Anda di halaman 1dari 14

Vol. 1 No.

1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS


MELALUI PERMAINAN PLAYDOUGH
PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN
DI PAUD TEGALJAYA
Oleh
Fransisca Anggraeni Suriantoso, Ni Made Ayu Suryaningsih, Christiani Endah P

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini


Fakultas Ekonomika dan Humaniora
Universitas Dhyana Pura

e-mail: lilisisca@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus


dengan permainan playdough pada anak Kelompok Bermain PAUD Tegaljaya. Subjek
penelitian ini adalah 12 anak Kelompok Bermain PAUD Tegaljaya, Dalung. Penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dan Siklus II, dengan masing-masing tahapan
yaitu perencanaan, pengambilan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik
pengumpulan data yang dipakai adalah observasi dengan instrumen berupa lembar
pengamatan, dokumentasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan
analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan
secara kolaboratif dengan teman sejawat, peneliti di sini bertindak sebagai guru dan
teman sejawat bertindak sebagai observer/pengamat. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa permainan playdough dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus pada peserta didik Kelompok Bermain PAUD Tegaljaya. Hal ini dapat dilihat pada
kenaikan persentase ketuntasan yang terjadi pada kondisi awal dari 12 siswa mencapai
ketuntasan hanya 4 anak (33,33%), pada siklus I meningkat menjadi 5 anak (41,67%)
dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 10 anak (83,33%). Kemampuan motorik halus
anak yang mengalami peningkatan diantaranya kemampuan meremas, memilin,
mencetak, dan membuat bentuk kreasi dengan playdough.

Kata kunci : Motorik Halus, Permainan Playdough

Abstract

This research aims to improve this fine motor skill by utilizing playdough as a medium
for children in Tegaljaya Early Childhood Playgroup. The subject of the research is the
students in Tegaljaya Early Childhood Playgroup, as many as 12 children. The research
is conducted in two separate cycles, cycle I and cycle II, with each cycle having its own
planning, implementation, observation, and reflection stages. The data collection
technique used is observation in the form of observation sheet, documentation, and
interview. The analytical method is descriptive analysis with qualitative approach.
Colaborative Classroom Action Research is conducted with classroom peers, in which the
researcher acts as the teacher while the peers act as observers.Based on the research
findings, it can be concluded that using playdough as a game can increase students’ fine
motor skill in Tegaljaya Early Childhood Playgroup. This can be seen from the increase in
percent task completion, which in the initial state of only 33.33% (4 of 12 children), then
increasing to 41.67% (5 of 12 children) in cycle I, then continually increasing to 83.33%

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 17


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

(10 of 12 children) in cycle II. The specific fine motor skills that experienced the increase
include the ability to squeeze, twist, mold, and create various shapes with playdough.

Keywords : Fine Motor Skill, Playdough Game

PENDAHULUAN anak mengenal dirinya, dengan


Anak usia dini merupakan siapa ia hidup, serta lingkungan
individu yang khas, unik, dan tempat ia hidup. Melalui bermain
memiliki karakteristik tersendiri anak memperoleh kesempatan
sesuai dengan tahapan usianya. untuk berkreasi, bereksplorasi,
Masa usia dini, 0-6 tahun (UU menemukan dan mengekspresikan
Sisdiknas no.20 tahun 2003) perasaannya. Gordon Dryden dan
merupakan masa keemasan (golden Jeanette Voss (dalam Noorlaila,
age) yaitu masa dimana anak mulai 2010) mengungkapkan bahwa
peka untuk menerima berbagai penelitian membuktikan jika 50%
stimulasi dan berbagai upaya kemampuan belajar seseorang
pendidikan dari lingkungannya baik ditentukan pada empat tahun
dengan cara disengaja maupun tidak pertama dan membentuk 30% yang
disengaja (Montessori dalam Sujiono lain sebelum mencapai usia delapan
dan Sujiono, 2010). Pada masa ini tahun. Mengingat pentingnya masa
terjadi pematangan fungsi-fungsi ini, maka peran stimulasi berupa
fisik dan psikis sehingga anak siap penyediaan lingkungan yang
memberikan respon dan kondusif harus disiapkan oleh para
mewujudkan semua tugas pendidik, baik orang tua, guru,
perkembangan yang diharapkan pengasuh ataupun orang dewasa
muncul pada pola perilakunya lain yang ada di sekitar anak,
sehari-hari (Hainstock dalam Sujiono sehingga anak memiliki kesempatan
dan Sujiono, 2010). untuk mengembangkan seluruh
Upaya pengembangan anak usia potensinyasalah satunya yaitu
dini harus dilakukan melalui kegiatan kemampuan motorik. Menurut
bermain karena dunia anak adalah Hurlock (Sujiono dan Sujiono, 2004)
dunia bermain. Bermain merupakan perkembangan motorik adalah
suatu kegiatan yang menyenangkan perkembangan pengendalian gerak
bagi anak, bermain juga membantu jasmaniah melalui kegiatan pusat

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 18


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

saraf, urat saraf dan otot yang anak untuk terampil mengkoordinasi
terkoordinasi. Perkembangan mata-tangan. Misalnya memegang
motorik ini erat kaitannya dengan benda dengan benar (seperti pensil,
perkembangan pusat motorik di pulpen, gelas, sendok, garpu),
otak. Keterampilan motorik menulis cepat dan rapi, terampil
berkembang sejalan dengan menggunting, melipat, mewarnai,
kematangan saraf dan otot. Oleh meronce, mengambil benda-benda
sebab itu, setiap gerakan yang kecil, dan memotong.
dilakukan anak sesederhana Berdasarkan observasi awal yang
apapun, sebenarnya merupakan dilakukan pada anak-anak Kelompok
hasil pola interaksi yang kompleks Bermain PAUD Tegaljaya, tampak
dari berbagai bagian dan sistem dari beberapa hasil karya anak saat
dalam tubuh yang dikontrol otak. bermain dan saat melakukan
Perkembangan motorik berbeda kegiatan yaitu: (1) saat kegiatan
tingkatannya pada setiap individu menggambar bebas, anak
karena anak adalah mahkluk unik mengalami kesulitan dalam
yang memiliki tempo dan irama memegang alat tulis, (2) saat
perkembangan tubuhnya masing- menggunting, anak-anak masih
masing (Noorlaila, 2010). kesulitan saat memegang gunting,
Perkembangan motorik terbagi membuka gunting dan melakukan
menjadi dua yaitu motorik kasar dan gerakan menggunting, serta (3) saat
motorik halus. Motorik kasar meronce, sebagian besar anak
memerlukan koordinasi kelompok mengalami kesulitan untuk
otot-otot anak yang tertentu memasukkan benang ke dalam
yangdapat membuat mereka manik-manik.Menurut penelitian
melompat, memanjat, berlari, yang telah dilakukan oleh Atih
menaiki sepeda. Sedangkan motorik Fatmawati dengan judul
halus memerlukan koordinasi tangan “Implementasi Playdough dalam
dan mata seperti menggambar, Menstimulasi Kemampuan Motorik
menulis, dan menggunting. Halus” (Penelitian Tindakan Kelas
Perkembangan motorik halus sejak pada Kelompok A TK Artha
usia dini akan menjadi bekal bagi Kencana, Kota SerangBanten Tahun

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 19


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

Ajaran 2012-2013) ditemukan bahwa halus anak serta dapat


kemampuan motorik halus anak mengembangkan kreativitas dalam
setelah diterapkannya permainan menciptakan berbagai macam
playdough mengalami peningkatan bentuk-bentuk dengan playdough.
yang cukup pesat dari pra siklus Serta dapat menjadi umpan balik
hingga siklus terakhir. Hal ini senada bagi guru agar dapat meningkatkan
dengan penelitian yang dilakukan kreativitas dan kinerjanya dalam
oleh Ni Wayan Yuni Sudiasih yaitu mengajar agar dapat meningkatkan
“Penerapan Metode Pemberian kualitas dan kuantitas pendidikan di
Tugas Berbantuan Media Playdough sekolah tersebut.
untuk Meningkatkan Kemampuan Keterampilan motorik halus
Motorik Halus Anak Kelompok B adalah keterampilan fisik yang
Semester II di TK Sanggar Bina melibatkan otot kecil dan koordinasi
Kumara II Selanbawak Tabanan mata-tangan (Papalia, 2010).
Tahun Pelajaran 2013/2014”. Menurut Rahyubi (2012) aktivitas
Dengan demikian dapat disimpulkan motorik halus (fine motor activity)
bahwa kemampuan motorik halus adalah keterampilan yang
anak dapat mengalami peningkatan memerlukan kemampuan untuk
melalui permainan playdough. mengkoordinasi kan atau mengatur
Kemampuan yang mengalami otot-otot kecil/halus. Misalnya,
peningkatan diantaranya kemampu- berkaitan dengan gerakan mata dan
an meremas, memilin, mencetak, tangan yang efisien, tepat dan
membentuk, memotong dan adaptif.
menempel objek. Untuk meningkatkan kemampuan
Berdasarkan masalah tersebut motorik halus seseorang, maka
maka guru perlu menemukan cara dibutuhkan suatu proses
untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran melalui latihan yang
motorik halus anak usia dini yaitu bertahap atau melalui fase-fase
melalui permainan playdough pada tertentu. Menurut Rahyubi (2012),
PAUD Tegaljaya, dimana dalam pembelajaran motorik ada
diharapkan dapat merangsang tiga tahap yang harus dilalui oleh
perkembangan keterampilan motorik anak usia dini yaitu 1) Tahap

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 20


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

Formasi Rencana, merupakan tahap tahap yang juga dapat disebut


dimana anak sedang menerima tahap otomatisasi ini anak telah
rangsangan pada alat-alat mampu melakukan gerakan dengan
reseptornya sebagai masukan bagi lancar tanpa memikirkan urutan
sistem memorinya. Pada tahap ini gerakan yang harus dilakukan.
anak sedang dalam tahap Kondisi tersebut menandakan
mempelajari suatu tugas sehingga bahwa telah terjadi suatu proses
gerakan yang diajarkan adalah koordinasi yang baik antara sistem
gerakan yang masih sangat dasar saraf dengan otot sehingga peserta
dan sederhana. Guru dapat didik dapat melakukan gerakan
memberikan penjelasan sekaligus secara otomatis.
mendemonstrasikan gerakan yang Masa anak usia dini salah
akan dipelajari. Pada tahap ini, anak satunya dikenal sebagai masa
akan mengalami beberapa tahapan bermain. Bermain adalah kegiatan
proses belajar seperti tahap yang anak-anak lakukan sepanjang
menerima dan memproses hari karena bagi anak bermain
masukan, proses kontrol dan adalah hidup dan hidup adalah
keputusan serta unjuk kerja permainan (Mayesty dalam Sujiono,
keterampilan motorik halusnya. 2011). Bermain merupakan sarana
2)Tahap Latihan, pada tahap ini pola penting bagi perkembangan sosial,
gerak yang telah terbentuk pada emosional, kognitif anak dan
sistem memori pada anak usia dini menggambarkan perkembangan
mencoba diekspresikan. Pada anak (Aisyah, 2011). Melalui
awalnya anak melakukan gerakan bermain anak dapat membangun
dengan tingkat koordinasi rendah pengetahuannya dan membangun
namun kemudian menjadi efektif kemampuan berpikir representatif.
seiring dengan pengulangan dan Playdough jika dilihat dari arti
proses yang dijalani. Ada tiga hal kata dalam kamus bahasa Inggris,
yang yang perlu mendapatkan play adalah bermain dan dough
perhatian dalam tahap ini yaitu adalah adonan. Jadi playdough
frekuensi pengulangan, intensitas adalah bermain melalui adonan.
dan tempo. 3) Tahap Otonomi, pada Sementara itu menurut Jatmika

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 21


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

(2012) playdough adalah adonan hanya menggunakan 3 (tiga) metode


mainan atau plastisin mainan yang dalam melakukan pengumpulan
merupakan bentuk modern dari data, yaitu dokumentasi yangberupa
mainan tanah liat (lempung). foto-foto tentang kegiatan selama
Playdough mudah dimainkan dan penelitian, observasi yaitu berupa
disukai oleh anak-anak balita. pengumpulan data selama penelitian
Dengan menggunakan playdough, untuk mengumpulkan data tentang
anak-anak dapat mengekspresikan kemampuan motorik halus anak.
kreativitas mereka melalui kreasi tiga Metode yang ketiga adalahmetode
dimensi. wawancarayang dilakukan oleh
Bermain dengan playdough penulis dengan melakukan tanya
merupakan kegiatan yang sesuai jawab dan percakapan selama
bagi anak-anak karena bersifat kegiatan bermain playdough
menyenangkan dan bahan yang berlangsung. Metode ini
digunakan cukup lembut, elastis, dipergunakan untuk mendapatkan
mudah dibentuk dan aman bagi data tentang tingkat keberhasilan
anak-anak.Dalam permainan ini penggunaan permainan playdough
anak melakukan gerakan meremas, dalam meningkatkan kemampuan
memilin, mencetak dan juga motorik halus anak. Pengamatan
membentuk dengan playdough, yang dilakukan pada anak meliputi 3
sehingga melatih otot-otot halus indikator yaitu melakukan gerakan
anak usia dini dan kemampuan tangan meremas dan memilin
motorik halusnya dapat berkembang dengan playdough, mencetak
dengan baik. playdough dengan alat cetakan, dan
membuat bentuk dengan
METODE PENELITIAN menggunakan playdough.
Penelitian Tindakan Kelas ini Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di Kelompok Bermain terdiri dari dua siklus. Dalam setiap
Tegaljaya Desa Dalung Kecamatan siklus dibagi menjadi 4 (empat)
Kuta Utara Kabupaten Badung Bali, tahap kegiatan yaitu: (1)
tahun pelajaran 2014/2015. perencanaan/planning, (2) tindakan/
Dalam penelitian ini, penulis

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 22


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

acting, (3) pengamatan/observing, apabila minimal 80% dari jumlah


dan refleksi/reflecting. anak didik memenuhi kriteria dengan
Setiap kegiatan yang diobservasi ketentuan yang telah ditentukan oleh
dikategorikan ke dalam kualitas yang peneliti (Nana Sudjana dalam
sesuai dengan Depdiknas 2010, Dimyati, 2013).
yaitu anak yang telah memperoleh
1)  berarti anak tersebut belum HASIL DAN PEMBAHASAN
muncul perkembangannya dan Berdasarkan pengamatan yang
aspek indikator yang diharapkan telah dilakukan, kondisi awal
belum dapat dicapai oleh anak, 2) kemampuan motorik halus anak
 berarti anak tersebut sudah masih rendah, anak masih
mulai muncul perkembangannya, 3) mengalami kesulitan dalam
 berarti anak sudah melakukan gerakan motorik halus.
berkembang sesuai dengan Temuan empiris yang diperoleh
harapan, 4)  berarti anak terhadap kemampuan motorik halus
telah berkembang sesuai harapan. anak Kelompok Bermain PAUD
Metode analisis deskriptif Tegaljaya pada orientasi awal
kuantitatif digunakan untuk menunjukkan ketuntasan anak
menentukan tinggi rendah hanya mencapai 25% dengan
kemampuan berbicara anak yang rincian 25% (3 anak) dengan
ditentukan dengan menggunakan kategori sedang, 25% (3 anak)
pedoman konversi Penilain Acuan dengan kategori rendah, serta 6
Patokan (PAP) skala lima. Kriteria anak (50%) yang memperoleh nilai
keberhasilan dalam penelitian ini dengan kategori sangat
adalah jika ada peningkatan dalam rendah.Pada siklus I peningkatan
kemampuan motorik halus anak ketuntasan menjadi 41,67% dengan
Kelompok Bermain PAUD Tegaljaya. rincian 3 anak (33,33%) yang
Penelitian ini dinyatakan berhasil jika memperoleh nilai motorik halus rata-
terjadi peningkatan yang signifikan rata dengan kategori sangat rendah,
pada skor rata-rata dari siklus I ke sedangkan anak dengan kategori
siklus berikutnya. Indikator rendah ada 4 anak (25,00%), 1 anak
keberhasilan dalam penelitian ini (8,33%) dengan kategori sedang, 2

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 23


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

anak (16,67%) dengan kategori berakhir, kesulitan yang dialami


tinggi dan 2 anak (16,67%) yang anak-anak dalam kemampuan
memperoleh nilai dengan kategori motorik halusnya mulai berkurang
sangat tinggi.Anak yang berada dan terlihat terjadi peningkatan
pada kategori sangat rendah dan dalam penguasaan kemampuan
rendah yaitu 7 orang anak, masuk motorik halus anak.
kedalam kriteria belum tuntas, Temuan empiris pada siklus II
sedangkan sisanya 5 anak yang untuk kemampuan motorik halus
memperoleh kategori sedang, tinggi anak menunjukkan peningkatan
dan sangat tinggi masuk ke dalam yaitu rata-rata ketuntasan telah
kriteria tuntas.Pada pengamatan tercapai 83,33% anak pada kategori
observasi awal dalam beberapa keberhasilan yaitu sedang, tinggi
kegiatan yang melibatkan dan sangat tinggi. Setiap aspek
kemampuan motorik halus anak dalam perkembangan kemampuan
masih terlihat beberapa kesulitan motorik halus pada siklus II juga
yang dialami anak yaitu dalam mengalami peningkatan
melakukan gerakan tangan dibandingkan dengan siklus I.
memegang benda dan melakukan Apabila dirinci terdapat 4 anak
gerakan meremas.Gerakan tangan (33,33%) yang memperoleh nilai
memegang benda yang dimaksud motorik halus rata-rata dengan
adalah gerakan memegang alat tulis kategori sangat tinggi, sedangkan
dan alat makan, sementara gerakan anak dengan kategori tinggi ada 1
meremas yang telah dilakukan anak (8,33%), anak dengan kategori
adalah gerakan meremas kertas dan sedang ada 5 anak (41,67%), anak
kain. Kesulitan yang dialami oleh dengan kategori rendah ada 1 anak
anak-anak dalam mengendalikan (8,33%) dan anak dengan kategori
motorik halusnya diduga karena sangat rendah ada 1 anak (8,33%).
kurangnya stimulasi terhadap otot- Pernyataan ini didukung oleh
otot kecil anak. Namun seiring gambar grafik perbandingan
dengan pemberian tindakan berupa persentase ketuntasan kemampuan
pembelajaran dengan kegiatan motorik halus anak dari observasi
bermain playdough pada siklus I awal hingga siklus II yang terlihat

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 24


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

dalam grafik berikut ini.

Secara keseluruhan anak kondisi fisik anak yang mengalami


mengalami peningkatan sejak gangguan saat melakukan kegiatan
observasi awal, siklus I hingga siklus kemampuan motorik halus pada
II. Namun tidak demikian dengan siklus II. Anak sedang dalam kondisi
anak dengan kode L. Anak dengan kurang sehat sehingga dalam
kode L mengalami penurunan dalam mengikuti kegiatan pengembangan
kemampuan motorik halus pada motorik halus terjadi penurunan.
siklus II. Beberapa hal menjadi Perbandingan tiap kategori
alasan terjadinya penurunan penguasaan kemampuan motorik
kemampuan motorik halus anak halus beserta ketuntasannya dapat
dengan kode L pada siklus II yaitu diamati pada grafik berikut ini.

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 25


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

Berdasarkan grafik diatas maka bahwa penelitian ini telah melampaui


dapat dibandingkan peningkatan indikator keberhasilan 80% dari
penguasaan kemampuan motorik jumlah anakdidik (Sudjana dalam
halus beserta ketuntasannya antara Dimyati, 2013).
siklus I dan II. Anak yang Menurut Montessori (dalam
memperoleh kategori sangat rendah Sujiono, 2013), masa usia dini
pada siklus I sebesar 33,33% dan merupakan periode sensitif dimana
menurun pada siklus II menjadi anak secara khusus mudah
8,33%. Sementara itu anak yang menerima stimulus-stimulus dari
memperoleh kategori rendah pada lingkungannya. Anak mengalami
siklus I sebesar 25% dan pada siklus masa peka dimana mereka telah
II mengalami penurunan menjadi siap untuk menerima berbagai
8,33%. Penurunan yang cukup stimulasi dan berbagai upaya
banyak terjadi pada anak yang pendidikan dari lingkungan baik
memperoleh kategori sedang, dari disengaja maupun tidak disengaja.
41,67% di siklus I menjadi 8,33% di Pada masa peka inilah terjadi
siklus II. Dan anak yang pematangan fungsi-fungsi baik fisik
memperoleh kategori tinggi pada maupun psikis sehingga anak siap
siklus I sebesar 16.67% dan merespon dan mewujudkan semua
mengalami penurunan menjadi tugas-tugas perkembangan yang
8,33%. Sementara itu terjadi diharapkan muncul pada pola
peningkatan pada anak dengan perilakunya sehari-hari.
kategori sangat tinggi. Maka dari itu anak perlu diberikan
Pada siklus I anak yang pendidikan yang sesuai dengan
memperoleh kategori sangat tinggi perkembangannya dengan cara
mencapai persentase sebesar memperkaya lingkungan bermainnya
16,67% dan kemudian mengalami agar anak berpeluang untuk dapat
peningkatan pada siklus II menjadi menyatakan diri, berekspresi,
33,33%. Maka dapat terlihat pada berkreasi dan menggali sumber-
akhir siklus I ketuntasan hanya sumber yang ada pada diri mereka.
mencapai 41,67% dan meningkat Dengan memberikan kegiatan
pada akhir siklus II menjadi 83,33%. bermain playdoughyang sesuai
Dengan demikian dapat disimpulkan dengan kebutuhan anak, maka anak
JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 26
Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

mandapatkan stimulasi yang cukup bermain dengan playdough yang


untuk mengembangkan kemampuan diberikan oleh guru. 2)Sifat natural
motorik halusnya. anak usia dini yaitu menyenangi
Hurlock dalam Sujiono dan kegiatan bermain dan bermain.
Sujiono (2004) menyatakan bahwa Kegiatan yang diberikan dengan
perkembangan motorik adalah metode bermain membantu anak
perkembangan pengendalian gerak dalam melakukan kegiatan
jasmaniah melalui kegiatan pusat pembelajaran. Anak tidak akan
saraf, urat saraf dan otot yang menyadari jika mereka sedang
terkoordinasi yang erat kaitannya melakukan suatu kegiatan
dengan perkembangan pusat pembelajaran dikarenakan suasana
motorik di otak. Keterampilan bermain yang menyenangkan yang
motorik berkembang sejalan dengan dibentuk oleh guru sehingga dapat
kematangan saraf dan otot. Oleh membantu anak untuk
sebab itu, setiap gerakan yang mengembangkan imajinasi dan
dilakukan anak sesederhana mencoba suatu hal yang baru yang
apapun, sebenarnya merupakan belum pernah mereka coba
hasil pola interaksi yang kompleks sebelumnya seperti kegiatan
dari berbagai bagian dan sistem mengaduk adonan tepung menjadi
dalam tubuh yang dikontrol otak. playdough.
Berdasarkan penelitian yang Namun selain itu terdapat pula
telah dilakukan selama proses faktor penghambat sebagai berikut
pembelajaran pada anak Kelompok 1) Beberapa anak masih kurang
Bermain PAUD Tegaljaya terdapat antusias untuk ikut mengaduk dan
beberapa faktor pendukung seperti memegang adonan karena adonan
berikut ini 1) Kematangan usia anak yang lengket dan basah. Sehingga
akan menentukan kesiapan dan mereka enggan menggunakan
kesanggupan anak dalam mengikuti kedua tangan mereka untuk
pembelajaran, pemahaman materi melakukan gerakan meremas dan
yang diberikan, mengikuti instruksi memilin adonan. 2) Beberapa anak
dari guru dan dapat yang lain terlihat hanya mengamati
mengembangkan ide-idenya dan teman-temannya namun pasif dalam
menuangkannya dalam kegiatan melakukan kegiatan. Mereka
JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 27
Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

mengamati dan memberikan kreasi dengan playdough.


komentar pada teman-temannya Berdasarkan latar belakang
tanpa turut serta dalam kegiatan permasalahan yang diuraikan
bermain dengan playdough. Namun sebelumnya serta data yang
dengan adanya dukungan serta diperoleh setelah penerapan
motivasi dari seluruh guru, anak- kegiatan bermain playdough yang
anak tersebut mulai ikut dalam ternyata mampu mengasah dan
kegiatan bermain playdough dan meningkatkan kemampuan motorik
dapat membuat kreasi benda halus anak, maka dari itu dapat
dengan menggunakan playdough diberikan saran sebagai berikut (1)
walau masih sangat sederhana. disarankan kepada Guru dapat
3)Kondisi fisik yang sedang tidak menggunakan kegiatan bermain
sehat menjadi salah satu faktor playdough dalam pembelajaran
penghambat dalam penelitian ini. karena dapat merangsang
Kondisi anak yang sedang tidak kemampuan motorik halus mereka
sehat menyebabkan anak menjadi dengan lebih baik dan anak dapat
tidak semangat dan tidak tertarik secara aktif bermain sehingga
dalam mengikuti kegiatan secara tidak langsung tidak hanya
pengembangan kemampuan motorik kemampuan motorik halus anak saja
halus. yang mendapatkan stimulasi dengan
baik, namun juga kemampuan
PENUTUP berimajinasi dan kreativitas mereka.
Berdasarkan hasil penelitian dan (2) disarankan kepada Orangtua
pembahasan di atas, dapat sebaiknya harus mengenali dan
disimpulkan bahwa dengan kegiatan mendeteksi sejak dini kelebihan dan
bermain playdough telah terjadi kekurangan perkembangan motorik
peningkatan kemampuan motorik halus anak sehingga dapat
halus anak pada Kelompok Bermain dilakukan intervensi dan stimulasi
PAUD Tegaljaya. Kemampuan sejak dini. Dengan memberikan
motorik halus anak yang mengalami dukungan dan fasilitas yang tepat
peningkatan diantaranya bagi anak, seperti menggunakan
kemampuan meremas, memilin, permainan playdough, maka
mencetak, dan membuat bentuk kelebihan kemampuan motorik anak
JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 28
Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

tersebut dapat dioptimalkan. sosial emosial dan juga kemandirian


Sedangkan bila terdapat kekurangan mereka.(3) disarankan kepada
dalam perkembangan motorik Peneliti selanjutnya untuk
halusnya maka sebaiknya diberikan menggunakan metode-metode dan
latihan sejak dini agar keterlambatan kegiatan yang lebih menarik agar
tersebut dapat diminimalkan.Karena dapat meningkatkan kemampuan
kemampuan motorik halus dapat motorik halus anak dan dapat
mendukung perkembangan anak memperbaiki kinerja pembelajaran
yang lain termasuk perkembangan khususnya dalam pendidikan anak
bahasa, kognitif, motorik kasar, usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media
Publishing.
Aisyah, Siti dkk. (2011). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Republik Indonesia


No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
Dimyati, Johni. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Fatmawati, Atih. (2013). Implementasi Playdough Dalam Menstimulasi


Kemampuan Motorik Halus (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A
TK Artha Kencana, Kota Serang-Banten Tahun Ajaran 2012-2013). Skripsi.
Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung.

Jatmika, Yusep Nur. (2012). Ragam Aktivitas Harian Untuk Playgroup. Jakarta:
Diva Press.

Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus


Book Publisher.

Papalia, Diane E dkk. (2010). Human Development (Psikologi Perkembangan).


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rahyubi, Heri. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.


Majalengka: Nusa Media.

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 29


Vol. 1 No. 1, Januari 2016 ISSN 2502-4728

Sudiasih, Ni Wayan Yuni. (2014). Penerapan Metode Pemberian Tugas


Berbantuan Media Playdough untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Anak Kelompok B Semester II di TK Sanggar Bina Kumara II
Selanbawak Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Program
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Ganesha
Singaraja,Bali

Sujiono, Yuliani Nurani. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks.

Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT. Indeks

JEPUN | Jurnal Pendidikan Universitas Dhyana Pura 30

Anda mungkin juga menyukai