Anda di halaman 1dari 15

A.

SIKAP
Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsiasumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan, dan keyakinan-keyakinan manusia
mengenai topik tertentu.
Definisi lain menyebutkan Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan
maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan
bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Komponen utama dari sikap adalah sebagai
berikut :
a. Kognitif (cognitive).
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi
obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang
mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara
umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi
Konsistensi Sikap
Festinger menduga bahwa keinginan untuk mengurangi ketidaksesuaian akan
ditentukan oleh pentingnya elemen-elemen yang menciptakan ketidaksesuaian, tingkat
pengaruh yang dimiliki oleh seorang individu terhadap elemen-elemen tersebut, dan
penghargaan yang mungkin terlibat dalam ketidaksesuaian. Apabila elemen-elemen yang
menghasilkan

ketidaksesuaian

relatif

tidak

penting,

tekanan

untuk

memperbaiki

ketidkaseimbangan akan rendah.


Penghargaan juga mempengaruhi tingkat sampai mana individu termotivasi untuk
mengurangi ketidaksesuaian. Pengaharagaan tinggi yang menyertai ketidaksesuaian yang
tinggi cenderung mengurangi ketegangan yang melekat pada ketidaksesuaian. Penghargaan
berfungsi mengurangi ketidaksesuaian dengan cara meningkatkan sisi konsistensi dari neraca
individu.

Pengaruh Prilaku Terhadap Sikap

Telah ditegaskan bahwa sikap mempengaruhi perilaku. Penelitian yang sebelumnya


tentang sikap menganggap bahwa sikap mempunyai hubungan sebab akibat dengan perilaku,
yaitu, sikap yang dimiliki individu menentukan apa yang mereka lakukan. Akal sehat juga
menyatakan sebuah hubungan.
Berdasarkan evaluasi sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap-perilaku,
peninjau menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku. Penelitian barubaru ini menunjukan bahwa sikap memprediksi perilaku masa depan secara signifikan dan
memperkuat keyakinna semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan
dengan memperhitungkan variabel-variabel pengait.
Sikap yang penting adalah sikap yang mencermnkan nilai-nilai fundamental, minat
diri, atau identifikasi dengan individu atau kelompok yang dihargai oleh seseorang. Sikapsikap yang dianggap penting oleh individu cenderung menunjukan hubungan yang kuat
dengan perilaku. Semakin khusus sikap tersebut dan semakin khusus perilaku tersebut,
semakin kuat hubungan antara keduanya.
Ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku kemungkinan besar muncul ketika tekanan
sosial untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu memiliki kekuatan yang luar biasa.
Hubungan sikap-perilaku mungkin sekali menjdai lebih kuat apabila sebuah sikap merujuk
pada sesuatu dengan individu yang mempunyai pengalaman pribadi sacara langsung.

Sikap Kerja yang Utama


1. Kepuasan Kerja
Perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi
karakteristik-karakteristiknya.
2. Keterlibatan Pekerjaan
Tingkat sampai mana seseorang memihak pekerjaan, berpartisipasi secara aktif di
dalamnya dan manganggap kinerja penting sebagai bentuk penghargaan diri
3. Pemberian Wewenang Psikologis
Keyakinan karyawan terhadap sejauh apa mereka mempunyai lingkungan kerja mereka,
kompetensi mereka, makna pekerjaan mereka, dan otonomi dalam pekerjaan mereka.

4. Komitmen Organisasional
Tingkat sampai mana seseorang karyawan memihak sebuah organisasi serat tujuan-tujuan
dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Komitmen organisasional terbagi menjadi komitmen afektif, komitmen berkelanjutan,
dan komitmen normatif.
5. Dukungan Organisasional yang Dirasakan
Dukungan ini adalah tingkat sampai mana karyawan yakin organisasi menghargai
kontribusi mereka dan peduli dengan kesejahteraan mereka
6. Keterlibatan Karyawan
Keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme individu dengan kerja yang mereka lakukan.

Pengukuran Sikap Kerja


Survei sikap yang umum memberi karyawan serangkaian pernyataan atau pertanyaan
dengan skala penilaian yang menunjukan tingkat kecocokan. Nilai sikap individual diperoleh
dengan cara menjumlahkan respon terhadap soal-soal kuesioner. Nilai-nilai ini kemudian bisa
dirata-rata untuk kelompok kerja, tim, departemen, divisi, atau organisasi secara keseluruhan.

B. KEPRIBADIAN
Definisi Kepribadian menurut Allport adalah sebuah organisasi dinamis di dalam sistem
psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.
Sedangkan menurut Pervin dan John kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri
dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten.
Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari antara lain trait dan tipe (type).
Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar
dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang
berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan
dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada
trait.

Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin
dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang
didasari oleh beberapa asumsi, yaitu:
* Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan
seseorang dari yang lain, sehingga:
o Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
o Trait konsisten dari situasi ke situasi
* Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun
karakteristik tingkah laku dapat berubah karena:
o ada proses adaptif
o adanya perbedaan kekuatan, dan
o kombinasi dari trait yang ada
Menurut Allport, faktor genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam
menentukan perilaku manusia. Bukan hanya faktor keturunan sendiri atau faktor lingkungan
sendiri yang menentukan bagaimana kepribadian terbentuk, melainkan melalui pengaruh
resiprokal faktor keturunan dan lingkungan yang memunculkan karakteristik kepribadian.

Para psikolog cenderung mengartikan kepribadian sebagai suatu konsep dinamis yang
mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan seluruh sistem psikologis seseorang.
Menurut Gordon Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dalam sistem psikofisiologis
individu yang menentukan cara untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap
lingkungannya. Kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain.
Faktor-Faktor Penentu Kepribadian
1. Faktor Keturunan
Keturunan merujuk psda faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah,
gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan biologis adalah
krakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara

substansial,

dipengaruhi oleh orang tua, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan
mereka. Pendekatan keturunan berpendapat bahwa penjelasan pokok mengenai kepribadian
seseorang adalah struktur molekul dari gen yang terdapat dalam kromosom.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter kita
adalah lingkungan dimana kita tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman-teman,
dan kelompok sosial. Faktor-faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk
kepribadian kita. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
ditawariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi yang
seiring berjalannya waktu. Ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya
memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.
Kepribadian seseorang, meskipun pada umumnya stabil dan konsisten, dapat berubah
bergantung pada situasi yang dihadapinya. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berbeda
memunculkan aspek yang berbeda dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, kita tidak
boleh melihat pola-pola kepribadian secara terpisah. Faktor keturunan membekali kita dengan
sifat dan kemampuan bawaan, tetapi potensi penuh kita ditentukan oleh seberapa baik kita
menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Sifat-Sifat Kepribadian
Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu,
agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakterristik-karakteristik tersebut, ketika
ditunjukan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Semakin konsisten dan
sering munculnya karakteristik tersebut dalam berbagai situasi, maka akan semakin
mendeskripsikan karakteristik seorang individu.
Para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses
seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan
pengembangan karier. Myers-briggs Type Indicator dan Model Lima Besar adalah dua
pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat
seseorang. Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian, yaitu :
1. Survei Mandiri
Survei yang diisii sendiri oleh individu, merupakan cara paling umum yang digunakan
untuk menilai kepribadian. Kekurangan dari survei jenis ini adalah mungkin individu
berbohong atau hanya menunjukan kesan yang baik, individu tersebut berbohong untuk
mendapatkan hasil tes terbaik guna menciptaka kesan yang baik.

2. Survei Peningkat
Survei ini dikembangkan untuk memberikan suatu penilaian bebas mengenai kepribadian.
Oleh karena itu, daripada dilakukan sendiri oleh individu, survei mungkin dapat
dilakukan oleh rekan kerja. Survei mandiri dan survei peningkat memberik informasi
yang unik mengenai perilaku individu di tempat kerja.
3. Ukuran Proyeksi
Beberapa contoh ukuran proyeksi adalah Rorschach Inkbolt Test dan Thematic
Apperception Test (TAT).

Sifat Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi


1. Evaluasi Diri Sendiri
Tingkat dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah
mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa
memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka.
2. Harga Diri
Tingkat dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri dan sampai
mana mereka menganggap diri mereka berharga atau tidak sebagai manusia.
3. Lokus Kendali
Tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri baik
secra internal maupun eksternal.
4. Machivellianisme
Tingkat dimana seorang individu pragmatis, mempertahan jarak emosional, dan yakin
bahwa hasil lebih pentidng daripada proses.
5. Narsisme

Kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan,


membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.
6. Pemantau Diri
Kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor
situasional eksternal.
7. Kepribadian Tipe A
Keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak
dalam waktu yang yang lebih sedikit dan bila perlu melawan upaya-upaya yang
menentang dari orang lain atau hal lain. Karakteristik Tipe A adalah :
a. Selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat
b. Merasa ridak sabaran
c. Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih pada saat
bersamaan
d. Tidak dapat menikmati waktu luang
e. Terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang
bisa mereka peroleh
8. Kepribadian Proaktif
Sikap yang cenderung oportunitis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga
berhasil mencapai berubahan yang berarti.

C. NILAI
Nilai menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu
lebih disukai secara rasional dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang
berlawanan. Setiap dari kita memiliki hierarki nilai yang membentuk sistem nilai kita,

sistem ini diidentifikasikan oleh kepentingan relatif yang kita tentukan untuk nilai seperti
kebebasan, kesenangan, harga diri, kejujuran, kepatuhan, dan persamaan. Nilai cenderung
relatif stabil dan berlangsung lama.
Schwartz (1994) menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan
dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4)
mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian,
serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai,
yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara
bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip
atau standar dalam hidupnya.
Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu
terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe
persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :
1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup
kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).
Pentingnya Nilai
Nilai penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena menjadi dasar
pemahaman sikap dan motivasi individu, dan karena hal tersebut berpengaruh terhadap
persepsi kita. Individu memasuki suatu organisasi dengan pendapat yang telah terbentuk
sebelumnya tentang apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya terjadi. Tentu saja,
pendapat-pendapat ini tidak bebas dari nilai. Sebaliknya, hal tersebut memuat interpretasiinterpretasi mengenai apa yang benar dan salah. Selanjutnya, timbul implikasi bahwa
perilaku atau hasil-hasil tertentu lebih disukai dari yang lain. Akibatnya nilai menutupi
objektivitas dan rasionalitas.
Jenis-Jenis Nilai
1. Nilai Terminal
Keadaan akhir individu yang diinginkan, tujuan-tujuan yang ingin dicapai seseorang
selama masa hidupnya.
2. Nilai Instrumental

Perilaku atau cara-cara yang lebih disukai untuk mencapai nilai-nilai terminal seseorang.

D. PERSEPSI
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan
mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah
cara kita mengubah energi energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang
bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak
mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih
pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
individu,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.
Persepsi meliputi :
Penginderaan ( sensasi )
Melalui alat alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap,
dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra
itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan
pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan
verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang
memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan
tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai.
Atensi atau perhatian
Adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi
yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif
lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang
kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat
merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
Interpretasi

Adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara
yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal
sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).

Faktor Faktor yang mempengaruhi Persepsi


Faktor Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain :
1.

Faktor dalam diri si pengerti : Sikap-sikap, motif-motif, Minat-minat, pengalaman,


Harapan-harapan.

2.

Faktor-Faktor dalam situasi : Waktu, keadaan kerja, Keadaan sosial.

3.

Faktor-faktor dalam diri target : sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar
belakang, kedekatan, kemiripan.

Teori Hubungan ( Attribution Theory)


Pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya ketika mengobservasi
perilaku seseorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut
disebabkan secara secara Internal atau Eksternal. Namun sebagian besar penentu tersebut
disebabkan oleh tiga (3) Faktor : 1. Kekhususan, 2. Konsensus, 3 Konsistensi
Perilaku yang disesbabkan secara Internal, adalah perilaku yang diyakini dipengaruhi
oleh kendali pribadi sorang individu.
Perilaku yang disebabkan secara Eksternal, adalah perilaku yang dipengaruhi oleh
sebab-sebab yang datang dari luar individu.
Teknik yang digunakan Individu dalam menilai Individu lain :
Persepsi Selaktif, mengintepretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang
berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.
Efek Hallo, membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan
sebuah karakteristik.
Efek-Efek Kontras, Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang
mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama.
Proyeksi, menghubungkan karakteristik-karakteristik diri sendiri dengan orang lain
Stereotipe, Menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok dimana ia

bergabung.

Hubungan antara Persepsi dan Pembuatan keputusan Individual.


Pembuatan Keputusan individual merupaka sesuatu yang penting didalam perilaku
Organisasi. Tetapi, bagaimana individu dalam organisasi membuat berbagai keputusan dan
kualitas dari pilihan-pilihan akhir mereka sangat dipengaruhi oleh persepsi-persepsi mereka.
E. EMOSI
Emosi, adalah perasaan Intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi
berkaitan erat dengan afek, dan suasana hati. Afek sendiri diartikan sebagai ragam perasaan
yang dialami orang. Sedangkan suasana hati diartikan sebagai perasaan yang cenderung
kurang intens dibandingkan dengan emosi dan sering kali tanpa rangsang kontekstual.

Afek
Didefiniskan sebagai ragam perasaan yang dialami orang.
Efek dapat dialami dalam bentuk Emosi atau suasana hati.

Emosi

Disebabkan

oleh

Suasana Hati
kejadian

spesifik
Sangat cepat dalam durasi

Bersifat spesifik dan banyak (

Bberakhir lebih lama dari


emosi.

Lebih umum

rasa terkejut)

Biasanya tidak diindikasikan

Biasanya

disertai

ekspresi

Bersifat berorientasi tindakan

Aspek-aspek Emosi :
a.

kali

marah, rasa takut, rasa jijik,

wajah.

sering

umum dan tidak jelas.

Penyebabnya

Biologi Emosi

dengan ekspresi yang jelas.

Bersifat Kognitif.

Semua emosi berasal dari dalam sistem limbik otak, yang kira-kira sebesar sebuah
kacang walnut dan terletak dekat batang otak. Sistem limbik setiap orang tidaklah sama,
biasanya sistem limbik seorang wanita lebih aktif bila dibandingkan dengan sistem limbik
seorang pria.
b.

Intensitas
Setiap orang memberikan respon yang bebeda-beda terhadap rangsang emosi yang sama.

Setiap orang memiliki kemampuan bawaan yang bervariasi untuk mengekspresikan intensitas
emosional. Intensitas ini berkaitan dengan seberapa sering mereka menunjukkan perasaan
mereka.
c.

Frekuensi dan Durasi


Frekuensi dan durasi berkaitan dengan seberapa sering dan lamanya mereka berusaha

menampilkannya.
Emosi memiliki fungsi untuk memotivasi seseorang untuk terlibat dalam tindakantindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat perlindungan, memilih pasangan,
menjaga diri, memprediksi perilaku manusia lain.
Emosi dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
-

Emosi Positif, seperti rasa gembira, bahagia, senang, rasa syukur

Emosi Negatif, seperti rasa marah, sedih, benci

Sumber-sumber yang mempengaruhi Emosi :


a. Kepribadian,
Sebagian besar orang mempunyai kecenderungan tetap untuk mengalami suasana hati
dan emosi tertentu lebih sering dibandingkan orang lain.
b. Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari
Berkaitan dengan aktifitas ataupun kegiatan-kegiatan apa saja yang kita lakukan dalam
waktu tersebut. Semakin banyak hal yang menyenangkan maka akan membentuk suatu emosi
positif, begitu juga sebaliknya bahwa hal yang tidak menyenangkan akan membentuk emosi
negatif.
c. Cuaca
Faktor cuaca dapat mempengaruhi Emosi seseorang seperti panas, dingin, hujan.
d. Stress
Stress dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi seseorang. Suasana emosi sangat
dipengaruhi oleh seberapa tingkat stress yang dihadapi seseorang.

e. Aktivitas Sosial
Bagi sebagian besar orang, aktivitas sosial dapat meningkatkan suasana hati positif dan
memiliki pengaruh sedikit terhadap suasana hati negatif.
f. Olahraga
Penelitian yang dilakukan secara konsisten menunjukkan bahwa Olahraga dapat
meningkatkan suasana hati yang positif.
g. Usia
faktor usia sangat mempengaruhi kondisi emosi seseorang. Menurut penelitian emosi
negatif tampaknya smakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Pengalamanpengalaman emosional cenderung membaik bersama bertambahnya usia, sehingga seiring
bertambahnya usia, kita mengalami lebih sedikit emosi negatif.
h. Gender
Pria dan wanita memiliki karakteristik emosi yang berbeda, biasanya seorang wanita
cenderung lebih emosional dibandingkan pria karena wanita lebih menggunakan perasaan
mereka bila dibandingkan dengan pria.
Kerja Emosional
Dalam perilaku organisasi setiap Karywan mengeluarkan usaha fisik dan mental ketika
mereka menempatkan kapabilitas tubuh dan kognitif mereka, berturut-turut, ke dalam
pekerjaan mereka. Tetapi pekerjaan juga membutuhkan kerja emosional (Emotional Labor).
Kerja Emosional adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara
organisasional selama interaksi antarpersonal di tempat kerja.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengelola petunjukpetunjuk dan informasi emosioanal. Kecerdasan emosional terdiri dari lima (5) dimensi,
yaitu :

Kesadaran diri sadar atas apa yang sedang dirasakan

Manajemen diri kemampuan mengelola emosi dan dorongan-dorongan dari dalam


diri.

Motivasi diri kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan.

Empati kemampuan merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain.

Keterampilan Sosial kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.

Rangkuman Sikap, Kepribadian, Nilai,


Persepsi, dan Emosi
(Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Psikologi Organisasi)

Disusun oleh:
Anandya Ikhwan M
10050007153

FAKULTAS PSIKOLOGI
U N I V E R S I TAS I S LAM B AN D U N G
2011

Anda mungkin juga menyukai