Anda di halaman 1dari 7

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 487

Proceedings of the 2nd Early Childhood and Primary Childhood Education (ECPE 2020)

Pengembangan Media Pembelajaran Pola


Pakaian dalam Belajar Menjahit Sederhana
untuk Perkembangan Motorik Halus Anak Usia
5-6 Tahun
Usep Kustiawan1,*
1
Departemen Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar, Fakultas Pendidikan, Universitas Negeri
Malang
*
Corresponding author. Email: usep.kustiawan.fip@um.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan media pembelajaran yang tepat bagi anak taman kanak-kanak dapat mengembangkan
kemampuan anak dengan baik, namun di lain hal, jika penggunaan media yang kurang menarik, anak-
anak akan cepat bosan dab tidak tertarik lagi terhadap pembelajaran yang disediakan oleh guru. Fakta
yang didapatkan dalam pembelajaran taman kanak-kanak, yaitu (1) media yang digunakan guru masih
kurang bervariasi; (2) metode dan model pembelajaran yang kurang menarik; (3) dan anak-anak di usia
dini lebih memilih media pembelajaran dalam bentuk permainan yang dapat dimainkan langsung, namun
media yang tersedia hanya diperlihatkan saja oleh guru. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan
media pembelajaran dengan pola pakaian yang dapat digunakan untuk menjahit sederhana agar
kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun berkembang.

Kata Kunci: Pola pakaian, Menjahit sederhana, Motorik halus anak usia dini

PENDAHULUAN keterampilan tubuh mereka termasuk gerakan


motorik kasar dan keterampilan motorik halus,
Anak usia dini pada taman kanak-kanak (TK) sebaik dengan kemampuannya dalam menerima
adalah tahap pra-operasional yang membutuhkan stimulus sensoris (Sujiono, 2009). Usia 0-8 tahun
pengalaman langsung. Karena itu, keunikan merupakan usia emas dimana semua aspek
pembelajaran anak usia dini adalah melalui perkembangan dalam proses pematangan, salah
aktivitas langsung atau aktivitas yang berkaitan satunya aspek perkembangan fisik motorik anak.
dengan minat dan keahlian mereka. Dalam kasus Anak usia dini tergolong orang yang mengalami
ini, guru sebagai pendidik dapat memfasilitasi periode penting di masa perkembangannya
melalui kegiatan yang memberikan kesempatan (Kustiawan, 2016).
untuk anak melakukan kegiatan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan mereka. Anak- Perkembangan fisik motorik anak usia dini dini
anak di usia ini ingin tahu, mengenal, meniru, merupakan perkembangan dalam bentuk
bermain objek yang ada di lingkungan sekitar, pematangan dan mengendalikan gerakan tubuh
sehingga pendidik perlu memfasilitasinya dengan anak. Perkembangan fisik motorik anak akan
bermain media yang menarik dan menyenangkan berdampak terhadap hidup mereka baik secara
bagi anak. langsung maupun tidak langsung. Menurut
Handayani (2007 :8.3), perkembangan fisik berupa
Pendidikan anak usia dini di kurikulum 2013 pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada
bertujuan untuk mendorong perkembangan murid tubuh seseorang. Perkembangan fisik manusia
secara optimal melalui pengalaman belajar yang terjadi mengikuti prinsip cefalokaudal, yaitu kepala
santai dan bermakna. Pendidikan anak usia dini dan bagian tubuh atas berkembang terlebih dahulu
memberikan upaya untuk merangsang, jadi bagian atas menjadi lebih besar daripada
membimbing, mengasuh, dan memberikan bagian bawah tubuh. Menurut Hurlock (1998:114),
aktivitas pembelajaran yang akan berdampak pada pertumbuhan dam perkembangan fisik akan
skill dan kemampuan anak. Tujuan pendidikan usia berdampak terhadap tampilan anak itu sendiri dan
dini adalah agar anak-anak mampu mengelola tampilannya dibandingkan yang lain.

Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.


This is an open access article distributed under the CC BY-NC 4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-
nc/4.0/.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 487
Proceedings of the 2nd Early Childhood and Primary Childhood Education (ECPE 2020)

Perkembangan fisik anak juga akan menentukan media yang digunakan oleh guru masih tidak
skill anak dalam berjalan. bervariasi; (2) metode dan model pembelajaran
yang kurang menarik; (3) dan anak usia dini lebih
Perkembangan fisik motorik dibagi menjadi dua,
memilih media pembelajaran dalam bemtuk
yaitu motorik kasar dan motorik halus. Menurut
permainan yang dapat dimainkan langsung oleh
Yasmin & Sanan (2010) kemampuan motorik kasar
anak, namun media yang tersedia hanya
seorang anak akan berkembang sesuai usia anak,
diperlihatkan oleh guru. Alternatif untuk mengatasi
jadi orang dewasa tidak perlu memaksa
masalah tersebut, media pembelajaran dibutuhkan
pertumbuhan motorik anak, seperti anak usia 6
agar anak tertsrik dalam memegang dan
bulan tidak bisa duduk sendiri jadi anak tersebut
memainkannya dan dapat mengembangkan
tidak perlu dipaksa duduk di kursi. Selain itu,
imajinasi dan kebebasan berpikir anak. Dalam
menurut Yamin & Sanan, ada beberapa aktivitas
aktivitas mereka, anak-anak menikmati aktivitas
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
yang berulang (Kustiawan, 2013).
kemampuan motorik kasar anak, seperti mencari
tanda, berjalan-jalan dan menurun tangga, bermain Media pembelajaran adalah apapun yang
terowongan dan lain-lain. Menjahit adalah keahlian digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi
tangan yang memerlukan koordinasi antara mata pembelajaran kepada siswa sehingga mereka
dan tangan (Sudono, 1995). Sementara itu, tertarik dengan minat dan perhatiannya, dirangsang
kemampuan motorik halus adalah kemampuan oleh pikiran dan perasaannya, untuk mencapai
untuk mengembangkan gerakan jari, terutama jari tujuan pembelajaran (Kustiawan, 2017). Media
telunjuk dan jempol, contohnya: memegang, memiliki kegunaan untuk mengatasi keragaman
menggenggam, merobek, dan memotong. latar belakang siswa sehingga media dapat
menyediakan rangsangan, pengalaman, dan
Fisik motorik berkaitan erat dengan tingkat
memberikan persepsi yang sama (Sadiman et al,
intelegensia pada anak. Penggunaan media
1986). Berdasarkan hasil wawancara dengan
pembelajaran yang sesuai pada anak dapat
beberapa guru TK PKK Bandulan di Kecamatan
mengembangkan kemampuan anak dengan baik.
Sukun, kota Malang, mereka menyatakan bahwa:
Guru harus bisa memfasilitasi murid melalui
(1) aktivitas pembelajaran dapat untuk
aktivitas langsung (Asmawati, 2008). Dan
mengembangkan kemampuan motorik halus anak
sebaliknya jika menggunakan media yang kurang
usia dini dapat dilakukan dengan menggunakan
menarik bagi anak, anak akan gampang bosan dan
beragam pola pakaian sebagai alat bermain yang
tidak lagi tertarik untuk mempelajari yang diberikan
belum pernah dilakukan di TK tempat mereka
oleh guru. Munculnya rasa bosan pada anak
mengajar, (2) para guru setuju bahwa media
dikarenakan beberapa faktor yang selanjutnya
pembelajaran yang dilakukan dalam materi belajar
menyebabkan masalah, yaitu (1) media yang
menjahit sederhana menggunakan pola pakaian
digunakan oleh guru masih tidak bervariasi; (2)
yang beragam dapat mengembangkan kemampuan
metode dan model pembelajaran yang kurang
motorik halus anak di tempat mereka mengajar.
menarik; (3) dan anak usia dini lebih memilih media
pembelajaran dalam bentuk permainan yang dapat
dimainkan langsung oleh anak, namun media yang METODE
tersedia hanya diperlihatkan oleh guru. Alternatif Metode penelitian yang dilakukan di taman
untuk mengatasi masalah tersebut, media kanak-kanak PKK, kampung Bandulan, kecamatan
pembelajaran dibutuhkan agar anak tertarik dalam Sukun, kota Malang menggunakan Research and
memegang dan memainkannya dan dapat Development (R&D). R&D salah satu metode yang
mengembangkan imajinasi dan kebebasan berpikir dikenal untuk menilai tingkat efektivitas produk
anak. (Sugiyono, 2011). Penelitian dan pengembangan
Fisik motorik berkaitan erat dengan tingkat desain pola baju menggunakan pengembangan
intelegensia pada anak. Penggunaan media prosedur berdasarkan Borg dan Gall yang terdiri
pembelajaran yang sesuai pada anak dapat dari 10 langkah (Boedjiono, 2013). Namun, 10
mengembangkan kemampuan anak dengan baik. langkah yang digagas oleh Borg dan Gall bukanlah
Guru harus bisa memfasilitasi murid melalui langkah standar yang harus diikuti sepenuhnya
aktivitas langsung (Asmawati, 2008). Dan (Akbar, 2013). Setiap peneliti dapat memilih dan
sebaliknya jika menggunakan media yang kurang menentukan langkah yang menurutnya sesuai
menarik bagi anak, anak akam gampang bosan berdasarkan kondisi tertentu yang dia hadapi pada
dan tidak lagi tertarik untuk mempelajari yang tahap pengembangan (Ardhana, 2002:9).
diberikan oleh guru. Munculnya rasa bosan pada Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan
anak dikarenakan beberapa faktor yang di situasi dan kondisi pandemi COVID-19 dilakukan
selanjutnya menyebabkan masalah, yaitu (1) di kelas B, TK PKK, Bandulan, Sukun, kota Malang,

Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.


This is an open access article distributed under the CC BY-NC 4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-
nc/4.0/.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 487
Proceedings of the 2nd Early Childhood and Primary Childhood Education (ECPE 2020)

peneliti membuat modifikasi menjadi 7 langkah, Umumnya, evaluasi data berdasarkan ahli
dimana langkah delapan, sembilan, dan sepuluh diperoleh datanya sebagai berikut (Tabel 1).
tidak dilaksanakan. Tujuh langkah tersebut meliputi
Tabel 1. Keseluruhan evaluasi hasil data dari para ahli.
: (1) melaksanakan penelitian dan mengumpulkan
informasi (review literatur, observasi kelas, No Evaluasi Ahli Persentas
e
persiapan laporan subjek), (2) perencanaan 1 Ahli Pendidikan Anak Usia Dini 89,58%
(menentukan keterampilan, merumuskan tujuan, 2 Ahli Media Pembelajaran Anak 87,5%
menentukan urutan pengajaran), (3) Usia Dini
3 Ahli Fisik Motorik Anak Usia Dini 83,33%
mengembangkan bentuk produk. Pola awal
pakaian dilanjutkan dengan evaluasi dari pakar, (4) Rata-Rata 86,80%
melaksanakan uji coba dalam grup kecil yang
Dari keseluruhan data yang berasal dari evaluasi
dimulai pertama kali pada kelas B (B2), yang
para ahli, persentase rata-rata yang diperoleh
awalnya menggunakan 6-8 subjek, karena
sebesar 86,80%. Berdasarkan kriteria kelayakan,
pandemi COVID-19 disederhanakan menjadi 3-4
media pembelajaran pola pakaian untuk belajar
subjek, (5) memperbaiki produk awal (berdasarkan
menjahit sederhana dapat dikatakan sangat valid
saran dari hasil uji coba awal pada kelompok kecil),
atau cocok untuk digunakan.
(6) melaksanakan uji pada kelompok besar yang
sebenarnya menggunakan 10-12 subjek Hasil uji coba grup kecil pada penggunaan awal
disesuaikan karena kondisi saat ini menggunakan produk media pembelajaran pola pakaian untuk
6-10 subjek di kelas B taman kanak-kanak, (7) belajar menjahit sederhana diperoleh dari observasi
memperbaiki operasional produk (revisi produk mengenai tentang aspek kemudahan, daya tarik,
berdasarkan saran dari hasil uji lapangan utama). dan keamanan anak dalam beraktifitas
menggunakan media pembelajaran pola pakaian
Teknik analisis data adalah teknik analisis
teraspet untuk belajar menjahit sederhana yang
kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk persentase.
dilajukan oleh guru dengan subjek 3 anak di grup B
Analisis kualitatif dilakukan dengan cara
TK PKK, desa Bandulan, kecamatan Sukun, kota
menganalisis kumpulan data dari pakar
Malang. Analisis hasil uji coba tersebut dalam
menggunakan data kualitatif. Analisis kuantatif
pengembangan media instruksi pola pakaian untuk
dalam bentuk persentase berasal dari hasil
belajar menjahit sederhana yang dilakukan oleh
kumpulan data pada penelitian awal (analisis
guru dengan subjek sebanyak 6 anak di grup B
kebutuhan dari pakar), hasil uji coba grup kecil,
berkaitan dengan kenyamanan, yang diperoleh
dan hasil uji lapangan (kelompok besar).
persentase sebesar 80% anak menggunakan
media pembelajaran pola pakaian dengan mudah
HASIL untuk belajar menjahit sederhana, sebesar 80%
anak tertarik menggunakan media pembelajaran,
Produk yang didapatkan dalam research and dan terkait keamanan diperoleh sebanyak 100%
development adalah media pembelajaran untuk aman saat anak menggunakan media pembelajaran
pola pakaian pada materi menjahit sederhana tersebut. Berdasarkan keseluruhan hasil data dari
untuk mengembangkan kemampuan motorik halus uji coba grup kecil, diperoleh rata-rata sebesar
bagi anak usia 5-6 tahun, berikut adalah evaluasi 86,66%. Dari kriteria yang digunakan, dapat
data dari ahli, hasil uji coba grup kecil, dan hasil uji disimpulkan bahwa media pembelajaran pola
lapangan (grup besar). pakaian untuk belajar menjahit sederhana sesuai
Hasil review dari ahli digunakan sebagai dasar untuk digunakan bagi anak.
untuk membuat perbaikan awal dari desain produk
media pembelajaran untuk pola pakaian yang
dikembangkan. Review diambil dari 3 ahli, yaitu
dari seorang ahli dalam pendidikan anak usia dini,
seorang ahli media pembelajaran anak, dan
seorang ahli fisik motorik anak. Review para ahli
tersebut bertujuan untuk menentukan tingkat
kecocokan produk terhadap kebutuhan yang
diperlukan di lapangan. Hasil penelitian
pengembangan berdasarkan analisis data
kuantitatif tersebut diperoleh persentase sebesar
89,58% dari ahli pendidikan anak usia dini, dan
Gambar 1 Kegiatan Uji Coba Grup Kecil di Kelas B
87,5% dari pakar media pembelajaran anak, dan TK PKK, Desa Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota
83,33% dari ahli fisik motorik anak usia dini. Malang.

Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.


This is an open access article distributed under the CC BY-NC 4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-
nc/4.0/.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 487
Proceedings of the 2nd Early Childhood and Primary Childhood Education (ECPE 2020)

Berdasarkan keseluruhan hasil data uji coba cocok digunakan. Secara umum, data uji lapangan
grup kecil di TK PKK, diperoleh persentase rata- (kelompok besar) pada TK PKK diperoleh datanya
rata sebesar 88,66%. Dari kriteria yang digunakan, sebagai berikut (Tabel 2).
dapat dikatakan bahwa pola pakaian dalam
pembelajaran menjahit sederhana sangat cocok Tabel 2. Keseluruhan data hasil uji lapangan (kelompok besar) di
untuk digunakan bagi anak-anak. Dengan TK PKK.
demikian, dapat dikatakan bahwa pola
No Evaluasi Guru Persentas
pembelajaran menjahit sederhana sangat layak e
untuk digunakan untuk mengembangkan 1 Aspek Kenyamanan 80%
2 Aspek Daya Tarik 100%
kemampuan motorik halus anak usia dini dan 3 Aspek Keamanan 100%
peneliti dapat melanjutkan ke tahap uji lapangan Jumlah 280
(kelompok besar). Rata-rata 93,33%

Selanjutnya, hasil tahap uji lapangan (kelompok Berdasarkan keseluruhan data uji lapangan
besar) yang dilakukan pada subjek penelitian (kelompok besar) diperoleh persentase rata-rata
sebanyak 10 anak dari grup B TK PKK, desa sebesar 93,33%, dari kriteria yang digunakan dapat
Bandulan, kecamatan Sukun, kota Malang. Hasil dikatakan bahwa pola pakaian untuk belajar
uji lapangan (kelompok besar) diperoleh dari rata- menjahit sederhana sangat cocok bagi anak.
rata observasi yang berkaitan dengan aspek Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa pola
kemudahan, daya tarik, dan keamanan bagi anak pakaian untuk belajar menjahit sederhana sangat
dalam menggunakan media instruksi pola pakaian cocok untuk digunakan dalam mengembangkan
untuk belajar menjahit sederhana yang dilakukan kemampuan motorik halus pada anak usia dini.
oleh guru kelas B.
DISKUSI
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan
produk media pembelajaran pola pakaian untuk
belajar menjahit sederhana dalam mengembangkan
kemampuan motorik halus anak di kelas B TK PKK,
Desa Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Media instruksi desain pola pakaian merupakan
sebuah pengembangan pola pakaian yang
biasanya terbuat dari kertas karton kuning tebal
(deluang), yang ukurannya seukuran baju manusia
yang dimodifikasi dan dikecilkan ukurannya sesuai
Gambae 2 Aktivitas Uji Lapangan di Kelas B TK kebutuhan sebagai alat bermain anak.
PKK, Desa Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota
Malang. Pengembangan produk yang berupa pola baju
anak, baju dewasa dalam bentuk dress atau
pakaian batik yang terbuat dari kertas timbal balik
Analisis hasil uji lapangan (kelompok besar) tebal yang dilapisi dengan kertas kado hias yang
dalam pengembangan media pembelajaran pola disesuaikan dengan bentuk pakaian, alat untuk
pakaian untuk belajar menjahit sederhana di kelas menjahit adalah kancing baju dengan warna yang
B TK PKK, Desa Bandulan, Kecamatan Sukun, beragam, dengan ukuran yang disesuaikan pada
Kota Malang berkaitan dengan aspek tipe pola pakaian. Pola pakaian ini dalam bentuk
kenyamanan, yang diperoleh sebanyak 80% anak dua dimensi yang berukuran sedang dalam bermain
dapat menggunakan media pembelajaran pola dan belajar menjahit sederhana berdasarkan tipe
pakaian dengan mudah untuk belajar menjahit tema aktivitas di TK PKK Bandulan. Teknik menjahit
sederhana, untuk aspek daya tarik, 100% anak yang diperlukan disesuaikan dengan beberapa
tertarik dengan media pembelajaran yang aspek yang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil
digunakan, dan terkait keamanan, diperoleh 100% yang sesuai (Ernawati, 2008). Dalam aktivitas ini,
aman bagi anak saat menggunakan media teknik menjahit sederhana yang dipilih untuk
pembelajaran untuk menjahit sederhana. dipraktekkan oleh siswa. Bermain adalah ekspresi
Berdasarkan keseluruhan data dari uji lapangan alami dari perasaan anak-anak, sekaligus usaha
(kelompok besar) diperoleh persentase rata-rata untuk mengekpresikan keinginan dan fantasi
sebesar 93,33%, dari kriteria yang digunakan mereka (Musfiroh, 2008). Pendapat yang dikatakan
dapat dikatakan bahwa media pembelajaran pola oleh Sudjana (2010) yang mengatakan bahwa
pakaian untuk belajar menjahit sederhana sangat media pembelajaran bukanlah fungsi tambahan,

Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.


This is an open access article distributed under the CC BY-NC 4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-
nc/4.0/.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 487
Proceedings of the 2nd Early Childhood and Primary Childhood Education (ECPE 2020)

namun memiliki peran tersendiri sebagai alat untuk Dari ahli pendidikan anak usia dini; (1)
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif. rancangan ukuran pola pakaian sebaiknya dikurangi
Hal ini berarti media pembelajaran adalah salah dikarenakan terbatasnya waktu untuk
satu elemen yang harus dikembangkan oleh guru. menyelesaikan jahitan sederhana tersebut; (2) jarak
Media pembelajaran menjahit dikelompokkan antara satu lubang dengan lubang yang lainnya
dalam media pembelajaran sederhana (Kustiawan, diberikan tidak berdekatan agar anak mudah
2016). Guru diharapkan dapat mengambil memasukkan lakban ke dalam lubang di tepi pola
keuntungan media pembelajaran, terutama pada baju sebagai pengganti jarum dan benang dalam
materi tematik dan materi lainnya (Ramadani & menjahit sederhana.
Kustiawan, 2017).
Media pembelajaran mendesain pola pakaian Dari ahli bidang media pembelajaran anak
dirancang dan dibuat untuk digunakan sebagai alat usia dini
bermain anak usia dini yang menarik dan interaktif Dari ahli di bidang media pembelajaran anak
untuk belajar menjahit sederhana dalam usia dini; (1) ukuran pola dapat dikurangi, sama
mengembangkan kemampuan motorik halus anak. dengan saran yang diberikan oleh ahli pendidikan
Hal ini sesuai dengan pendapat Mayke (1995) anak usia dini mengingat waktu penyelesaian yang
yang menyatakan bahwa media permainan diberikan untuk belajar menjahit sederhana; (2) tipe
edukatif merupakan permainan yang sengaja motif kertas kado yang membungkus pola pakaian
dirancang secara khusus untuk tujuan edukasi. disesuaikan dengan tipe pakaian, maksudnya motif
Sementara itu, permainan edukatif untuk anak usia pada kertas kado yang melapisi pola pakaian anak
taman kanak-kanak adalah permainan yang dibedakan menurut motifnya. Kertas pembungkus
dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan untuk menutupi pola pakaian dewasa berupa baju
pengembangan aspek pada anak TK. Dan juga atau baju batik.
menurut Hutauruk (2008), menjahit adalah salah
satu aktivitas yang dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus pada anak usia dini. Dari pakar di bidang fisik motorik
Salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan Dari pakar di bidang fisik motorik anak usia dini
latihan menjahit adalah dukungan dari berbagai diperoleh saran dan masukan yaitu; untuk
pihak yang terlibat. Dalam hal ini, sekolah dan guru memudahkan pergerakan anak, ujung lakban
memiliki peran yang penting (Sukmawati, 2018). dibungkus dengan sekat pada saat memasukkan
lakban ke dalam lubang, hal ini berkaitan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN sifat lakban yang lemas dan mudah terlipat,
menyebabkan anak akan kesulitan dalam
Kesimpulan memasukkannya ke dalam pola pakaian, tapi bila
ujung lakban dibungkus dengan sekat, ujung lakban
Pengembangan produk dalam bentuk media dapat lurus dan keras sehingga mudah bagi anak
instruksi untuk desain pola pakaian ini dilakukan untuk memasukkannya ke dalam lubang saat
melalui proses yang cukup panjang. Proses dimulai latihan menjahit sederhana.
dari tahap penelitian awal, membuat rancangan
produk hingga produk akhir jadi yang Setelah dilakukan perbaikan pada desain
membutuhkan beberapa perbaikan dari para ahli produk, produk awal kemudian diuji. Pada uji coba
(satu orang ahli bidang pendidikan anak usia dini, kelompok kecil, sebanyak 80% anak menggunakan
seorang pakar media pembelajaran, dan seorang media pembelajaran desain pola pakaian dengan
ahli bidang fisik motorik anak usia dini) untuk mudah, untuk aspek daya tarik, 80% anak tertarik
mendapatkan produk yang maksimal, uji coba menggunakan media pembelajaran, dan dalam
pada kelompok kecil, dan uji lapangan pada aspek keamanan, 100% aman bagi anak-anak saat
kelompok besar. menggunakan media pembelajaran tersebut. Dari
hasil uji coba kelompok kecil yang telah dilakukan,
Dasar dari hasil penelitian awal, sebuah terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu:
rancangan produk untuk mengembangkan
kemampuan motorik halus anak dalam 1. Pola yang diharapkan tidak terlalu besar
pembelajaran menjahit sederhana dibuat dalam dan sulit.
bentuk media pembelajaran desain pola pakaian. 2. Lubang yang tidak terlalu banyak dan
Setelah rancangan dievaluasi oleh ahli, didapatkan tidak berdekatan.
saran dan input sebagai berikut:
Pada uji lapangan (kelompok besar) sebanyak
80% anak menggunakan desain media
Dari ahli bidang pendidikan anak usia dini
pembelajaran pola pakaian dengan mudah, terkait

Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.


This is an open access article distributed under the CC BY-NC 4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-
nc/4.0/.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 487
Proceedings of the 2nd Early Childhood and Primary Childhood Education (ECPE 2020)

aspek daya tarik, sebanyak 100% anak senang pembelajaran merancang pola busana.
dengan media pembelajaran yang mereka
gunakan, dalam hal keamanan diperoleh sebanyak
100% aman saat anak-anak menggunakan media DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran pola pakaian.
[1] Y. N. Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan
Setelah melalui berbagai tahapan tersebut, Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2009.
maka rancangan media pembelajaran pola pakaian
[2] U. Kustiawan, Pengembangan Media
sudah sesuai dengan pola pengembangan
Pembelajaran Anak Usia Dini. Malang:
kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun.
Gunung Samudra, 2016.
Saran
[3] R. Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak.
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
saran yang peneliti kemukakan terkait produk [4] E. Hurlock, Perkembangan Anak Usia Dini.
media pembelajaran pola pakaian untuk kegiatan Jakarta: Erlangga, 1998.
yang sedang dikembangkan. Saran tersebut [5] H. Yamin & S. J. Sanan, Panduan
sebagai berikut: (1) Saran Pemanfaatan; Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: GP
penggunaan produk ini dalam pengembangan
Press, 2010.
rancangan media pembelajaran pola pakaian perlu
[6] A. Sudono, Alat Permainan dan sumber Belajar
memperhatikan situasi, usia, dan tingkat
perkembangan anak; produk ini ditujukan untuk TK. Jakarta: PPTA Dirjen Dikti, 1995.
anak kelas B di TK PKK Desa Bandulan, [7] L. Asmawati, Pengelolaan Kegiatan
Kecamatan Sukun, Kota Malang, namun media ini Pengembangan AUD. Jakarta : Universitas
dapat digunakan di sekolah lain sesuai dengan Terbuka, 2008.
tema materi yang disajikan, dan dapat
diaplikasikan di kelas di bawahnya dengan tingkat [8] U. Kustiawan, “The Development of Diorama
kesulitan yang disesuaikan dengan pola Learning Media Transportation Themes to
perkembangan anak; (2) Saran Diseminasi; Develop Language Skill Children’s Group B,”
Sebelum disebarluaskan, produk ini harus Sciendo, vol. 10, no. 2, 2017.
dievaluasi kembali dan diuji keefektifannya, serta
[9] A. S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian,
disebarluaskan kepada pihak terkait seperti Dinas
Pendidikan, GOP TKI, IGTKI, HIMPAUDI, IGRA, Pengembangan, Dan Pemanfaatannya,
dan ke sekolah lain di sekitar untuk mendapatkan Jakarta: CV Rajawali, 1986.
pengakuan dan izin penggunaan media [10] U. Kustiawan, “Manfaat Bermain Origami Untuk
pembelajaran tersebut; (3) Saran untuk Mengembangkan Motoric Halus Anak
Pengembangan Lebih Lanjut; Untuk lembaga Berkebutuhan Khusus,” Jurnal PAUD, vol. 1,
pendidikan anak usia dini, bentuk media no. 1, 2013.
pembelajaran dalam merancang pola pakaian http://digilib.um.ac.id/index.php/Rubrik/manfaat-
dapat dikembangkan lebih lanjut tergantung
bermain-origami-untuk-mengembangkan-
dengan karakter dan level perkembangan anak;
motorik- halus-anak-berkebutuhan-khusus.html
untuk guru atau pendidik, sebaiknya
accesed on 23 November 2019
menggunakannya sebagai kegiatan bermain dalam
proses belajar mengajar berupa permainan yang [11] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
mudah, menyenangkan dan aman bagi anak, serta Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta, 2011.
sesuai dengan karakteristik anak usia 5-6 tahun;
setelah pandemi COVID-19 berakhir, dapat [12] Y. Boedijono, Panduan Lengkap Menjahit.
dilakukan lebih luas pada anak-anak dengan Jakarta: Kawan Pustaka, 2013.
memperhatikan usia anak; Bagi peneliti selanjutnya [13] S. Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran.
yang ingin memperdalam pengembangan media
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
pembelajaran desain pola pakaian disarankan
Offset.2013.
untuk mengembangkannya lebih luaa, karena hasil
pengembangan ini hanya terbatas pada tema dan [14] W. Ardhana, “Konsep Penelitian
bidang perkembangan motorik halus saja dengan Pengembangan Dalam Bidang Pendidikan dan
memperhatikan aspek kenyamanan, daya tarik dan Pembelajaran,” Papers are presented in
keamanan bagi anak-anak, bukan untuk Lokakarya Nasional Angkatan II Metodologi
mempelajari keefektifannya, sehingga dapat Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan
dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan dan Pembelajaran, Jurusan FIK UM, Malang,
untuk menguji keefektifan penggunaan media 22-24 Maret. 2002.

Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.


This is an open access article distributed under the CC BY-NC 4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-
nc/4.0/.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 487
Proceedings of the 2nd Early Childhood and Primary Childhood Education (ECPE 2020)

[15] Ernawati, Tata Busana untuk SMK Jilid 1.


Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2008.
[16] T. Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain.
Jakarta: Grasindo, 2005.
[17] U. Kustiawan, “Mading Show for Early Age
Child”, 2016.
http://library.um.ac.id/index.php/Rubrik/mad
ing- show-for-early-age-child.html
[18] P. K. Ramadani & U. Kustiawan, “The
Effect of The Big Book Media Usage to
Simple Sentences Reading Ability For
Third Grader with Intellectual Disability
on Elementary School For Special Needs”,
Journal of ICSAR, vol 1, no.1, 2017.
http://journal2.um.ac.id/index.php/icsar/artic
le/vie w/381
[19] S. Mayke, Bermain, Main dan Permainan.
Jakarta: Dirjen PPTA Depdikbud, 1995.
[20] E. Y. Hutauruk, Keterampilan Umum
Menjahit. Bogor: Indo Book Citra Media,
2008.
[21] N. Sudjana, & A. Rivai, Media Pembelajaran.
Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010.
[22] T. Sukmawati, “Upaya LKP Lucky
dalam Meningkatkan Keterampilan
Melalui Program Kursus Menjahit,” Jurnal
Comm-Edu, vol. 1, no. 2, 2018.
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/com
m- edu/article/download/696/104. Accesed
on11 November 2019.

Copyright © 2020 The Authors. Published by Atlantis Press SARL.


This is an open access article distributed under the CC BY-NC 4.0 license -http://creativecommons.org/licenses/by-
nc/4.0/.

Anda mungkin juga menyukai