Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN II

MENGHADIRKAN DIRI SECARA TERAUPETIK DAN DIMENSI RESPON DAN


DIMENSI TINDAKAN

OLEH
KELOMPOK 4
SilmiaTrisnawati R011201011
Wafiq Aulia Ramadhani R011201059
Arjuna Ramli R011201007
Noce H Ayomi R011201105
Marwah Umar R011201109
Sumarni R011201101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021/2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur serta nikmat kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat- Nya yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Komunikasi Keperawatan II ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Komunikasi Keperawatan II dengan judul Menghadirkan Diri secara
Terapeutik dan Dimensi Respon dan Dimensi Tindakan.

Dalam penyusunan makalah ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka kami dari tim penyusun mengucapkan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Karena
kebaikan semua pihak yang telah membantu, maka kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini memang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 7 September 2021

Penyusun
iii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Menghadirkan diri secara terapeutik ............................................................ 2
B. Dimensi Respon ........................................................................................... 4
C. Dimensi Tindakan ........................................................................................ 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 15
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu,
perawat mengetahui fungsi komunikasi dan sikap serta keterampilan yang
perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan klien. Adapun fungsi
komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan
Morgen (1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu komunikasi dapat
membina hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi dapat
menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya
komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan
akurat dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan
tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah membuat
asuhan keperawatan adalah dengan komunikasi.
Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis membahas tentang
komunikasi terapeutik. Di mana akan membahas bagaimana cara
menghadirkan diri secara terapeutik, dimensi respon dan dimensi tindakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Menghadirkan diri secara terapeutik ?
2. Apa yang dimaksud dengan dimensi respon ?
3. Apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan ?

C. Tujuan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Menghadirkan diri secara
terapeutik ?
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dimensi respon ?
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan?
d.
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Menghadirkan diri secara terapeutik
Menghadirkan diri secara terapeutik seorang perawat sangat penting, karena
dengan hal ini dapat membantu klien kita untuk pemulihan kesehatannya. Perawat
tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat
penting adalah sikap dan penampilan komunikasi.

Ada 5 sikap dan cara untuk menghadirkan diri secara fisik dan psikologis.

1. Berhadapan langsung : arti dari dari posisi itu adalah “ saya siap untuk anda“
2. Mempertahankan kontak mata : berarti menghargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkukkan kearah klien: posisi ini menunjukan keinginan perawat
atau perawat mendengarkan sesuatu dari klien tersebut.
4. Tetap rileks : ini dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam merespon klien.
5. Mempertahankan sikap terbuka: tidak melipat kaki tangan menunjukan
keterbukaan.

Sedangkan kehadiran psikologis dapat di bagi dalam 2 dimensi yaitu:

1. Dimensi tindakkan
2. Dimensi respon

Adapun Bentuk Hubungan Terapeutik Secara Umum, yaitu :

 Hubungan sosial
Hubungan sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan,
atau menyelesaikan tugas. Dalam hubungan ini kebutuhan
bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti ide, perasaan
dan pengalaman.
 Hubungan intim
3

Hubungan ini terjadi antara individu yang mempunyai komitmen


emosional antara satu dengan yang lain. Dalam hubungan ini
seringkali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan
dan kepuasan.
 Hubungan Terapeutik
Hubungan ini berbeda dari ke dua hubungan diatas hubungan ini
perawat memaksimalkan keterampilan komunikasi, pemahaman
tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan
pertumbuhan klien. Peran ini tidak akan berubah dan hubungan
konsisten berfokus pada masalah klien.

Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang


terjadi dalam hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam
pembentukan dan pemeliharan hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasikan
dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah dibuat serta menampakkan koping
baru mungkin dikembangkan.

Empat Tindakan yang harus diambil antara perawat dan klien:

1. Tindakkan diawali oleh peawat.


2. Respon reaksi dari klien.
3. Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
4. Transaksi dimana hungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk
mencapai tujuan hubungan.

Tujuan terapetik yang diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi:

1. Relasasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri .
2. Identitas diri yang jelas dan rasa intergritas diri yang tinggi.
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung
dan mencintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan personal realitas.
4

B. Dimensi Respon
Dimensi respon yang harus dimiliki oleh perawat ada 4, yaitu kesejatian,
empati, respect/hormat dan konkret :

1. Kesejatian

Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri
kita yang sebenarnya (Smith, 1992). Kesejatian dipengaruhi oleh :

 Kepercayaan diri
Orang dengan kepercayaan diri tinggi dapat menunjukkan keasliannya
dalam situasi yang tidak nyaman, dan keaslian yang ditunjukkan membawa
risiko tertentu.
 Persepsi terhadap orang lain.
Jika seseorang melihat bahwa orang lain memiliki kekuatan yang lebih
besar dan menguasai kita, itu akan mempengaruhi bagaimana kita
menunjukkan identitas kita yang sebenarnya.
 Lingkungan.
Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada
dimuka publik (auditorium, panggung, dan lain-lain) akan mengakibatkan
seseorang merasa sulit untuk menunjukkan seperti apa dirinya yang
sebenarnya. Waktu yang terbatas juga dapat menyebabkan seseorang tidak
dapat menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya
Contoh :
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah
bangsal. Dia menanyakan nomor telepon anda, sering memandang anda
dengan mesra, dan berusaha membuat kontak badan yang sering. Dia
bahkan akan mengundang anda untuk makan malam.
Sebagai perawat,
Pikiran anda : Saya harus memberikan pelayanan yang professional.
Perasaan anda : Cantik juga nih orang, sebenarnya saya juga suka, tapi
… (terdapat inkongruen antarapikiran dan perasaan).
5

Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanpa meninggalakan


keprofesionalas sebagai perawat ?

Contoh respons :
“Saya senang menerima undangan anda setelah anda pulang dari rumah
sakit. Meskipun begitu, saat anda disini saya ingin membuat hubungan
dimana saya merasa memberi anda dan klien lain asuhan keperawatan yang
terbaik. Saya ingin menangani semua klien dengan sama karena saya pikir
tidaklah adil untuk menunjukkan kefavoritan kepada anda. Dapatkah anda
mengerti posisi saya ?” (Respon kesejatian tanpa meninggalkan
profesionalisme perawat)
“Saya senang menerima undangan Anda setelah Anda pulang dari rumah
sakit. Meskipun begitu, saat anda disini saya ingin membuat hubungan
dimana saya merasa dapat memberi asuhan keperawatan pada Anda dan
klien lain secara adil. Saya harap Anda mengerti posisi saya”.

2. Empati
Kemampuan menempatkan diri kita pada posisi orang lain, serta memahami
bagaimana perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa
emosi kita terlarut dalam emosi orang lain (Smith, 1992). Beberapa aspek dari
empati antara lain :
 Aspek Mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma
orang lain tersebut. Aspek mental juga berarti memahami orang tersebut
serta memahami orang tersebut secara emosional dan intelektual.
 Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan
dan alasan reaksi emosi klien. Aspek verbal dalam menunjukkan
memerlukan hal-hal :
a) Keakuratan
6

Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau


masalah klien.
b) Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai
dengan apa yang dirasakan orang yang kita beri empati.
c) Kealamiahan
Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
d) Mengecek
Fungsi dari mengecek adalah untuk mengetahui apakah respons
empatik yang kita lakukan tersebut efektif.
 Aspek non verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati
dengan kehangatan dan kesejatian.
a. Kehangatan
Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain :
 Kondisi muka
- Dahi : rileks, tidak ada kerutan.
- Mata : kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural.
- Mulut : rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum
jika perlu, rahan rileks.
- Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran,
menunjukkan perhatian dan ketertarikan.
 Kondisi postur/sikap.
- Tubuh : Berhadapan, parallel dengan lawan bicara.
- Kepala : Duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama,
menganggukkan kepala jika perlu.
- Bahu : Mudah digerakkan dan tidak tegang.
- Lengan : Mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau
tembok.
7

- Tangan : Tidak memegang atau menggenggam diantara


keduanya, tidak mengetuk-ngetuk pena/bermain dengan objek.
- Dada : Napas biasa, tidak nampak menelan.
- Kaki : Tampak nyaman, tidak menendang.
- Telapak kaki : Tidak mengetuk.

 Hal-hal yang dapat merusak kehangatan :


- Melihat sekeliling pada sedang berkomunikasi dengan orang
lain.
- Mengetuk dengan jari.
- Mundur tiba-tiba.
- Tidak tersenyum.

 Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain :


- Terburu-buru.
- Emosi berlebihan.
- Shock/terkejut.
- Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita menjadi
mengalihkan perhatian pada masalah kita sendiri.
b. Kesejatian
Kesejatian merupakan kesamaan respons non verbal dan respons verbal
serta ketertarikan dan perhatian dengan lawan bicara.
Tahapan dalam empati
 Membersihkan pikiran yang tidak berguna
 Mendengarkan
 Mengkonsentrasikan pesan verbal dan non verbal klien
 Pikirkan : “Orang ini ingin saya mendengar apa darinya ?”
 Menyampaikan respon empatik
 Pengecekan perasaan klien : “Itukah yang anda rasakan ?”

Contoh empati :
8

Perawat: Apa yang sedang ibu pikirkan? Ibu tampak gelisah sekali…
Klien: Saya takut operasi suami saya tidak berhasil suster, sementara
anak saya masih sangat membutuhkannya
Perawat: Saya bisa mengerti apa yg ibu rasakan, ibu mencemaskan
kondisi suami yg sedang menjalani operasi.Semua orang yg anggota
keluarganya menjalani operasi pasti merasakan hal yang sama terlebih
orang yang sangat dicintai.Lebih baik ibu berdoa supaya operasinya
lancar dan berhasil serta kecemasan ibu tidak membuat ibu berpikir
yang bukan-bukan. Bagaimana ibu? Kegundahan ibu berkurang?
3. Respek/Hormat
Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan
kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai klien. Perawat menghargai
klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat. (Stuart dan
Sundeen, 1995).
Dengan respek perawat dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk
dipenuhi, dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
perawat.
Perilaku respek dapat ditunjukkan dengan (Smith, 1992) :
a. Melihat ke arah klien
b. Memberikan perhatian yang tidak terbagi
c. Memelihara kontak mata
d. Senyum pada saat yang tidak tepat
e. Bergerak kearah klien
f. Menentukan sapaan yang disukai
g. Jabat tangan atau sentuhan yang lembut

Respek (Egan cit Smith, 1986):

a. Kesediaan untuk bekerja dengan klien


b. Menunjukkan siap sedia
c. Ketertarikan pada masalah klien
d. Memahami keunikan klien
9

e. Melakukan pendekatan penyelesaian masalah

4. Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada
saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah
lakunya. Yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan
klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tindak lakunya. Fungsi dari dimensi
ini adalah dapat mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien,
penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien dan
memikirkan masalah yang spesifik.

Contoh :
Klien : “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak
menggangguku. mereka membuat aku marah karena mereka tahu
bahwa aku sangat berperasaan halus.”
Perawat : “Siapa yang ingin membuat kamu marah ?”
Klien : “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar
merupakan berkah. Itu adalah kutukan.”
Perawat : “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang
membuatku marah di rumah?”

C. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan berorientasi kepada tindakan untuk memfasilitasi hubungan
interpersonal antara perawat-klien yaitu konfrontasi, kesegeraan,
keterbukaan/pengungkapan diri, katarsis, dan bermain peran. (Stuart, 2013).

1. Konfrontasi
1) Pengertian
Konfrontasi adalah ekspresi perasaan perawat yang identik dengan
pelampiasan kemarahan yang tampak sebagai perilaku yang agresif akan
tetapi konfrontasi dalam dimensi tindakan terapeutik merupakan tindakan
10

yang tegas dan agresif. Konfrontasi juga dapat diartikan sebagai bentuk
upaya perawat untuk membantu klien dari adanya ketidak sesuaian perasaan
sikap serta tingkah lakunya (Stuart, 2013).
Konfrontasi merupakan proses interpersonal yang digunakan oleh perawat
untuk memfasilitasi memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang
lain (Smith, 1992).

2) Tujuan
Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah agar orang lain saudara
adanya ketidak sesuaian pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan
kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995).

3) Dua bagian konfrontasi menurut Smith [1992], yaitu:


 Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak
produktif/merusak.
 Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang
produktif dengan jelas dan konstruktif.

4) Konfrontasi paling tepat dilakukan apabila :


 Tingkah lakunya tidak produktif
 Tingkah lakunya tidak merusak
 Ketika mereka melanggar hak kita/ hak orang lain

5) Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut


(Stuart, 2013) adalah :
 Tingkat hubungan saling percaya
 Waktu
 Tingkat stress klien
 Kekuatan mekanisme pertahanan diri klien
 Perasaan klien akan kebutuhan ruang personal/ kedekatan
11

 Toleransi dan kemampuan klien mendengarkan pendapat yang berbeda


darinya

6) Kategori konfrontasi :
 Ketidaksesuaian antara konsep tentang diri pasien/ekspresi dan ideal diri
pasien/keinginan.
 Ketidaksesuaian antara ekspresi verbal dan perilaku pasien.
 Ketidaksesuaian antara pengalaman yang diekspresikan klien sendiri
dengan pengalaman perawat tentang klien.

7) Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut:


 Clarify, membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengert dan mencegah
perawat memiliki asumsi yang lain terkait apa yang disampaikan pasien
(DeLaune, C dan Landner, K, 2002).
 Articulate, dapat mengekspresikan opini mengenai diri sendiri dengan
kata-kata yang jelas.
 Request, permintaan.
 Encourage, memberikan support, harapan, dan kepercayaan (Stiart,
2013).

2. Kesegeraan
1) Pengertian
Kesegeraan mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan
klien dan kesediaan untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya
(Stuart dan Sundeen, 1995). Kesegaran Immediacy adalah bagian dari
dimensi tindakan yang berfokus pada hubungan interaksi antara perawat dan
pasien. Immediacy adalah sensitifitas atau kepekaan perawat terhadap
perasaan pasien dan kemampuan perawat untuk mengatasi perasaan pasien
daripada mengabaikannya. Maksudnya perawat peka terhadap perasaan dan
permasalahan klien.
12

3. Keterbukaan
1) Pengertian
Keterbukaan/pengungkapan diri merupakan pernyataan pribadi suatu
perawat yang sengaja diungkapkan kepada pasien (Stuart, 2013). Membuka
diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan, dan
pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan
dengan :
 Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti
dan bukan untuk menjawab
 Empati
 Membuka diri
 Mengecek
2) Kriteria membuka diri menurut Stuart (2013), yaitu :
 Untuk menjadi model dan mendidik
 Untuk validasi kenyataan
 Untuk mendorong otonomi pasien
 Untuk membantu perkembangan terapeutik

Dalam memberikan informasi perawat harus bersikap terbuka tentang dirinya.


Sifat informatif perawat akan memudahkan klien dalam mengungkapkan
pengalamannya sehingga memudahkan terjalinnya kerjasama diantara kedua pihak
dalam pelayanan keperawatan. Keterbukaan sikap di antara perawat dan pasien
dapat menurunkan tingkat kecemasan baik dipihak perawat maupun klien.

4. Emotional Chatarsis
1) Pengertian
Emotional Chatarsis adalah suatu kondisi yang terjadi apabila klien diminta
untuk berbicara tentang hal yang dirasanya sangat mengganggu.
Selanjutnya hal tersebutKegiatan terjadi pada saat klien didorong untuk
membicarakan hal- hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan
efek terapeutik (Stuart dan sundeen, 1995). Pemaksaan emosional katarsis
yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi panik dimana klien
13

bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang cukup.


Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan
masalahnya. Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat perlu
membantu mengekspresikan perasaan klien.

5. Bermain Peran
1) Pengertian
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan
situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan
manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut
pandang lain dan juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi
baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan Sundeen , 1995).
Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan unpan balik
konstruktif dengan lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam (
Schultz dan Videbeck , 1998). Melakukan peran pada situasi tertentu
berguna untuk meningkatkan kesadaran dan berkomunikasi dan
kemampuan untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain.

2) Tahap-tahap Bermain Peran


Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995), yaitu
:
 Mendefenisikan masalah
 Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
 Menciptakan situasi
 Membuat karakter
 Penjelasan dan pemanasan
 Pelaksana memerankan suatu peran
 Berhenti
 Analisis dan diskusi
 Evaluasi
14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Ada 5 sikap dan cara untuk menghadirkan diri secara fisik dan psikologis yaitu
berhadapan langsung, mempertahankan kontak mata, membungkukkan kearah
klien, tetap rileks, dan mempertahankan sikap terbuka.
- Dimensi respon yang harus dimiliki oleh perawat ada 4, yaitu kesejatian,
empati, respect/hormat dan konkret. Kesejatian adalah pengiriman pesan pada
orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya. Empati adalah
Kemampuan menempatkan diri kita pada posisi orang lain, serta memahami
bagaimana perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa
emosi kita terlarut dalam emosi orang lain. Respek mempunyai pengertian
perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai
klien. Sedangkan konkret adalah ketika perawat menggunakan terminologi
yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien
mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya.
- Dimensi tindakan berorientasi kepada tindakan untuk memfasilitasi hubungan
interpersonal antara perawat-klien yaitu konfrontasi, kesegeraan,
keterbukaan/pengungkapan diri, katarsis, dan bermain peran.

B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan
menerima klien apa adanya. Sikap perawat sebaiknya tidak menghakimi,tidak
mengkritik,tidak mengejek ataupun menghina.Menghargai dapat dikomunikasikan
melalui duduk bersama klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai
klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu
serta memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
15

Daftar Pustaka

Aniharyati. (2011). Komunikasi Terapeutik Sebagai Sarana Efektif Bagi


Terlaksananya Tindakan Keperawatan yang Optimal. Jurnal Kesehatan
Prima, 5(2), 754-755.
Sartika HB, D. dkk. 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 3 (3), 145-147.

Anda mungkin juga menyukai