DOSEN PEMBIMBING :
Dadi Hamdani, S.Kep., Ners., Kep
DISUSUN OLEH
Nizar Ahmad
Rizky Perdana Susanto
Santi Mainaroh
Sinta Siti Rahmah
Shofia Siti Adawiah
Tiara Cahya Rinukti
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa
balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-
harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama
1
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi
diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga
di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah
yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut.
bisa berupa teriak-teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat
2
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap
meraba bagian tubuh pasien yang sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang
bersahaja tidak dibuat-buat dari seorang perawat dapat membantu pasien dalam
Sebagai contoh keluarga Pak ahmat bila ada salah seorang keluarganya
yang sakit selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit
yang lain, meskipun fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan
kira-kira penyebabnya apa sehingga keluarga Pak ahmat lebih memilih Rumah
lebih banyak perhatian dan lebih cepat swembuh, karena pelayanan perawatan
Dari contoh keluarga Pak ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran
dan manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang
3
perawat mampu memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu
Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah terutama senyum yang tulus dari
perawat, kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi
berkepribadian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
2. Ketulusan
3. Semangat
4. Praktek
Pengetahuan
5
pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedar
menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara
berkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan
masyarakat akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut,
tugas saja oleh karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang
Ketulusan
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja.
meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan
pasien yang lainnya. Meskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang tinggi, namun
diterima dengan baik oleh pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji
tapi tidak sedikit pula yang merasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang
6
telah diberikan, sehingga muncul istilah suster judes.
karena saya cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau
minum obat atau melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi
lama kelamaan kalau kitanya sabar , pasien juga akan mengeri sendir” ungkap
suster “H” yang bekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta terkenal di
Bandung.
Tapi satu hal yang perlu kita garis bawahi, perawat tetaplah perawat,
Semangat
pasien lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter
Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula
melatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi
roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat
yang terus dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih
besar lagi.
7
disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan.
Praktek
sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek.
Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang
sama.
Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam
berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan
dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga
mencapai kondisi yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa
tidur. Bisa juga dengan menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari
seratus mundur hingga mencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian
ada kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun
8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Terapeutik
9
2. Tujuan komunikasi terapeutik
2. Pasien memiki rasa identitas yang jelas dan peningkatan integritas diri
Rasa identitas menyangkut status ,peran serta jenis kelamin seseorang pasien
yang mengalami gangguan identitas diri biasanya memiki integritas diri yang
rendah serta perasaan rendah diri.Dengan komunikasi terapeutik, perawat dapat
membantu pasien meningkatkan integritas diri serta identitas diri yang jelas.
Untuk melakukannya,perawat perlu menggali semua aspek kehidupan pasien,
baik di masa sekarang ataupun masa lalu (Baca juga Komponen komunikasi
terpeutik).
menguranginya.
10
3. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik
Dengan kata lain bahwa hubungan antara perawat dengan pasien bukan hanya
2. Menjaga Pasien
Seseorang yang dapat memahami apa yang dimiliki oleh seorang pasiennya.
sebelumnya yang mana menghargai apa yang dimiliki oleh setiap individu
sehingga seorang perawat harus dapat menjaga harga diri seseorang yang
harga dirinya sendiri. Dengan menjaga harga dirinya sendiri,maka dia tidak kan
11
4. Saling Percaya
individu maka akan timbul rasa saling percaya antara perawat dengan pasien.
Namun sebenarnya,rasa saling percaya ini harus dilakukan sejak awal alias
Terapeutik dengan baik dan benar tanpa adanya saling menyinggung satu
sama lain.Kita dapat saling percaya dengan memulai cerita dan masalah yang
PRINSIP UMUM
Prinsip komunikasi terapeutik lain yang mana akan kami uraikan sebagai
Berikut .
1. Penerimaan
Saling menerima dari apa yang dialami adalah kuci dalam komunikasi
Terapeutik dalam hal ini sama halnya dengan saling percaya pasien dengan
logika sesuai dengan realita yang ada, Penerima ini bisa secara fisik maupun
mental,baik Materil.
2. Penghormatan
sehingga dengan seorang individu wajar saja kalau seorang individu ingin
12
baik mereka menggunakan pretasi dan martabat. Jadi,seorang perawat,
3. Perubahan
diri. Pasien yang suka dengan narkoba, maka ia bisa menjauhi narkoba
secara perlahan. Dan masih banyak lagi perubahan yang lebih baik lagi yang
4. Hubungan Manusia
proses komunikasi Terapeutik ini bisa berjalan dengan baik dan benar.
Bayangkan saja, kita ada seorang perawat yang tidak memiki hubungan
pasiennya.
5. Keterbukaan
lain. Komunikasi Terapeutik ini jenis komunikasi yang terbuka alias harus
13
adanya keterbukaan antara pasien dengan perawat.Komunikasi terbuka ini
bisa didasari dengan kejujuran dan penerima secara tulus.Hal ini contohnya
memulai cerita tentang dirinya dan bisa dilanjutkan tentang pasiennya. Jika
hal ini dilakukan, maka komunikasi yang saling percaya dapat berjalan.
6. Lingkungan Sekitar
Hal ini perawat harus mendengarkan masalah yang disampaikan oleh klien
untuk mengetahui perasaan, pikiran dan persepsi klien itu sendiri. Sikap yang
dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah menatap matanya saat
b. Menunjukkan Penerimaan
14
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
umpan balik bahwa perawat memgerti pesan klien dan berharap komunikasi
dilanjutkan.
e. Mengklarifikasi
mengenai ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari
f. Memfokuskan
orang berdiri atau bergerak adalah bentuk ekspresi diri yang dapat dilihat,
karena postur dan gaya berjalan dapat mencerminkan emosi,konsep diri dan
15
kondisi fisik seseorang .Untuk itu penting sekali sebagai perawat
b. Pandangan Mata
dapat dipercaya
c. Isyarat Tangan
dalam komunikasi. Jarak intim antara perawat dengan pasien kurang lebih 45
cm atau kurang dari itu dan dalam posisi duduk biasanya hanya membutuhkan
a. Kerahasiaan
16
c. Privasi
d. Sentuhan
e. Mendengarkan aktif
f. Melakukan pengamatan
dan kehangatan(warmth).
a. Keikhlasan (genuineness)
Dalam rangka membuat kien, perawat harus menyadari tentang nilai,sikap dan
perasaan yang dimiki terhadap keadaan klien.Apa yang perawat pikiran dan
dimiliki dengan cara yang tepat tanpa menyalahkan atau menghukum klien.
b. Empati ( Empathy)
(objektif)yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati dapat
seperti memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami oleh
17
pasien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan
c. Kehangatan (Warmth)
ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki
atau di konfrontasi. Suasana yang hangat, pemisif dan tanpa adanya ancaman
a. Pengkajian
b. Rencana Keperawatan
c. Tindakan keperawatan
18
untuk memenuhi kebutuhan psikosial dan fisik pasien .
perawat akan sulit untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah
1. Tahap Pre-interaksi
Tahap ini merupakan tahap yang dimana perawat belum bertemu dengan
pasien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan
rasa takut dalam diri sendiri, menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional
2. Tahap Orientasi
Yakni tahap dimana perawat bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam
tahap ini meliputi: menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan, membina
tujuan dengan klien, dan merumuskan bersama kontrak yang bersifat saling
kerahasiaan.
3. Tahap Kerja
19
perawat memulai kegiatan komunikasi. Tugas perawat tahap ini menggali stresor
mekanisme koping klien yang konstruktif, serta membahas dan atasi perilaku
resisten.
4. Tahap Terminasi
interaksi dengan klien, tahap ini bisa merupakan tahap perpisahan atau terminasi
sementara ataupun perpisahan atau terminasi akhir. Tugas perawat tahap ini
20
BAB IV
PENUTUP
baik ini akan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya
tuntutan jaman..
21
DAFTAR PUSTAKA
Bandung :
PT.Rosdakarya
22