Anda di halaman 1dari 13

MENGELOLA EMOSI SERTA SUASANA HATI

SYAFRIANI
Email: syafrianinasution 9@gmail.com
Program Studi Pebankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Mandailing Natal

ABSTRAK
Mengendalikan emosi di kantor menjadi penting selain menunjukkan kemampuan
kerja. Tanpa pengendalian emosi yang baik, seorang karyawan tidak akan
mendapatkan kinerja terbaiknya. Emosi juga menentukan seorang pekerja
memiliki perasaan nyaman tempat kerja atau sebaliknya. Sebenarnya, emosi
tidak selalu bermakna negatif, bahagia dan percaya diri juga merupakan emosi
seperti marah dan kecewa. Namun, semua itu akan menjadi merugikan apabila
tidak terkontrol. Oleh karena itu, mengendalikan emosi di kantor sangatlah
penting agar tidak merusak atau merugikan.

Kata Kunci: Mengelola, Emosi, suasana Hati

A. PENDAHULUAN
Damasio (dalam Goleman, 1997) mengatakan bahwa emosi berperan besar
terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan “rasional”.
Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu individu dalam mengatasi
konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan sehingga
menghasilkan prestasi kerja yang tinggi pula. Sedangkan kecerdasan emosional
yang rendah akan berdampak buruk pada mereka, karena individu kurang dapat
mengambil keputusan secara rasional dan tidak bisa menghadapi konflik secara
tepat. Masalah stres kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang penting diamati
sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Setiap tenaga
kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja
mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan
yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya.
B. KAJIAN TEORITIS
Emosi (emotion) adalah perasaan-perasaan intens yang ditunjukan kepada
seseorang atau sesuatu. Suasana hati (mood) adalah perasaan-perasaan yang
cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan sering kali (meskipun tidak
selalu) tanpa rangsangan kontekstual.
Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu dari pada suasana
hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar kepada Anda, Anda akan
merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi
dengan cukup tepat, bahkan mungkin dalam hitungan detik. Tetapi ketika dalam
suasana hati yang buruk, Anda dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam. Para
peneliti juga berspekulasi bahwa emosi lebih berorientasi pada tindakan cepat,
sedangkan suasana hati lebih bersifat kognitif, artinya dapat menyebabkan kita
untuk berfikir dan merenung sementara waktu.

Emosi adalah reaksi terhadap seseorang, misalnya Anda akan merasa


gembira ketika melihat seorang teman di tempat kerja Anda atau Anda akan
merasa marah ketika berhadapan dengan klien yang bersikap kasar. Anda dapat
menunjukan emosi ketika merasa senang, marah, ataupun takut terhadap sesuatu.

Sebaliknya, suasana hati biasanya tidak ditunjukan pada seseorang atau


kejadian tertentu. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati ketika Anda
kehilangan fokus pada kejadian atau objek yang mencetuskan perasaan tersebut.
Namun, suasana hati yang baik atau yang buruk dapat membuat anda lebih
emosional sebagai respons pada suatu kejadian. Contohnya Anda mendapat
keritikan dari teman kerja Anda mengenai cara berbicara Anda pada seorang
klien,sehingga Anda menjadi marah kepada rekan kerja Anda tersebut. Dengan
demikian Anda menunjukan emosi atau kemarahan terhadap suatu objek spesifik
yakni rekan kerja Anda. Tetapi, seiring hilangnya emosi tersebut, umumnya Anda
hanya merasa kurang bersemangat. Anda tidak dapat mengaitkan perasaan ini
terhadap suatu kejadian tertentu, Anda hanya berada dalam kondisi tidak normal.
Kemudian Anda mungkin bereaksi secara berlebihan terhadap kejadiaan yang
lain. Keadaan afek ini menjelaskan mengenai sebuah suasana hati.

Emosi cenderung lebih terungkap secara jelas dengan ekspresi wajah dari
pada suasana hati. Meskipun afek, emosi, dan suasana hati secara teori dapat
dipisahkan, akan tetapi dalam prakteknya perbedaan tersebut tidaklah selalu jelas.
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada penulisan itu yaitu deskriptif kualitatif melalui
pendekatan studi kasus melaui deskripsi tentang emosi dan suasana hati.

D. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN


Mengapa kita memiliki emosi? Peran apakah yang dimainkan emosi? Kita
baru saja mendiskusikan satu fungsi, bahwa kita membutuhkan emosi untuk
berfikir secara rasional.

Charles Darwin mengambil sebuah pendekatan yang lebih luas. Dalam


The Expression of the Emotions in Man and Animals, Darwin menyatakan bahwa
emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia dalam memecahkan
masalah. Emosi sangatlah berguna karena untuk memotivasi orang untuk
terlibat dalam tindakan-tindakan penting agar dapat bertahan hidup, seperti
tindakan-tindakan mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih
pasangan, dan memprediksi perilaku manusia lain. Sebagai contoh, rasa benci
memotivasi kita untuk menghindari benda-benda yang berbahaya atau yang tidak
kita suka. Kegembiraan memotivasi kita untuk menghadapi situasi yang
membutuhkan energi dan inisiatif.

Teori ini didukung oleh para peneliti yang berfokus pada psikologi
evolusioner. Bidang penelitian ini mengatakan bahwa kita harus memiliki emosi,
baik emosi positif maupun negatif karena hal ini berguna untuk suatu tujuan.
Contohnya mungkin Anda berfikir bahwa rasa cemburu merupakan emosi yang
negatif, akan tetapi para psikologi evolusioner menyatakan bahwa emosi tersebut
muncul karena ada kegunaannya. Pasangan merasa cemburu untuk meningkatkan
kesempatan agar gen mereka (bukan gen pesaing) yang diteruskan ke generasi
selanjutnya. Meskipun kita cenderung manganggap bahwa kemarahan merupakan
hal yang buruk, akan tetapi kemarahan dapat membantu kita untuk melindungi
hak-hak pribadi yang menuntut perasaan telah dilanggar. Seperti emosi-emosi
lainnya, emosi marah muncul karena memiliki tujuan yang bermanfaat, terlepas
dari hal yang baik maupun buruk.
Beberapa peneliti bukanlah merupakan orang-orang yang sangat percaya
kepada psikologi evolusioner. Hal ini dikarenakan, misalnya memikirkan ssebuah
emosi (rasa takut) yang sangatlah mudah untuk memikirkan pengaruh yang
merugikan ketimbang pengaruh yang bermanfaat. Psikologi evolusioner
memberikan sebuah presfektif yang menarik pada fungsi-fungsi emosi, tetapi
adalah sulit untuk mengetahui apakah perspektif ini valid sepanjang waktu.

Aplikasi-Aplikasi Perilaku Organisasi Terhadap Emosi dan Suasana


Hati

Kita menyimpulkan emosi dan suasana hati dengan mempertimbangkan


aplikasi spesifik hal ini terhadap perilaku organisasi. Dalam bagian ini kita
menilai bagaimana dapat meningkatkan kemampuan kita untuk menjelaskan dan
meramalkan proses seleksi dalam organisasi, pengambilan keputusan, kreativitas,
motivasi, kepemimpinan, konflik antarpersonal, negosiasi, pelayanan pelanggan,
sikap-sikap kerja, dari perilaku-perilaku menyimpang di tempat kerja. Kita juga
melihat pada bagaimana para manajer dapat mempengaruhi suasana hati.

1. Seleksi

Suatu implikasi dari bukti yang ada sampai hari ini pada
kecerdasan emosional (emotional Intelegence-El) adalah bahwa para
pemberi kerja harus mempertimbangkannya sebagai sebuah faktor
dalam merekrut karyawan. Sebuah penelitian terhadap para perekrut
Angkatan Udara AS menunjukan bahwa para perekrut terbaik
memiliki El tingkat tinggi. Tenaga-tenaga penjual yang dipilih
berdasarkan nilai El memiliki penjualan melampaui mereka yang
menggunakan prosedur seleksi perusahaan yang lama.

2. Pengambilan Keputusan

Para peneliti perilaku organisasi masih terus mendebatkan peran


emosi dan suasana hati negatif dalam pengambilan keputusan.
Sebuah artikel yang mendapat penghargaan menyatakan bahwa
orang-orang yang tertekan membuat penilaian-penilaian yang lebih
akurat dibandingkan orang-orang yang tidak tertekan.

Tetapi, bukti-bukti terkini menyebutkan bahwa orang-orang


yang tertekan membuat keputusan yang lebih buruk dibandingkan
dengan orang-orang yang bahagia. Karena orang-orang yang
tertekan lebih lambat dalam memproses informasi dan cenderung
menimbang semua kemungkinan pilihan ketimbang hanya pilihan
yang lebih mungkin diambil. Walaupun tampaknya menimbang
semua kemungkinan pilihan adalah suatu hal yang baik, masalahnya
adalah bahwa orang-orang yang tertekan mencari pemecahan yang
sempurna, sementara jarang sekali ada pemecahan yang sempurna.

Sebaliknya, orang yang positif dan memiliki emosi yang positif


akan lebih membantu dalam proses pengambilan keputusan yang
cukup baik. Orang menggunakan hati mereka dan kepala mereka
ketika mengambil keputusan. Maka dari itu, kegagalan untuk
menggabungkan emosi dan suasana hati ke dalam penelitian
terhadap pengambilan keputusan akan menghasilkan pandangan
yang tidak lengkap dan sering kali tidak akurat dari proses tersebut.

3. Kreativitas

Menurut sejumlah peneliti, orang-orang yang berada dalam


suasana hati yang lebih baik kreatif dibandingkan orang-orang yang
berada dalam suasana hati yang buruk. Mereka menghasilkan lebih
banyak ide, orang lain berfikir bahwa ide mereka adalah orisinil dan
mereka cenderung dapat mengidentifikasi lebih banyak pilihan
kreatif terhadap masalah. Tampaknya orang-orang yang mengalami
suasana hati atau emosi positif lebih fleksibel dan terbuka dalam
pemikiran mereka, yang dapat menjelaskan mengapa mereka lebih
kreatif.
Namun, beberapa peneliti tidak percaya bahwa suasana hati
positif membuat orang lebih kreatif. Mereka menyatakan bahwa
ketika orang-orang beerada dalam suasana hati positif, mereka dapat
rileks (jika saya berada dalam suaasana hati yang baik maka hal-hal
akan berjalan dengan baik).

4. Motivasi

Ketika Anda melihat orang yang sangat termotivasi dalam


pekerjaan mereka, mereka berkomitmen secara emosional. Orang-
orang yang terlibat dalam pekerjaan mereka menjadi tenggelam
secara fisik, kognitif, dan emosional dalam pengalaman aktivitas
untuk mengejar sebuah tujuan.

Dua penelitian telah menegaskan pentingnya suasana hati dan


emosi pada motivasi. Hasilnya, kelompok dengan suasana hati
positif pertama melaporkan ekspektasi yang lebih tinggi untuk dapat
memecahkan masalah tersebut, berusaha lebih keras, dan sebagai
hasilnya dapat memecahkan permaslahan lebih banyak. Sedangkan,
penelitian kedua menyebutkan bahwa dengan memberi umpan balik
kepada orang baik nyata maupun palsu mengenai kinerja mereka
dapat mempengaruhi suasana hati mereka, yang kemudian
mempengaruhi motivasi mereka.

Kedua penelitian ini menegaskan bahwa pengaruh suasana hati


dan emosi pada motivasi serta menyatakan bahwa organisasi-
organisasi yang mempromosikan suasana hati positif di tempat kerja
lebih berkemungkinan mempunyai angkatan kerja yang lebih
termotivasi.

5. Kepemimpinan

Kemamuan untuk memimpin orang lain adalah sebuah kualitas


fundamental yang dicari organisasi-organisasi dalam karyawan
mereka.
Para pemimpin yang efektif mengandalkan daya tarik emosional
untuk membantu menyampaikan pesan-pesan mereka. Bahkan,
ekspresi emosi dalam pidato sering kali merupakan elemen penting
yang membuat kita menerima atau menolak pesan seorang
pemimpin. Ketika para pemimpin merasa bersemangat, antusias,
dan aktif, mereka lebih mungkin untuk memberi energi pada
bawahan-bawahan mereka dan menyampaikan rasa efektivitas
kompetensi, optimisme, dan kegembiraan. Para politikus, dalam
suatu kasus misalnya, telah belajar menunjukkan antusiasme ketika
berbicara mengenai kesempatan mereka untuk memenangkan sebuah
pemilihan, bahkan ketika pol menyatakan yang sebaliknya.

Para eksekutif perusahaan mengetahui pentingnya kandungan


emosional jika menginginkan para karyawan untuk mempercayai
visi mereka atas masa depan perusahaan mereka dan menerima
perubahan. Ketika pihak atasan menawarkan visi baru, khususnya
ketika visi tersebut mengandung tujuan-tujuan yang jauh atau samar,
sering kali sulit bagi para karyawan untuk menerima visi tersebut
dan perubahan yang akan mereka bawa. Jadi ketika para pemimpin
yang efektif ingin menerapkan perubahan-perubahan yang
signifikan, mereka mengandalkan pembangkitan, pembangunan dan
mobilisasi emosi. Dengan membangkitkan emosi dan
menghubungkannya pada visi yang menarik, para impin
meningkatkan kemungkinan bahwa para manajer dan karyawan akan
menerima perubahan.

6. Konflik Antarpersonal

Jarang ada isu yang terkait dengan emosi selain topik konflik
antar personal. Manakala konflik timnbul diantara rekan kerja, dapat
dipastikan bahwa emosi akan terlihat. Sebenarnya, keberhasilan
seorang manajer mengenali saat mencoba menyelesaikan konflik
terutama ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen
emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat
mengendalikan emosi mereka. Manajer yang mengabaikan elemen-
elemen emosional dalam konflik serta hanya berfokus pada hal-hal
yang bersifat rasional dan berkaitan dengan tugas, kemungkinan
tidak dapat mehyelesaikan konflik-konflik tersebut.

7. Negosiasi

Negosiasi adalah sebuah proses emosional; tetapi, kita


seringkali mengatakan bahwa Negosiasi seorang negosiator yang
ulung mempuayai "wajah poker". Pendiri saluran Poker
Inggris(Britairr poker Channel, Crispin Nieboer, menyatakan, "Itu
adalah sebuah permainan gertakan dan terdapat emosi dan
ketegangan manusia yang luar biasa, melihat siapa yang dapat
menggertak paling lama”. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa negosiator yang berpura-pura marah memiliki keuntungan
atas lawan mereka. Mengapa? Karena ketika seorang negosiator
menunjukkan kemarahan, lawan menyimpulkan bahwa negosiator
terebut telah menyerahkan semua yang ia dapat, dan dengan
demikian lawan menyerah.

Menunjukan sebuah emosi negatif seperti kemarahan dapat saja


efektif, tetapi berperasaan buruk terhadap penampilan anda
tampaknya merugikan negosiasi-negosiasi di masa depan.
Negosiator yang buruk mengalami emosi-emosi negatif,
mengembangkan persepsi-persepsi negatif atas lawan mereka, dan
kurang bersedia berbagi informasi atau bersikap kooperatif dalam
negosiasi mendatang.

Menarikhya, walaupun suasana hati dalam emosi bermanfaat di


tempat kerja, dalam proses negosiasi emosi dapat merugikan kinerja
seseorang negosiator kecuali jika ia mengekspresikan wajah palsu
(berpura-pura marah). Bahkan sebuah penelitian pada tahun 2005
mengungkap bahwa orang-orang ayang menderita kerusakan pada
pusat emosional dari otak mereka (kerusakan pada bagian otak yang
sama seperti Phineas Gage) dapat menjadi negosiator terbaik karena
mereka mungkin tidak akan melakukan koreksi terlalu banyak
terhadap hasil hasil yang negtif. Pertimbangkan sebuah contoh lain.
KetikaNorthwest Airlines menghadapi sebuah pemogokan dari
persatuan mekanik perusahaan tersebut dengan tenang menyiapkan
diri untuk pemogokan tersebut dengan menyewa para pekeria
pengganti sebelumnya. Ketika persatuan mekanik tersebut
melakukan pemogokan,para pekerja pengganti tersebut mulai
bekerja dan dengan tenang perusahaan bahkan mengajukan tuntutan
yang lebih besar.

8. Pelayanan Pelanggan

Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan


pelanggan, yang berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis
dan tingkat kepuasan pelanggan. Pemberian pelayanan yang
berkualitas kepada pelanggan membuat karyawan menuntut banyak
hal karena mereka sering berada dalam situasi disonansi emosional.
Seiring waktu, keadaan ini dapat menyebabkan kejatuhan mental
atau fisik dalam pekerjaan, penurunan kinerja, dan rendahnya
kepuasaan kerja.

Selain itu, emosi karyawan dapat juga berpindah kepada pelanggan.

Penelitian mengindikasikan adanya efek kesesuaian antara


emosi karyawan dan pelanggan, sebuah efek yang oleh para praktisi
perilaku organisasi disebut sebagai Penularan emosional (emotional
contagion), “penangkapan” emosi dari orang lain. Bagaimanakah
penularan emosional terjadi? Penjelasan utamanya adalah ketika
seseorang mengalami emosi-emosi positif lalu tertawa dn tersenyum
pada Anda, Anda mulai meniru perilaku orang tersebut. Jadi ketika
karyawan mengekspresikan emosi-emosi positif, para pelanggan
cenderung merespon secara positif.

Penalaran emosional adalah penting karena para pelanggan


menangkap suasana hari atau emosi posotif dari karyawan, mereka
berbelanja lebih lama. Terapi bagaimana dengan emosi dan suasana
hati negatif? Apakah hal ini juga menular? Tentu saja. Ketika
seorang karyawan cepat marah atau tidak menyenangkan, emosi-
emosi negatif tersebut cenderung berpengaruh negatif terhadap
pelanggan.

9. Sikap Kerja

Pernahkah Anda mendengar nasihat "Jangan pernah membawa


pekerjaan Anda ke rumah," yang berarti bahwa orang-orang harus
melupakan pekerjaan mereka setelah mereka pulang ke rumah?
Ternyata, hal tersebut lebih mudah diucapkan daripada
dilaksanakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang
yang mempunyai hari baik di tempat kerja cenderung berada dalam
suasana hati yang lebih baik di rumah pada malamnya. Selain itu,
orang-orang yang mengalami hari yang buruk cenderung berada
dalam suasana hati buruk setelah mereka berada di rumah. Bukti
yang ada juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengalami hari
penuh tekanan di tempat kerja cenderung kesulitan untuk rileks
setelah mereka pulang ke rumah.

Meskipun orang-orang secara emosional membawa pulang


pekerjaan mereka ke rumah, pada hari berikutnya, pengaruh
tersebut biasanya telah hilang. Jadi, meskipun mungkin sulit atau
bahkan tidak alami untuk tidak pernah membawa pekerjaan Anda
pulang ke rumah, tampaknya bagi sebagian besar orang, sebuah
suasana hari negatif sebagai hasil dari suatu hari buruk di tempat
kerja tidak terbawa ke hari berikutnya.
10. Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja

Emosi-emosi negatif juga dapat membawa sejumlah perilaku


menyimpang di tempat kerja. Siapa pun yang pemah menghabiskan
banyak waktu dalam sebuah organisasi menyadari bahwa orang-
orang sering kali berperilaku dalam cara-cara yang melanggar
norma-norma yang ada dan yang mengancam organisasi,
anggotanya, atau keduanya. Seperti yang kita lihat dalam Bab
1,tindakan-tindakan ini dinamakan perilaku menyimpang di tempat
kerja. Sebagian besar perilaku menyimpang tersebut diketahui
berasal dari emosi-emosi negatif.

Misalnya, iri hati adalah sebuah emosi yang terjadi ketika Anda
membenci seseorang karena memiliki sesuatu yang tidak Anda
miliki tetapi sangat Anda inginkan, seperti penugasan kerja yang
lebih baik, kantor yang lebih besar, atau gaji yang lebih tinggi. Hal
tersebut dapat berujung pada perilaku menyimpang yang jahat.
Sebagai contoh, seorang karyawan yang iri hati dapat bersikap
bermusuhan dengan berbuat licik kepada karyawan lain,
menyimpangkan keberhasilan orang lain secara negarif, dan
menyimpangkan secara positif pencapaian pencapaiannya sendiri.
Bukti yang ada menyatakun bahwa orang-orang yang merasakan
emosi emosi negatif, khususnya mereka yang merasa marah atau
mempunyai sikap bermusuhan, lebih berkemungkinan untuk terlibat
dalam perilaku menyimpang di tempat kerja daripada orang-orang
yang tidak merasakan emosi-emosi negatif.

11. Bagaimana Para Manajer Memengaruhi suasana Hati

Secara umum, Anda dapat meningkatkan suasana hati orang-


orang dengan memutarkan buah klip video yang lucu untuk mereka,
memberi mereka sekantung kecil permen, atau menyuruh mereka
mencicipi minuman yang enak. Tetapi apa yang dapat dilakukan
perusahaan-perusahaan untuk memperbaiki suasana hati karyawan
mereka? Para manajer dapat menggunakan humor dan memberikan
karyawan mereka penghargaan kecil sebagai apresiasi terhadap
pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Selain itu, reset
mengindikaaikan bahwa ketika para pemimpin berada dalam suasana
hati yang baik, anggota kelompok menjadi lebih positif, dan sebagai
hasilnya para anggota akan lebih bekerja sama.

Akhirnya memilih tim yang positif dapat berefek menular


seiring suasana hati positif ditularkan dari anggota tim ke anggota
tim. Suatu penelitian terhadap tim kriket profesional menemukan
bahwa suasana hati bahagia dari para pemain memengaruhi suasana
hati anggota tim mereka dan juga secara positif mempengaruhi
penampilan mereka. Jadi adalah masuk akal bagi para manajer untuk
memilih anggota tim yang memiliki kecenderungan untuk
mengalami suasana hati yang positif.

E. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di bab sebelumnya,
penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Suasana hati (mood) adalah perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens
dibandingkan emosi dan sering kali (meskipun tidak selalu) tanpa rangsangan
kontekstual;
2. Fungsi dari emosi dan suasana hati adalah untuk berfikir secara rasional, untuk
membantu manusia dalam memecahkan berbagai masalah, untuk memotivasi
orang untuk terlibat dalam tindakan-tindakan penting agar dapat bertahan hidup,
dan berguna untuk mencapai suatu tujuan;
3. Aplikasi-aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi dan suasana hati meliputi
proses seleksi dalam organisasi, pengambilan keputusan, kreativitas, motivasi,
kepemimpinan, konflik antarpersonal, negosiasi, pelayanan pelanggan, sikap-
sikap kerja, dari perilaku-perilaku menyimpang di tempat kerja. Kita juga melihat
pada bagaimana para manajer dapat mempengaruhi suasana hati.
DAFTAR PUSTAKA
P. Robbins. Stephen. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

STEPHEN P. ROBINS dan TIMOTHY A. JUDGE2012. Perilaku


organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Mangkunegara, AA Anwar. 2008. Perilaku dan Budaya Organisasi.


Bandung : Refita Aditama

Luthans Fred, (2005). Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh, andi, Yogyakarta

Respati, S Winanti, Arifin P. Wilda, dan Ernawati. 2007. Gambaran


Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat di Kelas Akselerasi SMA di Jakarta.
Jurnal Psikologi. 5(1).

Rini. 2010. Pendekatan yang Digunakan Dalam Mengatasi Stres Kerja


pada Suatu Organisasi. Jurnal Ilmiah. 11(3).

Rivai, Veithzal.2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk


Perusahaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Trihandini, R. A. F. M. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual,


Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Pada Hotel Horison Semarang). Disertasi yang tidak dipublikasikan. Semarang:
Fakultas Ekonomi UNDIP

Anda mungkin juga menyukai