya secara lebih bebas dan mendalam. Kondisi ini akan
membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk
mengetahui kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat
dikomunikasikan secara nonverbal. Penampilan yang tenang.

8
2.2 Helping Relationship dalam Hubungan Perawat Klien
1. Ciptakan lingkungan yang terapeuti dengan menunjukan perilaku dan
sikap:
a. Caring (sikap pengasuhan yang ditunjukan peduli dan selalu ingin
memberi bantuan)
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya) Respect (menghargai
pasien sebagai manusia seutuhnya)
c. Respect (menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya)
d. Empathy (merasakan perasaan pasien)
e. Trust (memberi kepercayaan)
f. Integrity (mempunyai prinsip keprofesian yang kokoh)
2. Identifikasikan bantuan yang diperlukan pasien sesuai kebutuhan objek.
3. Analisis proses komunikasi dengan menerapkan prinsip prinsip
komunikasi.
4. Terapkan teknik komunikasi untuk memfasilitasi hubungan bantuan:
focusing (fokus), (bertanya) bahasa, validating (Validasi).
5. Komunikasi dengan pasien atau keluarga dengan yang mudah dimengerti
dengan memperhatikan tingkat perkembangan dan keterbatasan fisik
pasien
6. Pastikan bahwa hubungan bantuan dimengerti oleh pasien dan keluarga.
7. Antisipasi kebiasaan pasien dan keluarga pada akhir hubungan tersebut
yang harus tercantum dalam perencanaan pemulangan pasien atau didalam
melakukan rujukan ke pusat kesehatan (puskesmas)

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Kelompok Terkati Konsep Komunikasi Terapeutik dan Helping


Relationship dalam Hubungan Terapeutik Perawat Klien
Komunikasi terapeutik merupakan bagian dari komunikasi kesehatan.
Menurut Damaiyanti (2010:11) komunikasi terapuetik dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang memfasilitasi proses kesembuhan. Dengan kata lain,
komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial lainnya karena
komunikasi terapeutik ditujukan khusus sebagai pendekatan dalam
penyembuhan suatu penyakit. Perbedaan yang paling terlihat jelas adalah dari
proses komunikasi itu sendiri. Jika dalam komunikasi sosial dapat terjadi
setiap hari antarorang-per-orang baik dalam pergaulan sosial maupun
lingkungan kerja, sedangkan komunikasi terapeutik terjadi antara pasien
dengan perawat atau petugas medis lainnya. Menurut Purwanto
(Damaiyanti:11) disebutkan beberapa tujuan komunikasi terapeutik antara
lain:
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
4.
Komunikasi terapeutik dalam konteks hubungan saling membantu (the
helping relationship) menurut Taylor, Lillis, dan LeMone dalam Anjaswarni
(2016:16) adalah hubungan saling membantu antara perawat-klien yang
berfokus pada hubungan untuk memberikan bantuan yang dilakukan oleh
perawat kepada klien yang membutuhkan pencapaian tujuan. Dalam
hubungan saling membantu ini, perawat berperan sebagai orang yang
membantu dan klien adalah orang yang dibantu, sedangkan sifat hubungan
adalah hubungan timbal balik dalam rangka mencapai tujuan klien. Masih
dalam Anjaswarni (2016:16), tujuan hubungan saling membantu (helping
relationship) menurut Taylor, Lillis, dan LeMone adalah memenuhi
kebutuhan klien dan meningkatkan kemandirian, perasaan berharga, dan
kesejahteraan. Sementara itu, Stuart dan Laraia (1998) mengidentifikasi
tujuan helping relationship sebagai berikut:

10
a. Memperoleh realisasi diri (self realization), penerimaan diri (self
acceptance), dan meningkatkan tanggung jawab diri (self respect).
b. Memperjelas identitas personal (personal identity) dan meningkatkan
integritas personal (persona integration).
c. Meningkatkan keintiman (intimate), saling ketergantungan
(interdependent), serta hubungan interpersonal (interpersonal
relationship) dengan kemampuan memberi dan menerima penuh kasih
sayang. Meningkatkan fungsi kehidupan dan kepuasan serta pencapaian
tujuan personal secara realistis.

Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa hubungan terapeutik berbeda


dengan hubungan sosial. Komunikasi terapeutik juga berbeda dengan
komunikasi sosial. Tabel di bawah ini menjelaskan perbedaan tersebut.
Tujuan dari komunikasi adalah sebuah efektivitas. Hal ini penting sebagai
wujud kualitas proses komunikasi yang terjalin. Joseph A. Devito (2011:321)
dalam bukunya menyatakan setidaknya terdapat lima kualitas umum yaitu:
1. Keterbukaan (openness)
2. Empati (emphaty)
3. Sikap mendukung (supportiveness)
4. Sikap positif (positiveness)
5. Kesetaraan (equality)

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari materi ini dapat dijelaskan bahwa. Helping relationship merupakan
upaya untuk membantu rangka individu lain melalu pendekatan yang
professional dalam memenuhi pekembangan seseorang. Karakteristik helping
relationship terdiri dari afeksi, intensitas, pertumbuhan dan perubahan,
privasi,dorongan, kejujuran. Ciri-ciri helping relationship dalam hubungan
perawat klien yaitu hubungan helping adalah penuh makna, dan bermanfaat,
afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping, keutuhan pribadi tampil
atau terjadi dalam hubungan helping, hubungan helping terbentuk melalui
kesepakatan bersama individu individu yang terlibat, saling-Hubungan yang
terjalin karena individu yang hendak dibantu membutuhkan informasi,
pelajaran, advis, bantuan, pemahaman dan perawatan dari orang lain,
hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi. Struktur
hubungan helping jelas atau gamblang, upaya-upaya yang bersifat kerjasama
menandai hubungan helping. Orang-orang dalam helping dapat dengan
mudah ditemui atau didekatidan terjamin sebagai pribadi, perubahan
merupakan tujuan hubungan helping. Dan dalam mengembangkan helping
relationship Perawat menggunakan keterampilan komunikasi
interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang akan
menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh.
Hubungan semacam ini bersifat terapeutik yang dapat meningkatkan iklim
psikologis yang kondusif dan menfisilitasi perubahan dan perkembangan
positif pada diri klien. dengan demikian ada 3 hal mendasar dalam helping
relationship ialah genuinenes, empathy,warmth.Dengan demikian, dapat
dijelaskan bahwa hubungan terapeutik berbeda dengan hubungan sosial.
Komunikasi terapeutik juga berbeda dengan komunikasi sosial.

4.2 Saran
Bagi calon perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
Helping Relationship agar dapat berguna ketika memasuki dunia kerja dan
dapat mengaplikasikannya ketika berhadapan dengan klien di Rumah Sakit
maupun tempat kerja lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Helping Relationship Antara Perawat dengan Pasien dalam Penyembuhan


Skizofernia di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang. Ascharisa
Mettasatya Afrilia, Lintang Citra Christiani. Jurnal Komunikasi dan Kajian
Media. Volume 4, Nomor 1, April 2020; 30-31.

https://repository.unair.ac.id/85671/1/Peran%20Komunikasi
%20Terapiotik05022019.pdf

https://www.coursehero.com/file/78672814/HELPING-RELATIONSHIP-
makalahdocx/

https://www.scribd.com/document/403957452/helping-relationship-docx

13

Anda mungkin juga menyukai