Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ILMIAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA


PERAWAT DAN PASIEN

DOSEN PEMBIMBING :
Dadi Hamdani, S.Kep., Ners., Kep

DISUSUN OLEH

Nizar Ahmad
Rizky Perdana Susanto
Santi Mainaroh
Sinta Siti Rahmah
Shofia Siti Adawiah
Tiara Cahya Rinukti

STIKES MUHMMADIYAH CIAMIS


PRODI D3 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada
penulis, shalawat serta salam semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad
SAW, keluarga dan segenap sahabat – sahabatnya, hingga akhir jaman,
Amin.
Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam
penyusunan makalah ilmiah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan
berbagai pihak , baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikannya.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan do‟a, semoga Allah membalas amal
baik yang telah dilakukan umat-Nya atas sesama.Amin

Ciamis, 29 September 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1


1.2 Perumusan Masalah ................................ ....... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN .................................................................. 9

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik .................................. 9

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik ......................................... 10

3. Proses Komunikasi Terapeutik ......................................... 11

4. Tahap Interaksi Pada Komunikasi Terpeutik ................... 14

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi komunikasi ................ 15

6. Komponen dalam komunikasi ........................................... 16

7. Karakteristik komunikasi Terapeutik ................................. 17

8. Fase-fase komunikasi Terapeutik ...................................... 18

9. Tahap komunikasi terapeutik ............................................. 19

BAB IV PENUTUP .............................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 22

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan

komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah

satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan

hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa

sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan

perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi

profesional dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat

kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal

balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan

meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian

integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-

harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama

teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah

penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat

melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

1
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi

dengan anggota tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang

pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang

diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga

terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh

proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan

di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah

pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien

yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut.

Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan

maksud mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini

bisa berupa teriak-teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat

disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat

besar, dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur

kata yang lembut.

2
Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap

melakukan komunikasi dengan pasien.

Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan pasien dalam

memberikan asuhan keperawatan misalnya dengan bertanya “ada yang bisa

saya bantu ?” atau “bagaimana tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil

meraba bagian tubuh pasien yang sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang

bersahaja tidak dibuat-buat dari seorang perawat dapat membantu pasien dalam

proses penyembuhan penyakitnya.

Sebagai contoh keluarga Pak ahmat bila ada salah seorang keluarganya

yang sakit selalu berobat ke Rumah Sakit Boromieus daripada rumah sakit

yang lain, meskipun fasilitas yang ditawarkan lebih baik. Setelah ditanyakan

kira-kira penyebabnya apa sehingga keluarga Pak ahmat lebih memilih Rumah

Sakit Boromieus sebagai rumah sakit favorit keluarganya, ternyata alasannya

lebih banyak perhatian dan lebih cepat swembuh, karena pelayanan perawatan

yang diberikan lebih manusiawi.

Dari contoh keluarga Pak ahmat ini saya kita bisa memperoleh pelajaran

dan manfaat yang sangat besar, karena komunikasi yang baik dari seorang

3
perawat mampu memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini perlu

ditekankan bahwa kesan lahiriyah perawat mampu berbicara banyak.

Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah terutama senyum yang tulus dari

perawat, kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi

adalah cara berbicara (komunikasi) sehingga terkesan low profile atau

bertempramen bijak kesemuanya ini mencirikan seorang perawat yang

berkepribadian.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi terapeutik antara

perawat dengan pasien “

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih

mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari-

hari.Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam

serangkaian komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan

di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni:

1. Pengetahuan

2. Ketulusan

3. Semangat

4. Praktek

Pengetahuan

Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan

dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat

harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam

melaksanakan tugasnya setiap hari.

Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan

keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan

mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui

dalam proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada

perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.

Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor

5
pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedar

menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara

berkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan

penyuluhan kesehatan dimasayarakat, pertanyaan-pertanyaan dari warga

masyarakat akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut,

daripada menganggap tugas penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan

tugas saja oleh karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang

memiliki pengetahuan yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada

wawasan pengetahuannya terbatas.

Ketulusan

Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi

kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja.

Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang

sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud

untuk melecehkannya atau mencemoohnya.

Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering

berhadapan denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat.

Namun dengan sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu

meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan

pasien yang lainnya. Meskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang tinggi, namun

seorang perawat memperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien

dalam mengatasi penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya

diterima dengan baik oleh pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji

tapi tidak sedikit pula yang merasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang

6
telah diberikan, sehingga muncul istilah suster judes.

“ Saya sering di bilang suster judes oleh pasien di sini mungkin

karena saya cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau

minum obat atau melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi

lama kelamaan kalau kitanya sabar , pasien juga akan mengeri sendir” ungkap

suster “H” yang bekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta terkenal di

Bandung.

Tapi satu hal yang perlu kita garis bawahi, perawat tetaplah perawat,

sosok manusia yang bisa khilaf. Sedangkan yang membedakannya karena

keahlian dan ketulusannya dalam mebantu pasien dalam mengatasi kesulitan

yang berhubungan dengan penyakitnya.

Semangat

Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan

seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat

mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh

pasien lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter

ditaati sepenuhnya oleh pasien.

Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula

melatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi

roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat

yang terus dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih

besar lagi.

Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk bekerjasama

karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini dapat

7
disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan.

Menghadapi situasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan

haruslah bijaksana terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien

dengan memberikan dorongan. Jadi, selain perawat harus bersemangat dalam

bekerja juga memberikan semangat kepada pasien.

Praktek

Untuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup

sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek.

Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang

mudah. Lingkungan menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya, sementara kepribadian perawat juga mendapat porsi yang

sama.

Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam

berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan

dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga

mencapai kondisi yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa

berupa menyebutkan konsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun

tidur. Bisa juga dengan menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari

seratus mundur hingga mencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian

ditambah lagi praktek berbicara di depan umum akan menghilangkan rasa

cemas hingga tidak kaku dan berani tampil.

Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak

ada kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun

di puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Terapeutik

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi Terapeutik adalah suatu sarana bagi perawat dalam menjalin


hubungan saling percaya, sehingga dapat meningkatkan citra yang baik bagi
tenaga kesehatan khususnya untuk profesi keperawatan.Komunikasi merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi perawat dalam berinteraksi dengan
pasien.Komunikasi menjadi tidak efektif karena terjadi kesalahan dalam
menafsirkan pesanan yang diterimannya.Kesalahan dalam menafsirkan pesanan
dapat disebabkan karena persepsi yang berbeda,hal ini sering terjadi dlam
institusi pelayanan kesehatan (Mustikasari 2006).
Komunikasi Terapeutik merupakan komunikasi yang terjalin dengan
bai,komunikatif dan bertujuan untuk menyebuhkan untuk menyembuhkan atau
setidaknya dapat melegakan serta dapat membuat pasien merasa nyaman dan
akhirnya mendapat kepuasan. (Yubiliana 2017).
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting
memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik
tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan
dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara
digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi
penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.

9
2. Tujuan komunikasi terapeutik

1. Realisasi dan penerimaan diri serta peningkatan penghormatan diri pasien


Pasien yang memiliki penyakit berat kadangkala menglami perubahan terkait
gambar dirinya. Ia tidak mampu menerima keadaanya,mengalami depresi.
Dengan komunikasi terapeutika, perawat dapat mengembangkan pribadi pasien
dengan mengarahkannya pada pertumbuhan pasien yang meliputi realisasi
diri,penerimaan diri,serta peningkatan penghormatan diri. Dengan
demikian,diharapkan terjadinya perubahan dalam diri pasien.pasieni yang pada
awalnya tidak bisa menerima dirinya dan penyakit yang dideritanya dengan apa
adanya, menjadi mampu menerima dirinya (baca; juga bahasa Sebagai alat
komunikasi).

2. Pasien memiki rasa identitas yang jelas dan peningkatan integritas diri
Rasa identitas menyangkut status ,peran serta jenis kelamin seseorang pasien
yang mengalami gangguan identitas diri biasanya memiki integritas diri yang
rendah serta perasaan rendah diri.Dengan komunikasi terapeutik, perawat dapat
membantu pasien meningkatkan integritas diri serta identitas diri yang jelas.
Untuk melakukannya,perawat perlu menggali semua aspek kehidupan pasien,
baik di masa sekarang ataupun masa lalu (Baca juga Komponen komunikasi
terpeutik).

3. Membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pikirannnya

Dengan komunikasi terpeutik,perawat dapat membantu pasien untuk

memperjelas beban perasaan serta pikiran yang dialaminya,kemudian membantu

menguranginya.

4. Membantu pasien mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan

Komunikasi terpaeutik mempermudah perawat dalam menjalin hubungan

saling percaya dengan pasien,dengan begitu pencapaiannya tujuan asuhan

keperawatan akan lebih efektif dan memberikan kepuasan secara profesional.

10
3. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik

Suryani (2002) telah memberikan pengetahuan mengenai komunikasi bahwa

terdapat empat prinsi dasar komunikasi terapeutik dalam membangun dan

mempertahankan hubungan yang baik dan terapeutik. Empat prinsip dasar

komunikasi terapeutik diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Hubungan perawat dengan pasien

Hubungan antara perawat dengan pasien atau psikolog atau perawat

Memandang dan mendefinisikan dirinya dan pasiennya adalah seorang manusia.

Dengan kata lain bahwa hubungan antara perawat dengan pasien bukan hanya

perawat sebagai penolongnya,melainkan lebih dari itu,yaitu sebagai sahabat atau

orang yang terdekatnya.

2. Menjaga Pasien

Dalam prinsip ini,seorang perawat atau psikolog alias terapis adalah

Seseorang yang dapat memahami apa yang dimiliki oleh seorang pasiennya.

Entah dari itu kelebihannya,maupun kekuranganny.Karena setiap manusia

Diciptakan selalu memiki keunikan masing-masing yang mana harus dihargai.

3. Menjaga Harga Diri

Prinsip komunikasi terapeutik yang ketiga sama halnya dengan prinsip

sebelumnya yang mana menghargai apa yang dimiliki oleh setiap individu

sehingga seorang perawat harus dapat menjaga harga diri seseorang yang

menjadi pasiennya. Selain menjaga harga diri pasiennya,juga perlu menjaga

harga dirinya sendiri. Dengan menjaga harga dirinya sendiri,maka dia tidak kan

dianggap rendah oleh pasiennya.

11
4. Saling Percaya

Dengan saling menjaga dan menghargai apa yang dimilki setiap

individu maka akan timbul rasa saling percaya antara perawat dengan pasien.

Namun sebenarnya,rasa saling percaya ini harus dilakukan sejak awal alias

untuk mengawali proses komunikasi.Dengan begitu,kita dapat berkomunikasi

Terapeutik dengan baik dan benar tanpa adanya saling menyinggung satu

sama lain.Kita dapat saling percaya dengan memulai cerita dan masalah yang

dimiliki oleh pasien.Kemudian mencari solusi terbaik bersama-sama

PRINSIP UMUM

Selain empat prinsip dasar komunikasi terapeutik diatas,juga dapat

Prinsip komunikasi terapeutik lain yang mana akan kami uraikan sebagai

Berikut .

1. Penerimaan

Saling menerima dari apa yang dialami adalah kuci dalam komunikasi

Terapeutik dalam hal ini sama halnya dengan saling percaya pasien dengan

perawat. Dengan adanya saling menerima,maka komunikasi terapeutik

dapat berjalan. Dimana adanya perawat yang memahami dengan menerima

keunikan oleh pasiennya, maka ia dapat berkomunikasi dengan rasa dan

logika sesuai dengan realita yang ada, Penerima ini bisa secara fisik maupun

mental,baik Materil.

2. Penghormatan

Kehormatan pada seorang individu adalah hal yang sangat penting,

sehingga dengan seorang individu wajar saja kalau seorang individu ingin

pertahankan kehormatannya dengan berbagai cara. Hal ini bisa saja

dipertahankan dengan cara menjaga kehormatannya dengan menjaga nama

12
baik mereka menggunakan pretasi dan martabat. Jadi,seorang perawat,

jangan sekalipun memandang remeh seorang pasien walapun mereka sedang

mengalami sakit pada jiwannya.

3. Perubahan

Komunikasi Terapeutik dilakukan dengan tujuan bahwa adanya

perubahan dalam diri individu setelah melakukan proses komunikasi.

Tentunya perubahan tersebut diharapkan merupakan perubahan yang lebih

baik. Dengan kata lain, setelah seorang pasien melakukan proses

komunikasi terapeutik dengan perawat diharapkan pasien dapat menjadi

seorang pribadi yang lebih baik lagi dengan kelebihan kekurangannya.

Pasien yang tadinya merasa selalu rendah diri,maka ia dapat menjadi

diri. Pasien yang suka dengan narkoba, maka ia bisa menjauhi narkoba

secara perlahan. Dan masih banyak lagi perubahan yang lebih baik lagi yang

bisa dirasakan setelah terapeutik.

4. Hubungan Manusia

Hubungan antara individu adalah hal penting dalam komunikasi

terapeutik. Dengan adanya hubungan antara individu yang baik, maka

proses komunikasi Terapeutik ini bisa berjalan dengan baik dan benar.

Bayangkan saja, kita ada seorang perawat yang tidak memiki hubungan

yang baik dengan pasiennya maka apakah perawat tersebut menyembuhkan

pasiennya.

5. Keterbukaan

Dengan mengunakan komunikasi teapeutik,maka seorang pasien dapat

belajar dan memahami bagaimana menerima dan diterima oleh individu

lain. Komunikasi Terapeutik ini jenis komunikasi yang terbuka alias harus

13
adanya keterbukaan antara pasien dengan perawat.Komunikasi terbuka ini

bisa didasari dengan kejujuran dan penerima secara tulus.Hal ini contohnya

Seperti seorang perawat yang mencoba membuka hubungan dengan

memulai cerita tentang dirinya dan bisa dilanjutkan tentang pasiennya. Jika

hal ini dilakukan, maka komunikasi yang saling percaya dapat berjalan.

6. Lingkungan Sekitar

Sebagai seorang perawat, jika juga perlu memperhatikan lingkungan

sekitar pasien.Karena bisa saja gangguan kejiwaan seorang pasien

disebabkan oleh lingkungan sekitarnya seperti keluarga, kerabat, atau

teman. (Baca juga: Model Komunikasi Tubbs)

4. Jenis Komunikasi Terapeutik

Uripni,et.al (2002) jenis komunikasi dapat dibedakan sesuai dengan

respon klien sebagai berikut:

a. Mendengar Dengan Penuh perhatian

Hal ini perawat harus mendengarkan masalah yang disampaikan oleh klien

untuk mengetahui perasaan, pikiran dan persepsi klien itu sendiri. Sikap yang

dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah menatap matanya saat

berbicara,tidak menyilangkan kaki dan tangan,hindari gerakan yang tidak

perlu dan condongkan tubuh kearah lawan berbicara

b. Menunjukkan Penerimaan

Mendukung dan menerima dengan tingkah laku yang menunjukkan

ketertarikan dan tidak menilai. Menerima bukan berarti menyetujui.

Menerima berarti mendengarkan orang lain tanpa menyetujukan keraguan

atau ketidak setujuan.

14
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik

mengenai masalah yang telah disampaikan oleh klien. Oleh sebab

itu,sebaiknya pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan masalah yang

sedang dihadapi oleh klien.

d. Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendirian

Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, seorang perawat memberikan

umpan balik bahwa perawat memgerti pesan klien dan berharap komunikasi

dilanjutkan.

e. Mengklarifikasi

Klarifikasi terjadi pada saat perawatan menjelaskan dalam kata-kata

mengenai ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari

teknik ini untuk menyamakan pengertian.

f. Memfokuskan

Tujuan dari memfokuskan untuk membatasi pembicaraan sehingga

pembicaraan menjadi lebih spesifik dan dimengerti . Hal yang diperhatikan

dalah tidak memutuskan pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah

yang sedang dihadapi.

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi komunikasi

Arwan (2003),faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah :

a. Postur dan gaya berjalan

Postur dan gaya berjalan juga mempengaruhi dalam proses komunikasi.Cara

orang berdiri atau bergerak adalah bentuk ekspresi diri yang dapat dilihat,

karena postur dan gaya berjalan dapat mencerminkan emosi,konsep diri dan

15
kondisi fisik seseorang .Untuk itu penting sekali sebagai perawat

memperhatikan postur dan gaya berjalan dalam berkomunikasi dengan klien.

b. Pandangan Mata

Pandangan mata dalam komunikasi mempunyai peran yang sangat penting

karena pandangan mata mengartikan kesederhanaan dan perawat yang dapat

menjaga kontak mata selama komunikasi berlangsung dapat diartikan sebagai

dapat dipercaya

c. Isyarat Tangan

Didalam pemberian gerakan tangan dapat juga diartikan sebagai

usaha,pemberian tanda baca, klarifikasi kata yang harus diucapkan. Isyarat

dapat menjelaskan arti khusus dalam sebuah komunikasi.

d. Pengaturan jarak dan wilayah komunikasi

Selama seseorang melakukan interaksi sosial, orang secara sadar akan

mempertimbangkan jarak antara mereka. Seorang perawat sering

mempertimbangkan dan menjadikan ruang sebagai faktor yang amat penting

dalam komunikasi. Jarak intim antara perawat dengan pasien kurang lebih 45

cm atau kurang dari itu dan dalam posisi duduk biasanya hanya membutuhkan

jarak antara 18 inci atau kurang lebih 1,5.

6. Komponen dalam komunikasi

Komponen dasar komunikasi terapeutik menurut Perry dan Potter (2005)

adalah sebagai berikut:

a. Kerahasiaan

b. Keterbukaan diri (selfdisclosure)

16
c. Privasi

d. Sentuhan

e. Mendengarkan aktif

f. Melakukan pengamatan

7. Karateristik Komunikasi Terapeutik

Maulana (2009) dalam bukunya menjelaskan bahwa karakteristik komunikasi

terapeutik dibagi menjadi tiga, yaitu keikhlasan (genuineness),empat (empathy),

dan kehangatan(warmth).

a. Keikhlasan (genuineness)

Dalam rangka membuat kien, perawat harus menyadari tentang nilai,sikap dan

perasaan yang dimiki terhadap keadaan klien.Apa yang perawat pikiran dan

rasakan tentang individu dan dengan siapa interaksi selalu dikomunikasikan

pada individu,baik secara verbal maupun nonverbal.Perawat yang mampu

menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang

dipunyai terhadap pasien sehingga dapat belajar untuk mengomunikasikannya

secara tepat. Sehingga perawat dapat menyampaikan segala perasaan yang

dimiliki dengan cara yang tepat tanpa menyalahkan atau menghukum klien.

b. Empati ( Empathy)

Empati merupakan perasaan‟pemahaman‟dan „penerimaan‟ perawat terhadap

perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan‟dunia pribadi pasien‟.

Empati adalah suatu perasaan yang jujur,sensitif,dan tidak dibuat-buat

(objektif)yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati dapat

diekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika dibutuhkan

seperti memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami oleh

17
pasien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan

penilaian berdasarkan kata hati

c. Kehangatan (Warmth)

Hubungan yang selalu membantu (Helpingrelationship)dilakukan untuk

memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara bebas.

Dengan kehangatan perawat akan mendorong pasien untuk mengekspresikan

ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki

atau di konfrontasi. Suasana yang hangat, pemisif dan tanpa adanya ancaman

menunjukkan adanya penerimaan perawat terhadap klien.

8. Fase-Fase Komunikasi Terapeutik

Arwan (2003) dalam bukunya fase komunikasi terapeutik dapat

Dibagi menjadi empat, diantarannya:

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dalam komunikasi yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi. Dalam fase pengkajian perawat menyatu dengan

pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainya untuk mengidentifikasi

kebutuhan kesehatan dan menentukan prioritas tindakan keperawatan .

b. Rencana Keperawatan

Perawat berinteraksi dengan klien untuk menentukan tindakan keperawatan

yang tepat pada klien.

c. Tindakan keperawatan

Tahap keperawatan perawat aktif dalam tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien. Membutuhkan keterampilan komunikasi perawat

18
untuk memenuhi kebutuhan psikosial dan fisik pasien .

d. Menilai Kemajuan dan hasil akhir dari tindakan yang diberikan

Komunikasi sangat penting dalam tindakan keperawatan tanpa komunikasi

perawat akan sulit untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah

diberikan berhasil atau tidak.Dalam tahap ini perawat harus mendiskusikan

rasional dari usulan perubahan tindakan.

9. Tahap Komunikasi Terapeutik

1. Tahap Pre-interaksi

Tahap ini merupakan tahap yang dimana perawat belum bertemu dengan

pasien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan

rasa takut dalam diri sendiri, menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional

diri sendiri, mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan, dan

merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien.

2. Tahap Orientasi

Yakni tahap dimana perawat bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam

tahap ini meliputi: menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan, membina

rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka, menggali pikiran, perasaan

dan tindakan-tindakan klien.Mengindentifikasi masalah klien, menetapkan

tujuan dengan klien, dan merumuskan bersama kontrak yang bersifat saling

menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran, tanggung jawab

harapan,tujuan, tepat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi. untuk terminasi dan

kerahasiaan.

3. Tahap Kerja

Tahap komunikasi terapeutik yang ketiga ini adalah tahap dimana

19
perawat memulai kegiatan komunikasi. Tugas perawat tahap ini menggali stresor

yang relevan, meningkatan pengembangan penghayatan dan penggunaan

mekanisme koping klien yang konstruktif, serta membahas dan atasi perilaku

resisten.

4. Tahap Terminasi

Tahap terminasi adalah tahap dimana perawat akan menghentikan

interaksi dengan klien, tahap ini bisa merupakan tahap perpisahan atau terminasi

sementara ataupun perpisahan atau terminasi akhir. Tugas perawat tahap ini

adalah membina,realitas tentang perpisahan, meninjau kemampuan terapi dan

pencapaian tujuan-tujuan, serta menggali secara timbal balik perasaan

penolakan, kesedihan dan kemarahan serta perikaku yang terkait lainnya.

20
BAB IV
PENUTUP

Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk

individu dan mahluk sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan

tenaga skil di bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus

mampu menjalankan segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang

meliputi tahap awal, lanjutan dan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran

akhir-akhir ini semakin pesat, senantiasa pula mempengaruhi perkembangan

profesi keperawatan itu sendiri.

Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna

terhadap pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang

baik ini akan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya

dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan

tuntutan jaman..

21
DAFTAR PUSTAKA

Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia. Jakarta : Professional

Book. Djuarsa, sasa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas

Terbuka Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.

Bandung :
PT.Rosdakarya

Fisher Aubrey. 1997. Teori-teori Komunikasi. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Farouk.2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Teraju

Foster & Anderson.1986. Antropologi Kesehatan.Jakarta Penerbit UI

Kariyoso.1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat.Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta


: Pustaka Pelajar

LittleJohn. 1999. Theories of Human Communication. United States of


America : Wadsworth Publishing Company.

Mulyana, Deddy.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung :


PT.Remaja Rosdakarya

Purwanto ,Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai