Anda di halaman 1dari 8

Rangkuman Perilaku Organisasional

Bab 4. Emosi dan Suasana Hati

A. DEFINISI
Afeksi : kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang
(dalam bentuk afeksi atau suasana hati)
Emosi : perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu
(lebih cepat datang pergi dibanding suasana hati)
Suasana Hati : perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan
kurang stimulus kontekstual

EMOSI SUASANA HATI


- peristiwa spesifik - penyebab umum dan
- singkat durasinya tidak jelas
- spesifik dan banyak - bertahan lebih lama
(takut,kaget,sedih,mara - umum (afeksi positif
h) negatif)
- biasanya diikuti - tidak diindikasikan oleh
ekspresi wajah yang ekspresi yang jelas
jelas - kognitif
- berorientasi tindakan
A.1 EMOSI DASAR
Budaya memiliki norma-norma yang mengatur ekspresi emosional, jadi cara kita
mengalami sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukannya. Contoh
jika orang amerika serikat mengenali senyuman sebagai tanda kebahagiaan, tetapi orang timur
tengah mengartikan senyuman sebagai ketertarikan seksual. Oleh karena itu faktor-faktor
budaya dapat mempengaruhi interpretasi.

A.2 SUASANA HATI DASAR (AFEKSI POSITIF DAN NEGATIF)

B. FUNGSI EMOSI
Emosi sangat penting bagi penalaran rasional, karena emosi memberikan
informasi penting mengenai bagaimana kita memahami dunia sekitar kita. Misalnya
individu dalam suasana hati negative lebih baik dalam mengenali kebenaran informasi
akurat dibandingkan orang dalam suasana hati bahagia. Oleh karena itu kunci keputusan
yang baik adalah mempergunakan pikiran dan perasaan dalam keputusan-keputusan
kita. Orang-orang yang berperilaku etis juga sedikitnya membuat keputusan
berdasarkan emosi dan perasaan mereka dan reaksi emosional ini seringkali merupakan
hal yang baik.
C. SUMBER EMOSI DAN SUASANA HATI

1. Kepribadian
Tiap individual memiliki perbedaan-perbedaan terkait kekuatan pengalaman
emosinya (intensitas afeksi)

2. Waktu dalam hari


Tren afeksi negative berdasarkan riset sebelumnya, memiliki titik terendah di pagi
hari dan cenderung meningkat sepnjang hari dan malam.

3. Hari dalam minggu


Untuk afeksi negative tertinggi di kebanyakan budaya adalah hari senin, dan lebih
rendah pada hari jumat sabtu minggu.

4. Cuaca
Cuaca memiliki sedikit pengaruh bagi suasana hati (korelasi ilusi : kecenderungan
orang-orang untuk mengasosiasikan dua peristiwa yang dalam kenyataannya tidak
berhubungan). Contoh pada saat cuaca cerah dan tidak terlalu panas, orang-orang
beranggapan cuaca yang baik meningkatkan suasana hati mereka.

5. Stres
Peristiwa harian yang memberi tekanan di tempat kerja secara negative dapat
memengaruhi suasana hati

6. Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, kuliner lebih kuat asosiasinya dengan
kenaikan suasana hati positif

7. Tidur
Tidur yang buruk dapat membuat orang merasa lelah, terganggu, dan kurang awas

8. Olahraga
Olahraga dapat menempatkan suasan hati menjadi lebih baik (meskipun tidak begitu
signifikan)

9. Umur
Seiring dengan penuaan, akan mengalami lebih sedikit emosi negative

10. Jenis Kelamin


Wanita lebih ekspresif secara emosional (emosi tak berdaya sprit sedih takut), pria
lebih ke emosi seperti amarah.

D. EMOSI PEKERJA
Emosi pekerja adalah sebuah situasi dimana seorang pekerja menampilkan emosi yang
diinginkan organisasi selama transaksi interpersonal di tempat kerja. Dan jika emosi yang
dirasakan orang tersebut berbeda dengan yang mereka tampilkan(disonansi emosi) ini
merupakan tantangan tersendiri dan akan sangat membantu bagi pekerja.
Menampilkan emosi-emosi palsu membutuhkan kita untuk meredam perasaan yang
sebenarnya.
Acting permukaan : menyembunyikan ekspresi emosional sebagai respons /
peraturan. Cth : pekerja tersenyum walau sebenarnya saat itu ia sedih (berhadapan
dengan emosi yang ditampilkan)
Acting mendalam : mencoba memodifikasi perasaan di dalam diri yang sebenarnya
berdasarkan aturan. Cth : penyedia layanan kesehatan mencoba secara murni merasa
lebih empati terhadap pasiennya (berhadapan dengan emosi yang dirasakan)

E. TEORI PERISTIWA AFEKTIF


Teori peristiwa afektif (AET/affective event theory) menunjukan bahwa pekerja bereaksi
secara emosional pada hal-hal yang terjadi di tempat kerja, dan reaksi ini memengaruhi kinerja
dan kepuasan mereka. Peristiwa kerja ini mendorong reaksi emosional positif atau negative
yang diterima oleh kepribadian dan suasana hati pekerja untuk selanjutnya direspons dengan
intensitas lebih tinggi atau rendah. Dan emosi ini memengaruhi sejumlah variable kinerja dan
kepuasan, seperti perilaku kewargaan organisasi, komitmen organisasi, tingkat usaha, niat
untuk keluar dan penyimpangan di tempat kerja.
Kesimpulannya :
1. Emosi memberikan pandangan yang berharga tentang bagaimana peristiwa yang
menjengkelkan dan menyenangkan di tempat kerja memengaruhi kinerja pekerja
serta kepuasannya.
2. Pekerja dan manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi atau peristiwa yang
menyebabkannya, walaupun mereka tampaknya sepele, tetapi mereka akan
terakumulasi.
F. KECERDASAN EMOSIONAL

Definisi : Kemampuan untuk menilai kecerdasan dalam diri orang lain,memahami


makna emosi-emosi ini, dan mengatur emosi seseorang secara teratur.

 Kasus untuk kecerdasan emosional :


 Daya Tarik intuitif : intuisi menyatakan orang yang dapat mendeteksi emosi
orang lain, mengendalikan emosinya sendiri, dan mengendalikan interaksi sosial
dengan baik, memiliki posisi yang kuat dalam dunia bisnis. Kecerdasan emosional
berperan atas lebih dari 85% kinerja terbaik dalam pimpinan puncak.
 Kecerdasan emosional memprediksi kriteria yang berarti : bukti menyatakan
level tinggi kecerdasan emosional berarti seseorang akan berkinerja baik dalam
pekerjaan.
 Kecerdasan emosional berdasarkan biologi : ada bukti yang mengatakan bahwa
kecerdasan emosional dipengaruhi genetik, yang selanjutnya mendukung
pendapat bahwa kecerdasan emosional mengukur sebuah faktor biologis
mendasar yang nyata.

 Kasus yang bertentangan dengan kecerdasan emosional

 Para peneliti kecerdasan emosional tidak sepakat tentang definisi


Beberapa peneliti berfokus pada ujian dengan jawaban yang benardan salah
yang darinya kita dapat menyimpulkan kemampuan seseorang untuk mengenali
dan mengendalikan emosi. Ini merupakan perspektif atas kecerdasan emosional
yang berdasarkan kemampuan.
Para peneliti lain telah memandang kecerdasan emosional sebagai ragam ide
yang luas yang kita dapat ukur dengan melaporkan sendiri dan yang
dihubungkan secara utama oleh fakta yang tidak satupun dari mereka sama
dengan kecerdasan kognitif.

 Kecerdasan emosional tidak dapat diukur


Banyak kritik telah mempertanyakan tentang pengukuran kecerdasan emosional,
hal ini dikarenakan mereka berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah
sebuah bentuk inteligensia. Namun sebenarnya kecerdasan emosional beragam
dan para peneliti tidak dapat memberlakukan ukuran-ukuran itu seketat seperti
pada studi mereka atas ukuran kepribadian dan kecerdasan umum.

 Kecerdasan emosional tidak lebih dari sekedar kepribadian dengan label


berbeda
Kecerdasan emosional tampak berkolerasi dengan ukuran-ukuran kepribadian,
khusunya stabilitas emosional. Sampai tingkat tertentu, para peneliti telah
menyelesaikan isu ini dengan mencatat bahwa kecerdasan emosional adalah
sebuah konsep yang sebagian ditentukan oleh ciri-ciri seperti kecerdasan
kognitif, kehati-hatian, dan penalaran, sehingga masuk akal bahwa kecerdasan
emosional berkorelasi dengan karakteristik-karakteristik ini.

G. PENGATURAN EMOSI
Merupakan bagian dari literatur kecerdasan emosional tetapi saat ini semakin
dipelajari sebagai sebuah konsep tepisah.pendapat utama dibalik pengaturan emosi
adalah untuk mengidentifikasi dan memodifikasi emosi yang dirasakan.

H. APLIKASI PERILAKU ORGANISASI TERHADAP EMOSI DAN SUASANA HATI


 Seleksi
Salah satu implikasi dari bukti uji kecerdasan emosional sampai saat ini adalah
bahwa pemberi kerja seharusnya mempertimbangkannya sebagai sebuah faktor
dalam merekrut pekerja, khususnya untuk pekerjan yang menuntut tingkat
interaksi sosial yang tinggi. Sebuah investigasi lanjutan menemukan bahwa orang
yang memiliki skor kecerdasan emosional tinggi akan lebih berpeluang 2,6 kali
diterima bekerja dibandingkan mereka dengan skor kecerdasan emosional yang
rendah.

 Pengambilan keputusan
Suasana hati dan emosi memiliki efek penting terhadap pengambilan keputusan.
Suasana hati dan emosi positif tampaknya membantu orang mengambil
keputusan yang baik. Orang-orang yang mengalami emosi positif lebih mungkin
dibandingkan yang lain untuk menggunakan pengalaman, atau aturan jempol
(yaitu prinsip dengan aplikasi luas yang tidak dimaksudkan untuk menjadi benar-
benar akurat atau dapat diandalkan untuk setiap situasi) untuk membantu
mengambil keputusan dengan cepat.

 Kreativitas
Orang-orang dalam suasana hati baik cenderung lebih kreatif daripada orang
dalam suasana hati buruk. Mereka menghasilkn banyak ide dan pilihan, dan yang
lain berpikir ide mereka orisinal, juga fleksibel dan terbuka dalam pikirannya,
yang dapat menjelaskan mengapa mereka lebih kreatif.

 Motivasi
Sebuah siklus dapat ada dimana suasana hati positif menyebabkan orang lebih
kreatif, yang berujung pada umpan balik positif dari yang mengamati pekerjaan
mereka.

 Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif bergantung pada daya tarik emosional untuk
membantu menyampaikan pesannya. Faktanya, ekspresi dari emosi dalam
berbicara seringkali merupakan elemen kritis yang membuat kita menerima atau
menolak pesan pemimpin. Para pemimpin yang fokus pada sasaran-sasaran
inspirasional juga menghasilkan optimism yang lebih tinggi dan antusiasme
dalam pekerja, yang berujung pada interaksi sosial yang lebih positif dengan
rekan kerja dan pelanggan.

 Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah proses emosional; menampilkan emosi negative
(seperti amarah) bisa saja efektif, tetapi merasa buruk tentang kinerja anda
tampaknya memperburuk negosiasi dimasa depan. Individu yang buruk dalam
negosiasi memiliki emosi negative, mengembangkan persepsi negative dari
mitranya, dan kurang bersedia untuk berbagi informasi atau kooperatif dalam
negosiasi di masa depan.

 Layanan pelanggan
Status emosional pekerja mempengaruhi layanan pelanggan, yang
mempengaruhi tingkat bisnis pengulangan dan kepuasan pelanggan.
Memberikan layanan pelanggan berkualitas tinggi menuntut pekerja karena itu
sering kali menempatkan mereka pada situasi disonansi emosi. Disonansi emosi
jangka panjang adalah prediktor keletihan pekerjaan, menurunnya kinerja, dan
kepuasan kerja yang lebih rendah.
 Sikap kerja
Beberapa studi telah menunjukan orang-orang yang memiliki hari baik di tempat
kerja cenderung berada dalam suasana hati lebih baik di rumah malam itu, dan
demikian pula sebaliknya.

 Perilaku menyimpang di tempat kerja


Misalnya, rasa iri adalah emosi yang terjadi ketika kita tidak menyukai seseorang
karena memiliki sesuatu yang kita tidak punyai tetapi sangat kita inginkan.
Seperti tugas yang lebih baik, kantor yang lebih luas, atau gaji yang lebih tinggi.
Seorang pekerja yang iri dapat menusuk pekerja lain dari belakang, secara
negatif mengganggu kesuksesan orang lain, dan secara positif mengganggu
pencapaiannya sendiri.

 Keselamatan dan cedera di tempat kerja


Riset yang menghubungkan afektivitas negatif pada meningkatnya cedera di
tempat kerja menyatakan bahwa pemberi kerja dapat meningkatkan kesehatan
dan keselamatan dengan menjamin pekerja tidak terlibat dalam aktivitas yang
berpotensi bahaya ketika berada dalam suasana hati buruk. Suasana hati yang
buruk dapat berkontribusi pada kejadian cedera di tempat kerja.

I. BAGAIMANA MANAJER DAPAT MEMPENGARUHI SUASANA HATI


Manajer dapat menggunakan humor dan memberikan mereka hadiah apresiasi
kecil untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Ketika pemimpin mempunyai
suasana hati yang baik, maka anggota kelompok lebih positif; hasilnya mereka bekerja
sama dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai