Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANAK

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN CERGAM

(CERITA BERGAMBAR) KELOMPOK B TK RAHAYU JOMBANG

TAHUN AJARAN 2019/2020

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DOSEN PENGAMPU : ANGGA FITRIYONO., M.Pd

OLEH :

ENI TRI WAHYUNI

170651100022

PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh bangsa dari suatu negara

merupakan salah satu faktor yang menentukan perkembangan dan kemajuan dari

suatu negara. Namun, untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas

yang ditujukan dalam menentukan perkembangan dan kemajuan dari suatu

negara, diperlukan suatu sistem yang berkualitas pula. Sistem yang berkualitas

dapat diperoleh apabila ada pengembangan dan peningkatan mutu di bidang

pendidikan, tidak hanya dijadikan sebagai penunjang perkembangan bangsa

namun juga dijadikan sebagai sarana bagi perkembangan manusia khususnya

kaum generasi muda (generasi milenial) sebagai penerus bangsa kelak. Salah satu

cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas dari generasi muda yaitu

dengan adanya pendidikan di sekolah. Salah satunya yaitu melalui pendidikan

anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini (early childhood education) atau yang lebih

sering dikenal dengan PAUD menurut Mansur merupakan jenjang pendidikan

sebelum ke jenjang pendidikan dasar yang merupakan sebuah upaya dalam

memberikan binaan kepada anak usia dini sejak dilahirkan ke dunia dalam

keadaan suci dan bersih yang belum mengerti dan belum bisa apapun hingga anak

berusia enam tahun yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal, nonformal,

dan informal.1 Proses pembinaan dilakukan dengan memberikan rangsangan-

1
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. h. 87
rangsangan dan stimulasi pendidikan kepada anak dengan tujuan untuk

mengoptimalkan, meningkatkan, dan mengembangkan pertumbuhan dan

perkembangan jasmani (berkaitan dengan fisik/tubuh) dan rohani atau ruh

(berkaitan dengan batiniah) agar anak memiliki kesiapan dari segi fisik dan

mental ketika kelak akan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Sedangkan

menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

Pendidikan Nasional) Bab 1 Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak

Usia Dini merupakan upaya dalam melakukan proses binaan kepada anak sejak

anak lahir ke dunia yang tidak bisa dan mengerti apapun hingga anak berusia

enam tahun yang dilakukan dengan cara memberikan rangsangan-rangsangan

pendidikan untuk membantu mengoptimalkan proses pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani (ruh) agar anak memiliki kesiapan dari segi

fisik maupun mental ketika akan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. 2 Namun

apabila tidak ada rangsangan yang diberikan ataupun ada kesalahan dalam

memberikan rangsangan, maka hal tersebut akan berdampak di kehidupan anak

pada masa yang mendatang. Maka dari itu, perlu kehati-hatian dan perhatian yang

cukup ekstra dalam memberikan rangsangan pada anak agar tidak terdapat

kesalahan.

Pendidikan perlu dilakukan sejak anak berada di masa usia dini. Namun

dalam faktanya masih banyak anak usia dini diluar sana yang tidak bisa

memperoleh pendidikan yang layak karena kendala biaya, sehingga banyak kita

jumpai anak usia dini yang bekerja, memulung sampah, dan ada pula yang

mengemis untuk mendapatkan sesuap nasi untuk dimakan. Anak usia dini

2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
h.4
merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang mempunyai

berbagai karakteristik yakni : mempunyai pribadi yang unik, berpikir konkrit,

bersifat egosentris, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dunianya adalah dunia

bermain, senang berfantasi dan berimajinasi, aktif dan energik, berjiwa petualang,

belajar banyak menggunakan tubuh, memiliki daya konsentrasi yang rendah,

merupakan peniru ulung orang dewasa, pribadi yang spontan, memiliki semangat

belajar yang tinggi, bertindak dengan pertimbangan yang singkat (kurang

pertimbangan), merupakan masa belajar yang potensial, mudah merasa frustasi.

Selain itu, anak usia dini merupakan individu yang berada pada masa gemilang

usia atau masa emas (golden age) atau usia emas pada usia awal kehidupan yang

proses perkembangannya berlangsung dengan cepat dan pesat dalam semua

aspek-aspek perkembangan yang mencakup enam aspek perkembangan anak

yaitu: perkembangan agama dan moral, fisik motorik (banyak menggunakan gerak

atau fungsi tubuh/alat indra), kogntif (akal pikiran, kecerdasan, dan pengetahuan),

bahasa, sosial-emosional (berkaitan dengan emosi yang muncul pada situasi yang

dianggap penting dan proses sosial terhadap orang lain), dan seni kreativitas. Hal

tersebut sesuai dengan modul yang diterbitkan oleh Kemdikbud (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan) yang ditulis oleh Supartini dan Wati yang

menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini mengalami

peningkatan yang pesat pada usia dini yakni usia 0-5 tahun yang sering disebut

dengan fase “golden age”.3 Fase “golden age” merupakan masa yang sangat

penting untuk memperhatikan proses tumbuh kembang anak sedini mungkin

sehingga dapat mendeteksi kelainan apabila terjadi kelainan dan

3
Supartini, Elis dan Wati, Dini. 2016. Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-kanak Kelompok
Kompetensi A. Jakarta: Kemdikbud. h.1
mempertimbangkan hal apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir kelainan

dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga apabila terdapat kelainan

yang bersifat permanen dapat dicegah atau setidaknya dapat dihentikan

perkembangan kelainannya.

Salah satu bentuk kreativitas guru dalam kegiatan belajar dan mengajar

(proses pembelajaran) adalah penentuan penggunaan metode dan media

pembelajaran seperti apa yang sesuai untuk digunakan dalam merangsang,

menstimulasi, dan mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak usia

dini dengan cara memberikan stimulasi, motivasi, dan dorongan belajar sehingga

anak akan merasa nyaman dalam kegiatan pembelajaran dan mampu

mengaktualisasikan berbagai potensi dan bakat yang ada pada dirinya untuk

merangsang seluruh aspek-aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usianya.

Media berasal dari kata “medium” yang berarti perantara, yaitu perantara sumber

pesan dengan penerima pesan. Menurut Mais, media pembelajaran adalah media

atau alat yang berfungsi sebagai penyalur pesan antara guru dan peserta didik

(anak) yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung. 4 Penggunaan

media diharapkan dapat merangsang dan membantu proses pengoptimalan dalam

mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak, utamanya dalam kemampuan

berpikir kritis anak. Namun yang seringkali terjadi di lapangan, masih banyak

guru-guru yang belum mampu menerapkan media yang dapat digunakan untuk

merangsang perkembangan anak. Alasan yang biasanya diungkapkan atau

biasanya terjadi adalah karena minimnya pengetahuan tentang berbagai kegunaan

dari media, minimnya biaya untuk pembelian media, malas menerapkan karena

4
Asrorul Mais. 2016. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jember: CV Pustaka
Abadi. h. 9
membutuhkan persiapan yang cukup matang dan lebih lama, dan kurangnya

dukungan dari lembaga, dan lain-lain.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak adalah penggunaan media

cergam atau cerita bergambar. Cergam atau cerita bergambar yang lebih sering

dikenal atau disebut dengan komik merupakan suatu bentuk karya seni yang

menggunakan media kertas berupa gambar-gambar tidak bergerak dan terdapat

teks-teks singkat yang disusun secantik mungkin sehingga dapat membentuk

sebuah cerita yang indah dan menarik perhatian orang lain.

Menurut Handayani cerita bergambar (cergam) merupakan sejenis komik

atau gambar yang diberi teks yang teknik menggambarnya dibuat berdasarkan

cerita, misalnya legenda, cerita rakyat, fabel, dan lain-lain.5 Mitchel berpendapat

bahwa buku cerita bergambar adalah buku cerita bergambar adalah buku yang

didalamnya menceritakan dan menyampaikan cerita bergambar dan teks dan

keduanya saling menjalin.6 Sedangkan menurut Nurgiyantoro, buku cerita

bergambar adalah buku bacaan cerita yang didalamnya menampilkan teks narasi

secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi.7 Cergam termasuk media yang

unik karena menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk karya yang kreatif

yang mampu menarik perhatian orang lain, mulai dari anak kecil hingga orang

dewasa. Proses penyampaian cergam atau cerita bergambar anak adalah melalui

kegiatan bercerita. Kegiatan bercerita merupakan suatu kegiatan menuturkan

sesuatu hal yang bersifat rekaan dan bertujuan untuk menyampaikan pesan moral

5
Handayani, T. Wahyu. 2015. Kuliah Jurusan Apa? Fakultas Seni Rupa dan Desain. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. h. 20
6
Mitchel, D. 2003. Children’s Literature: Animitation to the World. USA: Allyn & Bacon. h. 87
7
Nurgiyantoro, B. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. h. 152
yang mengisahkan tentang perbuatan-perbuatan atau suatu kejadian yang

disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman (baik

pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain) dan pengetahuan kepada

orang lain yang mendengarkan. Kegiatan bercerita dengan media cergam (cerita

bergambar) diharapkan dapat menarik perhatian anak sehingga hasil akhirnya

anak akan mempunyai beragam pertanyaan, yang berujung merangsang otak anak

untuk berpikir kritis. Keterampilan dalam bertanya memegang peran yang cukup

penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak. Anak memiliki

karakter dan cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Orang dewasa

berpikir secara abstrak sedangkan anak-anak berpikir dengan konkrit dan lebih

sederhana. Begitu pula dalam melontarkan pertanyaan pada anak tidak semudah

melontarkan pertanyaan kepada orang dewasa. Ketika melontarkan pertanyaan

kepada anak, kita harus menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami

dan menarik perhatian anak serta hal-hal yang ditanyakan harus berkaitan dengan

dunia sehari-hari yang terjadi di sekitar anak. Kemampuan berpikir kritis anak

dapat ditandai dengan anak mampu mencari-cari alasan dan mampu menjawab

pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dilontarkan oleh orang lain. Selain itu,

dapat ditandai juga dengan anak mampu memberikan penjelasan-penjelasan yang

telah didapatkannya dari kegiatan bertanya kepada orang lain. Dan fakta yang

sering ditemukan di beberapa TK adalah anak kurang mampu mengembangkan

kemampuan berpikir kritisnya. Anak seringkali merasa malu-malu ketika bertanya

atau menjawab pertanyaan dari guru ataupun orang lain dan sering bersikap pasif

dengan apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan kurangnya

stimulus yang diberikan guru kepada anak dan kurangnya penggunaan media yang
dapat merangsang kemampuan berpikir kritis anak sehingga anak kurang dapat

mengembangan kemampuan dalam berpikir kritis.

TK Rahayu yang berlokasi di Desa Purisemanding Kecamatan Plandaan

Kabupaten Jombang merupakan salah satu TK yang mempunyai masalah yang

telah dipaparkan diatas. Beberapa masalah yang terjadi di TK Rahayu Jombang

yaitu anak kurang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis khususnya

kelompok B, contohnya anak sering bersikap pasif dan kurang antusias ketika

guru membahas tema yang akan diusung pada hari tersebut. Selain itu, guru di TK

Rahayu jombang juga kurang menggunakan media dalam menstimulasi

perkembangan anak. Alasan kurangnya penggunaan media dalam menstimulasi

perkembangan anak mungkin karena pengetahuan guru di TK Rahayu Jombang

yang minim, SDM (Sumber Daya Manusia) kurang memenuhi prasyarat guru

PAUD (karena ada guru di TK Rahayu Jombang yang merupakan lulusan SMA),

dan kurang mendapatkan seminar ataupun workshop. Guru di TK Rahayu

Jombang hanya menggunakan media pembelajaran yang sedikit membosankan

bagi anak yaitu buku (LKA/Lembar Kerja Anak), LKA digunakan karena

dianggap praktis dan mudah didapatkan. Berdasarkan beberapa uraian diatas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Upaya

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Anak Melalui Penggunaan Media

Pembelajaran Cergam (Cerita Bergambar) Anak kelompok B TK Rahayu

Jombang tahun ajaran 2019/2020”.


C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

Apakah penggunaan media cergam (cerita bergambar) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak didik pada kelompok B TK

Rahayu Jombang Tahun Ajaran 2019/2020?

D. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mencari gambaran yang sekaligus menjawab permasalahan penelitian dengan

paparan deskripsi tentang :

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis anak melalui media cergam

(cerita bergambar) yang ada di sekolah.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh suatu informasi tentang

peningkatan kemampuan berpikir kritis anak melalui penggunaan media

cergam (cerita bergambar).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Anak Didik

1) Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis

anak melalui penggunaan media cergam (cerita bergambar).


2) Mendorong semangat belajar dan meningkatkan motivasi belajar anak

dalam pembelajaran di TK Rahayu Jombang.

b. Bagi Guru

- Guru memiliki tambahan wawasan tentang bermacam-macam media

yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kritis anak.

c. Bagi Sekolah

- Sekolah dapat menambah media untuk proses pembelajaran yang

dapat digunakan untuk mengembangkan dan merangsang kemampuan

berpikir kritis anak.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI VARIABEL MASALAH

1. ANAK USIA DINI (AUD)

Menurut Hamzah, anak usia dini (AUD) merupakan anak yang

berada di rentang usia 0-6 tahun, dan ketika anak telah menginjak usia 7

tahun maka anak dikatakan siap untuk memasuki jenjang pendidikan

selanjutnya yakni sekolah dasar.8 Di Indonesia diterapkan batasan usia anak

usia dini yakni 0-6 tahun sedangkan di banyak negara (luar negeri)

memberikan batasan usia anak usia dini yakni 0-8 tahun. Batasan usia yang

ditetapkan yakni : 1) kelompok bayi usia 0-12 bulan; 2) kelompok bermain

usia 1-3 tahun; 3) kelompok pra sekolah usia 4-5 tahun; dan 4) kelompok

usia sekolah berada pada rentang usia 6-8 tahun. Dari adanya batasan usia

tersebut bertujuan agar dapat pendidik dan orangtua dapat mendidik dan

mengajar anak dengan menggunakan konsep pendidikan yang sesuai yakni

konsep pendidikan AUD.

Sedangkan menurut Agusniatih dan Monepa, para ahli psikologi

menyatakan bahwa anak usia dini merupakan anak yang berada pada

rentang usia 0-8 tahun, dimana pada usia tersebut anak mengalami masa

“usia emas” atau yang sering disebut dengan golden age. Pada masa golden

age, perkembangan aspek kemampuan anak mulai melejit dengan pesat. 9

8
Nur Hamzah. 2015. Pengembangan Sosial Anak Usia Dini. Pontianak: IAIN Pontianak Press. h.
1-2
9
Andi Agusniatih dan Jane M. Monepa. 2019. Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Teori dan
Metode Pengembangan. Tasikmalaya: Edu Publisher. h. 11
Aspek perkembangan tersebut mencakup : kemampuan fisik (motorik),

kognitif (pengetahuan dan daya nalar), bahasa (kemampuan berkomunikasi

dan mengkomunikasikan), nilai-nilai agama dan moral (ajaran-ajaran yang

ada di agama yang dianut), konsep diri, disiplin, kemandirian, seni

(kreatiitas), dan sosial emosional (kemampuan menyatakan ekspresi dan

berkespresi). Hal tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh NAECY

(National Association of Education for Young Chidren) yang menyatakan

bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun

yang memiliki beragam karakteristik yang sangat berbeda dengan

karakteristik orang dewasa.10 Dan pada rentang usia 0-8 tahun itulah anak

mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

Karakteristik anak usia dini menurut Hamzah dari hasil

merangkum pendapat atau pernyataan dari beberapa ahli yaitu :11

1) Anak usia dini mempunyai sifat egosentris yang cukup tinggi

Sifat egosentris yang dimiliki oleh anak usia dini ini biasanya

muncul ketika anak ingin mewujudkan keinginan atau kehendak yang

dimilikinya. Keinginan atau kehendak yang dimiliki anak biasanya

diwujudkan oleh anak melalui berbagai cara. Apabila keinginan atau

kehendak yang dimilikinya tidak terwujud, maka usaha terakhir yang

dilakukan oleh anak usia dini yakni memberontak dengan menangis

keras, berteriak-teriak pada orang lain, meluapkan rasa marahnya, dan

lain sebagainya. Upaya yang dapat dilakukan (intervensi) oleh orang tua

atau orang dewasa disekeliling anak yaitu diberlakukannya intervensi

10
Andi Agusniatih dan Jane M. Monepa. Ibid
11
Nur Hamzah. Ibid. h. 2-6
melalui kegiatan pembelajaran/pendidikan, entah itu di sekolah ataupun

di rumah.

2) Anak usia dini mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan mendalam

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, anak usia dini selalu

berusaha untuk mengeksplorasi/menjelajah dunia sekitarnya. Eksplorasi

tersebut memunculkan reaksi anak tentang apa saja yang sudah dilihat,

didengar, dirasakan dan dialami oleh anak sehingga anak akan mencari

tahu informasi yang cukup detail tentang kejadian yang sudah dialami

yaitu mencakup pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, dan

bagaimana. Dari situlah akhirnya anak akan mengalami proses trial and

error.

Hasil dari eksplorasi dunia sekitarnya akan memunculkan

berbagai pertanyaan yang diajukan oleh anak usia dini kepada orang tua

atau orang dewasa yang berada disekelilingnya. Namun, terkadang

pertanyaan-pertanyaan spontanitas yang dilontarkan oleh anak usia dini

merupakan pertanyaan yang cukup sulit dan rumit untuk dijawab.

2. MEDIA PEMBELAJARAN

Sadiman, dkk. menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa

latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah

artinya adalah tengah, perantara atau pengantar. 12 Tidak berbeda dengan

pernyataan Sadiman dkk., Arsyad pun menyatakan bahwa media merupakan

pengantar atau perantara pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.

12
Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka. h. 6
Istilah media sendiri secara umum merujuk pada sesuatu yang dijadikan

sebagai alat, wadah atau sarana untuk melakukan komunikasi.13 Sedangkan

menurut Syukur, media pendidikan merupakan upaya untuk

mengefektifkan komunikasi antara guru dan peserta didik (anak) yang

dijadikan sebagai alat atau perantara/pengantar yang berguna untuk

membantu dalam proses belajar mengajar di sekolah.14 Berdasarkan

beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu (alat/perantara/pengantar) yang

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan (dalam hal ini

adalah guru) kepada penerima pesan (peserta didik) sehingga pikiran,

perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik (anak) dapat

dirangsang sedemikian rupa agar dapat menunjang keberhasilan kegiatan

proses belajar mengajar (PBM). Pesan yang disampaikan oleh pengirim

pesan (guru) kepada penerima pesan (peserta didik) dalam kegiatan belajar

mengajar adalah materi atau isi dari bahan pelajaran. Sedangkan media dari

kegiatan pembelajaran di sekolah adalah guru, buku, dan lingkungan

sekolah. Fungsi dari adanya media di sekolah adalah untuk mengarahkan

anak agar mendapatkan berbagai pengalaman belajar yang ditentukan

melalui interaksi anak dengan media yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Sehingga apabila media yang digunakan tepat atau sesuai

dengan aspek perkembangan anak, maka hasil pembelajaran yang dicapai

akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

13
Azhar Arsyad. 2009. Media Pembelajaran Edisi 1-12. Jakarta: Rajawali Press.h. 3
14
Syukur. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail. h. 123
Media yang digunakan oleh guru dalam menunjang kegiatan

pembelajaran di sekolah adalah media pembelajaran. Seperti yang telah

disebutkan diatas bahwa media pembelajaran yang digunakan di sekolah

yaitu guru sebagai role model atau teladan dan fasilitator bagi anak, buku

sebagai pedoman dan bahan materi pembelajaran untuk anak, dan sekolah

sebagai pendukung (motivator) atau pensukses kegiatan pembelajaran di

sekolah. Menurut Satrianawati, media berdasarkan fungsinya dibagi menjadi

dua, yaitu media dalam arti luas dan media dalam arti sempit. 15 Media

dalam arti luas merupakan sebuah upaya perubahan yang dilakukan dengan

menggunakan segala bentuk benda yang terjadi melalui pengalaman

langsung maupun tidak langsung dengan harapan perubahan tersebut dapat

bertahan lama. Sedangkan media dalam arti sempit misalnya guru dalam

proses belajar mengajar di kelas menggunakan alat dan bahan untuk

menyelesaikan masalah ataupun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Artinya, hanya dalam lingkup tertentu saja media tersebut

digunakan.

Arsyad dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran

menyimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar (PBM) yaitu :16

1) Penyajian pesan dan informasi dapat diperjelas menggunakan media

pembelajaran sehingga dapat membantu untuk memperlancar dan

meningkatkan proses dan hasil belajar.

15
Satrianawati. 2018. Media dan Sumber Belajar. Yogyakarta: Deepublish. h. 6
16
Azhar Arsyad. Ibid.25-27
2) Perhatian anak dapat ditingkatkan dan diarahkan menggunakan media

pembelajaran sehingga menimbulkaan motivasi belajar, interaksi yang

lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, dan

memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan

kemampuan dan minatnya.

3) Dengan menggunaan media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan

indra, ruang, dan waktu.

4) Memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang

peristiwa di lingkungan sekitar mereka, serta memungkinkan terjadinya

interaksi langsung peserta didik dengan guru, masyarakat, dan

lingkungannya misalnya melalui kegiatan kunjungan ke museum atau

tempat-tempat yang mengandung sejarah, kebun binatang, eksplorasi

lingkungan tempat tinggal anak, dan lain-lain.

Berbeda dengan pendapat Arsyad, Jalinus dan Ambiyar

menyatakan bahwa fungsi dari media pembelajaran adalah dapat

mempengaruhi alat-alat indra manusia.17 Media yang digunakan hanya

dengan cara mendengarkan akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya

“ingatan” bertahan, dibandingkan dengan melihat atau sekaligus

mendengarkan dan melihat. Jadi, media yang dapat didengarkan telinga dan

dilihat mata secara bersamaan akan memiliki manfaat yang lebih (ingatan

dan pemahaman anak dapat bertahan lebih lama) dibandingkan dengan

media yang hanya dapat dilihat mata atau didengarkan telinga saja. Selain

itu media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa anak ke

17
Nizwardi Jalinus dan Ambiyar. 2016. Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Kencana. h. 4
dalam suasana rasa senang dan gembira, dimana ada keterlibatan antara

emosional dan mental anak. Hal tersebut sangatlah penting untuk proses

perkembangan anak, karena pada masa usia dini dunia anak adalah dunia

bermain dimana biasanya anak akan memperoleh rasa senang melalui

kegiatan bermain. Melalui kegiatan bermain itulah anak akan mengeluarkan

emosinya (perasaan yang muncul) yang kemudian memunculkan mental

(cara atau konsep berpikir) anak.

Jenis-jenis media pembelajaran menurut Satrianawati dalam

bukunya yang berjudul Media dan Sumber Belajar adalah sebagai berikut :18

1). Media visual

Media visual adalah media yang dapat terlihat atau dilihat atau dipandang

oleh alat indra penglihatan manusia (mata). Contoh dari media visual yaitu :

media foto, gambar, majalah, komik, gambar tempel, alat peraga, poster,

miniatur, buku, dan sebagainya.

2). Media audio

Media audio adalah media yang dapat didengarkan oleh alat indra

pendengar manusia (telinga). Contoh dari media audio yaitu : musik dan

lagu, kaset suara atau CD, suara, siaran radio, alat musik, dan sebagainya.

3). Media audio visual

Media audio visual adalah media yang dapat didengarkan oleh telinga dan

dilihat oleh mata secara bersamaan. Contoh dari media audio visual yaitu :

film, media drama, televisi, pementasan, dan VCD.

4). Multimedia

18
Satrianawati. Ibid. h. 10
Mutimedia adalah semua jenis media yang terangkum menjadi satu. Contoh

dari multimedia yaitu : internet, belajar dengan menggunakan media internet

artinya mengaplikasikan semua media yang ada termasuk pembelajaran

jarak jauh.

3. ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

Menurut Susanto, kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu

kemampuan individu dalam menghubungkan, mempertimbangkan dan menilai

suatu kejadian atau peristiwa.19 Proses kognitif sendiri berhubungan dengan

tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai

minat terutama yang ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Kognitif lebih

menekankan pada bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan aspek

rasional yang dimiliki oleh orang lain. Secara umum tahapan dalam kognitif

adalah: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan

(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation).

Piaget dalam Susanto menyatakan pendapatnya tentang pentinganya

guru mengembangkan kognitif pada anak yaitu :20

1) Agar daya persepsi anak dapat dikembangkan berdasarkan apa yang dilihat,

didengar, dan dirasakan sehingga anak akan memiliki pemahaman yang

utuh dan komprehensif;

2) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan

kejadian yang pernah dialaminya;

19
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya
Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. h. 46
20
Ahmad Susanto. Ibid. h. 48
3) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan

kejadian yang pernah dialaminya;

4) Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia

sekitarnya;

5) Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara

spontan (alamiah) maupun yang melalui proses ilmiah (percobaan);

6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya.

B. KAJIAN TEORI TINDAKAN DAN HASIL PENELITIAN RELEVAN

1. KAJIAN TEORI

a) MEDIA CERGAM (CERITA BERGAMBAR)

Menurut Handayani cerita bergambar (cergam) merupakan sejenis

komik atau gambar yang diberi teks yang teknik menggambarnya dibuat

berdasarkan cerita, misalnya legenda, cerita rakyat, fabel, dan lain-lain.21

Mitchel berpendapat bahwa buku cerita bergambar adalah buku cerita

bergambar adalah buku yang didalamnya menceritakan dan menyampaikan

cerita bergambar dan teks dan keduanya saling menjalin.22 Sedangkan

menurut Nurgiyantoro, buku cerita bergambar adalah buku bacaan cerita

yang didalamnya menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai

gambar-gambar ilustrasi.23 Jadi dapat disimpulkan bahwa cergam (cerita

bergambar merupakan sebuah buku bacaan atau buku cerita bergambar yang

disertai dengan tulisan dan gambar-gambar ilustrasi yang bertujuan untuk

21
Handayani, T. Wahyu. 2015. Kuliah Jurusan Apa? Fakultas Seni Rupa dan Desain. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. h. 20
22
Mitchel, D. 2003. Children’s Literature: Animitation to the World. USA: Allyn & Bacon. h. 87
23
Nurgiyantoro, B. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. h. 152
menceritakan atau menyampaikan gambar-gambar yang terdapat di dalam

buku atau bacaan.

Cergam termasuk media yang unik karena menggabungkan teks

dan gambar dalam bentuk karya yang kreatif yang mampu menarik

perhatian orang lain, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Proses

penyampaian cergam atau cerita bergambar anak adalah melalui kegiatan

bercerita. Kegiatan bercerita merupakan suatu kegiatan menuturkan sesuatu

hal yang bersifat rekaan dan bertujuan untuk menyampaikan pesan moral

yang mengisahkan tentang perbuatan-perbuatan atau suatu kejadian yang

disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman (baik

pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain) dan pengetahuan

kepada orang lain yang mendengarkan.

b) MENDONGENG

Menurut Kurniawan, mendongeng adalah kegiatan berkomunikasi

dengan anak, dimana kegiatan berkomunikasi itu untuk

mengkomunikasikan sebuah cerita tentang hal-hal yang dapat menghibur

anak.24 Selain untuk menghibur anak, mendongeng juga bertujuan untuk

mendekatkan diri dengan anak melalui komunikasi yang menyenangkan

melalui kegiatan mendongeng. Oleh sebab itu, hal yang perlu diperhatikan

ketika akan mendekatkan diri dengan anak adalah anak itu sendiri. Hal yang

perlu diperhatikan yakni semua kebutuhan anak, mulai dari kebutuhan

perhatian, kasih sayang, kesenangan, dan keinginan anak. Hal tersebut

24
Heru Kurniawan. 2016. Kreatif Mendongeng untuk Kecerdasan Jamak Anak. Jakarta: Kencana.
h. 13
sesuai dengan pendapat Priyono yang menyatakan bahwa melalui kegiatan

mendongeng, orangtua ataupun orang dewasa disekitar anak dapat

melakukan kontak batin atau ikatan batin sekaligus berkomunikasi dengan

anak sehingga terciptalah hubungan yang penuh dengan kasih sayang. Jadi

dapat disimpulkan bahwa mendongeng adalah kegiatan bercerita,

mengkomunikasikan atau menyampaikan suatu cerita/dongeng kepada

seseorang/individu yang bertujuan untuk menghibur.

Proses penyampaian cergam atau cerita bergambar anak adalah

melalui kegiatan bercerita atau mendongeng. Kegiatan bercerita atau

mendongeng pada penelitian ini bisa dilakukan pada proses pembelajaran

sehari-hari. Contohnya untuk memperkenalkan tentang aspek perkembangan

kognitif pada anak, maka bisa menceritakan atau mendongeng

menggunakan cerita bergambar dengan dengan mengajak anak untuk

berinteraksi secara langsung dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

singkat ketika mendongeng/bercerita yang gunanya untuk mengasah dan

menstimulasi perkembangan kognitif anak, serta memberikan pesan (moral)

dan kesan pada anak, dan mencontohkan sikap tauladan yang dapat dicontoh

oleh anak.

2. PENELITIAN RELEVAN

1) Penelitian Skripsi/PTK dari Sri Handayani tahun 2014 dengan judul

“Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengucapkan Kosa Kata dengan

Kartu Kata Bergambar pada Anak Kelompok A Bustanul Athfal Kuncen

Delanggu Tahun Pelajaran 2013/2014” berisi tentang upaya dalam


meningkatkan kemampuan mengucapkan kosa kata pada anak kelompok

A Bustanul Athfal Aisyiyah Kuncen Delanggu Klaten Semester II

Tahun Ajaran 2013/2014. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-

sama menggunakan media kartu bergambar/cerita bergambar dalam

menstimulasi perkembangan anak.

2) Penelitian Skripsi dari Furi Mirna Sari tahun 2013 dengan judul “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media Jigsaw pada

Anak Kelompok B-1 di RA Al-Islam Kadipiro Kecamatan Sambirejo

Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2012/2013” berisi tentang upaya dalam

meningkatkan kemampuan kognitif anak khususnya pengenalan bentuk

dan warna pada bentuk-bentuk geometri melalui media jigsaw.

Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama mengupayakan untuk

meningkatkan atau menstimulasi kemampuan kognitif anak

menggunakan media.

C. KERANGKA BERPIKIR
Cerita Bergambar (Cergam) (X)

Aspek
Penerapan
Perkembangann
Kognitif

Hasil Penerapan dan Aspek


Perkembangan Kognitif (Y)
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan diatas, maka dapat

disusun kerangka pemikiran untuk dapat memperoleh jawaban sementara atas

permasalahan yang timbul. Jarangnya penggunaan metode pembelajaran

mendongeng membuat kemampuan berkomunikasi verbal anak tidak

berkembang secara maksimal sehingga tujuan dari adanya proses pembelajaran

tidak dapat tercapai sesuai harapan.

Mendongeng merupakan kegiatan berkomunikasi dengan anak melalui

sebuah cerita/dongeng yang diceritakan atau didongengkan oleh seorang

guru/pendidik ataupun orang tua. Tujuan dari kegiatan mendongeng selain

untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal anak juga untuk

menyampaikan pesan-pesan moral yang terkandung di dalam dongeng.

Dalam hal ini seorang guru hendaknya menyadari perannya dalam

penyampaiannya materi pembelajaran sekaligus fasilitator untuk anak yang

dianggap sebagai seseorang yang dapat memberikan bantuan peserta didik

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru atau

pendidik diharuskan untuk mencari cara atau strategi suatu metode

pembelajaran yang tepat untuk dapat digunakan atau diterapkan dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang

digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan

metode pembelajaran yang akan digunakan haruslah tepat, karena semakin

tepat metode pembelajaran yang digunakan maka akan semakin efektif pula

pencapaian tujuan pembelajaran.


Guru yang profesional haruslah menguasai materi pembelajaran yang

dijelaskan, memahami karakteristik dari tiap peserta didiknya, serta terampil

dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Namun pada

kenyataannya masih banyak guru yang belum terampil dalam memilih metode

pembelajaran yang digunakan di dalam proses pembelajaran.

Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian dengan cara menerapkan

metode pembelajaran yang dirasa tepat dengan permasalahan tersebut diatas

yaitu metode pembelajaran mendongeng agar guru dan peserta didik aktif

dalam pembelajaran serta tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai

secara maksimal.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di TK Rahayu Jombang

yang berjumlah 26 anak terdiri dari 11 anak laki-laki dan 15 anak perempuan.

B. PROSEDUR/SIKLUS PENELITIAN

Penerapan tindakan dilakukan sebanyak 2 siklus ntuk memudahkan peneiti

dalam melakukan penelitian. Setiap siklus tiga kali pertemuan. Setiap

pertemuan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Adapun siklus tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Refleksi Perencanaan

Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan
Refleksi

Pengamatan

Dan Seterusnya

Gambar Siklus Penelitian (Arikunto, 2010: 137)


1. Langkah-langkah Penelitian Siklus I

a. Perencanaan

- Menentukan jadwal kegiatan pembelajaran, membuat pemetaan, silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), membuat lembar

observasi.

- Menentukan indikator dan kompetensi dasar.

- Membuat skenario pembelajaran menggunakan model klasikal.

- Mempersiapkan sumber bahan dan alat bantu yang dibutuhkan.

- Menyusun lembar kerja anak.

- Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan anak

terhadap materi pembelajaran yang disajikan.

- Menyiapkan analisis soal-soal tes.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam

perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam

skenario pembelajaran yang meliputi :

1. Kegiatan awal

a) Mengamati pembelajaran dengan pendahuluan dan apersepsi.

b) Guru menjelaskan tema pembelajaran, materi yang akan diajarkan

di kelas yaitu tentang cerita bergambar dalam meningkatkan aspek

perkembangan kognitif anak.

c) Anak memperhatikan penjelasan guru.

2. Kegiatan inti

a) Menjelaskan materi pembelajaran.


b) Guru melakukan proses bercerita/mendongeng menggunakan media

cergam (cerita bergambar) untuk menstimulasi aspek perkembangan

kognitif anak yang diselingi dengan melontarkan beberapa

pertanyaan pada anak tentang cerita/dongeng. Serta memberikan

pesan moral dan sikap tauladan yang dapat dicontoh oleh anak.

3. Kegiatan akhir

a) Guru menanyakan perasaan anak selama proses pembelajaran.

b) Guru mereview ulang materi pembelajaran yang disampaikan.

c) Berdo’a bersama dan pulang.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan terhadap anak, saat proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi anak.

d. Refleksi

Membuat kesimpulan setelah proses pembelajaran berlangsung, mengenai

temuan di lapangan antara lain: aktivitas anak, aspek perkembangan anak,

dan hasil stimulasi, dan membuat rencana untuk tindak lanjut pada siklus

berikutnya.
2. Langkah-langkah Penelitian Siklus II

a. Berdasarkan refleksi siklus 1, peneliti menyusun rancangan tindakn siklus

2 dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan siklus 1.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam

perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam

rancangan pembelajaran yang meliputi :

1) Kegiatan awal

a) Mengamati pembelajaran dengan pendahuluan dan apersepsi.

b) Guru menjelaskan tema pembelajaran, materi yang akan diajarkan di

kelas yaitu tentang cerita bergambar dalam meningkatkan aspek

perkembangan kognitif anak.

c) Anak memperhatikan penjelasan guru.

2) Kegiatan inti

a) Menjelaskan materi pembelajaran.

b) Guru melakukan proses bercerita/mendongeng menggunakan media

cergam (cerita bergambar) untuk menstimulasi aspek perkembangan

kognitif anak yang diselingi dengan melontarkan beberapa

pertanyaan pada anak tentang cerita/dongeng. Serta memberikan

pesan moral dan sikap tauladan yang dapat dicontoh oleh anak.

c) Kegiatan akhir

d) Guru menanyakan perasaan anak selama proses pembelajaran.

e) Guru mereview ulang materi pembelajaran yang disampaikan.

f) Berdo’a bersama dan pulang.


e. Observasi

Pengamatan dilakukan terhadap anak, saat proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi anak.

f. Refleksi

Membuat kesimpulan setelah proses pembelajaran berlangsung, mengenai

temuan di lapangan antara lain: aktivitas anak, aspek perkembangan anak,

dan hasil stimulasi.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi dan

wawancara. Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan melakukan

pengamatan secara langsung. Sedangkan wawancara adalah kegiatan

memberikan pertanyaan (dilakukan oleh peneliti) dan menjawab pertanyaan

(dilakukan oleh narasumber).

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Menurut Arikunto, secara garis besar, metode penelitian dibagi menjadi dua

yaitu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.25

1. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diwujudkan dalam kata keadaan atau sifat.

Data kualitatif digunakan untuk mengetahui aktivitas anak selama proses

penelitian. Penilaian aktivitas anak dinyatakan dengan rumus :

AA = Jumlah skor perolehan x 100


Skor maksimal
25
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta. h. 20
2. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diambil atau dikumpulkan berupa angka-

angka yang kemudian diolah menggunakan rumus. Tes yang diberikan

melalui kegiatan tanya jawab pada anak dinyatakan dengan rumus :

NA = Jumlah jawaban benar x 100


Jumlah pertanyaan
DAFTAR REFERENSI

Agusniatih, Andi dan Monepa, Jane M.. 2019. Keterampilan Sosial Anak Usia
Dini (Teori dan Metode Pengembangan. Tasikmalaya: Edu Publisher
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran Edisi 1-12. Jakarta: Rajawali Press
Hamzah, Nur. 2015. Pengembangan Sosial Anak Usia Dini. Pontianak: IAIN
Pontianak Press
Handayani, T. Wahyu. 2015. Kuliah Jurusan Apa? Fakultas Seni Rupa dan
Desain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Heru Kurniawan. 2016. Kreatif Mendongeng untuk Kecerdasan Jamak Anak.
Jakarta: Kencana.
Mais, Asrorul. 2016. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jember:
CV Pustaka Abadi
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Mitchel, D. 2003. Children’s Literature: Animitation to the World. USA: Allyn &
Bacon
Nizwardi Jalinus dan Ambiyar. 2016. Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Nurgiyantoro, B. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka
Satrianawati. 2018. Media dan Sumber Belajar. Yogyakarta: Deepublish
Supartini, Elis dan Wati, Dini. 2016. Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-
kanak Kelompok Kompetensi A. Jakarta: Kemdikbud
Syukur. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai