SYAFRIANI
Email: syafrianinasution 9@gmail.com
Program Studi Pebankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Mandailing Natal
ABSTRAK
Mengendalikan emosi di kantor menjadi penting selain menunjukkan kemampuan
kerja. Tanpa pengendalian emosi yang baik, seorang karyawan tidak akan
mendapatkan kinerja terbaiknya. Emosi juga menentukan seorang pekerja
memiliki perasaan nyaman tempat kerja atau sebaliknya. Sebenarnya, emosi
tidak selalu bermakna negatif, bahagia dan percaya diri juga merupakan emosi
seperti marah dan kecewa. Namun, semua itu akan menjadi merugikan apabila
tidak terkontrol. Oleh karena itu, mengendalikan emosi di kantor sangatlah
penting agar tidak merusak atau merugikan.
A. PENDAHULUAN
Damasio (dalam Goleman, 1997) mengatakan bahwa emosi berperan besar
terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan “rasional”.
Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu individu dalam mengatasi
konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan sehingga
menghasilkan prestasi kerja yang tinggi pula. Sedangkan kecerdasan emosional
yang rendah akan berdampak buruk pada mereka, karena individu kurang dapat
mengambil keputusan secara rasional dan tidak bisa menghadapi konflik secara
tepat. Masalah stres kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang penting diamati
sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Setiap tenaga
kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja
mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan
yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya.
B. KAJIAN TEORITIS
Emosi (emotion) adalah perasaan-perasaan intens yang ditunjukan kepada
seseorang atau sesuatu. Suasana hati (mood) adalah perasaan-perasaan yang
cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan sering kali (meskipun tidak
selalu) tanpa rangsangan kontekstual.
Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu dari pada suasana
hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar kepada Anda, Anda akan
merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi
dengan cukup tepat, bahkan mungkin dalam hitungan detik. Tetapi ketika dalam
suasana hati yang buruk, Anda dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam. Para
peneliti juga berspekulasi bahwa emosi lebih berorientasi pada tindakan cepat,
sedangkan suasana hati lebih bersifat kognitif, artinya dapat menyebabkan kita
untuk berfikir dan merenung sementara waktu.
Emosi cenderung lebih terungkap secara jelas dengan ekspresi wajah dari
pada suasana hati. Meskipun afek, emosi, dan suasana hati secara teori dapat
dipisahkan, akan tetapi dalam prakteknya perbedaan tersebut tidaklah selalu jelas.
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada penulisan itu yaitu deskriptif kualitatif melalui
pendekatan studi kasus melaui deskripsi tentang emosi dan suasana hati.
Teori ini didukung oleh para peneliti yang berfokus pada psikologi
evolusioner. Bidang penelitian ini mengatakan bahwa kita harus memiliki emosi,
baik emosi positif maupun negatif karena hal ini berguna untuk suatu tujuan.
Contohnya mungkin Anda berfikir bahwa rasa cemburu merupakan emosi yang
negatif, akan tetapi para psikologi evolusioner menyatakan bahwa emosi tersebut
muncul karena ada kegunaannya. Pasangan merasa cemburu untuk meningkatkan
kesempatan agar gen mereka (bukan gen pesaing) yang diteruskan ke generasi
selanjutnya. Meskipun kita cenderung manganggap bahwa kemarahan merupakan
hal yang buruk, akan tetapi kemarahan dapat membantu kita untuk melindungi
hak-hak pribadi yang menuntut perasaan telah dilanggar. Seperti emosi-emosi
lainnya, emosi marah muncul karena memiliki tujuan yang bermanfaat, terlepas
dari hal yang baik maupun buruk.
Beberapa peneliti bukanlah merupakan orang-orang yang sangat percaya
kepada psikologi evolusioner. Hal ini dikarenakan, misalnya memikirkan ssebuah
emosi (rasa takut) yang sangatlah mudah untuk memikirkan pengaruh yang
merugikan ketimbang pengaruh yang bermanfaat. Psikologi evolusioner
memberikan sebuah presfektif yang menarik pada fungsi-fungsi emosi, tetapi
adalah sulit untuk mengetahui apakah perspektif ini valid sepanjang waktu.
1. Seleksi
Suatu implikasi dari bukti yang ada sampai hari ini pada
kecerdasan emosional (emotional Intelegence-El) adalah bahwa para
pemberi kerja harus mempertimbangkannya sebagai sebuah faktor
dalam merekrut karyawan. Sebuah penelitian terhadap para perekrut
Angkatan Udara AS menunjukan bahwa para perekrut terbaik
memiliki El tingkat tinggi. Tenaga-tenaga penjual yang dipilih
berdasarkan nilai El memiliki penjualan melampaui mereka yang
menggunakan prosedur seleksi perusahaan yang lama.
2. Pengambilan Keputusan
3. Kreativitas
4. Motivasi
5. Kepemimpinan
6. Konflik Antarpersonal
Jarang ada isu yang terkait dengan emosi selain topik konflik
antar personal. Manakala konflik timnbul diantara rekan kerja, dapat
dipastikan bahwa emosi akan terlihat. Sebenarnya, keberhasilan
seorang manajer mengenali saat mencoba menyelesaikan konflik
terutama ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen
emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat
mengendalikan emosi mereka. Manajer yang mengabaikan elemen-
elemen emosional dalam konflik serta hanya berfokus pada hal-hal
yang bersifat rasional dan berkaitan dengan tugas, kemungkinan
tidak dapat mehyelesaikan konflik-konflik tersebut.
7. Negosiasi
8. Pelayanan Pelanggan
9. Sikap Kerja
Misalnya, iri hati adalah sebuah emosi yang terjadi ketika Anda
membenci seseorang karena memiliki sesuatu yang tidak Anda
miliki tetapi sangat Anda inginkan, seperti penugasan kerja yang
lebih baik, kantor yang lebih besar, atau gaji yang lebih tinggi. Hal
tersebut dapat berujung pada perilaku menyimpang yang jahat.
Sebagai contoh, seorang karyawan yang iri hati dapat bersikap
bermusuhan dengan berbuat licik kepada karyawan lain,
menyimpangkan keberhasilan orang lain secara negarif, dan
menyimpangkan secara positif pencapaian pencapaiannya sendiri.
Bukti yang ada menyatakun bahwa orang-orang yang merasakan
emosi emosi negatif, khususnya mereka yang merasa marah atau
mempunyai sikap bermusuhan, lebih berkemungkinan untuk terlibat
dalam perilaku menyimpang di tempat kerja daripada orang-orang
yang tidak merasakan emosi-emosi negatif.
E. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di bab sebelumnya,
penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Suasana hati (mood) adalah perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens
dibandingkan emosi dan sering kali (meskipun tidak selalu) tanpa rangsangan
kontekstual;
2. Fungsi dari emosi dan suasana hati adalah untuk berfikir secara rasional, untuk
membantu manusia dalam memecahkan berbagai masalah, untuk memotivasi
orang untuk terlibat dalam tindakan-tindakan penting agar dapat bertahan hidup,
dan berguna untuk mencapai suatu tujuan;
3. Aplikasi-aplikasi perilaku organisasi terhadap emosi dan suasana hati meliputi
proses seleksi dalam organisasi, pengambilan keputusan, kreativitas, motivasi,
kepemimpinan, konflik antarpersonal, negosiasi, pelayanan pelanggan, sikap-
sikap kerja, dari perilaku-perilaku menyimpang di tempat kerja. Kita juga melihat
pada bagaimana para manajer dapat mempengaruhi suasana hati.
DAFTAR PUSTAKA
P. Robbins. Stephen. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.