Anda di halaman 1dari 12

Klien"

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Tugas Mata Kuliah


Komunikasi Terapeutik Keperawatan

Disusun oleh

Kelompok 1

1. Khalda Salsabila Rahmah 211211907 6. Diede Nadhila Usman 21121189


2. Suci Marta Diningsih 211211947 7. Dindry Dinah Oswi 211211895
3. Selvi Putri Azura 211211921 8. Rafisyu Ilham 211211938
4. Indah Rahmadiani 211211905 9. Fadilla Al Husna 211211899
5. Harun Nofrizal 211211944

Dosen Pembimbing :

Ns. YOLA YOLANDA, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah penulis diberikan kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah yang
membahas tentang Helping Relationship Dalam Konteks Hubungan Terapeutik Perawat
Klien ini berulang kali mengalami penyempurnaan hingga baru kemudian dapat penulis
selesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi pendidikan dan
promosi kesehatan Ibu Ns. Yola Yolanda, M.Kep yang telah membimbing dan mengajarkan
kami. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang
luas kepada pembaca mengenai materi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Padang, 20 september 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang...............................................................................................1
B.Rumusan masalah.........................................................................................2
C.Tujuan penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Helping Relationship.................................................................3


B. Fase-Fase Helping Relationship...................................................................6
C. Karakteristik Perawat Yang Menfasilitasi Tumbuhnyahubungan Terapeutik7
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Perawat-Klien ..................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makluk sosial, yang artinya tidak bisa hidup sendiri dan
membutuhkan serta selalu berhubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya.
Bentuk hubungan antar manusia tersebut bermacam-macam, salah satunya adalah
hubungan membantu. Setiap individu pernah memberikan bantuan atau menerima
bantuan, meskipun dengan cara dan maksud tertentu pemberian/penerimaan bantuan
tersebut dilakukan. Meski Brammer (1998) membedakan proses membantu ada dua,
yaitu bantuan yang profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam mssakalah ini,
hanya akan di bahas hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang dilakukan oleh
setidak-tidaknya seorang tenaga profesional yang membantu pihak lain, dan pekerjaan
tersebut dalam konteks profesi yang ditekuninya. Tenaga profesional yang dimaksud
seperti perawat, psikolog, dokter, konselor, dan lainlain. Meski pada dasarnya,
profesional atau tidaknya hubungan membantu tersebut sangat tergantung pada konteks
permasalahan yang diselesaikan dan cara penanganannya. 
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Helping Relationship?
2. Bagaimana Karakteristik Dan Helping Relationship?
3. Bagaimana Fase Helping Relationship?
4. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-klien?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Helping Relationship
2. Untuk Mengetahui Karakteristik Dan Helping Relationship
3. Untuk Mengetahui Fase Helping Relationship
4. Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-klien

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Helping Relationship
Helping Relationship (Hubungan Membantu) Helping relationship adalah
hubungan yang terjadi antara dua atau lebih individu maupun kelompok yang
saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi
kebutuhan dasar sepanjang kehidupan. Perawat adalah sebagai helper yang
berperan membantu klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia klien.
(Anjaswarni, 2016) Hubungan perawat-klien bersifat lebih dari hubungan mutual.
Hubungan tersebut merupakan proses dimana penolong diminta campur tangan
dalam kehidupan klien untuk membantu klien menetapkan tingkah laku yang
lebih efektif. Hubungan klien- perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi
usaha kolaborasi perawat dan klien untuk mengatasi masalah dan untuk
meningkatkan kesehatan dan kemampuan adaptasi. Perawat menggunakan
kemampuan komunikasi interpersonal untuk mengembangkan hubungan dengan
klien yang dapat meningkatkan pemahaman mereka sebagai manusia seutuhnya.
Hubungan yang membantu ini adalah terapeutik, yang meningkatkan iklik
psikologis yang membawa perubahan dan pertumbuhan klien yabg positif .
Meskipun perawat akan mendapat banyak kepuasan dari hubungan, klien harus
menjadi penerima utama dan penentu keuntungan. (Potter & Perry, 2005).

B. Karakteristik Dan Helping Relationship


Karakteristik dari Seorang Perawat yang Dapat Memfasilitasi Tumbuhnya
Hubungan Terapeutik :
a. Kejujuran (dapat dipercaya) Kejujuran merupakan modal utama agar-agar bisa
melakukan komunikasiyang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran ingat bisa
membina hubungan salingpercaya.
b. Tidak lanjut dan cukup apresiasif Dalam berkomunikasi menghindarinya
perawat menggunakankata-kata yang mudah dipahami oleh klien.
c. Bersikap positif Bersikap positif bisa diunjukkan dengan sikap yang hangat,
penuh perhatiandan penghargaan terhadap klien.
d. Empati bukan simpati Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan, karenadengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan
istirahat masalah klienseperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien.
e. Mampu melihat masalah dari kacamata klien Agar bisa membantu klien dalam
memecahkanmasalah perawat harus memandang masalah tersebut dari sudut
pandangklien
f. Menerima klien apa keberadaan Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang
akan merasanyaman dan seorang pria menjalin hubungan intim terapeutik
g. Sensitif terhadap perasaan klien Tanpa kemampuan ini hubungan yang
terapeutik sulit terjalindengan baik, karena jika tidak sensitif perawat bisa saja
melakukan melanggarbatas, privasi dan menyinggung perasaan klien.
h. Tidak mudah lanjut oleh masa lalu klien atau diri perawat sendiri Suatu
yangselalu menyesali tentang apa yang telah terjadi di masa lalunya tidak akan
mampu melakukanyang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk
membantu klien, jika perawat sendiri memiliki segudan masalah dan ketidak
puasan dalam lewat.

Karakteristik Perawat Yang Menfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik


Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang
terapeutik,yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bias terbina
hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan
bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya
ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering
menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya
yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996dalam Suryani,2005). Sangat penting bagi
perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena
apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa
dibohongi, membenci perawat atau bias juga berpura-pura patuh terhadap
perawat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata
yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-
belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dansesuai dengan
verbalnya karena ketidak sesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat
komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling
percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap
positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan
terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang
terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara
perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien
merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya
(Burnard,Pdan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).
4. Empati bukan simpati
Sika pempati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap
ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti
yang dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer,1993dalam Suryani,2005).
Dengan bersika pempati perawat dapat memberikan alternative pemecahan
masalah karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga
tidak berlarutlarut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari
penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien
(Taylor, Lilisdan Le Mone, 1993), oleh karena perawat harus mampu untuk
melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien.
Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki
kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan
dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan
perasaan) tanpa melakukan seleksi.Pendengar (perawat) tidak sekedar
mendengarkan dan menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara
(klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh
perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara
atau menyampaikan perasaannya. 1. Menerima klien apa adanya Seorang helper
yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin
hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995
dalamSuryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap
dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka perawat
tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
6. Sensitif terhadap perasaan klien Seorang perawat harus mampu mengenali
perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan
efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat
dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi
ataupun perasaan klien.
7. Tidak mudah terpengaruh oleh masalalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang
ada pada saat ini, bukan atas masalalunya, demikian pula terhadap dirinya
sendiri.

C. Fase Helping Relationship


Fase Hubungan Membantu ditetapkan dan dipertahankan oleh perawat
professional dan meliputi fase preinteraksi, orientasi, bekerja dan
pemutusan.Hubungan adalah sesuatu yang bersifat resiprokal: perawat dan klien
saling berhubungan ketika mereka bergerak kearah hubungan terapeutik.
1. Fase Prainteraksi
Fase prainteraksi adalah waktu dimana perawat merencanakan pendekatan.
Proses ini membantu menghin dari terjadinya stereotip pada klien dan
membantu perawat untuk berpiki rmengenai nilai atau perasaan pribadi.
2. Orientasi Fase ini menentukan bagaimana hubungan perawat-klien
selanjutnya. Fase orientasi sangat penting dan seringkali ditandai dengan
ketidak pastian dan eksplorasi. a. Pengujian b. Membangun kepercayaan c.
Mengidentifikasi masalah dan kenerhasilan d. Menjelaskan peranku e.
Menetapkan kontrak
3. Fase Bekerja Selama fase bekerja dari hubungan yang membantu, perawat
berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan klien
bekerja bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika
klien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan
mendiskusikan masalah.
a. Konfrontasi. b. Kesiapan c. Pemaparan diri d. Memadukan komunikasi
dengan tindakan keperawtaan.
4. Fase Teriminasi Selama faseorientasi, perawat mengatakan pada klien kapan
ia memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan terjadi, klien
tidak seharusnya terkejut. Dengan tetap memperhitungkan keberhasilan
hubungan, klien harus siap untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan
perawat. Namun pemutusan dapat menjadi sulit dan menyakitkan bagi klien.
Tujuan utama pada akhir hubungan yang membantu apapun adalah
pemutusan dengan cara yang terencana dan memuaskan. a. Evaluasi hasil
yang telah dicapai b. Perpisahan

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Perawat-Klien


Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan perawat dan klien, Menurut
Potter dan Perry (1994), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi isi pesan
dan sikap penyampaian pesan sehingga komunikasi menjadi kompleks.
Faktor-faktor tersebut diantaranya ialah perkembangan, persepsi, nilai, latar
belakang sosial budaya, emosi, pengetahuan, peran, dan tatanan interaksi.
Masing-masing akan dijelaskan berikut ini.
1. Perkembangan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi hubungan perawat dan klien
Lingkungan yang diciptakan oleh orang tua mempengaruhi kemampuan
anak untuk berkomunikasi. Perawat menggunakan teknik khusus ketika
berkomunikasi pada anak sesuai dengan berbagai tahap perkembangannya.
Oleh karena itu, agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak,
perawat harus mengerti pengaruh perkembangan bahasa dan proses
berpikir yang mempengaruhi cara dan sikap dalam berkomunikasi.
2. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi
dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Perbedaan persepsi menghambat
komunikasi.
3. Sistem nilai
Faktor ketiga yang menjadi faktor yang mempengaruhi hubungan perawat
dan klien adalah sistem nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi
perilaku sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang.
Berusaha mengetahui dan mengklarifikasi nilai adalah penting dalam
membuat keputusan dan interaksi. Jangan sampai perawat dipengaruhi
oleh nilai personalnya dalam hubungan profesional.
4. Latar belakang sosial budaya
Seringkali ketika memberi asuhan keperawatan kepada klien, perawat
menggunakan bahasa dan gaya komunikasi yang berbeda. Gaya
komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga
membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
5. Faktor emosi
Emosi adalah perasaan subyektif tentang suatu peristiwa. Cara seseorang
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh
keadaan emosinya. Emosi mempengaruhi kemampuan salah tafsir atau
tidak mendengarkan pesan yang disampaikan. Perawat dapat mengkaji
emosi klien dengan mengobservasi klien ketika berinteraksi dengan
keluarga, dokter atau perawat lain. Perawat juga perlu mengevaluasi
emosinya, karena sangat sulit
untukmenyembunyikanemosi,sementarakliensangatperseptikterhadapemos
iyangterpindahkan melalui komunikasi interpersonal.
6. Pengetahuan
Faktor keenam adalah pengetahuan. Komunikasi sulit dilakukan jika
orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dengan memperhatikan
respon klien terhadap pernyataan yang diajukan. Setelah pengkajian,
perawat mempergunakan istilah dan kalimat yang dimengerti oleh klien
sehingga dapat menarik perhatian dan minatnya.
7. Faktor Peran
Cara berkomunikasi sesuai dengan peran dan hubungan orang yang
berkomunikasi. Gaya perawat berkomunikasi dengan klien akan berbeda
dengan caranya berbicara dengan dokter dan perawat lain. Perawat perlu
menyadari perannya saat berhubungan dengan klien ketika memberikan
asuhan keperawatan. Perawat menyebut nama klien untukmenunjukkan rasa
hormatnya dan tidak menggunakan humor jika baru mengenal klien.
8. Tatanan Interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam suatu
lingkungan yang menunjang, karena bising, kurang keleluasaan pribadi dan
ruang yang sempit dapat menimbulkan kerancuan, ketegangan dan
ketidaknyamanan. Perawat perlu memilih tatanan yang memadai ketika
berkomunikasi dengan klien.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hubungan membantu perawat-klien adalah proses yang dinamis antara
perawat dan klien untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan serta
kemampuan adaptasi.
2. Hubungan membantu perawat-klien memiliki dimensi yang terdiri dari rasa
percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualisme.
3. Hubungan membantu perawat klien juga memiliki fase-fase, yang mana
setiap fase merujuk apa yang harus dilakukan perawat dalam menerapkan
hubungan membantu tersebut.
4. Gangguan dalam proses komunikasi akan mempengaruhi keefektifan
seseorang untuk berkomunikasi yang nantinya akan mengganggu pemahaman
seseorang tentang informasi yang disampaikan oleh komunikator.
DAFTAR PUSTAKA

potter, patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Stuart, G. W., 2009. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Ed 9th . Mosby: Els
Aziz, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Blais, K., K., Hayes, J., S., Kozier, B., & Erb, G. (2007) . Praktik Keperawatan Professional:
Konsep & Perspektif, Ed. 7. Jakarta: EGC
Iyer, P., W. (2004) . Dukumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Ed.
3. Jakarta: EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J.(2010) . Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik, Ed. 7. Jakarta: EGC
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin & Mubarak, W., I. (2011). Komunikasi dalam Keperawatan:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai