Anda di halaman 1dari 20

Tugas 3 RMK Isu-isu etika, sosial, dan politik dalam sistem informasi

Nama : Lutfi Rufaida (3120 31492)


Suyatni Utami (3120 31507)
Yuli Mahrun Nisaa (3120 31512)
Kelas : B2
A. Prinsip-Prinsip yang Melandasi Keputusan
Etika  mengacu pada prinsip-prinsip benar-salah mengenai apa yang dilakukan seorang
individu sebagai makhluk moral yang bebas, yang digunakan untuk membimbing perilakunya.
Sistem informasi menimbulkan pertanyaan-pertanyaan etika baru, karena menciptakan peluang
untuk melakukan perubahan :

 Melakukan perubahan sosial yang mendalam dan sekaligus mengancam eksistensi


distribusi kekuasaan, uang, hak, dan kewajiban.

 Melakukan kejahatan serta mengancam nilai sosial


MODEL PEMIKIRAN TENTANG ISU ETIKA, SOSIAL, DAN POLITIS
Institusi sosial tidak dapat merespons dengan cepat, butuh waktu beberapa tahun untuk
mengembangkan kode etik, ekspektasi, tanggungjawab sosial, tindakan yang benar secara politik
atau peraturan yang disetujui.
LIMA DIMENSI MORAL DI ERA INFORMASI

Pengenalan teknologi informasi baru memiliki dampak seperti gelombang, menimbulkan isu
etika, sosial, dan politis baru yang harus ditangani di tingkat individu, sosial, dan politis. Isu ini
memiliki lima dimensi moral :

1) Hak dan kewajiban informasi

Hak informasi apa saja yang dimiliki oleh individu dan organisasi?

Apa yang dapat mereka lindungi?

2) Hak dan kewajiban terkait kepemilikan

Bagaimana hak kekayaan intelektual model laam dapat dilindungi dalam sebuah
masyarakat digital di mana melacak serta mengalkulasi kepemilikan sangatlah sulit dan
mengabaikan hak-hak kepemilikan semacam itu sangat mudah?

3) Akuntabilitas dan pengendalian

Siapa yang mampu menyelenggarakan dan akan diberi sanksi atas perbuatan yang
merugikan terhadap informasi individu maupun kelompok serta hak-hak kepemilikan?
4) Kualitas sistem

Standar kualitas data dan sistem speerti apa yang kita butuhkan untuk melindungi hak-hak
individu dan keamanan dalam masyarakat?

5) Kualitas hidup

Nilai-nilai apa yang harus dipertahankan dalam sebuah masyarakat yang sarat akan
pengetahuan dan informasi?

Praktik dan nilai budaya apa yang didukung oleh teknologi baru tersebut?

TREN UTAMA DARI TEKNOLOGI YANG MENGEDEPANKAN ISU ETIKA

 Kecepatan komputasi berlipat dua kali setiap 18 bulan

 Semakin banyak perusahaan yang bergantung pada sistem komputer dalam


menajalankan kegiatan-kegiatan utamanya.

 Biaya penyimpanan data menurun dengan cepat

 Perusahaan dapat dengan mudah memelihara secara terperinci masing-masing


databasenya

 Kemajuan teknologi jaringan

 Menyalin data dari satu lokasi ke lokasi lain dan mengakses data pribadi dari lokasi yang
jauh dengan lebih mudah.

 Kemajuan analisis data

 Perusahaan dapat menganalisis data dalam jumlah besar tentang seseorang guna
dikembangkan menjadi properti perilaku mereka secara terperinci

Profiling : Kemampuan komputer dalam mengombinasikan data dari berbagai sumber


dan menciptakan catatan pribadi seseorang secara terperinci.

Nonobvious Relationship Awareness (NORA) : meningkatkan kemampuan organisasi


swasta dan pemerintah dalam melakukan profiling. NORA dapat memperoleh informasi
mengenai seseorang dari berbgai sumber yang berbeda, seperti lamaran pekerjaan,
rekaman telepon, daftar pelanggan, serta daftar orang “dicari” (penjahat) dan
mengorelasikan hubungan-hubungan dalam informasi tersebut untuk menemukan
hubungan-hubungan tersembunyi dalam mengidentifikasi kriminal maupun teroris.

 Dampak pertumbuhan perangkat telepon genggam

 Ponsel seseorang mungkin sedang disadap tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Teknologi NORA dapat mengambil informasi dari berbagai sumber yang berbeda dan
menemukan hubungan terselubung. Sebagai contoh, teknologi tersebut dapat menemukan calon
karyawan untuk bekerja di kasino, sebuah nomor telepon yang diduga digunakan oleh pelaku
kriminal serta mengirimkan pemberitahuan kepada manajer personalia.

ETIKA DALAM MASYARAKAT INFORMASI


Etika merupakan perhatian bagi manusia yang memiliki pilihan. Etika adalah tentang pilihan
seseorang : ketika berhadapan dengan beberapa alternatif tindakan, apa pilihan moral yang
paling tepat?
KONSEP DASAR :

a) Responbilitas / Pertanggungjawaban

 Menerima kemungkinan biaya yang akan timbul, tugas, dan kewajiban atas keputusan
yang dibuat.

b) Akuntabilitas

 Fitur dari sistem dan isntitusi soial : hal tersebut berarti ada mekanisme yang sesuai
untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab mengambil tindakan dan siapa yang
tidak mampu menemukan orang yang pantas melakukan tindakan tertentu, pada
dasarnya tidak mampu memberikan analisis etika maupun tindakan etika.

c) Liabilitas

 Perluasan konsep dari responbilitas yang mengarah lebih jauh ke bidang hukum.
Liabilitas merupakan fitur dari sistem politik di mana suatu badan hukum di suatu
tempat mengizinkan seseorang untuk menerima perbaikan kerusakan yang terjadi pada
dirinya yang disebabkan oleh orang lain, sistem, maupun organisasi.

d) Proses hukum

 Fitur yang berhubungan dengan masyarakat yang berbadan hukum dan merupakan
sebuah proses di mana hukum dipahami dan dimengerti, serta ada kemampuan untuk
mengajukan perkara ke pihak berwenang yang lebih tinggi untuk menjamin hukum
diterapkan dengan benar.
Konsep-konsep dasar ini membentuk analisis etika yang mendasar dari sistem informasi dan
orang-orang yang mengelolanya.
Pertama  teknologi informasi disaring melalui institusi sosial, organisasi dan individual
Kedua  tanggungjawab terhadap konsekuensi dari teknologi tersebut sepenuhnya jatuh pada
institusi, organisasi, dan manajer yang memilih untuk menggunakan teknologi tersebut.
Ketiga  di dalam masyarakat yang memiliki etika dan politik, setiap individu dapat
memperoleh ganti rugi dari kerusakan / kerugian yang dideritanya melalui rangkaian hukum
yang dikarakteristikan sebagai proses hukum.

ANALISIS ETIKA
Lima langkah analisis etika :

1. Identifikasi dan gambarkan fakta secara jelas

2. Definisikan konflik atau dilema dan identifikasikan nilai-nilai yang lebih tinggi yang
terlibat

3. Identifikasi pihak-pihak yang berkepentingan

4. Identifikasi pilihan-pilihan beralasan kuat yang bisa diambil.

5. Identifikasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang diambil.

PRINSIP – PRINSIP UTAMA ETIKA

1. Golden Rules  Perlakukan orang lain seperti yang kamu inginkan orang lain
memperlakukanmu

2. Immanuel Kant’s Categorial Imperative  Jika suatu tindakan tidak pantas bagi setiap
orang, itu tidak pantas bagi seseorang.

3. Descrates’ Rule of Change  Jika suatu tindakan tidak dapat dilakukan berulang-ulang,
maka tidak dapat diterapkan secara menyeluruh.
4. Utilitarian Principle  Ambil tindakan yang memberikan nilai lebih tinggi atau lebih
besar.

5. Risk Aversion Principle  Ambil tindakan yang memberikan kerugian paling sedikit
atau biaya paling murah

6. Ethical “No Free Lunch” Rule  Asumsikan bahwa seluruh benda baik yang berwujud
maupun tidak berwujud adalah milik seseorang sampai ada deklarasi spesifik yang
menyatakan sebaliknya.
KODE ETIK PROFESIONAL
Kode etik professional diresmikan oleh asosiasi professional.
Contoh : American Medical Association – AMA; American Bar Association – ABA; Association
of Information Technology Professionals – AIPT; Association Computing Machinery – ACM.
Kode etik adalah janji berdasarkan profesi untuk mengatur kalangan professional dengan
kepentingan umum masyarakat.

DILEMA ETIKA DALAM DUNIA NYATA


Sistem informasi telah menciptakan dilemma etika yang baru, yang salah satunya berupa
rangkaian kepentingan yang saling berseteru satu sama lain. Contoh : perusahaan berpendapat
bahwa ia meiliki hak menggunakan teknologi informasi untuk meningkatkan produktivitasnya
dan melakukan perampingan tenaga kerja untuk menekan biaya dan mempertahankan bisnis.

B. Pengenalan UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik

Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku
masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan
menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian
cepat. Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi
sarana efektif perbuatan melawan hukum.

Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum
telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum
yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum
telematika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media,
dan hukum informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law
of information technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan hukum mayantara.
Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem komputer
dan sistem komunikasi baik dalam lingkup lokal maupun global (Internet) dengan memanfaatkan
teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat
dilihat secara virtual. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan
penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal
pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem
elektronik.

Sehubungan dengan itu, dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama memperluas penafsiran asas
dan normanya ketika menghadapi persoalan kebendaan yang tidak berwujud, misalnya dalam
kasus pencurian listrik sebagai perbuatan pidana. Dalam kenyataan kegiatan siber tidak lagi
sederhana karena kegiatannya tidak lagi dibatasi oleh teritori suatu negara, yang mudah diakses
kapan pun dan dari mana pun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku transaksi maupun pada
orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi, misalnya pencurian dana kartu kredit melalui
pembelanjaan di Internet. Di samping itu, pembuktian merupakan faktor yang sangat penting,
mengingat informasi elektronik bukan saja belum terakomodasi dalam sistem hukum acara
Indonesia secara komprehensif, melainkan juga ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap,
dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam waktu hitungan detik. Dengan
demikian, dampak yang diakibatkannya pun bisa demikian kompleks dan rumit.

Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena transaksi elektronik untuk
kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (electronic commerce) telah menjadi bagian dari
perniagaan nasional dan internasional. Kenyataan ini menunjukkan bahwa konvergensi di bidang
teknologi informasi, media, dan informatika (telematika) berkembang terus tanpa dapat
dibendung, seiring dengan ditemukannya perkembangan baru di bidang teknologi informasi,
media, dan komunikasi.

Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber (cyber space), meskipun
bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum yang nyata. Secara
yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat didekati dengan ukuran dan kualifikasi hukum
konvensional saja sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang
lolos dari pemberlakuan hukum. Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang
berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik.

Dengan demikian, subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai Orang yang telah
melakukan perbuatan hukum secara nyata. Dalam kegiatan e-commerce antara lain dikenal
adanya dokumen elektronik yang kedudukannya disetarakan dengan dokumen yang dibuat di
atas kertas.
Pasal 3

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas


kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau
netral teknologi.

Pasal 4

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan


kesejahteraan masyarakat;

c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

d. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan
kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal
mungkin dan bertanggung jawab; dan

e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara
Teknologi Informasi.

Pasal 12

(1) Setiap Orang yang terlibat dalam Tanda Tangan Elektronik berkewajiban memberikan
pengamanan atas Tanda Tangan Elektronik yang digunakannya.

(2) Pengamanan Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya meliputi:

a. sistem tidak dapat diakses oleh Orang lain yang tidak berhak;

b. Penanda Tangan harus menerapkan prinsip kehati-hatian untuk menghindari penggunaan


secara tidak sah terhadap data terkait pembuatan Tanda Tangan Elektronik;

c. Penanda Tangan harus tanpa menunda-nunda, menggunakan cara yang dianjurkan oleh
penyelenggara Tanda Tangan Elektronik ataupun cara lain yang layak dan sepatutnya
harus segera memberitahukan kepada seseorang yang oleh Penanda Tangan dianggap
memercayai Tanda Tangan Elektronik atau kepada pihak pendukung layanan Tanda
Tangan Elektronik jika:
1. Penanda Tangan mengetahui bahwa data pembuatan Tanda Tangan Elektronik telah
dibobol; atau

2. keadaan yang diketahui oleh Penanda Tangan dapat menimbulkan risiko yang
berarti, kemungkinan akibat bobolnya data pembuatan Tanda Tangan Elektronik; dan

d. dalam hal Sertifikat Elektronik digunakan untuk mendukung Tanda Tangan Elektronik,
Penanda Tangan harus memastikan kebenaran dan keutuhan semua informasi yang
terkait dengan Sertifikat Elektronik tersebut.

TRANSAKSI ELEKTRONIK

Pasal 17

(1) Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun
privat.

(2) Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Transaksi Elektronik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

PERBUATAN YANG DILARANG

Pasal 27

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan perjudian.

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

(4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman.

Pasal 28

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Pasal 29

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara
pribadi.

Pasal 30

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos,
melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Pasal 31

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi
atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu
Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi
atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat
publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik
Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan
adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.
(3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang
dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan,
dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 32

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.

(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan
terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat
rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana
mestinya.

Pasal 33

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun
yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik
menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Pasal 35

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi,
penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut
dianggap seolah-olah data yang otentik.

Pasal 36

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian
bagi Orang lain.

Pasal 37

Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang
berada di wilayah yurisdiksi Indonesia.

Pasal 39

(1) Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Selain penyelesaian gugatan perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para pihak
dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa
alternatif lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

PERAN PEMERINTAH DAN PERAN MASYARAKAT

Pasal 40

(1) Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik


sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Pemerintah melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat
penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang mengganggu
ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(3) Pemerintah menetapkan instansi atau institusi yang memiliki data elektronik strategis
yang wajib dilindungi.

(4) Instansi atau institusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus membuat Dokumen
Elektronik dan rekam cadang elektroniknya serta menghubungkannya ke pusat data
tertentu untuk kepentingan pengamanan data.

(5) Instansi atau institusi lain selain diatur pada ayat (3) membuat Dokumen Elektronik dan
rekam cadang elektroniknya sesuai dengan keperluan perlindungan data yang
dimilikinya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

C. Dimensi Moral dalam Sistem Informasi


Hak Informasi : Privasi dan Kebebasan di Era Internet
Privasi (privacy) adalah hak seseorang untuk tinggal seorang diri, bebas dari pengawasan
maupun campur tangan pihak lain ataupun organisasi termasuk negara. Hak atas privasi juga
terdapat ditempat kerja: jutaan karyawan merupakan subjek pengawasan elektronis berteknologi
tinggi. Teknologi system informasi mengancam ha katas privasi individu dengan melakukan
pelanggaran privasi secara murah, efektif, dan menguntungkan.
Di Amerika Serikat, privasi dilindungi oleh :

1. Amandemen pertama, jaminan kebebasan berbicara dan bersosialisasi.

2. Amandemen keempat, tentang perlindungan terhadap penggeledahan dan penyitaan atas


dokumen maupun rumah pribadi tanpa alasan dan jaminan terhadap proses hukum.

3. Undang-undang Privasi (Privacy Act) tahun 1974, mengatur pemerintahan federal dalam
mengumpulkan, penggunaan, dan transparansi informasi.

Praktik Informasi yang Adil (Fair Information Practice -FIP) :

 Kumpulan prinsip yang mengatur pengumpulan dan penggunaan informasi.

 Undang-undang yang mengatur hak-hak privasi di Amerika dan Eropa yg disusun


berdasarkan aturan hidup.

 Berdasarkan kepentingan bersama antara pemegang rekor dan individu.

 Disajikan kembali dan diperpanjang oleh FTC pada tahun 1998 untuk memberikan
pedoman untuk melindungi Privasi Online Anak-Anak (Children’s Online Privacy
Protection Act – COPPA), Undang-undang Grammm-Leach-Bliley tahun 1999, The
Health Insurance Protability and Accountability Act -HIPAA tahun 1996 yg efektif
dilaksanakan tahun 2003, Undang-undang Do-Not-Track Online tahun 2011.

Prinsip-prinsip praktik pelaksanaan informasi yang wajar dari komisi perdagangan federal ( FTC
FIP ):

1. Perhatian/ kesadaran (prinsip inti). Situs web harus mengungkapkan praktik pelaksanaan
informasi sebelum mengumpulkan data.

2. Pilihan/ persetujuan (prinsip inti). Harus ada sebuah aturan pilihan untuk memungkinkan
para pelanggan memilih bagaimana informasi mereka akan digunakan untuk tujuan kedua
di luar tujuan mendukung transaksi, termasuk penggunaan internet dan transfer pihak ke
tiga.

3. Akses/ partisipasi. Konsumen harus dapat meninjau dan menentang keakuratan data
pribadi.
4. Keamanan. Pengumpulan data harus mengambil langkah yang beranggung jawab untuk
memastikan bahwa informasi pelanggan akurat dan aman dari pengguna yang tidak
diotorisasi.

5. Penegakan. Harus ada mekanisme untuk menegakkan prinsip FIP.

Instruksi Eropa mengenai Perlindungan Data

 Negara-negara Eropa tidak mengiiznkan perusahaan untuk menggunakan informasi


pribadi milik seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut.

 Adanya izin sepengetahuan (informed consent), yaitu persetujuan yang menyertakan


pengetahuan terhadap setiap aspek yang diperlukan guna membuat keputusan yang
masuk akal.

 Negara Eropa tidak dapat mentransfer data pribadi ke negara-negara tanpa perlindungan
privasi serupa.

 Departemen Perdagangan AS bekerja sama dengan Komisi Eropa mengembangkan


kerangka kerja safe harbor bagi perusahaan di AS. Safe harbor adalah aturan kebijakan
internal yang dibuat pihak swasta dan mekanisme yang mendorong tercapainnya tujuan
yang diharapkan peraturan dan undang-undang pemerintah, namun tanpa melibatkan
undang-undang maupun paksaan pemerintah.

Tantangan Internet terhadap Privasi

 Pelacakan web tidak hanya dilakukan oleh perorangan tetapi juga dilakukan oleh
perusahaan periklanan seperti Microsoft Advertising, Yahoo, dan DoubleClick yang
dapat melacak perilaku seseorang dalam beraktivitas di dunia maya.

 Cookies adalah teks kecil yang tersimpan pada hard disk ketika pengguna mengunjungi
suatu situs web. Cookies mengidentifikasi perangkat lunak yang digunakan oleh
pengunjung dalam melakukan browsing internet dan memantau kunjungan pada situs
web.

 Super cookies atau Flash Cookies, perangkat yang sangat cerdik dan tersembunyi guna
melakukan pengawasan terhadap pengguna internet.

 Web beacon atau Web bugs (atau secara sederhana file pelacak), adalah perangkat lunak
kecil yang digunakan untuk menyimpan rekaman klik yang dilakukan pengguna selam
online.

 Spyware, merupakan perangkat lunak penyusup yang diam-diam meng-install dirinya


sendiri ke computer pengguna dengan menumpang pada iklan yang lebih besar.
Berikut gambar bagaimana cookies mengenali pengunjung web

Hak Kekayaan : Kekayaan Intelektual


Kekayaan intelektual dianggap sebagai harta tak berwujud yang diciptakan oleh seseorang
ataupun organisasi.

 Rahasia Dagang

Merupakan setiap produk hasil karya intelektual (formula, perangkat, pola, atau kompilasi data)
yang digunakan untuk tujuan bisnis.

 Hak Cipta

Hak cipta (copyright) adalah hak yang dijamin oleh undang-undang untuk melindungi pencipta
karya intelektual dari tindakan duplikasi yang dilakukan oleh pihak lain dengan tujuan apa pun
sepanjang hidup pencipta karya tersebut ditambah 70 tahun sesudah kematiannya. Contoh kasus
hak cipta : tahun 1990an perusahaan computer Apple menuntuk Microsoft Corporation dan
Hewlett-Packard terhadap pelanggaran hak cipta dalam pembuatan tampilan windows yang
menyerupai Macintosh buatan Apple.

 Paten

Paten mengizinkan pemiliknya melakukan monopoli ekslusif terhadap ide dibalik penemuan
yang diperolehnya selama 20 tahun. Kongres AS mengesahkan undang-undang hak paten dengan
tujuan untuk menjamin penemuan mesin baru, perangkat, ataupun metode baru menerima
imbalan finansial untuk menyebarluaskan karya mereka dengan sepengetahuan pemilik hak
paten.
 Tantangan bagi Hak Kekayaan Intelektual

a. Media digital berbeda dengan media fisik (misalnya buku)

b. Kemudahan replikasi (memperbanyak cetakan) sehingga membuat pencurian mudah


dilakukan dan sulitnya menciptakan keunikan dalam karya tersebut.

c. Kemudahan transmisi (jaringan, internet)

d. Kesulitan dalam mengklasifikasikan perangkat lunak, membuat sulitnya membuat


keunikan pada karya tersebut

e. Menjadikannya illegal untuk menghindari perlindungan berbasis teknologi dari materi


berhak cipta.

Akuntabilitas, Liabilitas, dan Pengendalian

 Masalah Liabilitas yang Berkaitan dengan Komputer

Jika perangkat lunak gagal, siapa yang bertanggung jawab ?

- Jika dilihat sebagai bagian dari mesin yang melukai atau membahayakan, produsen
perangkat lunak dan operator mungkin bertanggung jawab.

- Jika dilihat mirip dengan buku, sulit untuk meminta pertanggung jawaban
penulis/penerbit.

Kualitas Sistem : Kualitas Data dan Kesalahan Sistem


Tiga sumber pokok dari kinerja system yang buruk adalah

1. Celah/kelemahan dan kesalahan pada system

2. Kegagalan perangkat keras ataupun fasilitas lainnya yang disebabkan oleh alam maupun
penyebab lainnya

3. Kualitan input data yang buruk.

Kualitas Hidup : Keadilan, Akses, dan Batasan


Konsekuensi social negative dari system:

 Menyeimbangkan kekuatan : meskipun daya computer terdesentralisasi, pengambilan


keputusan utama tetap terpusat.

 Kecepatan perubahan : berkurangnya waktu respon terhadap pesaing. Sebuah bisnis


mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk menanggapi persaingan global.

 Mengelola batasan : keluarga, pekerjaan, dan waktu luang. Mengahbiskan waktu luang di
depan computer dapat mengancam hubungan social yang akrab dengan orang terdekat.

 Ketergantungan dan kerentanan. Organisasi public dan swasta semakin bergantung pada
system computer. Misalnya pada sekolah tingkat menengah yang bergantung pada system
perangkat lunak.

 Kejahatan dan penyalahgunaan computer

Kejahatan computer (Computer crime) tindakan illegal / cacat hokum yang dilakukanlewat
penggunaan kopuetr atau terhadap suatu system computer, computer dapat menjadi objek atau
alat kejahatan.

Penyalahgunaan komputer (computer abuse) adalah tindakan tidak etis, tindakan ilegal.

Spam adalah surel sampah yang dikirim suatuorganisasi atau individu kepada khalayak ramai di
internet yang tidak memiliki ketertarikan terhadap produk maupun layanan yang dipasarkan.

Ketenagakerjaan : Dampak Buruk Teknologi dan Penataan Ulang Pekerjaan yang Hilang
Merekayasa ulang pekerjaan mengakibatkan hilangnya pekerjaan jutaan manajer tingkat
menengah dan pekerja administrasi.
Kesetaraan dan Hak Akses : Meningkatnya Kesenjangan Sosial dan Pembedaan Ras
Kelompok miskin dan minoritas di AS memiliki computer dan akses internet lebih sedikit
meskipun kepemilikan computer dan akses internet telah menyebar dalam 5 tahun terakhir.
Meskipun kesenjangan mneyempit, keluarga dengan tingkat penghasilan lebih tinggi lebih
banyak memiliki computer dan akses internet ketimbang keluarga dengan penghasilan lebih
rendah pada kelompok yang sama. Disamping itu juga terdapat kesenjangan digital (digital
divide) yang terjadi pada sekolah-sekolah di Amerika.
Risiko Kesehatan : RSI, CVS, dan Technostress

 Cedera stres yang berulang (repretitive stress injury – RSI). Penyebab terbesar RSI
adalah keyboard computer. Yang sering terjadi yaitu sindrom carpal tunnel (carpal
tunnel syndrome – CTS), di mana saraf di seluruh tulang pergelangan tangan, yang
disebut carpal tunnel menimbulkan rasa sakit.

 Sindrom penglihatan computer (computer vision syndrome – CVS) adalah kondisi mata
yang tegang karena melihat layar monitor computer, laptop, e-readers, smartphone, serta
perangkat genggam permainan video.

 Technostress, yaitu stress yang ditimbulkan dari penggunaan computer. Gejalanya antara
lain kejengkelan, permusuhan terhadap orang lain, ketidaksabaran, serta kelelahan.
Referensi :
Laudon, Kenneth C. dan Laudon, Jane P. (2017) Management Information Systems: Managing the Digital
Firm, ed. 15.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

Anda mungkin juga menyukai