Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk layanan pendidikan
untuk anak usia 5-6 tahun yang membantu mengembangkan segala aspek
perkembangan yang diperlukan oleh anak untuk beradaptasi dengan
lingkungannya, sehingga anak siap untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
dasar. Pendidikan Anak Usia Dini mendapat perhatian lebih dari pemerintah
dengan banyaknya pendidikan anak usia dini di perkotaan maupun dipedesaan.
Pemerintah Desa mendukung hal ini dengan pengadaan pendidikan Anak Usia
Dini di Desanya. Hal tersebut adalah bentuk dukungan pemerintah Desa dibidang
pendidikan.
Wiyanti mengatakan Anak usia dini merupakan anak usia prasekolah yang
hidup pada masa anak-anak awal dan masa peka. Anak usia dini berada pada
tahap ready to use untuk dibentuk oleh orang tua, pendidik PAUD, dan
masyrakatnya (Lestari, 2016). Hal ini sejalan dengan Beichler dan Snowman
dalam (Yulianti, Dwi, 2010), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 5-6
tahun. Usia 5-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, anak mulai sensitif untuk
menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah
masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Pada masa ini, merupakan masa yang
sangat efektif untuk menanamkan dan menerapkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep
diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai- nilai agama. Oleh karena itu
diperlukan suasana belajar yang dapat menstimulus dan merangsang potensi yang
ada pada diri anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara
optimal.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada
proses ini pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang

1
2

mengalami masa yang cepat. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang
diberikan kepada anak harus memperhatikan kanteristik yang dimiliki setiap
perkembangan. Susanto, menjelaskan bahwa anak usia merupakan anak yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa tersebut proses pertumbuhan dan
perkembangan berbagai aspek renteng kehidupan manusia. Proses pembelajaran
terhadap anak harus memperhatikan karakterik yang dimiliki dalam tahap
perkembangan anak. Definisi anak usia dini yang dikemukakan NAEYC
(Nasution Assosiation Education for Young Children) adalah sekelompok individu
yang berada pada tentang usia antara 5-6 tahun. Atau sekelompok manusia yang
berada dalarm proses pertumbungan dan perkembangan (Ahmad Susanto , 2018)
Dalam Undang-Undang tentang sisitem pendidikan nasional, dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditunjukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukian melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (UU no 20 Bab 1 pasal 1 ayat 1).
Pendidikan Anak usia dini adalah pendidikan yang ditunjukan untuk anak
usia 5-6 tehun (PP No.27/19990). Akan tetapi undang-undang no 20 tahun 2003
pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselanggaran sebelum
jenjang pendidikan dasar. Lalu, pendidikan perlu dilakukan bagi anak sejak lahir
sampai berusia 6 tahun . Sementara undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
pelindungan anak dalam pasal 4menyatakan bahwa setiap anak berhak hidup,
tumbuh, berkembang dan beradaptasin secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan kriminal
(Lefudin, 2014) .
Peran guru dalam pembelajaran tercantum dalam UU No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: Guru adalah propesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membinbing, mengarahkan,melatih dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah.
3

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan Anak Usia Dini adalah
pendidikan untuk anak usia 5-6 tahun. Pendidikan anak usia dini ini bertujuan
untuk mengembangakan segala aspek perkembangam anak termasuk
perkembangan kognitif, fisik-motorik, jasmani dan rohani anak. Dengan
pemberian rangsangan kepada anak yaitu berupa pendidikan sebagai bekal untuk
kesiapan anak dalam memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan anak
usia dini adalah anak usia 5-6 tahun, pada usia dini anak lebih mudah membentuk
kongnitifnya, karena pada masa ini anak disebut dengan golden Age,
pembentukan kongnitif anak terjadi dengan memberikan rangsangan kepada anak
berupa pembelajaran.
Begitu pula dalam aspek perkembangan bahasa, khususnya kemampuan
mengenal huruf pada anak usia dini. Kemampuan mengenal huruf merupakan
bagian dari aspek perkembangan bahasa anak, yang perlu dikembangkan dengan
memberi stimulasi secara optimal sejak usia dini. Tadkirotun Musfiroh (2009)
mengungkapkan bahwa stimulasi pengenalan huruf adalah merangsang anak
untuk mengenali, memahami, dan menggunakan simbol tertulis untuk
berkomunikasi.

Proses belajar mengajar didalam kelas merupakan tantangan tersendiri


untuk guru mengoptimalkan pengajaran. Kegiatan belajar mengajar di kelas
merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan anak bertukar
pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Ketika proses belajar mengajar
tersebut terjadi, tentu saja tidak dapat berjalan secara lancar seperti apa yag
diharapkan oleh guru. Sering kali timbul gangguan–gangguan dan penyimpangan,
sehingga kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan secara efektif dan
optimal. Banyak faktor yang mendasari salah satunya adalah kurangnya minat dan
kemampuan anak menerima materi ajar yang disampaikan oleh guru.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf anak


adalah dengan mengadakan variasi belajar dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Cara mengenal huruf pada anak akan lebih efektif dengan
menggunakan media gambar dan kartu huruf yang sering disebut flash card.
4

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada bulan november


20023 sampai januari 2024, di RA As-syarif sibanggor jae, pemahaman anak
dalam mengenal huruf belum mencapai tahap maksimal,artinya 50% anak belum
mampu dalam mengenal huruf. Dengan adanya media pembelajaran yang kreatif
mengajarkan mengenal huruf akan lebih mudah dipahami dan membuat anak
tidak bosan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pendidikan pada anak usia dini dilakukan dengan cara bermain sambil
belajar atau belajar seraya bermain sesuai dengan perkembangan anak didik.Itulah
pentingnya membaca, Begitu pentingnya membaca, Allah menjelaskan dalam Al-
Qur'an surat Al 'alaq ayat 1 sampai 5 yang berbunyi:
          
        
    
Artinya:Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmulah
yang maha mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Surat Al-Alaq merupakan wahyu pertama yang diturunkan oleh allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Dalam surat Al-Alaq
menjelaskan mengenai perintah membaca baik itu buku,al quran dan lain
sebagainnya. Selain itu surah ini juga menyuruh seluruh umat manusia agar
mencari ilmu sabanyak- banyaknya
Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh pendidik sebagai
perantara dalam pembelajaran. Harjanto mengatakan bahwa,media pembelajaran
terbagi dua yaitu:
1. Media dalam arti sempit,media yang terencana dan hanya digunakan pada saat
proses pembelajaran saja;
2. media dalam arti luas, media yang mencakup keseluruhan bukan hanya untuk
media komunikasi saja tetapi ada media slide, fotografi, diagram dan lain-lain.
5

Media pembelajaran Anak Usia Dini merupakan media yang dirancang dan
dibuat oleh pendidik sesuai dengan mareti yang ada pada rencana pembelajaran
minggu (RPM ) guna untuk memudahkan anak pasa saat proses pembelajaran.
Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan anak usia dini (Elfiadi, 2016).
Media pembelajaran bermanfaat untuk memudahkan anak untuk belajar
memahami pembelajaran yang sulit atau menyederhanakan sesuatu yang begitu
kompleks. Hamalik berpendapat bahwa media dalam proses pembelajaran dapat
memperjelas penyajian pesan yang ingin disampaikan dan mengurangi verbalitasi
saat pembelajaran ,memperdalam pemahaman anak pada materi pembelajaran
disekolah,memperagakan sesuatu yang abstrak ke sesuatu yang lebih
kongkret,mengatasi keterbatasan ruang, waktu, mengenali sifat unik setiap anak
yang berbeda-beda dalam proses belajar mengajar,memperlancar kegiatan belajar
mengajar dan mempermudah tugas mengajar guru (Arsyad & O. Hamalik, 2004)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan alat yang dibuat dari bahan yang aman dan nyaman digunakan kepada
anak, dengan media yang dibuat ini maka akan mempermudah anak memahami
pembelajaran, mempermudah guru dalam proses mengajar dan membuat suasana
pada saat belajar menjadi lebih ceria.
Arsyad (2005: 119),Kartu huruf merupakan kartu alfabed yang berisi
gambar, huruf, yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak
atau bisa mempermudah anak dalam mengenal dan membedakan setiap huruf
alfabed, Slamet dalam trisniwati mengungkapkan bahwa media kartu huruf adalah
salah satu metode permaiananyang cukup efektif untuk mengembangkan
kemampuan mengenal huruf karena anak usia 5-6 tahun masih pada tahap pra
operasional, yaitu anak masih belajar melalui benda konkret. Penenlitian ini
menggunakan kartu huruf, sebagai media. Media kartu huruf ini harus dikemas
sedemikian rupa agar dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada
anak, harus diperlukan metode permainan kartu huruf yang menarik untuk anak,
melibatkan peran aktif anak. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang
6

terjadi, pengunaankatu huruf sangat sederhana dan dapat memudahkan anak


dalam mengenal huruf .
Selain itu penggunaan kartu huruf sebagai media pengenalan huruf kepada
anak usia dini dapat mengingatkan anak kepada permaian gambar yang mungkin
sering dimainkan anak dirumah, sehinga anak akan lebih mudah mengingat huruf
dan model huruf tersebut. Proses pembuatannya cukup mudah dan bahan yang
digunakan ramah lingkungan.media kartu nhuruf dibuat dengan beragam warna
yang berbeda dan pada kartu huruf terdapat kerangka atau bentuk huruf,sehingga
anak nantinya diminta untuk menempel huruf pada kerangka yang sudah
disediakan.
Banyaknya layanan pendidikan untuk Anak Usia Dini yang berada
dikabupaten Mandailing Natal, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
disebuah RA yang berada di desa sibanggor jae, kecamatan puncak sorik
marapi,kebupaten mandailing natal yaitu RA As-Syarif Sibanggor Jae, RA ini
berdiri pada tanggal 09 juni 20005 mempunyai dua kelas yaitu kelas A dan kelas
B, RA As-syarif ini juga memiliki 7 orang guru,alasan lainnya belum pernah di
pendidikan Anak Usia Dini tersebut menggunakan alat permainan edukatif kartu
huruf.
Sri Haryanti ( 2010); Metode pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini
adalah belajar seraya bermain dan bermain seraya belajar. Model bermain anak
usia dini juga bervariasi seperti bermain gerakan, memberi bentuk (seni) dan
sebagainya.Oleh karena itu guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat
memberikan pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak menjadi tertarik
untuk selalu belajar melalui kegiatan bermain yang bervariasi.Pengenalan huruf
pada anak Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting karena pada masa ini anak
tertarik untuk mengetahui segala hal, pengenalan huruf perlu diberikan pada anak
usia Pendidikan Anak Usia Dini untuk mempersiapkan mereka ketika harus
belajar membaca di Sekolah Dasar.
Guru sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan atau penerapan program
pendidikan di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan. Adams dan Decey berpendapat bahwa peran
7

guru dalam proses belajar mengajar meliputi guru sebagai guru, pengelola kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan, peserta, pengirim, perencana, pengawas,
motivator dan fasilitator. Oleh karena itu, guru harus mencapai karakter
pendidikan dalam seluruh aktivitasnya. Peran sasaran apa yang diharapkan.
Heni Anggraini(2021);Dalam proses belajar mengajar, peran guru
biasanya mencakup dua hal, yaitu: pertama, fungsi pengelolaan proses belajar
mengajar perencanaan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu SKM (Satuan
Kegiatan Mingguan) dan SKH (Satuan Kegiatan Mingguan). Setiap melakukan
proses belajar mengajar, presentasi, menilai proses belajar siswa, mengisi buku,
laporan siswa TK, membuat rangkaian hasil evaluasi, kedua membantu pengelola
TK (manajemen, pendidikan) dan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar),
kemudian Supervisi dan Konseling, Penjangkauan Masyarakat.
Peran guru TK adalah melakukan pengamatan terhadap prilaku anak,
menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran, memberikan rangsangan,
stimulasi, bimbingan, dan melakukan asesmen (menghimpun data) terhadap
pembelajaran anak.
Dari bebrapa pendapat diatas guru berperan sangat penting dalam dunmia
pendidikan dan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah merencanakan kegiatan pembelajaran, mengajar, mendidik, membimbing,
memberikan rangsangan, stimulasi, motivator, dan melakukan asesmen
(menghimpun data) terhadap pembelajaran anak.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penelitian bersama kepala
sekolah RA AS-syarif banyaknya anak belum mampu mengenal huruf. Dan guru
hanya menjelaskan materi pembelajaran menggunakan metode ceramah belum
menggunakan media pembelajaran pada saat proses belajar mengajar.
Kegiatan observasi lapangan juga mendukung peneliti untuk melakukan
penelitiannya dipendidikan anak usia dini tersebut. Dimana hasil observasi awal
Anak Usia Dini masih lemah dalam mengenal huruf dan kartu huruf dapat
menjadi solusi yang tepat untuk masalah Anak dipendidikan anak usia
dini.Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang kartu
huruf dengan judul “Peningkatan Kemampuan Mengenal huruf Melalui
8

Media Kartu Huruf di RA As-Syarif Desa Sibanggor Jae Kec. Puncak Sorik
Marapi KAB.Mandailing Natal ”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disimpulakan yang
menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan anak usia dini dalam mengenal dan membedakan huruf
2. Kesulitan anak usia dini dalam mengenal dan membedakan huruf

C. Pembatasan masalah
Berdasarkan sekian banyak masalah tersebut dipilihlah satu atau dua
masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti. Batasan masalah,
dengan demikian, adalah pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa masalah
yang sudah teridentifikasi. Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian,
peneliti membatasi masalah penelitian tentang huruf pada kartu huruf dalam
meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak usia dini di RA As-Syarif
Sibanggor Jae.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut yaitu :
1. Bagaimana kemampuan mengenal huruf anak usia dini sebelum
menggunakan kartu huruf di RA As-Syarif Sibanggor Jae ?
2. Bagaimana kemampuan mengenal huruf anak usia dini setelah
menggunakan media kartu huruf dalam meningkatkan kemampuan
mengenal huruf di RA As-Syarif Sibanggor Jae ?
3. Bagainmana peran guru dalam peningkatkan kemampuan mengenal
huruf pada anak usia dini ?
9

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan anak usia dini sebelum
menggunakan kartu huruf dalam meningkatkan kemampua mengenal
huruf di RA As-Syarif Sibanggor Jae
2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan anak usia dini sesudah
menggunakan kartu huruf dalam meningkatkan kemampuan mengenal
huruf di RA As-Syarif Sibanggor Jae

F. Keguaan Hasil Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini
memberikan manfaat kepada:
1. Mahasiswa yaitu mengasah keterampilan mahasiswa dalam melakukan inovasi
serta berkreativitas tinggi serta dapat menyalurkan ilmu kepada peserta didik
sehingga dapat meningkatkan wawasan peserta didik;
2. Kampus yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian
di bidang pendidikan anak usia dini, khususnya peningkatan kemampuan,
lebih lanjut yang berhubungan dengan permainan kartu huruf dalam
peningkatan kemampuan mengenal huruf pada anak usia dini,
3. Bagi Sekolah, Sebagai bahan pertimbangan dan rujukan untuk meningkatkan
kualitas peningkatan kemampuan mengenal huruf pada anak usia dini dengan
permainan kartu huruf;
4. Bagi guru, memperkenalkan media pembelajaran yang kreatif dalam
peningkatan kemampuan mengenal huruf anak usia dini;
10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1.Kemampuan Mengenal Huruf
a. Pengertian Kemampuan Mengenal Huruf
(Masjidi, 2003);Kemampuan mengenal huruf merupakan bagian
aspek perkembangan bahasa pada anak. Mengenal huruf merupakan
bagian dari proses perkembangan bahasa, yang dapat dipahami sebagai
pengubahan simbol atau gambar menjadi suara yang dipadukan dengan
kata-kata,anak yang menyukai gambar, huruf, dan cerita pada awal
perkembangannya akan memeiliki keinginan mengenal huruf yang besar,
faktanya anak mengetahui bahwa mengenal huruf memberikan informasi
baru dan menarik ,kemampuan mengenal huruf adalah kemampuan anak
dalam mengenal atau mengenali huruf yang tertulis, Indikator yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kemampuan, yang pertama
anak dapat mengetahui huruf abjad, hal ini dapat dilihat pada kemampuan
anak menyebutkan simbol huruf a-z dengan benar. Kedua, anak dapat
memahami huruf, hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak saat
memaknai huruf sehingga anak mampu menyebutkan huruf depan dari
sebuah kata dengan benar.
Menurut Nurbina Dhieni, membaca merupakan suatu persatuan
kegiatan yang terpadu yang memncakup beberapa kegiatan seperti
mengenali huruf dan kata-kata,menghubungkan dengan bunyi,maknanya
seperti menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Menurut Yeti
Mulyati, megenal huruf merupakan kemampuan mengenal , memahami
dan memetik makna atau maksud dari lambang – lambang yang tersaji
dalam bahasa . Menurut Taringan mengenal huruf adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk kemampuan
membaca , yang hendak disimpulkan oleh penulis melalui media kartu

10
11

huruf . Sedangakan Menurut Tampubolon megenal huruf yaitu suatu


kegiatan fisik dan mental.
Sabarti Akhadiah, maidar G. Arajad, sakura H. Ridwan,dan
zulfahnur z. mengungkapkan bahwa pengajaran mengenal huruf lebih
ditekankan pada kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar
membaca tersebut yaitu kemampuan untuk dapat menyuarakan huruf,
suku kata, dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam
bentuk lisan. Mengenal huruf merupakan bahasa tulis yang bersifat
reseptif. Kemampuan mengenal huruf termasuk kegiatan yang komplet
dan melibatkan kegiatan keterampilan.Jadi kegiatan mengenal huruf
merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa
kegiatan yang seperti mengenali huruf dan kata – kata,menghubungkannya
dengan bunyi, maknanya seperti menarik kesimpilan mengenai maksud
mengenal huruf.
Soenjono Darjowidjojo (2003: 300) menggungkapkan bahwa
kemampuan mengenal huruf adalah tahap perkembangan anak dari belum
tahu menjadi tahu tentang keterkaitan bentuk dan bunyi huruf, sehingga
anak dapat mengetahui bentuk huruf dan memaknainya. " Menurut Carol
Seefeldt dan Barbara A. Wasik (2008: 326) mengatakan bahwa sangat
umum bagi anak-anak mengalami kesulitan untuk membedakan huruf “E”
dengan huruf “F” atau “N” dengan huruf “M” serta “B” dan “D” .Baru
kemudian anak mampu menggabungkan suku kata menjadi kata, misalnya
"bi" dengan "ru" menjadi "biru" .Tahapan membaca permulaan anak
dimulai dari mengenal huruf terlebih dahulu.
Widymartaya, mengatakan bahwa mengenal huruf adalah peninjau
berkelanjutan pengembangan diri, kekuatan berpikir kita selalu mendorong
pemikiran yang cermat lurus dan jelas.Steinberg dalam Anggraeni,
mengatakan bahwa membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan
secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini merupakan
perkataan- perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan
bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang
12

menarik sebagai perantara pembelajaran." Kegiatan untuk


mengembangkan kemampuan mengenal huruf anak harus dikemas
semenarik mungkin agar anak tertarik dengan kegiatan tersebut.
Anderson, memandang membaca mengenal huruf suatu proses
untuk memahami makna suatu tulisan. Proses yang dialami dalam
mengenal huruf adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu
kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, rasa, kalimat dan
wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Bahkan
lebih jauh dari itu dalam kegiatan mengenal huruf, mengenal huruf Anak
perlu mngetahui atau mengenal dan memahami huruf abjad untuk
akhirnya menjadi pembaca dan penulis yang mandiri dan lancar
(Anderson, 1985) .
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa mengenal
huruf adalah kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan anak dalam
mengetahui dan memahami tanda-tanda aksara dalam tata tulis yang
merupakan huruf abjad dalam melambangkan bunyi bahasa. Kemampuan
anak dalam mengetahui huruf dapat dilihat saat anak mampu menyebutkan
suatu simbol huruf, dan kemampuan anak dalam memahami huruf dapat
dilihat dari kemampuan anak saat memaknai huruf sehingga anak mampu
menyebutkan huruf depan dari sebuah kata., dan mengenal huruf juga
termasuk suatu kegiatan visual yang prosesnya melibatkan penerjemahan
kata-kata tertulis menjadi suatu suara yang dipadukan dengan
kata.Mengenal huruf diajarkan sesuai dengan kurikulum untuk anak
prasekolah, program ini mencakup kata-kata yang utuh, masuk akal dalam
konteks pribadi anak,dan mareti disampaikan melalui permainan dan
aktivitas yang menyenangakan sebagai saran pembelajaran. Dalam
pengembangan kemampuan mengenal huruf pada anak tentunya perlu
disajikan pembelajaran yang semenarik mungkin agar anak tetap tertarik
dalam belajar mengenal huruf, mengenal huruf juga disebut keterampilan
otak dan mata karena mata dapat mengdalikan tanda bacaan saat
pengucapan sehinga tidak terjadi kesalahan dan otak digunakan untuk
13

memahami pesan yang bawa oleh mata untuk memerintahkan organ tubuh
lainnya untuk melakukan sesuatu.
b. Tahap – Tahap Perkembangan Mengenal Huruf
Kemampuan mengenal huruf pada anak berkembang dalam beberapa
tahap menurut Cohrame Efal dalam Bewer, Perkembangan mengenal huruf
anak berlangsung dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
1) Tahap Fantasi ( magical stage )
Pada tahap ini anak mulai mempelajari dengan menggunakan
buku,melihat dan membalik halaman,atau membawa buku
kesukaannya
2) Tahap Pembentukan Konsep Diri ( Self Concept Stage )
Pada tahap ini anak –anak mulai melihat diri mereka sebagai
pembaca, dimana mereka terlibat dalam aktivitas seperti membaca,
berpura – pura membaca buku,dan menafsirkan gambar berdasarkan
pengalamannya, serta menggunakan bahasa sastra yang tidak sesuai.
3) Tahap membaca gambar ( Bridging Reading Stage )
Pada tahap ini anak mulai sadar menulis di buku dan
mengesplorasi kata- kata yang ditemuinnya, sudah bisa
mengungkapkan kata –kata bermakna yang berhubungan dengan
dirinya,sudah tahu cara menulis puisi, lagu dan tahu kata-kata yang
tertulis di buku alfabet.
4) Tahap Pengenalan huruf ( Take-off Reader stage)
Pada tahap ini anak menjadi tertarik membaca huruf, dapat
mengingat tulisan dalam konteks tertentu, mencoba mengenali tanda-
tanda pada lingkungan sekitar dan membaca berbagai jenis tanda
seperti pada papan iklan,karton susu, pasta gigi dan lain- lain.
5) Tahap membaca lancar huruf ( IndependentReader stage )
Pada tahap ini anak sudah bisa membaca huruf berbagai macam buku.
Menurut Ahmad susanto dari musodah, tahap perkembangan anak
usia 5 sampai 6 tahun adalah tahap mengenal huruf awal. Anak menjadi
tertarik membaca dan membaca huruf- huruf abjad yang ada di
14

lingkungan seperti kotak susu, pasta gigi, dan lain-lain, pada tahap
ini,anak juga mulai mengenal alfabet hingga akhirnnya memahami
bahwa setiap huruf memiliki bentuk dan makna yang berbeda-
beda ,anak –anak lebih tertarik membaca huruf pada tanda – tanda
yang ada dilingkungannya.
Jeann Chall dalam Partijem mengatakan bahwa ada 4 tahapan
perkembangan kemampuan mengenal huruf yaitu:
a) Tahap dasar (0)
Pada tahap ini ditandai ketika anak mulai menguasai
prasyarat mengenal dan membedakan huruf dalam alphabet.
Kemudian anak dapat membaca beberapa kata yang sering ditemui
seperti di televisi atau media lainnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa
anak sudah dapat membedakan antara pola huruf meskipun belum
dapat mengerti kata itu sendiri.
b) Tahap 1
Tahap ini terjadi pada tahun pertama sekolah, anak belajar
kecakapan mengenal dan mengiungat huruf – huruf abjad ke dalam
suara dan kata-kata.
c) Tahap 2
Anak sudah belajar mengenal dan membedakan hubungan
dari huruf ke suara serta dapat membaca sebagian besar kata dan
kalimat sederhana.
d) Tahap 3
Anak sudah bisa mendapatkan informasi dari materi yang
tertulis. Anak anak belajar dari buku yang mereka baca.
Berdasarkan beberapa pendapat diatasdapat disimpulkan bahwa
tahap awal perkembangan mengenal huruf pada anak dimulai sejak anak
belajar menggunakan buku, mulai melakukan kegiatan membaca huruf
atau berpura-pura membaca buku, mampu mengemukakan kata- kata yang
diketahuinnya,mulai membaca tanda- tanda dilingkungannya seperti kotak
15

susu dan pasta gigi,membedakan beberapa huruf alfabet dan membaca


kalimat sederhana.
c. Aspek- Aspek Dalam Mengenal huruf
Menurut (Hairuddin, dkk, 2001) . yang berpendapat sama dengan
Puji Santosa, bahwa proses mengenal huruf melibatkan kegiatan fisik dan
mental. Lebih lanjut menurut Burns proses mengenal huruf terdiri atas
delapan aspek. Aspek tersebut, adalah sebagai berikut:
1) Aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol
tertulis
2) Aspek perseptual, yakni aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa
yang dilihatnya sebagai simbol atau kata.
3) Aspek sekuensial, yakni kemampuan mengikuti pola-pola urutan,
logika, dan gramatikalteks.
4) Aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara
simbol dan bunyi, dan antara kata-kata dan yang dipresentasikan.
5) Aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata
dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna.
6) Aspek berpikir, yakni kemampuaį untuk membuat interferensi dan
evaluasi dari materi yang dipelajari.
7) Aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah
dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru
dipelajarı.
8) Aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat mengenal
huruf pada anak yang berpengaruh terhadap keingin tahuan anak
mengenal huruf.
Sedangkan aspek mengenal huruf menurut Whitehust dan Lonigan
dalam Tjoe, menjelaskan ada tujuh komponen emergent literacy, yaitu:
1. Language, yaitu anak harus dapat berbahasa dengan tutur kata mereka
2. Convention of print, anak dapat membaca huruf melalui penemuan
cetak
3. Knowledge of letter, kemampuan anak untuk mengindetifikasi huruf
16

4. Linguistic awareness, anak dapat mengidentifikasi unit linguistic.


Seperti fonem, silabel, dan kata
5. Korespondensi phoneme grapheme, anak sudah dapat memahami
bagaimana mensegmentasikan dan mendiskriminasikan beragam suara
bahasa dengan huruf tertulis
6. Emergent reading, anak berpura-pura membaca buku cerita dan
membuat narasi dengan gambar
7. Emergent writing, anak berpura-pura menulis, nama atau cerita mereka
8. Motivasi print, anak tertarik dalam membaca dan menulis atau
mengajukan pertanyaan tentang huruf
9. Other cognitive skill, kemampuan kognitif yang dimiliki individu
dengan bahasa, kesadaran linguistic, dll.
Broughton, dkk mengemukakan bahwa terdapat dua aspek penting
dalam membaca yaitu:
a. Keterampilan mekanik yang harus diperoleh dianggap sebagai tatanan
yang lebih rendah, yaitu: bentuk huruf, unsur kebahasaan (fonem, kata,
frasa, pola kalimat, frasa, dan sebagainya), keterampilan pengucapan
bahasa tertulis dan kecepatan membaca hingga level lambat
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skill). dapat
diselenggarakan pada tingkat yang lebih tinggi, Yaitu: memahami
makna sederhana (leksikal, gramatikal, 18 retoris), pemahaman makna
atau makna (maksud dan sasaran). penulis, makna atau kondisi budaya,
respon pembaca), rating atau penilaian (isi, bentuk) dan kecepatan
membaca fleksibel dan mudah beradaptasi dengan keadaan (Broughton,
2000).

Dari beberapa pendapat diatas dapat aspek perkembangan


membaca anak yaitu: seorang pembaca harus menguasai Aspek sensori,
yang merupakan aspek untuk kemampuan anak memahami simbol-simbol
tulisan atau huruf, aspek keterampilan mekanik dapat memperoleh
prngucapan bahasa tulis dan kecepatan membaca sampai tingat lambat
17

anak membaca.Aspek dalam language, convention of print, knowledge of


letter, linguistic awareness, motivasi print, dan other cognitive skill. Kosa
kata anak aka berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya.

d. Indikator Perkembangan Mengenal huruf


Indikator kemampuan mengenal huruf permulaan menurut peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 tentangStandar Nasional Pendidikan Peserta didik Usia Dini, tingkat
pencapaianperkembangan peserta didik usia 5-6 tahun pada lingkup
keasksaraan yaitu:
1) menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal.
2) memahami arti kata dalamcerita
3) menyebutkan suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada
disekitarnya
4) menuliskan nama sendiri,
5) membaca nama sendiri,
6) memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, dan
7) menyebutkankelompok gambar yang memiliki huruf/bunyi awal yang
sama.

Sedangkan pendapat Maryatun dalam Lestari, menjelaskan bahwa


indikator pembelajaran mengenal huruf pada peserta didik ada tiga yaitu:
kelancaran anak dalam mengenal huruf dari huruf A sampai Z dan dapat
membedakan huruf, ketentuan pelafalan dalam membaca bisa terlihat saat
anak membaca dan menunjuk dengan benar, dan kejelasan nada dalam
membaca huruf perlu digunakan bahasa yang jelas (lemah dan keras),
(Lestary, 2014).
Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Lestari,
pengembangan kemampuan bahasa anak dalam lingkup keasksaraan
meliputi, dapat menghubungkan gambar/benda dengan kata, menyebutkan
berbagai bunyi/suara tertentu, menjiplak huruf, meniru huruf dan membuat
huruf.26 Tahap ini berada pada umur 5-6 tahun. Anak masih banyak
18

memerlukan stimulus dari guru maupun orang tua untuk mengembangkan


kemampuan membaca permulaan tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dalam
membaca yaitu peserta didik harus bisa terlebih dahulu memahami,
menyebutkan huruf alfabet dam mengelompokkan huruf dan bunyi yang
sama, pada usia 5-6 tahun juga anak masih sangat membutuhkan stimulus
dari orang tua serta dari pendidik untuk membantu mengembangkan
kelancaran membaca anak.

Tabel 1.1 Indikator Kemampuan Mengenal huruf

NO. Indikator Deskripsi


1. Mengenal huruf- huruf abjad Anak mampu atau dapat
menyebut huruf vokal
2. Membedakan huruf- huruf abjad Anak mampu menyebut atau
memnedakan dengan kata lengkap

e. Tujuan Mengenal Huruf


Tujuan mengenal huruf mencakup :
1) Mengembangkan kecerdasan anak.
2) Agar anak dapat mengenal huruf untuk persiapan membaca dan menulis
3) Untuk kesiapan anak sebelum masuk kejenjang selanjutnya
4) Dapat membaca dengan mudah
5) Mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai
kehidupan lainnya
Menurut Surastina, keterampilan mengenal huruf bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan
maupun tertulis. Kegiatan mengenal huruf mempunyai tujuan mencakup
hal-hal sebagai berikut:
a) Mengembangkan kecerdasan anak.
b) Agar anak dapat mengenal huruf untuk persiapan membaca dan menulis
c) Untuk kesiapan anak sebelum masuk kejenjang selanjutnya
19

Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuie.


Memperoleh informasi untuk laporan lisan maupun tertulis. Mengkonfirmasi
atau menolak prediksi. Menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh darisuatu teks dalam beberapa
cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.
Pengajaran mengenal huruf, menurut Soejono dalam Lestary,
memiliki tujuan yang memuat hal-hal yang harus dikuasai anak secara
umum, yaitu:
a. Mengenalkan anak pada huruf -huruf dalam abjad sebagai tanda suara
atau tanda bunyi.
b. Melatih keterampilan anak untuk mengubah huruf-huruf dalam kata
menjadi suara.
c. Pengetahuan huruf-huruf dalam abjad dan keterampilan menyuarakan
wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika anak
belajar membaca lanjut (Lestary, 2004).
Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan mengenal
huruf bisa meningkatan kemampuan berbahasa atau komunikasi anak dan
membaca, juga bisa menimbulkan kesenagan pada diri anak, membatu
anak untuk dapat mengelola kata serta untuk menunjang pembelajaran
pada tahun- tahun berikutnya.

2. Permainan Kartu Huruf


a. Pengertian permainan
Menurut KBBI permainan merupakan sesuatu yang digunakan
untuk bermain, baik berupa barang ataupun sesuatu yang dapat digunakan
untuk bermain. Beberapa ahli berpendapat mengenai permainan salah
satunya, yaitu Gross dimana menurut Gross permainan hendaknya dilihat
sebagai latihan fungsi-fungsi yang sangat penting untuk kehidupan dewasa
kelak. Sedangkan menurut Schaller, permainan menawarkan kelonggaran
setelah melakukan suatu tugas atau bersifatmerefresh, Schaller menyebut
bahwa permainan adalah lawan kata dari bekerja (Schaller, 2015)
20

Para pakar sepakat menyatakan bahwa permainan merupakan


dunia bagianak. Permainan bagi anak dilakukan saatberlari, berjalan,
menggali tanah, mandi,melompat, memanjat pohon,menggambar,
menyanyi dan masihbanyak lagi. Secara bahasa, permainan merupakan
kegiatan yang dilakukan anaksecara spontan atau langsung, ataukegiatan
yang dilakukan melalui interaksibaik itu dengan orang lain maupunbenda-
benda di sekitarnya, dilakukandengan senang hati, kemauan sendiri,penuh
imajinasi, menggunakan limaindera dan seluruh anggota tubuh.
Menurut Ruswandi, permainan merupakan kegiatanyang
memberikan pengalaman belajarbagi para pemainnya. Permainan
merupakan suatu kegiatan bermain yang dikendalikan dan ditandai oleh
aturan yang telah disepakati bersama dan memberikan pengalaman belajar
bagi para pemainnya (Ruswandi,dkk., 2010)
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa permaian adalah
kegiatan yang silakukasan anak secara spontan atau tidak sadar
melakukannya dengan berlari, berjalan, menggali, mandi, melompat,
memanjat pohon, menggambar, menyanyi dan banyak lagi. Kegiatan yang
dilakukan oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain dan benda-
benda disekitarnya, dilakukan dengan gembira, sukarela, penuh imajinasi,
menggunakan panca indera dan seluruh bagian badan. Jadi dengan
menngunakan permainan kita akan lebih mudah meberikan pembelajaran
kepada peserta didik, selain itu juga anak lebih cepat memahami
pembelajaran dan tidak mudah merasa bosan.
b. Syarat- Syarat Permaian Bagi Anak Usia Dini
Ada beberapa syarat yang harus pendidik ketahui sebelum melakukan
permainan dan permainan tersebut bisa memberikan manfaat yamg
maksimal bagi pertumbuhan anak usia dini yaitu :
1) Waktu bermain
Anak – anak harus mempunyai cukup waktu untuk
bermain,kerna pada masa anak usia dini ini adalah masanya bermain
21

bukan saatnya anak dipaksa untuk belajar ataupun bekerja. Dan waktu
yang tepat dalam bermain sebaiknya dilakukan dipagi atau sore hari.
2) Peralatan bermain
Jenis alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan
taraf perkembangannya. Alat permainan hendaknya memenuhi kriteria
sebagai berikut. (1) Aman bagi anak. (2) Ukuran, bentuk dan warna
sesuai usia anak dan taraf perkembangannya. (3)
Berfungsimengembangkan seluruh aspek perkembangan anak. (4)
Dapat dimainkan secarabervariasi/cara. (5) Merangsang partisipasi aktif
anak, menurut DR. Fitzhugh Dodson - 90% aktivitas anak dan 10 %
aktivitas alat permainan. (6) Sesuai kemampuan anak (tidak terlalu sulit
atau terlalu mudah). (7) Menarik dari segi warna dan bentuk atau suara
(jikabersuara). (8) Tahan lama/tidak mudah rusak. (9) Mudah didapat
dan dekat denganlingkungan anak. (10) Diterima oleh semua
budaya.Jumlah alat permainan yang digunakan hendaknya cukup,
dengan kebutuhan anak, tidakterlalu sedikit atau tidak terlalu banyak.
3) Teman bermain
Seorang anak sangat membutuhkan teman bermain, teman
bermain bisa ditentukan oleh anak,dan orang tua sendiri, dengan
adanya teman bermain anak dia bisa menjadi lebih
ceria,mengembangakan sosioalisasi anak,bahasa anak dan lainya.
4) Tempat bermain
Dalam kegiatan bermain anak perlu disediakan tempat bermain
yang cukup untuk anak bisa bergerak dengan bebas.
5) Aturan main
Anak bermain melalui mencoba-coba sendiri,meniru teman,
atau dengan permainan yang diberikan orang tua ataupun guru, dan
karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat
bermainnya, jadi orang tua dan guru harus memberikan aturan dalam
bermain (Herman,Rusmayadi ,I wayan sutama,2017 )
22

c. Pengertian Kartu Huruf


Flash Card atau Education Card adalah kartu-kartu bergambar
yang disertai dengan kata-kata, yang dipublikasikan oleh Glenn Doman, ia
adalah seorang dokter ahli otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Kartu
huruf atau yang biasa disebut Flash Card Abjad adalah bentuk media atau
alat permainan yang bersifat untuk mendidik yang dikhususkan bagi anak-
anak usia dini atau usia pra sekolah yang berisi kartu-kartu yang
bertuliskan 26 macam huruf alphabet. Menurut Sujiono dalam Warsiti,
kartu huruf adalah kartu pintar yang berisi gambar yang dirancang untuk
memudahkan anakdalam pembelajaran membaca. Kartu huruf lebih
mudah digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar.
Kartu huruf merupakan abjad-abjad yang dituliskan pada
potonganpotongan suatu media baik karton, kertas maupun papan tulis
atau tripleks. Potongan-potongan kartu huruf tersebut dapat dipindah
pindahkan sesuai keinginan pembuat suku kata, kata maupun kalimat.
Penggunaan kartu huruf ini sangat menarik perhatian anakdan sangat
mudah digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan. Selain itu
kartu huruf juga melatih kreatif anak dalammenyusun kata-kata sesuai
dengan keinginanya. Sedangkan Arsyad menjelaskan bahwa kartu huruf
adalah kartu kecil yang berisi gambaran- gambaran,teks atau simbol yang
mengingatkan anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan ganbar itu,
dapat digunakan untuk melatih anak dalam mengeja dan memperkaya
kosa kata.
Maimunah Hasan, mengungkapkan bahwa kartu huruf adalah
penggunaan sejumlah kartu sebagai alat bantu untuk belajar membaca
dengan cara melihat dan mengingat bentuk huruf dan gambar yang disertai
tulisan dari makna gambar pada kartu (Hasan, 2009). Menurut Sulianah,
kartu huruf adalah media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak
untuk bermain dalam menyusun huruf-huruf alfabet menjadi sebuah kata
berdasarkan teka-teki ataupun soal-soal yang diberikan guru. Latihan
dalam menyusun huruf ini merupakan keterampilan untuk mengeja suatu
23

kata. Kartu huruf juga dapat diartikan sebagai media yang dibuat oleh
pabrik maupun dibuat sendiri sesuai kreatifitas guru, berbentuk potongan-
potongan yang berisi gambar ataupun tulisan dan bersifat untuk
menyampaikan komunikasi atau stimulus dalam pembelajaran anak
keterlibatan anak dalam memainkan karty huruf lebih memudahkan anak
untuk belajar membaca (Sulianah, 2013).
Dari uraian diatas dapat disimpilkan bahwa kartu huruf merupakan
suatu alat yang di gunakan pendidk untuk mempermudaha anak dalam
mengeja atau menyusun hurfu alfabet,mendia kartu huruf ini terbuat dari
bahan loose part. Penggunaan kartu hufur sangat sederhanadan dapat
memnudahakan anak dalam mengeja atau lebih dalam mengenal
huruf.Selain itu penggunaan kartu huruf sebagai alat permainan mengeja
huruf kepada anak usia dini, dapat mengingatkan anak kepada huruf- huruf
kembali, sehingga anak akan lebih mudah dalam mengejahuruf. Proses
membuatannya mudah dan bahan yang digunakan ramah limgkungan.
Permaina kartu huruf dibut dengan berangam warna yang berbeda dan
setiap kartu terdapat kerangka huruf, sehingga anak nantinya akan diminta
untuk menempelkan huruf pada kerangka yang sudah tersedia.
d. Manfaat Menggunakan Kartu Huruf antara lain :
Samekto S. Sastrosudirjo, menyatakan beberapa manfaat yang dapat
diambil dari penerapan permainan kartu huruf yaitu:
(1) Merangsang anak belajar secara aktif. Permainan kartu huruf
merupakan pembelajaran yang menggunakan kartu huruf untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf. Melalui
permainan kartu huruf, anak-anak distimulasi untuk belajar secara
aktif dalammengenal huruf dengan cara yang menyenangkan.
(2) Melatih siswa memecahkan persoalan. Melalui permainan kartu huruf,
anak-anak mampu memecahkan persoalanyang terkait dengan
kemampuan mengenal huruf, karena dengan permainan kartuhuruf
anak-anak dapat belajar dengan mudah tentang bentuk-bentuk huruf.
Anakanak juga dapat memaknai simbol huruf dengan cara melihat
24

gambar yang disertaitulisan dari nama gambar yang tertera pada kartu
huruf tersebut.
(3) Timbul persaingan yang sehat antar anak.Penerapan permainan kartu
huruf juga dapat menumbuhkan rasa disiplin danmenumbuhkan jiwa
sportif pada diri anak-anak, sehingga dapat membangunpersaingan
yang sehat antar anak-anak.
(4) Menumbuhkan sikap percaya diri pada anak.Permainan kartu huruf
juga memupuk sikap percaya diri pada anak-anak,karena anak-anak
distimulasi untuk berani belajar sendiri saat mencoba bermainkartu
huruf (Sastrosudirjo, 1988) .
Maimunah Hasan, menyatakkan bahwa beberapa manfaat
yangdapat diambil dari permainan kartu huruf yaitu:
1) Dapat membaca dengan mudahPermainan kartu huruf dapat
membantu anak untuk mengenal huruf denganmudah, sehingga
membantu anak-anak dalam kemampuan membacanya.
2) Mengembangkan daya ingat otak kananPermainan kartu huruf
dapat mengembangkan kemampuan otak kanan karenadapat
melatih kecerdasan emosi, kreatif, dan intuitif.
3) Memperbanyak perbendaharaan kataPermainan kartu huruf
terdapat gambar dan tulisan dari makna gambar yangtertera pada
kartu, sehingga dapat memperbanyak perbendaharaan kata
yangdimiliki anak-anak (Hasan, Maimunah., 2009).

Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa manfaat


kartu huruf yaitu bisa merangsang anak untuk aktif, mandiri ,memiliki
rasa percaya diri ,mengnembangkan daya ingat anak, memperbanya
kosa kata anak, dapat membaca dengan mudah, menimbulkan rasa
persaingan yang sehat antara anak.
25

3. Anak Usia Dini


a. Pengertian Anak Usia Dini
Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa “anak usia
dinimerupakan individu penduduk yang berusia antara 0-6 tahun”. Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, menyebutkan
bahwa“ yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam
rentang usia 0-6tahun. Fadlillah, mengemukakan bahwa “ anak usia dini
ialah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembanganyang bersifat unik” (Fadillah dkk., 2014).
Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalamiproses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan
dikatakansebagai lompatan perkembangan. Hurlock dalam Aziz, Safruddin,
mengemukakan bahwa “kategori anak usia dini atau taman kanak-kanak
awal adalah prasekolah yangercangkup pada kelompok usia antara 2 hingga
6 tahun (Aziz, Safrudin, 2017).
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun
Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 dan 0-8 tahun menurut para pakar
pendidikan anak. Menurut Mansur, anak usia dini adalah kelompok anak
yang berada dalamproses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik. Mereka memiliki polapertumbuhan dan perkembangan yang khusus
sesuai dengan tingkat pertumbuhandan perkembangannya (Mansur, 2005).
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena
anakmengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan
tidak tergantikanpada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di
bidang neurologi terbuktibahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam
kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan
otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahunmencapai 100% (Suyanto,
2005)
Dari uraian diataas dapat pahami bahwa anak usia dini adaalah anak
yang rentang usianya 0-6 tahun pada masa ini anak pada usia ini juga
disebut golden age( masa ke emasan ), dimana pada masa ini anak
26

berkembangan dan tumbuh sangat pesat, unik, dan pada masa ini juga anak
usia dini mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan memliki imajinasi yang
tinggi.

b. Karakteristik Anak Usia Dini


Anak usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang
dewasa,karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara
dan berbeda. Kartini Kartono, menjelaskan bahwa anak usia dini
memilikikarakteristik 1) bersifat egosentris naif, 2) mempunyai relasi sosial
dengan bendabenda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3)
ada kesatuan jasmanidan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan
sebagai satu totalitas, 4) sikaphidup yang fisiognomis, yaitu anak secara
langsung membertikan atribut/sifatlahiriah atau materiel terhadap setiap
penghayatanya.Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini
dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-9) sebagai berikut: 1) memiliki
rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka
berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensialuntuk belajar, 5) memiliki
sikap egosentris, 6)memiliki rentan daya konsentrasi yangpendek, 7)
merupakan bagian dari mahluk sosial, (Kartono, Dr. Kartin, 1990).
Fadlillah menyatakan bahwa beberapa karakteristik anak usia dini yaitu :
1) unik; 2) Egosentri; 3) Aktif dan energik; 4) Rasa ingin tahu yang
besar; 5) eksploratif dan berpetualang; 6) spontan; 7) senang berfantasi; 8)
masih mudah frustasi; 9) daya perhatian yang kurang; 10) belajar dari
pengalaman; 11) menunjukkan minat kepada teman- teman. Sejalan
dengan pendapat Wiyani, anak yang tumuh dan berkembang memiliki
karakteristik yaitu : 1) rasa ingin tahu yang besar; 2) pribadi yang unik; 3)
berimajinasi dan berfantasi; 4) sikap egoisnya tinggi; 5) lebih suka
bermain; 6) belum mampu menjelaskan sesuatu yang bernilai abstrak dan
7) daya konsentrasi yang minim .
Sementara itu, Rusdinal (2005), menambahkan bahwa karakteristik
anakusia 5-7 tahun adalah sebagai berikut: 1) anak pada masa
27

praoperasional, belajarmelalui pengalaman konkret dan dengan orientasi


dan tujuan sesaat, 2) anak sukamenyebutkan nama-nama benda yang ada
disekitarnya dan mendefinisikan kata, 3) anak belajar melalui bahasa lisan
dan pada masa ini berkembang pesat, 4) anak memerlukan struktur
kegiatan yang lebih jelas dan spesifik, (Rusdinal, dkk, 2005).
Secara lebih rinci, Syamsuar Mochthar, mengungkapkan tentang
karakteristik anak usia dini, adalah sebagai berikut:
a. Anak usia 4-5 tahun
1) Gerakan lebih terkoordinasi
2) Senang bernain dengan kata
3) Dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati
4) Dapat mengurus diri sendiri
5) Sudah dapat membedakan satu dengan banyak
b. Anak usia 5-6 tahun
1) Gerakan lebih terkontrol
2) Perkembangan bahasa sudah cukup baik
3) Dapat bermain dan berkawan
4) Peka terhadap situasi sosial
5) Mengetahui perbedaan kelamin dan status
6) Dapat berhitung 1-10 (Muchtar, 1987)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
karakreristik anak usia dini yaitu : 1) unik; 2) Egosentri; 3) Aktif dan
energik; 4) Rasa ingin tahu yang besar; 5) eksploratif dan
berpetualang; 6) spontan; 7) senang berfantasi; 8) masih mudah
frustasi; 9) daya perhatian yang kurang; 10) belajar dari pengalaman;
11) menunjukkan minat kepada teman- teman. : 12) rasa ingin tahu
yang besar; 13) pribadi yang unik; 14) berimajinasi dan berfantasi; 15)
sikap egoisnya tinggi; 16) lebih suka bermain; 17) belum mampu
menjelaskan sesuatu yang bernilai abstrak dan 18) daya konsentrasi
yang minim.
28

c. Aspek- Aspek perkembangan Anak Usia Dini


Ada enam aspek perkembangan pada anak usia dini yang
kemukakan oleh susanto yaitu :
1) Perkembangan Agama dan Moral
Perkembangan moral pada anak masih rendah, karena
perkembangan intelektual belum mampu memahami sesuatu yang
bernilai abstrak, anak belum mampu membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, serta anak belum tau peraturan padan agama karena
anak tidak tau manfaatnya.
2) Perkembangan Sosional Emosional
Perkembangan sosial merupakan kemampuan anak dalam
berinteraksi dengan orang lain, sedangkan perkembangan emosional
adalah kemampuan anak dalam mengekspresikan persaan atau emosinya
menggunakan mimik wajah dan tingkaah laku. Perkembangan sosial dan
emosional pada anak usia dini sudah ada sejak anak masih bayi, hal ini
sejalan dengan pendapat Robinson bahwa sejak lahir setiap individu
sudah dibekali kemampuan emosi.
3) Perkembangan kognitif
Kemampuan kognitif merupakaan kemampuan anak dalam
mengelola informasi dan pengetahuan yang ada dalam kehidupan sehari
hari, perkembangan kognitif anak usia dini berkaitan dengan otak anak.
Perkembangan kognitif anak usia dini dapat dilihat dari kematangan
dan kemampuan anak dalam berfikir, hal ini berawal pada rasa ingin
tahu anak yang besar.
4) Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Bahasa dalah sarana yang digunakan dalam berkomunikasi,
perkembangan bahasa anak usia dini mulai terlihat pasa saat anak
berusia satu tahun. Dengan bertambahnya usia pada
anak,perkembangan bahasa anak juga semakin meningkat.
29

5) Perkembangan Fisik Motorik


Perkembangan fisik motorik pada anak usia dini adalah bagia
penting dalam perkembangan anak, perkembangan fisik dan motorik
anak usia dini berkembang sejak dini karena berkaitan dengan
keterampilan gerak yang mempengaruhi otot- otot besar pada anak usia
dini
6) Perkembangan Kreatifitas Anak Usia Dini
Perkembangan kreatifitas anak usia dini merupakan bentuk
perilaku, motivasi, proses, dan hasil karya pada anak yang dapat
meningkatkan kreativitasnya. Susanto mengemukakan bahwa bentuk
kreativita pada anak usia dini dapat dilihat dari bagaimana kemampuan
anak dalam berpikir kreativitas, sikap kreatif dan karya anak yang
kreatif, (Mursid, 2015).

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Tabel 1.2
Hasil Penelitian Yang Relevan
NO Judul penelitian Persamaan Perbedaan
1 Ari Musobah skirpsi Persamaan hasil penelitian Perbedaan
( 2014 ) ini bahwa metode pada penelitian
‘’Peningkatan kemampuan pengumpulan data yang ini adalah
mengenal hurfu melalui digunakan adalah metode lokasi
media kartu bergambar observasi, dokumentasi penelitian yang
pada anak kelompok B2 dan wawancara. Hasilpun berbeda dan
RA MA`ARIF NU karang menunjukkan terdapat permainan
tengah kertanegara peningkatan kemampuan kartu
purbalingga’’ membaca pemula melalui bergambar
permaianan kartu yang
bergambar diterapkan oleh
peneliti
2 Syari`ati masyithoh Persamaan penelitian ini Perbedaan
30

skiripsi ( 2016 ) ‘’ yaitu sama- sama untuk pada penelitian


Meningkatkan meningkatkan kemampuan ini adalah
kemampuan mengenal mengenal huruf tersebut lokasi
huruf malalui media balok menggunakan metode penelitian yang
huruf pada kelompok B yang sama yaitu penelitian berbeda dan
TK Negeri pembina tindakan kelas media balok
batul’’ huruf yang
diterapkan oleh
peneliti
3 Trisniwati, skirpsi Persamaan penelitian ini Perbedaan
( 2014)’’ peningkatan yaitu sama- sama untuk pada penelitian
kemampuan mengenal meningkatkan kemampuan ini adalah
huruf melalui metode mengenal huruf tersebut lokasi
permainan kartu huruf menggunakan metode penelitian yang
pada kelompok B di TK yang sama yaitu penelitian berbeda dan
AbA ketanggungan tindakan kelas media balok
wirobrajan yogyakarta ‘’ huruf yang
diterapkan oleh
peneliti
4 Gabriela,Rosalia,syatauw,s Persamaan hasil penelitian Perbedaannya
olehun,nouval rumaf ini bahwa metode yaitu penelitian
jurnal (2020)‘’Peningkatan pengumpulan data yang ini bertuju
kemampuan mengenal digunakan adalah metode pada
huruf melalui permainan observasi, dokumentasi pembelajaran
kartu huruf mataa dan wawancara. Hasil pun bahasa
pelajaran bahasa indonesia menunjukkan terdapat indonesia di
Di sekolah dasar’’ peningkatan kemampuan sekolah dasar
membaca pemula melalui sedangkan
permaianan kartu penelitian
bergambar berfokus pada
anak usia dini
31

5 Nova djangkali, jurnal Persamaan hasil penelitian Perbedaannya


( 2019) ‘’meningkatkan
ini bahwa metode yaitu penelitian
kemampuan mengenal
huruf melalui metode pengumpulan data yang ini bertuju
permainan kartu huruf di
digunakan adalah metode pada
TK aisyiyah busthanul
athfal IV” observasi, dokumentasi pembelajaran
. dan wawancara. Hasil pun bahasa
menunjukkan terdapat indonesia di
peningkatan kemampuan sekolah dasar
membaca pemula melalui sedangkan
permaianan kartu huruf penelitian
berfokus pada
peningkatan
kemampuan
mengenal
huruf anak usia
dini

Dari penelitian relevan diatas, terbukti bahwa Permainan bisa dijadikan alat
atau media pembelajaran untuk penggenalan huruf dan simbol – simbol huruf
pada anak usia dini. dengan adanya Alat Permainan sebagai media pembelajaran
bagi Anak Usia Dini dapat mempermudah pendidik dalam proses belajar
mengajar serta meningkatkan kreativitas pendidik dan peserta didik. Selain itu
penggunaan Kartu Huruf sebagai alat pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan membaca pada anak juga cocok diterapkan karena sudah ada
penelitian yang membuktikan bahwa Kartu Huruf dapat membantu anak dalam
peningkatan kemampuan membaca anak.

C. Kerangka Berpikir
32

Berdasarkan observasi awal dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal


huruf pada anak- anak di RA-Asyarif masih rendah, ada beberapa permasalahan
yang didapat pada observasi awal yaitu masih ada anak yang belum mengenal
alfabed, belum dapat membedakan huruf besar dan huruf kecil yang sesuai,dan
belum bisa membaca gabungan suku kata menjadi kata. Salah satu aspek
perkembangan anak yang perlu distimulus yaitu kemampuan mengenal hurufnya.
Mengenal huruf adalah sebuah proses anak untuk mengenal huruf dan
menyuarakannya. Terdapat pula beberapa tujuan membaca pada anak yaitu untuk
mengasah intelektual anak dan kecakapan mental pada anak tersebut. Mengenal
huruf juga bertujuan untuk mengajarkan kepada anak perbendaharaan kata,
mengenal simbol- simbol untuk persiapan membaca serta mempersiapkan anak
untuk siap membaca kejejang lebih lanjut.
Kemampuan mengenal huruf merupakan bagian dari aspek perkembangan
bahasa pada anak usia dini. Kemampuan mengenal huruf adalahkesanggupan anak
dalam mengetahui atau mengenal dan memahami tandatanda aksara dalam tata
tulis yang merupakan huruf abjad dalam melambangkan bunyi bahasa.
Kemampuan mengenal huruf perlu dirangsangdengan cara yang tepat, sehingga
kemampuan anak-anak dalam mengenal huruf dapat berkembang
optimal.Pemberian rangsangan untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf,
perlu menerapkan pembelajaran yang menarik. Pembelajaran yang menarik akan
meningkatkan motivasi belajar anak dan dapat menciptakansuasana belajar yang
menyenangkan, sehingga mempermudah masuknyarangsangan pada anak-anak.
Pemberian rangsangan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam
mengenal huruf, yaitu dengan menerapkan metode permainan dalam
pembelajaran.
Melalui metode permainan, anak akan merasa senang dan nyaman dalam
mengikuti pembelajaran, maka rangsangan yang diberikan akan diterima baik oleh
anak-anak. Selain itu metode permainan, anak akan mudahbelajar mengenal huruf
yang didukung dengan menggunakan kartu huruf.Penerapan metode permainan
kartu huruf dalam menstimulas kemampuan anak-anak, merupakan cara yang
tepat untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengenal huruf. Hal
33

tersebut dikarenakan dengan menerapkan metode permainan kartu huruf, anak-


anak akan lebihmudah dalam mengenal huruf-huruf saat bermain kartu. Anak-
anak akan melihat, memakai, dan mengingat simbol huruf dan gambar pada setiap
kartuhuruf yang anak mainkan.
Permainan kartu huruf dibuat untuk meningkatkan kemampuan mengenal
huruf pada anak, permainan kartu huruf ini dapat dilakukan sesuai dengan tema
pembelajaran yang sedang berlangsung disekolah yang bersangkutan atau bisa
dikatakan juga permainan kartu huruf ini bersifat fleksibel. Permainan kartu huruf
ini juga dapat menambah kosakata pada anak, dengan dibuatnya media ini bisa
membuat anak lebih bersemangat dalam pembelajaran membaca karena dengan
permainan ini dapat menarik perhatian anak dan tidak mudah membuat anak
bosan dalam belajar membaca.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Kondisi Guru Belum


memanfaatkan S
Awal
metode

Menggunakan Siklus I
Tindakan metode kartu siswa mampu menegenal
huruf huruf dengan permainan
kartu huruf

Kemampuan Siklus II
Kondisi membaca pada siswa mampu membaca
Akhir anak huruf dengan permainan
kartu huruf

D. Hipotesis Tindakan
34

Hipotesis merupakan gabungan dari kata "hipo" yang artinya dibawah, dan
tesis yang artinya kebenaran. Secara keseluruhan hipotesis berarti dibawah
kebenaran (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran
jika memang telah disertai dengan bukti-bukti. Arikunto, 15 Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji
secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita
pelajari. Hipotesis adalah keterangan semantara dari hubungan fenomena-
fenomena yang kompleks.

Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam


sebuah penelitian. Tujuan penelitian ilmiah secara umum adalah untuk
memecahkan masalah melalui metode ilmiah sehingga diperoleh pengetahuan
baru yang ilmiah (ilmu) Sebelum proses pemecahan masalah tersebut dilakukan,
seorang peneliti mempunyai berbagai alternatif-alternatif pemecahan yang bersifat
dugaan atau ada unsur ketidakpastian. Dugaan-dugaan tersebut selanjutnya akan
dibuktikan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah. Dugaan tersebut
dikenal sebagai proposisi atau hipotesis Sepetu sudah diterangkan sebelumnya,
dugaan tersebut didasarkan atau alasan,teoritis yang dijelaskan dalam kerangka
teoritis atau landasan teori, dan dibuat dengan proses dedukasi. Proporsi dan
hipotesis merupakan dua istilah yangrelatif sama, walaupun ada beberapa ahli
yang membedakannya. Menurut Emory dan cooper (1991)
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berfikir
diatas, maka rumusan hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Permainan kartu huruf yang terbuat dari bahan Loose Part layak digunakan
untuk peningkatan kemampuan membaca dan pengenalan huruf alfabet pada
anak usia dini di RA As-syarif sibanggor jae.
2. Permainan kartu huruf dari bahan Loose Part dapat meningktkan kemampuan
membaca pada anak usia 5- 6 tahun RA As-syarif sibanggor jae

BAB III
35

METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di As-Syarif Sibanggor Jae yang berada di
Kecamatan Puncak Sorik Marapi Mandailing Natal Pelaksanaan penelitian
dilakukan pada semester satu tahun, ajaran 2023/2024 pada bulan Maret- April.
Alasan peneliti memilih lokasi di RA As-Syarif Sibanggor Jae ini karena adanya
permasalahan yang dihadapi oleh guru di sekolah tersebut yaitu mengenai
motivasi dan hasil belajar siswa yang kurang mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM), sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.

B. Metode Penelitian Rancangan Siklus Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). PTK adalah peristiwa sosial dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas tindakan di dalamnya (Arifah, Fita Nur, 2017). Selanjutnya menurut
Kemmis dan McTaggart, PTK adalah gerakan diri untuk meningkatkan
pemahaman (Kemmis, S. & Mc. Taggart, R. , 1988). Senada dengan pendapat ahli
yaitu Kemmis dan Carr dalam Kasihani Kasbolah, penelitian tindakan kelas
(PTK) merupakan suatu bentuk penelitian bersifat reflektif, yaitu dilakukan oleh
masyarakat sosial yang bertujuan memperbaiki dan memahami situasi pekerjaan
yang dilakukannya. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam mengupayakan perbaikan
terhadap permasalahan yang dihadapi melalui hasil refleksi untuk meningkatkan
kinerja (Kasihani, Kasbolah, 1998).
Proses penelitian ini menggunakan model Kemmis dan McTanggart.
Model penelitian ini mempunyai siklus yang dapat berulang jika pada tahap awal
pelaksanaan ditemukan adanya kekurangan. Apabila pada siklus 1 ditemukannya
kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat
dilakukan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.
Dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan, peseliti memilih
35
model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Me Taggart Memorut
36

Saharsani Arikanto, adapun model PTK yang dimaksud anggambarkan adanya


empat langkah dan pengulangannya, (Arikunto, 2006).

Siklus I :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan 1
3. Observasi
4. Refleksi
Siklus II :
1. Perencanaan II
2. Pelaksanaan II
3. Observasi II
4. Refleksi II dan seterusnya
Masing-masing siklus memiliki penjelasan setiap langkah penelitiannya.
Adapun penjelasan siklus antara lain meliputi perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi siklus. Peneliti menggunakan dua siklus penelitian dengan
rincian setiap siklus terdapat empat pertemuan
Berikut masing-masing siklus yang akan dijabarkan menurut Sabartimi
dalam Arikunto, (Arikunto S. , 2006) :
1. siklus I
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti merancang tindakan yang akan
dilaksanakan, sebagai berikut:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) selama
satu siklus. RPPH disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari guru
kelas RPPH berguna sebagai pedoman peneliti dan guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas.
2) Menyusun instrumen penelitian dan penilaian dengan membuat lembar
observasi yang akan digunakan dalam pengamatan anak saat
melakukan permainan katu huruf untuk meningkatkan kemampuan
mengenal huruf RA As-syarif sibanggor jae
37

3) Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikannya


4) Mempersiapkan media yang akan digunakan yaitu Kartu Huruf
5) Peneliti memberikan gambaran atau penjelasan tentang permainan
kartu huruf sebelum digunakan dalam pembelajaran mengenal huruf
kepada guru.
b. Pelaksanaan (action)
Pelaksanaan dalam penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Selama melakukan proses
pembelajaran peneliti menjalankan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan Rencana Perencanaan Pembelajaran yang telah disiapkan terlebih
dahulu. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kolas
untuk melakukan sebuah proses kegiatan belajar mengajar, sementara itu
peneliti sebagai guru dan guru kelas sebagai pengamat yang mengamati
dan menilai seluruh tindakan yang dilakukan oleh anak Pelaksanaan
penelitian yang akan dilaksanakan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Adapun kegiatan yang akan dilakukan meliputi:
1) Kegiatan awal Pada kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa
secara klasikal dipimpin oleh peneliti dilanjutkan dengan bernyanyi
dan dengan tepuk tangan. Apersepsi dilakukan untuk mengawali
pembelajaran sebelum masuk inti pembelajaran yang berkaitan dengan
inti pembelajaran yang berkaitan, sehingga anak nantinya akan terlibat
secara langsung dan pembelajaran terlihat bermakna.
2) Kegiatan Inti Kegiatan inti yang dilakukan oleh peneliti adalah
menyampaikan materi-materi yang diajarkan pada hari itu
sesuaidengan RPPH yang telah dibuat sebelumnya.
38

Langkah-langkah dalam kegiatan inti dengan permainan kartu


huruf sebagai berikut:
a) Peneliti memperlihatkan permainan kartu huruf tersebut kepada
anak
b) Setelah semuanya siap peneliti mengawali dengan membaca doa
dan ice breaking terlebih dahulu kemudian anak-anak
mengikutinya
c) Peneliti mengenalkan huruf- huruf alfabed tersebut.
d) Peneliti mengajak anak-anak untuk membaca bersama-sama satu
persatu huruf yang telah disusun tersebut secara perlahan dan
berulang-ulang
e) Setelah itu peneliti meminta anak satu persatu mengucapkan
kembali huruf yang telah disusun menjadi sebuah kata diucapkan
bersama-sarna.
3) Kegiatan penutup meninjau kembali materi pertemuan tersebut. Guru
memberikan kesimpulan dan konklusi mengenai apa yang selah
dipelajari siswa selama pembelajaran berlangsung
c. Observasi (observation)
Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilaksanakan.
Observasi dilaksanakan oleh observer dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Observer melakukan observasi terhadap
tindakan yang dilakukan dengan mengisi kolom-kolom pada lembar
observasi sesuai dengan petunjuk pengisian. Observasi dilakukan untuk
mengetahui adanya pengaruh terhadap perbaikan dan peningkatan proses
pembelajaran serta pengaruh tindakan yang dilaksanakan. Observasi juga
dilakukan untuk mencatat kekurangan yang terjadi pada saat pembelajaran
sehingga dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.
d. Refleksi (reflection)
Refleksi sesuai dengan pendapat Suwarsih Madya, yaitu mengingat
dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti apa yang telah
dicatat dalam observasi. Dalam refleksi ini dilakukan sebuah evaluasi dari
39

hasil data-data yang diperoleh pada saat proses pembelajaran. Pada saat
evaluasi peneliti berdiskusi dengan guru kelas sebagai patner (Suawarsih,
Madya, 2006).
Dalam evaluasi ini yang dilakukan adalah memberi penilaian pada
setiap data-data yang diperoleh dan melakukan sebuah. Analisis tentang
apa saja yang menjadi hambatan dalam pembelajaran menyusun huruf
menjadi sebuah kata. Bila ditemukan penyebanya, maka dilakukan sebuah
refleksi mengenai cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut,
kemudian solasi yang diperoleh akan dipakai pada siklus kedua
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan apabila pada Sildus I belum berhasil. Tahapan
alur Siklus II hampir sama dengan tahapan pada alur Siklus II. namun pada
Siklus II sudah ada perbaikan terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki

C. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan didalam kelas. Penelitian tindakan kelas
dapat dijadikan sarana bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
secara efektif. Pada Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak usia
dini di RA As-Syarif Sibanggor Jae dengan jumlah anak didik sebanyak 35 anak
yang terdiri dari 12 orang anak laki-laki dan 23 orang anak perempuan yang
berada pada rentang usia 5-6 tahun serta 7 orang pendidik/guru

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Dalam penelitian tindakan, peneliti berperan sebagai pemimpin
perencanaan (planner leader). Peneliti melakukan persiapan-persiapan pra
penelitian seperti membuat surat perizinan penelitian, menentukan waktu
penelitian, menentukan subjek penelitian, mencari sumber data dan membuat
perencanaan tindakan penelitian. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti ikut serta dalam melakukan pengamatan
selain juga memberikan tindakan pada subjek penelitian. Peneliti membuat
40

perencanaan tindakan yang akan dilakukan secara sistematik, lalu memberikan


tindakan pada subjek yang diteliti. Selama menjalani proses penelitian, peneliti
dan kolaborator melakukan pengamatan yang hasil dari pengamatan sersebut akan
dievaluasi secara kolaboratif Hasil pengamatan dan refleksi dari tindakan yang
telah dilakukan dapat digunakan sebagai bahan analisis data dan perencanaan
untuk siklus selanjutnya.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada model Kemmis dan Me Taggart. Menurut Sanjaya, model ini adalah model
yang mendasari model-model lainya yang berangkat dan model Action research
Kemmis dan Mc Taggart menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan
dalam proses penelitian tindakan kelas yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi, (Sanjaya, 2013).
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah proses yang terjadi dalam
suatu lingkaran terus menerus.

Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan Siklus I
Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan
Siklus II
Refleksi

Observasi
41

1. Perencanaan (Planning)
Persiapan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan penelitian ini adalah:
a. Membuat dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian sesuai
dengan tema mengenal peningkatan kemampuan mengenal huruf pada
hari itu di RA As-Syarif Sibanggor Jae
b. Mempersiapkan kelas yang akan digunakan untuk pembelajaran.
Menyiapkan alat pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran melalui alat permainan kartu huruf.
c. Menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi yang akan
digunakan dalam penerapan Peningkatan kemampuan mengenal huruf
melalui permainan kartu huruf
2. Pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yaitu
melakukan tindakan di kelas. Pada tahap ini guru harus ingat dan taat pada
rencana yang sudah disepakati dan dirumuskan oleh guru dan peneliti. Pada
tahap ini guru dan peneliti melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran harian dan prosedur penelitian yang telah disusun
bersama. Peneliti sebagai pelaksana tindakan dan guru sebagai pengamat
jalannya proses tindakan.
3. Observasi atau Pengamatan (Observing)
Pelaksanaan observasi oleh peneliti dilakukan pada saat tindakan sedang
berlangsung. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada
penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana dan juga sebagai observer.
Peneliti mengamati anak didik ketika kegiatan pembelajaran melalui permainan
kartu huruf saat proses pembelajaran dilakukan. Pengamatan ini dilakukan oleh
peneliti untuk mengamati kemampuan anak dalam mengenal atau mengingat
yang ada pada diri peserta didik sebagai data-data yang akan di olah untuk
menentukan tindakan yang akan di laksanakan selanjutnya.
4. Refreksi(reflection)
Refreksi yang dimaksud disini yaitu kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data
42

dari observer dan dianalisis bersama observer untuk memperbaiki kekurangan


dan kelemahan, penyebab tidak tercapainnya hasil analisis tersebut dilakukan
sebagai perbaikan untuk merumuskan langkah-langkah rencana tindakan pada
proses pembelajaran berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Dilakukan


Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini
dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar
yang diperoleh anak setelah diberikan tindakan .Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila 65% anak berada pada tingkat Kemampuan Bulung Sangat baik (KBSB).
Anak mampu menguasai indikator keterampilan mengenal huruf melalui
permainan kartu huruf.

G. Data dan Sumber Data


1. Data Peneliti
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
data pemantau tindakan (action) dan data penelitian (research). Data pemantau
tindakan adalah data yang digunakan untuk mengotrol pelaksanaan tindakan
sesuai dengan rencana. Sedangkan data penelitian merupakan data tentang
variabel penelitian yaitu aktivitas yang dilakukan peserta didik, mengenai
peningkatan kemampuan mengenal huruf melalui permainan kartu huruf.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah wali kelas dan seluruh peserta
didik anak usia dini di RA As-Syarif Sibanggor Jae dengan jumlah anak didik
sebanyak 35 anak yang terdiri dari 12 orang anak laki-laki dan 23 orang anak
perempuanyang berada pada rentang usia 5-6 tahun serta 7 orang
pendidik/guru. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
lembar observasi kemampuan mengenal huruf melalui permainan kartu huruf.
43

H. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan.
lembar observasi guru, lembar observasi anak didik, RPPH, dan permainan kartu
huruf.
1. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaaan
Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan sistem triangulasi
data. Triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan berbagai 31
data penelitian kemudian berdiskusi dengan guru serta tenaga ahli dibidang
pendidikan. Sumber data tersebut berupa observasi, pemantau tindakan, dan
dokumentasi proses kegiatan pembelajaran pada setiap siklus, Diskusi ini
dilakukan untuk mencocokkan temuan yang diperoleh dilapangan agar data
hasil penelitian objektif.

J. Analisis Data dan Interpretasi Data

Pengolahan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik penilaian


di RA As-syarif yaitu dengan menggunakan tanda sebagai berikut:

Karegori Keberhasilan mengenal huruf

Kategori Simbol bintang


Berkembang sangat baik (BSB ) A
Berkembang Sesuai Harapan ( BSH) B
Mulai Berkembang ( MB ) C
Belum Berkembang (BB ) D

Adapun rumusan yang digunakan yaitu, sebagai berikut :


Keberhasilan anak didik yaitu kemampuan anak dalam mengenal huruf alfabet
dalam hal menunjukkan dan membedakan huruf- huruf yang telah disusun
menjadi sebuah kata dengan rumus :
P = E× 100%
N
44

Keterangan :

P = Prentasi
F = Frekuensi jawaban responden
N =Jusalah Sample (Responden)
100% = Bilangan Tetap
Berdasarkan rumus tersebut, maka keberhasilan mengenal huruf dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Kategori Persentase Keberhasilan mengenal atau membedakan huruf

Persentase Kategori Simbol bintang


60%-100% Berkembang sangat baik (BSB ) A
40%-60% Berkembang Sesuai Harapan B
( BSH)
30%-40% Mulai Berkembang ( MB ) C
0%-30% Belum Berkembang (BB ) D

K. Teknik Pengumpulan Data


Menurut uraian Siyoto menjelaskan, teknik pengumpulan data adalah
langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, karna tujuan utama dalam
sebuah penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data peneliti tidak mendapatkan data yang memenuhi standar yang
di inginkan (Siyoto, 2015)
Adapun teknik dan instrument pengumpulan data yang peneliti gumakan
yaitu:
1. Observasi
Observasi juga merupakan suatu proses yang tersusun dan kompleks
sehingga teknik observasi ini berkaitan dengan kehidupan alam dan social
masyarakat, maka observasi ini merupakn teknik pengumpulan data dan informasi
secara kenyataan dan ditulis melalui kata-kata dengan cermat dan tersruktur.
Dalam Observasi ini peneliti dapat mengamati dengan jelas orang/ objek yang
45

akan diamati dalam kegiatan sehari- hari serta peneliti dapat merasakan langsung
kejadian dengan yang akan diteliti .
2. Wawancara/interview
Interview merupakan alat informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula wawancara/interview ini
peneliti gunakan untuk melengkapi dari hasil pengamatna peneliti terhadap
permasalahan yang masih belum jelas, masih diragukan kebenarannya, maka
dapatlah diragukan kebenarannya, maka dapatlah dilaksanakan wawancara, daftar
wawancara dapat dilihat dilampiran.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan guna mendokumentasikan semua proses-
proses penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kamera, serta dokumen
penilaian yang dilakukan oleh guru.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Tindak lanjut untuk perencanaan tindakan selanjutnya adalah melakukan
siklus berikutnya menggunakan refleksi dari siklus I sebagai acuannya. Hal ini
dilaksanakan apabila setelah melakukan kegiatan pada siklus I belum
menunjukkan hasil peningkatan yang optimal atau tidak terjadi perubahan yang
signifikan pada peningkatan kemampuan membaca pada anak usia dini melalui
permainan kartu huruf.
46

DAFTAR PUSTAKA

Adi S. (2003). Pengertian Peningkatan Menurut Ahli. Dunia Pelajar.com.

Ahmad Susanto . (2018). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.


Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Anton, M. Moeliono. . (2005). Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Balai


Pustaka.

Arifah, Fita Nur. (2017). Panduan Menulis Penelitian Tindakan Kelas & Karya
Tulis Ilmiah untuk Guru. Yogyakarta: Araska.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi


Kelima. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arsyad & O. Hamalik, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Aziz, Safrudin. (2017). Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta:


Kalimedia.

Elfiadi. (2016). Bermain dan Permainan Bagi Anak Usia Dini. Itqan . Jurnal Ilmu-
Ilmu Kependidikan , 51–60.

Fadillah dkk. (2014). Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenamedia Group.

Hadiati, M. A. (2001). Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga


AdministarsiNegara Republik Indonesia.

Hairuddin, dkk. (2001).

Hasan, M. (2009). Pendidikan anak usia dini. Jogjakarta: Diva Press.

Hasan, Maimunah. (2009). Pendidikan anak usia dini. Jakarta : Diva Press.
47

juliani, s. (2019). peningkatan kemampuan membaca pemula memlalui katru


huruf , 1.

Kartono, Dr. Kartin. (1990). Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju.

Kasihani, Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas . Malang: Depdikbud.

Kemmis, S. & Mc. Taggart, R. . (1988). The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University Press.

Lefudin. (2014). Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Cv Budi Utama.

Lestari, I. P. (2016). Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa


menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik. Jurnal Inovasi
Pendidikan Dasar , 1-8.

Mansur. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Muchtar, S. (1987). Anak dan Dunianya. Jakarta: Kencana Media Prananda


Group.

Mursid. (2015). Pengembangan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Musodah, A. (2014). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui


Media Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B2 Ra Ma’arif Nu
Karang Tengah Kertanegara. pendidikan anak usia dini , 34-37.

Rusdinal, dkk. (2005). Pengelolaan Kelas Ditaman Kanak-Kanak. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Ruswandi,dkk. (2010). Metode penelitian Pendidikan SD. Bandung: Upi Press.

Sanjaya, W. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana .

Sastrosudirjo, S. S. (1988). Hubungan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Belajar


untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan. , 112-114.
48

Suawarsih, Madya. (2006). Penelitian Tindakan: Action Reseach, . Jakarta:


Alfabeta.

Suyanto, S. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:


Hikayat Publising.

Yulianti, Dwi. (2010). Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak.


Jakarta: Pt Indeks.

Sri Haryanti, (2010). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui


Model Bermain Bervariasi di Pendidikan Anakusia Dini (Paud) Mutiara
Karangbangun Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar :Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai