MANAJEMEN KEUANGAN
OLEH
YULIATI BASRI,MM
NIDN. 0820077601
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan
berkah kepada penulis karena diktat ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Diktat ini
merupakan revisi dari diktat yang pernah penulis terbitkan dan dibuat dengan maksud memenuhi
kebutuhan materi pembelajaran tentang manajemen keuangan baik secara teoritis maupun secara
praktis.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
revisi dan perbaikan perlu terus dilakukan sehingga meteri pembelajaran dapat memenuhi
kebutuhan mahasiswa. Dan sesuai dengan judulnya diktat ini memuat tentang materi manajemen
keuangan, laporan keuangan, analisis laporan keuangan, manajemen modal kerja, sumber dana,
efek (surat berharga ). Walaupun tersaji secara ringkas namun pembelajaran tentang manajemen
keuangan dapat menjadi lebih sempurna dan lebih baik setiap tahunnya.
Diktat ini merupakan dasar untuk mempelajari tentang manajemen keuangan dan tersaji
beserta dengan latihan- latihan untuk mempermudah mahasiswa mempelajari tentang manajemen
keuangan.
Dengan selesainya diktat ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bima yang telah mempercayakan
kepada penulis untuk menjadi pengasuh pada mata kuliah Manajemen Keuangan
ini.
3. Rekan-rekan Dosen yang telah banyak membantu dengan penuh saling pengertian
Semoga diktat ini dapat memacu dan menjadi stimulan bagi mahasiswa untuk tertarik
mempelajari tentang manajemen keuangan sehingga tumbuh semangat dan motivasi kuat untuk
Yuliati Basri, MM
DAFTAR PUSTAKA
Perkembangan teori keuangan banyak didasarkan pada kondisi perusahaan dan pasar
finansial , namun demikian konsep dan teori yang mendasari pengambilan keputusan dalam
bidang keuangan dapat diaplikasikan pada lingkup pemerintah dan perusahaan. Penerapan teori
keuangan dalam lingkup perusahaan disebut sebagai keuangan perusahaan ( corporate finance )
atau manajemen keuangan dan dalam perusahaan kontrol keuangan dilakukan oleh seorang
manajer keuangan. Peranan dari manajer keuangan telah berubah selama kurun waktu
belakangan ini. Hal ini disebabkan karena perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi dan
bisnis. Perusahaan-perusahaan telah berkembang menjadi semakin besar dan kompleks. Secara
tradisional peranan manajer keuangan ialah mencari dana untuk perusahaan bila diperlukan oleh
perusahaan dan membelanjakannya. Dengan perkembangan itu manajer keuangan harus
mengubah pandangan tradisional kearah keputusan-keputusan yang berhubungan dengan semua
aspek dari pengerahan modal. Dalam hal ini manajer keuangan harus memperhatikan aktiva,
alokasi dana terhadap berbagai macam proyek dan kegiatan, pengukuran hasil dari masing-
masing kegiatan, penumpukan dana dalam perusahaan, serta pemeliharaan struktur kapital yang
rasional.
Untuk melakukan tugas-tugas tersebut manajer keuangan perlu memiliki kecakapan baik
kualitatif maupun kuantitatif. Dia harus dapat memperoleh input-input keuangan untuk
membantu perusahaan dalam beberapa hal sebagai berikut :
.a Desentralisasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan oleh
perkembangan luas usaha yang semakin meningkat dan kompleks.
.b Diversifikasi produk.
.c Diversifikasi pasar baik pasar domestic maupun luar negeri
.d Menitikberatkan pada perkembangan usaha (growth) dengan mengusahakan
pengerahan dana yang ada sebaik mungkin, dan mencari dana tambahan yang diperlukan.
.e Memperhatikan perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi serta
pengaruhnya terhadap situasi keuangan. (Weston Fred & Copeland E. Thomas, 2000).
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 5
Manajemen Keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan
didasari beberapa tujuan umum. Jadi, fungsi keputusan dalam manajemen keuangan dapat dibagi
menjadi tiga area utama :
.1 Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah hal yang paling utama dari ketiga keputusan lainnya ketika
perusahaan ingin menciptakan nilai.
.2 Keputusan Pendanaan
Keputusan kedua yang penting dalam perusahaan berkaitan dengan keputusan pendanaan.
Dalam keputusan ini, manajer keuangan berhubungan dengan komposisi bagian kanan
dalam laporan posisi keuangan.
Kebijakan deviden perusahaan juga harus dipandang sebagai bagian integral dari keputusan
pendanaan perusahaan. Ratio pembayaran deviden (deviden – payout ratio) menetapkan
jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan. Semakin banyak jumlah laba saat ini
yang ditahan dalam perusahaan berarti semakin sedikit uang yang akan tersedia untuk
pembayaran deviden saat ini.
.3 Keputusan Manajemen Aset
Keputusan penting ketiga bagi perusahaan adalah keputusan mengenai manajemen aset.
Ketika aset telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, aset ini masih harus
dikelola secara efisiean. Manajer keuangan dibebani berbagai tanggung jawab operasional
atas berbagai aset yang ada. (Horne, James & Machowics, Jr, 2014).
Keuangan merupakan suatu fungsi dari suatu perusahaan yang memperhatikan pada aliran
uang di dalam, dari dalam dan luar ke dalam perusahaan. Peranan manajer keuangan tidak saja
diperlukan oleh perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan dan industri, akan tetapi
diperlukan oleh bank-bank, sekolah-sekolah maupun lembaga–lembaga pemerintah. Bidang
keuangan sebenarnya terdapat tiga jenis bidang (medan). Bidang keuangan tersebut adalah :
1. Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya
Perbankan merupakan lembaga untuk dapat dipergunakan sebagai tempat sumber dana,
penyimpanan dana dan mitra bagi perusahaan yang go public. Lembaga Keuangan lainnya
sebagai area bidang keuangan antara lain asuransi, lembaga pemberi modal (modal
ventura) dan lainnya yang merupakan tempat sumber dana dan atau penjamin risiko.
2. Pasar Modal
Pasar Modal merupakan lembaga untuk memperjual-belikan sekuritas dalam rangka
khususnya mencari sumber dana. Manajer keuangan dituntut pula dengan suatu
keterampilan dan pengetahuan tentang “securities and investment analysis” (analisa
investasi dan surat-surat berhaga). Seorang investor dalam situasi itu harus mempelajari
Rp. 10.000.000,-
=
1.000.000 lembar
pada tahun yang akan datang menerbitkan saham baru sebanyak 1 juta lembar lagi, dengan
perkiraan dana itu akan manghasilkan laba neto sesudah pajak Rp. 8.000.000,- (laba
maksimum).
Jadi pada tahun yang akan datang :
- Lembar saham menjadi 2 juta lembar
- Laba neto sesudah pajak menjadi Rp. 18.000.000,-
Rp 18.000.000,-
- EPS-nya menjadi =
2 juta lembar
= Rp 9,00/lembar
Sehingga akibat ditambahkan saham baru 1 juta lembar akan meningkatkan laba menjadi
Rp 18.000.000,00, tetapi EPS-nya turun dari Rp 10,00/lembar menjadi Rp 9,00. Berarti laba
maksimum tidak meningkatkan Value (nilai) kekayaan pemegang saham.
Agar meningkatkan EPS, maka penambahan lembaran saham baru harus dapat
menghasilkan EAT yang menjadi EPS lebih tinggi. Dari contoh di atas seharusnya EAT atas
penambahan saham baru menghasilkan keuntungan lebih dari Rp 10.000.000,00. Maksimisasi
EPS tidak selalu memaksimisasikan value (nilai) kekayaan pemegang saham sekarang.
FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN
Fungsi pokok manejemen keungan antara lain menyangkut tentang keputusan mengenai
penanaman Modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu
perusahaan. Dan diperoleh dari sumber keuangan eksternal dan dialokasikan pada berbagai
bentuk penggunaan. Arus dana yang terjadi dalam kegiatan operasi Perusahaan hurus dipantau.
Pihak sumber keuangan akan menerima imbalan dalam bentuk hasil pengembalian, pembayaran
kembali, produksi dan jasa. Semua organisasi, baik perusahaan bisnis unit pelayanan masyarakat,
badan sosial seperti palang merah maupun organisasi nirlaba seperti Musium dan lembaga
kesenian harus menjalankan fungsi manajemen keuangan. Dengan demikian tugas pokok
Dari keempat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer keuangan
berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas
manajer keuangan berkaitan dengan keputusan pokok perusahaan yang akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Operasion
al Bank -bank
Manajer
Perusahaa Keuangan
n Rutin Pasar Modal
(Pemegang
dan Saham)
Ekspansi
Pada hirarki organisasi perusahaan, jabatan direktur utama (chef financial officer)
dianggap tinggi, oleh karena dibidang keungan merupakan titik pusat dalam pengambilan
keputusan ditingkat pimpinan puncak (top level). Struktur organisasi yang biasanya dianut oleh
perusahaan perusahaan besar di Amerika Serikat Dapat dilihat pada gambar 1.1. Dewan direksi
mewakili pemegang saham dan memiliki wewenang penuh atas kegiatan operasi perusahaan.
Direktur utama atau presiden direktur adalah pejabat yang menerima laporan dari para direktur.
Salah satu direktur adalah direktur keungan yang bertanggungjawab atas perumusan kebijakan
keuangan diperusahaan. Tugas lain direktur keuangan adalah melakukan analisis keuangan,
yang dibantu oleh bendaharawan ( treasure) dan bagian akuntansi (controler)
Dewan Direksi
Ketua
Dewan direksi
Direktur Utama
Bendahara Administrasi
Pembukuan
Fungsi keuangan tertentu dalam suatu organisasi bisanya dipisahkan jadi dua jabatan yaitu,
bendaharawan dan administrasi pembukuan. Bendaharawan bertangung jawab atas perolehan
dana dan pengamanannya. Bidang tanggung jawab kontroler adalah mencatat, melaporkan dan
pengendalian.
Fungsi pokok kontroller mencatat dan membuat laporan tentang informasi keuangan
perusahaan. Tugas lain kontroler dalam menyusun laporan keuangan dan anggaran yaitu dua alat
penting yang digunakan dalam proses pengendalian perusahaan.
Pada perusahaan kecil, pemilik perusahaan dapat menjalankan sendiri fungsi bendaharawan
dan kontroler atau seorang pejabat keuangan dapat menjalan kedua fungsi tersebut. Beberapa
perusahaan besar menanbahkan jabatan baru pada struktur organisasinya, yaitu sekretaris
KEBIJAKSANAAN KEUANGAN
V = f (F,I,D)
Di mana:
V = Nilai perusahaan (value)
F = Kebijaksanaan finansial
I = Kebijaksanaan investasi
D = Kebijaksanaan dividen.
Kebijaksanaan ini sering juga disebut juga sebagai kebijaksanaan finansial. Dalam hal ini
manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan, dan menganalisa kombinasi sumber-
sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan rutin
dalam kegiatan usahanya.
Kebijakan Investasi
Kebijaksanaan investasi sering juga disebut capital budgeting problem, adalah masalah
bagaimana manajer harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan
dapat mendatangkan keuntungan di masa depan. Bentuk, macam dan komposisi serta investasi
tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di
masa depan yang diharapkan dan investasi tersebut adalah tidak dapat diperkirakan secara pasti.
Oleh karena itu investasi akan menanggung risiko atau tidak pasti. Risiko dan hasil yang
diharapkan dan investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan kebijaksanaan
maupun nilai perusahaan.
Kebijakan Dividen
Referensi :
Brigham F. Eugene & Houston F. Joel, 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi 11 Buku
1), Salemba Empat, Jakarta.
Sartono Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi Edisi 4, Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta.
Suad Husnan & Enny Pudjiastuti, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi ke Enam).
UPP STIM YKPN, Yokyakarta.
Van Horne C, James & Wachowics, Jr. M, John, 2014. Prinsip- prinsip Manajemen Keuangan
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 15
( Fundamental of Financial Management ). Salemba Empat, Jakarta.
Weston Fred & Copeland E. Thomas, 2000, Manajemen Keuangan, Erlangga anggota IKAPI
Jakarta.
.BAB II
LAPORAN KEUANGAN
Perlu dicatat bahwa perkiraan aktiva jangka panjang terbagi atas tiga unsur. Peralatan, bangunan
dan mesin, mula-mula dinyatakan menurut nilai perolehannya. Setiap tahun atas setiap unsur
aktiva jangka panjang (yang juga disebut aktiva tetap) diperhitungkan besarnya penyusutan dan
ditambah pada jumlah penyusutan yang telah dihitung untuk tahun-tahun sebelumnya. Hasil
penambahan tersebut,berupa akumulasi penyusutan, dikurangkan dari nilai perolehan aktiva
jangka panjang, sehingga diperoleh nilai bersih aktiva tetap. Aktiva tetap bersih merupakan nilai
buku dari aktiva berwujud saat ini yang telah mengalami penyusutan. Jika suatu aktiva tetap
dijual,maka nilai buku awalnya akan dihapuskan dari perkiraan aktiva tetap kotor dan akumulasi
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 21
penyusutannya dikurangkan dari perkiraan tersebut. Nilai pasar pada suatu aktiva bisa berada di
atas atau dibawah nilai bukunya, dan selisihnya merupakan keuntungan atau kerugian modal atas
penjualan aktiva tetap tersebut dan dicatat pada perhitungan rugi-laba.
Pada sisi kewajiban dari neraca akan kita bahas secara singkat kewajiban jangka pendek. Hutang
dagang (accounts payable) merupakan janji untuk membayar karena adanya tagihan dari pihak
luar (istilah populer lainnya adalah IOU, kependekan dari I owe you). Seringkali hutang jangka
pendek tersebut merupakan hutang kepada pemasok atas barang dan jasa yang diterima
perusahaan tetapi belum dibayar. wesel bayar (notes payable) merupakan hutang jangka
pendek, yang biasanya berupa perjanjian penarikan kredit pagu tertentu dari bank komersial.
Biaya-biaya yang sudah saatnya harus dibayar akan tetapi belum dibayar juga merupakan
kewajiban jangka pendek, misalnya gaji dan upah yang belum diambil karyawan, pajak
terhutang . Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan, merupakan keputusan bidang
keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Rasio hutang terhadap modal sendiri (debt to
qualiti ratio) menggambarkan struktur permodalan perusahaan dan seperti telah disebutkan
dimuka, rasio hutang terhadap modal menentukan besarnya leverage keuangan. Biaya atas
seluruh modal yang digunakan perusahaan disebut dengan biaya modal rata-rata tertimbang
(weigted average cost of capital) yang merupakan rata-rata tertimbang dari biaya marjinal
sesudah pajak dari sumber modal itu sendiri – hutang dan modal sendiri. Menurut pandangan
pihak investor, hutang dianggap mengandung resiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
modal sendiri, oleh karena pembayaran bunga merupakan suatu kontrak pemenuhan kewajiban
dan juga karena dalam kasus perusahaan yang mengalami pailet maka pihak yang memberikan
pinjaman (debtholers atau kreditor) mempunyai hak klaim sisa atas arus kas perusahaan, yaitu
bagian dari laba bersih yang diputuskan manajemen untuk dibagikan. Oleh karena modal sendiri
mengandung resiko yang lebih besar dari pada hutang, maka dana yang berasal dari hutang
merupakan tingkat hasil pengembalian (rate of return) nominal yang lebih rendah dari pada
modal sendiri.
Pilihan struktur permodalan sangat penting oleh karena suatu perbandingan tertentu antara
hutang dan modal sendiri pada tingkat arus kas operasi tertentu, meminimisasi biaya modal rata-
rata tertimbang, yang berarti dapat memaksimasi nilai pasar dari perusahaan
Saham preferen (preferred stock) adalah suatu bentuk saham yang mempunyai dua ciri campuran
antara hutang dan modal sendiri. Pembiayaan imbalan kepada para pemengangnya disebut
deviden preveren. Berdasarkan jumlah pembayarannya yang konstan, saham preferen sama
halnya dengan pembayaran bunga atas hutang. Akan tetapi jika laba perusahaan tidak cukup
untuk membayar deviden preferen, perusahaan tidak bisa dipaksa untuk membayarnya
melainkan ditangguhkan. Dividen preferen komulatif harus dibayar sebelum dividen saham biasa
Dengan demikian laba ditahan merupakan rantai penghubung anatara arus kas pada
perhitungan rugi-laba pada posisi aktiva dan kewajiban pada neraca. Unsur terakhir dari modal
sendiri adalah saham perbendaharaan (treasure stock), yang nilainya dikurangkan terhadap
modal sendiri oleh karena biaya untuk membeli kembali saham biasa perusahaan baik melalui
tender maupun pembelian melalui pasar. Pembelian saham perbendaharaan berpengaruh
terhadap jumlah saham yang beredar, tanpa adanya efek terhadap arus laba yang diharapkan
perusahaan. Akibatnya adalah laba per saham (earnings per share, EPS) dan saham lainya akan
naik begitu terjadi pembelian kembali saham perusahaan. Contoh berikut ini menunjukan
bahwa pembelian kembali saham berkaitan erat dengan kebijakan pembagian deviden.
Misalnya saja sebuah perusahan memperoleh laba sebesar Rp 3 juta, dan diputuskan bahwa Rp
1 Juta digunakan untuk membeli kembali saham atau dibayarkan sebagai deviden. Jika
dibayarkan sebagai deviden, maka laba ditahan pada sisi kewajiban dineraca akan bertambah
besar Rp 2 juta. Pemegang saham akan menerima Rp 1juta sebelum pajak, sehingga harus
diperhitungkan dahulu pajak atas deviden yang diterimanya (Di Indonesia berlaku pjak atas
bunga, dividen dan royalti atau PBDR). Alternatif lain adalah pembelian kembali dari saham-
saham dari pemegang saham yang lain dengan asumsi secara pro-rata (dalam presentase yang
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 23
sama) sehingga laba sebesar Rp3juta akan ditambahkan pada laba ditahan dan Rp1juta dicatat
pada saham perbendaharaan (treasure stock = saham yang dibeli kembali) yang merupakan
faktor pengurang terhadap modal sendiri. Pertambahan bersih pada sisi kewajiban neraca
adalah Rp2 juta, sehingga baik pembayaran dividen maupun maupun pembelian kembali saham
berpengaruh sama terhadap nilai buku kewajiban (liabilities), akan tetapi dampaknya bagi
kekayaan pemegang saham tidaklah lam. Dividen yang dibayarkan dikenakan paja (pajak atas
bunga dividen dan ricailities, PBDR) sedangkan pembelian kembali sahammenghasilkan
keuntungan modal (capital gain) sebagai akibat kenaikan harga saham dan tidak dikena pajak
sebelum saham tersebut terjual. Jika saham tersebut dijual, maka terhadap keuntungan modal
dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah dari tarif pajak penghasilan. Oleh karena itu
pemegang saham lebih suka memilih keputusan pembelian kembali saham, yang tarif pajaknya
lebih murah dibandingkan dengan tarif pajak atas pembayaran dividen.
Di dalam neraca, masing-masing unsur tersebut disajikan dengan menganut ketentuan –
ketentuan tertentu.
Neraca dapat disajjikan dengan menggunakan dua bentuk yaitu :
a. Rekening (skontrol)
Pada bentuk ini, unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit),sedangkan unsur kewajiban dan
ekuitas disajikan pada sisi kanan (Kredit).
b. Laporan (stafel)
Pada bentuk ini baik aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut dari atas
kebawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban dan terakhir ekuitas.
Setiap unsur sumber dan penggunaan dana disebutkan dengan jelas sesuai dengan
maksudnya. Laba bersih + penyusutan (NI+dep), merupakan suatu cara pelaporan untuk
meringkaskan sumber (atau penggunaan) dana yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan.
Dengan menggunakan contoh perhitungan rugi-laba laba bersih dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
NI=R-FC-FCC-dep-rD-T(R-FC-FCC-dep-rD). (2.3)
Pendapatan (R= refenue) merupakan sumber dana pokok dan unsur yang bertanda negatif
merupakan penggunaan dana, kecuali penyusutan yang meerupakan pembebanan non kas. Oleh
karna itu, penyusutan harus ditambah kembali kelaba bersih (net income) agar diperoleh hasil
akhir sumber dana yang berasal dari hasil kegiatan operasi.
Sudah barang tentu penyusutan bukan berarti suatu sumber dana, karna dalam
memperhitungkan beban penyusutan tudak terjadi arus kas sama sekali.
Penyusutan adalah pembebanan tahun tarhadap laba yang mencerminkan biaya atas
penggunaan peralatan dan mesin dalam proses produksi. Sebagai contoh sebuah mesin yang
diharapkan berumur ekonomis 10 tahun dibeli pada tahun1978 dengan harga Rp100 juta. Biaya
tersebut harus dibebankan pada produksi salama 10 tahun umur mesin, dan jika hal ini tidak
dilakukan laba yang dihitung menjadi terlalu tinggi. Jika mesin disusutkan dengan metode garis
lutus maka biaya penyusutan yang dihitungpertahun adalah Rp 10 juta. Dalam perhitunganlaba
penyusutan ini dikurangkan dari pendapatan penjualan bersama-sama dengan biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya lain.akan tetapi biaya penyusutan bukan merupakan biaya kas. Dan
sebesar Rp 10 juta telah dikeluarkan pada tahun 1978, sehingga perhitungan beban penyusutan
setiap tahun yang dikurang dari laba bukan merupakan pengeluaran kas. Dengan cra demikian
penyusutan dibedakan dengan pengeluaran untuk bahan baku dan upah tenaga kerja yang
merupakan biaya-biay tunai.
Bahwa asumsi pendapatan penjualan diterima secara tunai dan semua biaya kecuali
penyusutan dibayar dibayar tunai selama tahun19X1, berapa uang tunai dari kegiatan operasi
yang tersedia untuk membayar dividen, membayar hutang yang jatuh tempo atau melaksakan
investasi aktiva tetap maupun aktiva lancar ? Jawabannya adalah Rp 22 juta, yaitu jumlah yang
berasal dari laba sesudah pajak ditambah penyusutan. Semua penjulan diterima secara tunai
sebesar Rp 300 juta. Biaya-biaya selain penyusutan sebesar Rp 270 juta harus dibayar secara
tunai, sehingga sisanya adalah Rp30 juta. Penyusutan bukan merupakan pengeluaran tunai –
perusahaan tidak mengeluarkan beban penyusutan sebesar Rp10 juta – sehingga dana sebesar
Rp30 juta masih tersedia setelah diperhitungkan penyusutan. Akan tetapi, pajak harus bibayar
secara tunai, sehingga Rp8 juta untuk pajak harus dikurangkan dari arus kas operasi kotor
sebesar Rp 30 juta, yang menghasilkan sisa arus kas bersih operasi sebesar Rp 22 juta.karna arus
masuk adalah sebesar Rp 300 juta dan arus keluar 278 juta maka sisanya adalah Rp 22 juta.
Jumlah sebesar 22 juta ini sudah barang tentu sama dengan laba bersih sesudah pajak ditambah
dengan penyusutan, yaitu Rp 12 juta ditambah dengan 10 juta, atau Rp 22 juta. Penyusutan
merupakan biaya nonkas yang ditambahkan pada laba bersih, sehingga terdapat dana yang
dihasilkan dari kegiatan operasi perusahaan.
Pada kolom penggunaan dana, Tabel 2.4 yang terletak sebaris dengan dana dari kegiatan
operasi (NI+dep) tertulis dividen, yang benar-benar merupakan pengeluaran kas, dan biasanya
merupakan unsur penggunaan dana yang terbesar. Dari persamaan 2.1, jika laba bersih dikurangi
dengan dividen, akan diperoleh laba ditahan. Oleh karna itu pada baris pertama pada laporan
sumber dan penggunaan dana diktisarkan semua informasi arus kas dari perhitungan rugi-laba.
Baris lainya merupakan perubahan-perubahan yang terjadi perkiraan neraca.
Penuruan (atau kenaikan )pada aktiva jangka penedek kecuali kas, merupakan sumber (atau
pengunaan) dana. Misalnya persedian yang menurun digolongkan sebagai sumber dana yang
berasal dari penjualan beberpa produk sebaliknya, kenaikan (atau penurunan) kewajiban jangka
pendek merupakan sumber dana. Jika hutang dagang meningkat, berarti perusahaan telah
meminjam dari pemasok berupa barang atau jas yang diterima perusahaan. Kejadian ini
GPP & E = NPP & E (akhir) + dep – NPP & E (awal ) (2.5)
GPP & E : Perubahan nilai kotor dari peralatan, bangunan dan mesin
NPP & E : Nilai bersih dari peralatan bangunan dan mesin
dep : Penyusutan
untuk membuktikan permasalahan tersebut, maka perkiraan awal dan akhir dari peralatan,
bangunan dan mesin disusun sebagai berikut :
awal akhir
Nilai kotor PP&E 1.000 1.100
DikurangiAkumulasi Penyusutan 500 550
Nilai bersih PP&E 500 550
Perubahan nilai kotor dari peralatan, bangunan dan mesin adalah 100. Penyusutan selama
periode laporan keuangan adalah 50, yaitu perubahan akumulasi penyusutan. Sedangkan
perubahan pada nilai bersih peralatan, bangunan dan mesin adalah sebasar 50. Oleh karna itu
dapat diperoleh :
GPP&E = 100 = NPP&E (akhir) + dep – NPP&E (awal)
= 550+50-500 = 100
Jadi kedua cara perhitungan diatas dapat digunakan untuk menghitung pengaruh perubahan
aktiva jangka panjang terhadap sumber dan penggunaan dana. Kenaikan (atau penurunan) hutang
jangka panjang merupakan sumber (atau penggunaan) dana, oleh karena merupakan pinjaman
(membayar hutang). Penjualan (pembelian kembali) saham juga merupakan sumber
(penggunaan) dana.
Tahap selanjutnya dalam menyusun laporan sumber dan penggunaan dana adalah (1)
membuat penyesuaian terhadap laba bersih dan dividen, dan(2) memisahkan perubahan pada
modal kerja (aktifa lancar dan kewajiban lancar). Perubahan-perubahan ini telah disusun dalam
Tabel 2.7. Laba bersih tahun 19X1 sebesar Rp 12 juta merupakan sumber dana yang digunakan
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 32
untuk membayar dividen (penggunaan dana) sebesar Rp 2 juta. Sisa sebesar Rp 10 juta sebagai
laba ditahan dapat dilihat pada Tabel 2.6. Dan hapuskan dari Tabel 2.7. Untuk menghindari
terjadinya perhitungan ganda. Laporan sumber dan penggunaan dana tersebut memberikan
informasi kepada manajer keuangan bahwa perusahaan telah melakukan perluasan pabrik,
penambahan kepemilikan aktifa tetap sebesar Rp 25juta, persediaan dan piutang dagang
mengalami peningkatan sesuai dengan kenaikan penjualan dan perusahaan membutuhkan
tambahan dana untuk membiayai modal kerja dan aktifa tetap.
Peng-
31 Des. 2009 31 Des. 2010 Sumber gunaan
Aktiva
Kas Rp 10 Rp 5 - -
Surat berharga 25 15 Rp 10 -
Piutang bersih 15 20 - Rp 5
Persedian 25 35 - 10
Aktiva tetap, kotor Rp 150 Rp 175 - 25
(- akumulasi penyusutan)* -40 -50
Aktifa tetap, bersih 110 125
Total Aktifa Rp 185 Rp.200
Kewajiban :
Hutang Dagang Rp 10 Rp 6 - Rp 4
Wesel bayar 15 10 - 5
Pada masa sebelumnya, perumbuhan PT Pupuk Kimia Jabar dibiayai dengan kredit bank
(wesel bank) Jangka pendek. Pada periode pertumbuhan sekarang ini, manajemen telah
memutuskan untuk memperoleh pembiayaan dari sumber-sumber permanen yaitu hutang jangka
panjang. Hutang jangka panjang ini digunakan untuk membiayai pertumbuhan aktifa tetap dan
juga membayar sebagian kredit bank, sehingga mengurangi besarnya hutang bank/wesel bayar.
Dana juga diperoleh dari laba usaha dan beban penyusutan. Disamping itu, perusahaan
sebelumnya telah mengumpulkan surat berharga untuk bersiap-siap menghadapi program
perluasan dan sebagian telah dijual untuk membiayai penambahan bangunan dan mesin baru.
Akhirnya perlu dicatat bahwa jumlah penggunaan melampaui sumber dana sebesar Rp 5juta,
sehingga posisi kas perusahaan berkurang dengan Rp 5 juta.
Dari contoh tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa laporan sumber dan penggunaan dana
secara lengkap menyajikan gambaran tentang kegiatan operasi perusahaan, disertai dengan
tinjauan tentang arus dana yang terjadi diperusahaan. Dengan diberikan informasi tentang
proyeksi neraca, rugi-laba, dividen dan penyusutan, maka manajer keuangan perusahaan dapat
menyusun laporan proyeksi (pro forma) sumber dan penggunaan dana.
Tabel 2.7 PT. Pupuk Kimia Jabar
Laporan kegiatan posisi keuangan, 2011
(dalam jutaan rupiah)
Jumlah Persen
Sumber dana (tidak termasuk kas)
Laba bersih Rp 12 26,1
Penyusutan 10 21,7
Penggunaan dana
Kenaikan modal kerja
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 34
Investasi pada persedian Rp 10 19,6
Kenaikan piutang 5 9,8
Pengurangan wesel bayar 5 9,8
Pengurangan hutang dagang 4 7,9
Total Kenaikan modal kerja Rp 24 47,1
Penambahan aktiva tetap kotor 25 49,0
Dividen untuk pemegang saham 2 3,9 52,9
Total penggunaan Rp 51 100,0
Kebutuhan Pelaporan
Salah satu tanggung jawab penting dari seorang manajer keuangan adalah membuat laporan
keuangan, baik untuk perusahaan maupun pihak keluar sesuai dengan kebutuhananya pada
gambar 2.1 dirinci berbagai jenis laporan keuangan yang mungkin diperlukan oleh berbagai
pihak.
Disamping tugasnya menyusun laporan, manajer keuangan harus bekerja untuk berbagai
pemakaian informasi keuangan. Para manajerdi dalam perusahaan harus diberi informasi tentang
anggaran yang disusun berdasarkan tata-cara akuntansi biaya sebaliknya, para manajer
menympaikan usulan pembiayaan proyek baru kemanajer keuangan. Disamping itu proyek-
proyek yang sedang berjalan perlu secara kontinyu dikaji, sumber danpenggunaan dananya
dipantau dan perlu dilakukan pemeriksaan internal (internat audits) untuk mengetahhui ketepatan
dan keabsahan data yang dilaporkan ke pimpinan induk perusahaan dikantor pusat.
Selain menyusun berbagai laporan, manajer keuangan perusahaan harus menyajikan data
bagi
Pemegang saham, dewan direksi, perusahaan akuntansi publik, lembaga keuangan (seperti
bapepam) dan berbagai kantor pajak. Para pemakai informasi keuangan dari laur perusahaan
tersebut masing-masing memerlukan data yanng berdeba-beda, dan yang lebih memusingkan
lagi permintaan yang sering kali tidak patuh pada azas. Misalnya saja berdasarkan perhitungan
akuntansi, laporan tahunan menghasilakan kenaikam laba persaham, akan tetapi arus kas bisa
menurun oleh karna adanya perubahan peraturan perpajakan.
Berikut ini terlebih dahulu akan dibahas tentang laporan tahunan yang diperlukan oleh para
pemegangan saham. Mengapa mereka juga memerlukan laporan tahunan ? Dan mengapa laporan
tahunan perlu diperiksa atau diaudit ( dengan beban tertentu) oleh akuntan publik? Suatu
jawaban yang beralasan atau pertanyaan tersebut dikemukakan oleh Watts dn Zimmerman (1978)
jika perusahaan semkain besar sering kali diperlukan peningkatan modal dari luar. Akibatnay
terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan kekuasaan pengendalian yang semakin besar. Para
manajer spesialis pada kenyataanya menjalankan perusahaan dengan modal luar yang berasal
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 35
dari berbagai pemegang saham, sehingga kepemilikan perusahaan menjadi tersebar. Tanpa
adanya beberapa persetujuan dalam hal mementau kegiatan perusahaan, para pemegang saham
harus menyediakan modal dengan biaya yang sangat tinggi, oleh karena para manajer bia
melemparkan tanggung jawab atau menggunakan kelebihan laba perusahaan atas beban para
pemegang saham. Maka sebaiknya para manajer dan pemegangan saham menyetujui terlebih
dahulu adanya pihak ketiga yang mementau jalanya perusahaan, asal saja biaya untuk memantau
lebih rendah dari pada biaya-biaya yang timbul tanpa adanya pemantauan.
Prosedur yang biasa dilakukan oleh pemegang saham adalah memilih dewan direksi, dewan
kemudiam akan menunjuk (1) suatu komite pemeriksa untuk mengatur dan mengawasi audotor
eksternal, serta mengarahkan penyusunan laporan keuangan tahunan ke pemegang saham dan (2)
subuah perusahaan akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan tahunan dan menyetujui
(atau tidak menyetujui) laporan tersebut. Komite periksa biasanya terdiri dari orang-orang luar
atau yang tidak menduduki jabatan eksekutif diperusahaan dan direktur keuangan.
Laporan dalam bentuk lain adalah laporan keuangan untuk kepentingan. Seringkali
dijumpai aturan akuntansi untuk perpajakan berbeda dengan prinsip-prinsip akuntansi umum
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan. Sebagai contoh pada umumnya
perusahaan di AS menggunakan cara penyusutab yang dipercepat dalam laporan pajaknya agar
diperoleh nilai sekarang yang maksimal dari beban penyusutan yang sesuai dengan ketentuan
perpajakan. Pada waktu yang bersamaan. Perusahaan juga menggunakan cara penyusutan garis
lurus ( Straight line deprecetion) dalam penyusunan laporan keuangan tahunan untuk para
pemegang saham.
Pihak –pihak yang membutuhkan laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan beberapa pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan :
1. Pemilik
Pemilik adalah merupakan mereka yang memiliki usaha dan ini tercermin dari kepemilikan
sahan yang dimiliki, adapun kepentingan pemegang saham/pemilik terhadap laporan
keuangan adalah
a. Melihat kondisi dan posisis perusahaan saat ini.
b. Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan yang dmilikinya.
c. Menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan
2. Manajemen
Pihak manajemen memiliki kepentingan akan kebutuhan dari laporan keuangan karena bagi
pihak manajemen laporan keuangan merupakan cerminan kinerja dalam suatu priode
Dewan Direksi
Komite pemeriksa
Brigham F. Eugene & Houston F. Joel, 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi 11 Buku
1), Salemba Empat, Jakarta.
Dwi Prastowo & Rifka Juliaty, 2002, Analisis Laporan Keuangan ( Konsep dan Aplikasi),
Cetakan kedua (revisi), Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yokyakarta
Mamduh & Abdul Halim, 2016, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kelima
Cetakan Pertama, UPP STIM YKPN Yokyakarta.
Sartono Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi Edisi 4, Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta.
Suad Husnan & Enny Pudjiastuti, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi ke Enam).
UPP STIM YKPN, Yokyakarta.
Van Horne C, James & Wachowics, Jr. M, John, 2014. Prinsip- prinsip Manajemen Keuangan
( Fundamental of Financial Management ). Salemba Empat, Jakarta.
Weston Fred & Copeland E. Thomas, 2000, Manajemen Keuangan, Erlangga anggota IKAPI
Jakarta.
Kalau kepada seseorang kita tanyakan mana yang lebih dia sukai, menerima Rp.100 saat
ini ataukah menerima Rp.100 nanti (misalnya satu tahun lagi). Meskipun penerimaan tersebut
pasti sifatnya, artinya dia pasti menerima sat ini atau nanti, kta bisa menduga bahwa dia akan
lebih suka menerima jumlah yang sama pada saat ini daripada nanti, sebaliknya kalau kita harus
membayar Rp.100 saat ini ataukah Rp.100 nanti, maka kita tentunya lebih senang untuk
membayar nanti, apabila jumlah sama.
Contoh diatas menunjukan bahwa sebenarnya kita menghargai uang secara berbeda,
apabila waktunya tidak sama. Dengan kata lain kita mengakui bahwa uang mempunyai nilai
waktu.
Mengapa kita selalu merasa bahwa nilai mata uang mengalami penurunan? Sebabnya
tidak lain adalah adanya pengaruh inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin cepat
penurunan nilai mata uang. Hal semacam ini jelas kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Kalau
inflasi diharapkan meningkat, maka umumnya bank-bank harus memberikan suku bunga
simpanan yang makin tinggi agar masyarakat tetap bersedia menyerahkan dana mereka. Apabila
tingkat bunga simpanan ini lebih kecil daripada tingkat inflasi yang diharapkan oleh masyarakat,
maka tidak akan ada seorangpun yang bersedia menyimpan dananya di bank.
Untuk membicarakan konsep nilai waktu uang (time value of money) ini kita akan bicarakan
tentang bunga majemuk dan nilai sekarang (present value).
Bunga Tetap
Perhitungan bunga yang sangat sederhana yang didasarkan pada besarnya pokok yang sama
dengan tingkat bunga yang sama pada setiap waktu.
Contoh ;
Perusahaan akan meminjam uang untuk membiayai proyek investasi sebesar Rp. 10.000.000,-
dengan bunga 15 % per tahun dengan waktu 4 tahun dan diangsur 4 kali. Maka bunga yang harus
dibayar adalah :
No. Pokok pinjaman Besarnya Besarnya bunga Jumlah bunga secara
angsuran pertahun keseluruhan
1. 10.000.000,- 2.500.000,- 1.500.000,- 1.500.000,-
2. 7.500.000,- 2.500.000,- 1.500.000,- 3.000.000,-
3. 5.000.000,- 2.500.000,- 1.500.000,- 4.500.000,-
4. 2.500.000,- 2.500.000,- 1.500.000,- 6.000.000,-
260 -
240 -
220 -
20%
N ila i Te rm in a l ( R u p ia h )
200 - 15%
180 -
10%
160 -
140 -
120 -
100 Ta h u n
-
-
-
0 1 2 3 4 5
Gambar 13.1. Nilai Majemuk untuk deposito Rp.100,00 dengan tingkat bunga 10%, 15% dan
20%.
Dari gambar tersebut kita bisa mengamati, bahwa disamping semakin tinggi tingkat
bunga menyebabkan semakin curam garisnya, semakin lama periodenya, semakin tinggi nilai
terminalnya.
Dengan memahami konsep ini, kita akan mudah menentukan nilai-nilai yang
memerlukan perhitungan penggandaan majemuk.
Bunga Majemuk Digandakan Lebih Dari Sekali Dalam Satu Tahun
Sampai sekarang kita masih beranggapan bahwa bunga dibayar setiap tahun. Meskipun demikian
ada kemungkinan bahwa bunga, misalnya dibayar setiap 6 bulan sekali. Dengan demikian, pada
contoh diatas, kalau bunga dibayarkan setiap 6 bulan sekali (bunga 10% per tahun, nilai awal
Rp100,00), maka nilai terminal pada akhir 6 bulan pertama akan,
NT0,5 = Rp.100,00 [1+(0,10 : 0,5)] = Rp.105,00
Dan pada akhir tahun
Dimana m menunjukan berapa kali bunga dibayar dalam satu tahun. Jadi, seandainya
bunga dibayar bulanan, maka
0,10
NTn = Rp.100,00 (1 + ) 12 x 1 = 110,51
12
0,10
NTn = Rp.100,00 (1 + ) 12 x2 = 122,04
12
Dengan demikian, nilai terminalnya apabila bunga dibungakan terus menerus pada tingkat bunga
r adalah :
NTn =Xo em .... ( 3.4)
Jadi contoh diatas, apabila n = 2 tahun, maka nilai terminalnya sama dengan
NTn = Rp.100,00 (2.71828)(0,1) (2)
= Rp.122.14 (bandingkan dengan contoh dimuka)
Present Value (Nilai Sekarang)
Present Value menunjukkan berapa jumlah uang pada saat ini untuk jumlah tertentu yang
akan diterima pada beberapa tahun yang akan datang.
Present value menunjukan berapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu dimasa
yang akan datang. Misalnya kita mengetahui bahwa harga TV berwarna satu tahun yang akan
datang adalah Rp.500.000,00 dan tingkat bunga simpanan (deposito misalnya) 15% per tahun,
kalau kita ingin membeli TV berwarna tersebut satu tahun kemudian, berapa uang yang harus
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 44
kita tabung pada saat ini? Apabila A, menunjukkan jumlah yang ditabung serta k merupakan
tingkat bunga, maka kita akan bisa merumuskan :
FV= PV (1 + i) ........ (3.5)
Dalam contoh kita ini berarti akan
Rp.500.000,00 = PV (1,15)
Rp.500.000,00
PV = = Rp.434.783,00
1,15
Dengan demikian Rp.434.783,00 merupakan nilai sekarang dari Rp.500.000,00 pada satu tahun
yang akan datang. Sedangkan present value dari jumlah uang tertentu pada tahun 2 mendatang
akan sama dengan
A2
PV =
(1 + k)2
jadi, pada contoh kita akan sama dengan
Rp.500.000,00 Rp.500.000,00
PV = =
(1,15)2 1,3225
= Rp. 378.072,00
jadi semakin lama suatu jumlah tertentu akan diterima semakin kecil nilai sekarangnya.
Sebagaimana dengan bunga majemuk, maka kita juga bisa menggambarkan grafik nilai sekarang
ini, untuk tingkat bunga dan periode yang berbeda-beda. Keadaan tersebut kita gambarkan
dengan menggunakan tingkat bunga 10%, 15%. Gambar tersebut menunjukan semakin tinggi
tingkat bunga dan semakin jauh uang yang tersebut akan diterima, semakin kecil nilainya
sekarangnya. Sebagai misal, apabila kita menerima Rp.100,00 pada waktu 5 tahun lagi, maka
nilai sekarangnya adalah Rp.40.80, kalau kita menggunakan tingkat bunga 20% per tahun.
-
100 -
90 -
P re s e n t v a lu e (R u p ia h )
80 -
70 -
60 - 10%
50 - 15%
40 - 20%
Ta h u n
-
-
-
0 1 2 3 4 5
Present Value apabila tingkat bunga digunakan lebih dari sekali dalam satu tahun
Apabila tingkat bunga digandakan lebih dari sekali dalam satu tahun, maka rumus present value
haruslah diubah seperti halnya dalam perhitungan nilai terminal. Rumus present value akan
nampak seperti :
dimana An, adalah kas pada akhir tahun, mn adalah berapa kali bunga digandakan dalam satu
tahun, dan i adalah tingkat bunga.
Jadi apabila kita akan menerima Rp.100,00 pada akhir tahun ke-3 dan tingkat bunga adalah 15%
digandakan setiap bulan, maka present valuenya adalah :
Rp.100,00
PV = (4) (3)
0.15
1+
4
= Rp.64.29
apabila tingkat bunga digandakan terus menerus, present value dari aliran kas pada akhir tahun n
akan sama dengan
An
PV =
en
dimana e kurang lebih sama dengan 2,71828.
Contoh Soal :
Sebuah Sepeda Motor yang akan akan dibeli setahun yang akan datang seharga Rp.
15.000.000,00. Berapa jumlah uang yang ditabung saat ini apabila bunga deposito konstan 18 %.
Rumus yang digunakan adalah :
A2
PV =
(1 + k)2
Rp.15.000.000 Rp.15.000.000,00
PV = =
(1 + 0,18) 1,18
= Rp. 12.711.864,41
Apabila jumlah tersebut akan diterima 5 tahun yang akan datang maka jumlah sekarang akan
menjadi :
A2
PV =
(1 + k)2
Rp.15.000.000 Rp.15.000.000,00
PV = =
(1 + 0,18)5 2,288
= Rp. 6.555.944,00
Annuity (cicilan)
Di dalam time evaluation di samping pengertian baik mencari F maupun P masih ada yang lain
yakni Annuity atau Uniform series yakni jumlah yang dibayar atau diterima berturut-turut
A= F i .
(1 + i)n-1
(1 + i)n -1
Contoh :
Seorang ayah menyetor uang ke Bank sebesar Rp 5.000.000 yang akan digunakan untuk anaknya
pada setiap tahun dengan jumlah yang sama mulai akhir tahun pertama, selama 7 tahun. Bunga
dihitung 10% per tahun. Berapa anak itu menerima uang setiap tahunnya?
Jawab:
Diketahui:
P = Rp 5.000.000;
i = 10%;
n = 7 dan A = ..................................... ?
A = P i (1 + i)n .
(1 + i)n -1
A = 5.000.000 10 % (1 + 10 %)7 .
(1 + 10 %)7 -1
A = Rp 5.000.000 x 0,205405
A = Rp 1.027.025
Point Pembelajaran Bab II
Uang memiliki nilai yang lebih berharga pada saat sekarang dibandingkan nilai di masa
depan dengan konsep nilai waktu dari uang.
Uang memiliki konsep nilai waktu di sebabkan oleh adanya suku bunga dan waktu.
Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin besar perbedaan nilai sekarang dengan nilai
yang akan diterima di masa mendatang
Latihan :
1. Jelaskan Konsep dari Nilai Waktu dari Uang ?
2. Ahmad meyimpan duitnya di bank sebesar Rp.500 juta dan memperoleh bunga sebesar 10 %
per tahun, tetapi bunga tersebut dibayarkan bulan. Berapa jumlah uang ahmad pada akhir
tahun.
Referensi :
Amin Widjaja Tunggal, 2000, Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Brigham F. Eugene & Houston F. Joel, 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi 11 Buku
1), Salemba Empat, Jakarta.
Dwi Prastowo & Rifka Juliaty, 2002, Analisis Laporan Keuangan ( Konsep dan Aplikasi),
Cetakan kedua (revisi), Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yokyakarta.
Mamduh & Abdul Halim, 2016, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kelima
Cetakan Pertama, UPP STIM YKPN Yokyakarta.
Sartono Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi Edisi 4, Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta.
Suad Husnan & Enny Pudjiastuti, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi ke Enam).
UPP STIM YKPN, Yokyakarta.
Van Horne C, James & Wachowics, Jr. M, John, 2014. Prinsip- prinsip Manajemen Keuangan
( Fundamental of Financial Management ). Salemba Empat, Jakarta.
Weston Fred & Copeland E. Thomas, 2000, Manajemen Keuangan, Erlangga anggota IKAPI
Jakarta.
Setiap perusahaan melakukan investasi dalam rangka meningkatkan pendapatan yang diperoleh,
perusahaan melakukan investasi dalam inventory, piutang, aktiva tetap dan lain- lain dengan
Perbedaan investasi dalam aktiva tetap dan aktiva lancar terletak pada tingkat perputarannya dan
waktu perputarannya. Perputaran dana yang diinvestasikan dalam bentuk aktiva lancar melalui
kas menuju pada aktiva lancar dan kembali menjadi kas. Sedangkan perputaran dana yang
diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap dapat di jelaskan dari kas kemudian terjadi pembelian
aktiva tetap kemudian terjadi penyusutan setiap tahunnya dan kembali menjadi kas. Jumlah dana
yang dinvestasikan akan terus mengalami penurunan menyesuaikan dengan jumlah penyusutan
sesuai dengan metode penyususan yang perusahaan gunakan.
Untuk lebih jelasnya mengenai investasi aktiva tetap ini mari kita liat pada contoh berikut ini :
Perjalanan dari dana yang ditanamkan dalam 5 buah alat produksi tahan lama, dimana masing –
masing umur penggunaannya 5 tahun dan masing – masing alat produksi tersebut dibeli secara
berturut-turut dengan beda waktu satu tahun dengan menggunakan penyusutan dengan
persentase tetap dari harga beli dan masing – masing alat produksi tersebut harga belinya Rp.
5.000,00.
Perjalanan dana yang tertanam dalam kelima alat produksi tersebut dapat digambarkan dalam
tabel sebagai berikut:
Pada umumnya ada 5 (lima) metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam
penilaian investasi. Metode-metode tersebut adalah :
1. Metode Average Rate of Return
2. Metode Payback
3. Metode Net Present Value
4. Metode internal Rate of Return
5. Metode Profitability index.
Mekanisme dan perbedaan masing-masing metode tersebut diberikan dibawah ini.
1. Metode Average Rate of Return
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu
investasi. Angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak dibandingkan dengan total atau
average investment. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam presentase. Angka ini kemudian
diperbandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Apabila lebih besar daripada
tingkat keuntungan yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, apabila lebih
kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan proyek ditolak. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini diberikan contoh perhitungan.
Misalkan ada suatu proyek yang memerlukan investasi untuk aktiva sebesar Rp.800 juta dan
Rp.200 juta untuk modal kerja. Aktiva tetap ini ditaksir mempunyai usia ekonomis 8 tahun,
tanpa nilai sisa dan disusutkan dengan metode garis lurus (Stright line). Penghasilan dari
penjualan ditaksir sebesar Rp.1.500 juta per tahun. Biaya-biaya operasional tunai,
diperkirakan per tahun sebesar Rp.1.000 juta. Tarif pajak sebesar 35 %.
Untuk menghitung “Average Rate of Return”nya, kit perlu hitung terlebih dahulu laba setelah
pajak investasi ini.
Penghasilan dari penjualan Rp. 1.500 juta
Biaya-biaya :
Operasional tunai Rp. 1.000 juta
Penyusutan (Rp.800 juta/8) 100 juta Rp.1.100 juta
Laba sebelum pajak Rp. 400 juta
Pajak (35%) Rp. 140 juta
Laba setelah pajak Rp. 260 juta
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 54
Dengan demikian, maka “ rate of return” pada setiap tahunnya adalah :
Laba Setelah Pajak = ARR (Average Rate ot Return)
Total investasi
Rp. 260 juta
x 100% = 26 %
Rp. 1.000 juta
Karena laba setelah pajak yang diperoleh setiap tahunnya sama, maka average rate of
returnnya juga sama dengan 25%. Angka 26% ini merupakan angka yang diperoleh dari
initial investment, yaitu Rp. 1.000 juta.
Beberapa analis berpendapat bahwa yang dipergunakan lebih baik pengertian average
investment.
2. Metode Payback
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Karena itu satuan
hasilnya bukan presentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun dan sebagainya). Kalau periode
payback ini lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan
menguntungkan, sedangkan kalau lebih lama proyek ditolak.
Problem utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum
yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, memang
tida kada pedoman yang bisa dipakai untuk menentuka payback umumnya dari peusahaan
yang sejenis.
Misalya nilai investasi adalah sebesar Rp.100.000.000,-, kemudian berdasarkan hasil analisa
dapat diketahui bahwa tingkat pengembalian setiap tahunnya adalah
Tahun Nilai pengembalian
1. 0
2. 50.000.000,-
3. 150.000.000,-
4. 250.000.000,-
Total 450.000.000,-
Syarat bahwa tingkat pengembalian selama 4 tahun. Pertanyaannya
apakah investasi ini layak atau tidak berdasarkan metode payback.
MP = 200.000.000/100.000.000 = 2,0
Pola aliran kas semacam ini kita katakan tidak normal, karena operasional cash flow
ternyata tidak selalu positif setiap tahunnya.
Keadaan tersebut bisa kita tuliskan persamaannya menjadi
10 10
1,6 = +
(1 + r) (1 + r)2
kalau kita kalikan kedua sisi persamaan dengan (1 + r)2, maka hasilnya adalah
1,6 (1 + r)2 = 10 (1 + r) – 10
1,6 r2 – 6,8 + 1,6 = 0
dengan menggunakan rumus abc, maka kita bisa mencari nilai-nilai r yaitu :
r1 = 4 (yang berarti 400%), dan
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 58
e2 = 0,25 (yang berarti 25%.
Dengan demikian, tinbul masalah tingkat bunga mana yang seharusnya dipakai. Kalau
misalkan tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah 30%, maka dengan menggunakan r 1 =
400%, kita mengatakan proyek ini menguntungkan, tetapi kalau kita memakai r2 = 25%, kita
mengatakan proyek ini perlu ditolak. Hal ini kalau kita gambarkan, akan nampak seperti pada
gambar.
N e t P re s e n t V a lu e
( R u p ia h )
1 ,0
T in g k a t b u n g a ( % )
- 1 ,6
= - 40 + 48,32
= + Rp.8,32 juta
Analisis keuangan yang mencakup analisis ratio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan
dibidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi perusahaan dalam manajemen
masa lalu dan prospeknya di masa yang akan datang. Analisis keuangan akan sangat membantu
untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan seorang business enterprise. Ratio tersebut dapat
memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban
finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efesiensi manajemen persediaan,
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 61
perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan
memaximumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.
Dengan menganalisis prestasi keuangan seorang analis keuangan akan dapat menilai apakah
manajer keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan kedalam setiap tindakan
secara konsisten dengan tujuan memaximumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai,
disamping itu dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti lembaga perbankan untuk menilai
apakah cukup layak untuk memberikan tambahan dana atau kredit baru, calopn investor untuk
memproyeksikan prospek poerusahaan dimasa datang.
Dalam analisis ratio keuangan dikembangkan 6 kelompok ratio keuangan yang dapat
menjawab kepentingan aspek analisis keuangan baik yang jangka pendek maupun jangka
panjang sebagai berikut
1. Rasio Liquiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendenya bila jatuh tempo.
2. Rasio Leverage, yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.
3. Rasio Aktivitas, yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber
dayanya.
4. Rasio Profitabilitas yang mengukur efektivitas manajemen yang di tunjukan oleh laba
yang di hasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.
5. Rasio Pertumbuhan ( growth Ratios ), yang mengukur kemampuan perusahaan
mempertahankan posisi ekonomi didalam pertumbuhan ekonomi dan industri.
6. Rasio Penilaian ( Valutions Ratios ), yang mengukur kemampuan manajemen
menciptalkan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio penilaian
merupakan ukuran yang paling lengkap tentang prestasi perusahaan, karena
mencerminkan rasio resiko ( Dua rasio yang pertama ) dan rasio pengambilan ( Tiga rasio
berikutnya ). Rasio penilaian sangat penting oleh karena rasio tersebut berkaitan langsung
dengan tujuan memaksimasikan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham.
Berikut contoh perhitungan analisis ratio keuangan ;
Neraca PT “ AY”
Per 31 Desember 1985 (dalam ribuan dollar)
Aktiva 31 Desember 1984 31 Desember 1985
Kas $ 52 $ 50
Surat berharga 195 150
Piutang dagang 255 200
Persediaan 340 300
Total aktiva lancer 832 700
Peralatan dan mesin 1.610 1.800
Cepat/axid test
1,3 kali 1 kali Baik
2. Leverage
Hutang thd total
aktiva 50 % 33 % Buruk
3. Aktivitas
Perputaran
persediaan
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas perusahaan, menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar
kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk dirubah menjadi kas yang meliputi kas,
surat berharga, piutang dagang, persediaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang
terdiri atas Neraca, Laporan Rugi-Laba, laporan perubahan modal maka rasio-rasio tersebut :
Current Ratio/ Rasio Lancar, rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya.
Aktiva Lancar
Current Ratio = =
Utang Lancar
Rp50.190.000,-
=
Rp25.523.000,-
= 1,96
Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas,
piutang, surat berharga dan persediaan. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan
aktiva lancar yang kurang liquid dibanding dengan yang lain.
Rp50.190.000,- - Rp27.530.000,-
=
Rp25.533.000,-
= 0,88
Acid Test Ratio/ Quick Ratio atau Rasio cepat, Rasio ini seperti halya current ratio,
tetapi hanya memperhitungkan aktiva lancar yang benar-benar liquid saja, yakni di luar
persediaan, persediaan merupakan rekening yang paling rendah tingkat liquiditasnya dan
tingkat kepastian nilainya rendah (harga persediaan mungkin tidak sama dengan yang
dicantumkan dalam neraca), maka persediaan dikeluarkan dari perhitungan.
Tabel. 2
Neraca Akhir PT Sillih Berganti
(Dalam Rp.000,-)
31 Desember 1989 31 Desember1988
2. Rasio Aktivitas
Salah satu tujuan manajer keuangan adalah menentukan seberapa besar efisiensi
investasi pada berbagai aktiva. Dengan kata lain rasio aktivitas menunjukkan bagaimana
sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan
rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan
dalam industri.
Periode pengumpulan piutang, yaitu rata-rata hari yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan membagi piutang dengan rata-
rata penjualan harian. Ada yang menggunakan piutang rata-rata yang dibagi dengan
penjualan kredit, hal ini dilakukan apabila piutang awal tahun sangat berbeda dengan piutang
akhir tahun.
Piutang x 360
Periode Pengumpulan Piutang =
Penjualan Kredit
= 58,49 hari
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Piutang
Rp112.760.000,-
=
Rp18.320.000,-
= 6,15 Kali
Perputaran Piutang, rasio ini mengukur seberapa cepat piutang dilunasi dalam satu
tahun. Kedua rasio ini berhubungan, dimana hari dalam satu tahun, 360 dibagi dengan
periode pengumpulan piutang, 58,49 hari akan menghasilkan perputaran piutang, 6,15 kali.
Apabila piutang berfluktuasi sangat besar, maka sebaliknya menggunakan piutang rata-rata.
Terlalu tinggi periode pengumpulan piutang itu berarti bahwa kebijakan kredit terlalu
liberal atau bebas, akibatnya timbul bed-debt dan investasi dalam piutang menjadi terlalu
besar akibatnya keuntungan akan menurun. Sebaliknya periode pengumpulan piutang yang
terlalu pendek berarti kebijakan kredit terlalu ketat dan besar kemungkinannya perusahaan
akan kehilangan untuk memperoleh keuntungan. Untuk itu standar kredit perlu diperlonggar.
Perputaran Persediaan =
Rata-Rata Persediaan
Harga Pokok Penjualan
Rp85.300.000,-
=
Rp27.000,000,-
= 3,16 Kali
Perputaran Persediaan, mengukur berapa lama rata – rata barang berada di gudang.
Penggunaan rata-rata di sini, seperti halnya perputaran piutang dimaksudkan agar lebih tepat
lagi apabila kita akan membandingkan dengan yang telah dicapai pada periode sebelumnya
maka harus konsisten. Perusahaan yang perputaran persediaannya yang makin tinggi itu
berarti makin efisien, tetapi perputaran yang terlalu tinggi juga tidak baik, untuk itu perlu
ditentukan keseimbangan.
Perputaran Aktiva Tetap, adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap neto.
Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung,
kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.
Penjualan
Rp112.760.000,-
=
Rp31.7000.000,-
= 3,56 Kali
Perputaran Total Aktiva, menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan
menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.
Tingkat perputaran ini, juga ditentukan oleh perputaran elemen aktiva itu sendiri.
Penjualan
Perputaran Total Aktiva =
Total Aktiva
Rp112.760.000,-
=
Rp81.890.000,-
= 1,38 Kali
3. Financial Leverage
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal
sendiri 100%. Penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (1)
pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2)
dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dari beban totalnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat dan (3)
dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan
pengendalian perusahaan.
Debt Ratio/ Rasio Hutang merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara
hutang dan total aktiva yang dimiliki.
Total utang
Debt Ratio =
Total aktiva
Rp47.523.000,-
=
Rp81.890.000,-
= 58,03 %
Debt Rasio sebesar 58,03% berarti bahwa total aktiva yang dimiliki perusahaan
58,03% dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang
Total Utang
Debt To Equity Ratio = =
Total Modal Sendiri
Rp47.523.000,-
=
Rp34.367.000,-
= 138,28%
Time Interest Earned Ratio/ Rasio Laba Terhadap Beban Bunga, adalah rasio
antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa
jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak
mampu membayar bunga.
Rp 11.520.000,-
=
Rp 3.160.000,-
= 3,65 Kali
Fixed Charge Coverage Ratio/ Rasio Penutupan Beban Tetap, mengukur berapa
besar kemampuan perusahaan untuk tutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen
saham preferen, bunga angsuran aman, dan sewa. Karena tidak jarang perusahaan menyewa
aktivanya dari perusahaan lising dan harus membayar angsuran tertentu, misalkan
pembayaran sewa yang harus dibayar Rp 1.500.000,-.
Rp 11.520.000,- + RP 3.160.000,- +
Rp 1.500.000,-
=
Rp 3.160.000,- + Rp 1.500.000,-
DIKTAT MANAJEMEN KEUANGAN 70
= 3,47 Kali
Rp 11.520.000,-
= Rp2.000.000,-
Rp 3.160.000,- + Rp 1.500.000,- +
(1-40%)
= 1,44 Kali
4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi insvetor jangka
panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi
memegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk
dividen.
Rp 27.460,-
=
Rp 112.760,--
= 24,35%
Gross Profit Margin atau Margin Laba Kotor sebesar 24,35 % berarti bahwa
setiap Rp. 1,- penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,2435. semakin tinggi
profitabilitasnya berarti semakin baik. Tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin
Rp 4.347.000,-
=
Rp 112.760.000,-
= 3,86%
Apabila gross profit margin selama suatu periode tidak berubah sedangkan net profit
marginnya mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relative lebih besar
daripada peningkatan penjualan.
Rp 4.347.000,-
=
Rp 81.890.000,-
= 5,31%
Return On Investment Atau Return On Assets, menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan atau jumlah laba bersih yang
diperoleh dari kekayaan perusahaan. Return on investment sebesar 5,31 % berarti bahwa
dengan menggunakan Rp. 1.000,- aktiva akan menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar
Rp. 53,10.
Rp 4.347.000,-
=
Rp 34.367.000,-
= 12,65%
EBIT
Profit margin = Penjualan
Rp 11.520.000,-
=
Rp 112.760.000,-
= 10,22%
Rentabilitas Ekonomi, rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan
memperoleh laba dari operasi peruhaan. Karena hasil operasi yang di ukur digunakan laba
sebelum bunga dan pajak.
EBIT
Rentabilitas Ekonomi =
Total Aktiva
Rp 11.520.000,-
=
Rp 81.890.000,-
= 14,07%
Dengan menggunakan hubungan antara perputaran aktiva dengan net profit margin maka
dapat dicari earning power atau return on assets ratio. Earning Power atau Rentabilitas
Ekonomi adalah hasil kali profit margin dengan perputaran aktiva.
Rp 112.760.000,- Rp 4.347.000,-
= x
Rp 81.890.000,- Rp 112.760.000,-
Rp 4.347.000,-
Earning Power =
Rp 81.890.000,-
= 5,31%
Earning power, merupakan tolok ukur kemampuan perusahan dalam menghasilkan
laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi
Biaya operasi
Rp.15.940.000
Penjualan
Rp.112.760.000 Bunga
Rp 3.160.000
Net Profit Penjualan
margin Rp 112.760.000
3,85% Total Biaya Pajak
Rp 108.413.000 Rp 4.013.000
Return Kas
Asset Rp 2.540.000
5,31% Aktiva lancar
Rp 50.190.000
Penjualan Surat Berharga
Rp 112.760.000 Rp 1.800.000
Total Assets
Turnover
1,38
Total Assets Total Aktiva Piutang
To Equity Rp 81.890.000 Aktiva tetap Rp 18.320.000
2,83 Rp 31.700.000
Persediaan
Rp 27.530.000
Return On
Equity
12,65%
Gambar 6.1
System Du Pont Dan Earning Power
Analisis keuangan sistem Du Pont dan Rentabilitas Ekonomi merupakan dua analisis
keuangan yang menggunakan rasio keuangan . Analisis sistem Du Pont menghitung return on
investment (ROI) yang di definisikan sebagai laba setelah pajak /total aktiva. Rentabilitas
ekonomi didefinisikan sebagai laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva. Analisis keuangan
sistim du pont menunjukkan keterkaitan rentabilitas modal sendiri (return on equity/ ROE),
ROI dan rasio hutang. Apabila perusahaan memperolrh ROI yang sama maka perusahaan
yang menggunakan rasio hutang yang lebih tinggi akan menghasilkan ROE yang lebih tinggi
bagi pemilik modal ROE ini akan sangat diperhatikan ,
Sedangkan analisis rentabilitas ekonomi menekankan pada kemungkinan penggunaan
hutang. Analisis ini menyatakan bahwa hutang bisa dipergunakan kalau tingkat bunga hutang
tersebut lebih kecil dari rentabilitas ekonomi yang mungkin diperoleh dari penggunaan
hutang tersebut.
Aktiva Pasiva
Kas Rp. 40.000,- Modal saham Rp. 240.000,-
Persediaan Rp. 100.000,-
Aktiva Tetap Rp. 100.000,-
Rp. 240.000,- Rp. 240.000,-
Aktiva tetap didepresiasi dengan metode garis lurus selama 10 tahun. Metode
pencatatan persediaan dengan FIFO (first in first out). Indeks inflasi diperkirakan 20 %
asalkan penjualan untuk tahun pertama seperti :
Penjualan Bersih Rp 170.000,-
Rp 30.000,-
Profit margin =
Rp 170.000,-
= 17,65%
Rp 30.00,-
Return on assets =
Rp 240.000,-
= 12,50%
Misalkan nilai persediaan akhir tahun 1989 karena inflasi akan menjadi Rp120.000,-,
maka keadaan neraca akhir 31 Desember 1989 menjadi :
Aktiva Pasiva
Kas Rp 60.000,- Modal saham Rp. 240.000,-
Persediaan 120.000,- Laba Ditahan 30.000,-
Aktiva Tetap 90.000,-
Rp. 270.000,- Rp. 270.000,-
Dengan metode FIFO maka persediaan dijual dengan harga pada saat persediaan
itu dibeli. Tetapi tidak memperhatikan inflasi, sehingga harga tersebut lebih rendah
daripada replacement cost. Begitu juga terhadap aktiva tetap, bahwa replacement cost
aktiva tetap adalah Rp 120.000,-. Penggunaan metode FIFO semacam ini cenderung akan
menghasilkan perhitungan yang keliru, mengakibatkan over estimate terhadap profit yang
diperoleh. Untuk itu sebaiknya menggunakan metode LIFO. Dengan demikian tidak terjadi
over estimate terhadap keuntungan yang diperoleh.
= 4,70%
Rp 8.000,-
Return on assets =
Rp 240.000,-
= 3,33%
Terdapat beberapa konsep tentang pengertian dari Modal Kerja adalah sbb :
1. Konsep Kuantitatif
2. Konsep Kualitatif
3. Konsep Fungsional
1. Volume Penjualan
Faktor ini adalah faktor yang paling utama karena perusahaan memerlukan
modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya yang mana puncak dari aktivitasnya
itu adalah tinggi penjualan.
Dengan demikian pada tingkat penjualan tinggi diperlukan modal kerja yang
relative tinggi dan sebaliknya ► Bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja
yang relative rendah.
2. Pengaruh Musim
Adanya pergantian musim, akan dapat mempengaruhi besar-kecilnya barang/jasa
kemudian mempengaruhi besarnya tingkat penjualan. Tingkat penjualan akan
mempengaruhi besar-kecilnya modal kerja yg dibutuhkan untuk
menyelenggarakan kegiatan produksi.
3. Kemajuan Teknologi
Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi atau mengubah proses produksi
b. Modal Kerja variabel (Variable Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Modal kerja variabel dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja yang
jumlahnya / besarnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi / perubahan musim.
2) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja yang
jumlahnya / besarnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtor / perubahan
permintaan produk.
3) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya
(misalnya adanya kebakaran, banjir, gempa bumi, pemogokan buruh, perubahan
ekonomi yang mendadak, dan sebagainya).
UNSUR-UNSUR MODAL KERJA
Modal kerja adalah nilai aktiva / harta yang dapat segera dijadikan uang kas, yaitu
dipakai perusahaan industri / jasa untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji
pegawai, membeli bahan baku / barang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan
sebagainya.
Dengan demikian unsur-unsur modal kerja adalah sebagai berikut :
a. Kas atau yang ada di bank.
Setiap perusahaan industri ataupun perusahaan jasa dalam menjalankan usahanya selalu
membutuhkan uang kas. Uang kas adalah uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan /
pemilik perusahaan yang dapat segera digunakan.
b. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas.
Pengaturan penanaman modal dalam surat-surat berharga dimaksudkan agar perusahaan
dapat menggunakan kelebihan dananya atau saldo kasnya, dengan maksud untuk
penjajagan likuiditas ataupun dengan tujuan untuk mendapatkan pendapatan dari dana
yang ditanamkan dalam surat-surat berharga tersebut.
c. Piutang dagang.
Piutang dagang timbul karena perusahaan menjual produk / barang dagangannya secara
kredit. Penjualan kredit dilaksanakan dalam rangka memperbesar volume penjualan.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang,
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos
lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan
financial, yang mempunyai sifat paling tinggi liquiditasnya.
Kas dapat berupa uang kontan yang disimpan di perusahaan, rekening-rekening giro atau
rekening lainnya yang dapat dicairkan pada saat dibutuhkan.
Kas dalam kegiatan operasional diperlukan :
a. membelanjai seluruh kegiatan operasional sehari-hari.
b. Mengadakan infestasi baru dalam aktifa tetap.
c. Membayar dividen, pajak, bunga dan pembayaran lain-lain.
1. Aliran kas (cashflow)
Proses aliran kas yang terjadi di perusahan adalah terus-menerus sepanjang hidup
perusahaan yang bersangkutan terdiri dari aliran kas masuk (Cash Flow).
Aliran kas masuk terdiri dari :
a. Hasil penjualan produk atau jasa perusahaan secara tunai.
b. Penagihan piutang dari penjualan kredit.
c. Penjualan aktiva tetap yang ada.
d. Penanaman infestasi dari pemilik atau pemilik saham bila perseroan terbatas.
e. Pinjaman/utang dari pihak lain.
f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain-lain.
Dari sejumlah aliran kas masuk tersebut mempunyai sifat terus-menerus sepanjang waktu
dan aliran kas pada saat-saat tertentu saja (incidental).
Faktor yang mempengaruhi penerimaan kas :
a. budget penjualan.
b. Keadaan dan posisi pesaing.
c. Syarat pembayaran tunai maupun kredit.
d. Kebijaksanaan dalam penagihan piutang.
e. Budget perubahan aktiva tetap.
f. Rencana penerimaan non operating.
g. Kebijaksanaan penjualan surat-surat berharga.
B B
A A
C C Waktu
Gambar 4 – 1. pola kebutuhan uang kas
Dalam gambar tersebut, kurva AA menunjukan pola kebutuhan uang selam priode
tertentu dengan gelombang pengaruh musim tampak di situ. Apabila pembelanjaan
permanen dinaikan sampai melebihi tingkat yang ditunjukan oleh garis BB, maka uang
akan menganggur sepanjang tahun, sebesar jumlah kelebihannya. Sedangkan apabila
dana permanent dinaikan untuk menutup kebutuhan CB, maka dana itu hanyaakan di
pergunakan pada sebagian dari tahun/priode itu dan sisanya akan menganggur dan hanya
memperoleh hasil yang sangat kecil.
Apabila dana jangka panjang tidak menutup kemungkinan sampai sebesar A,
maka hal ini berarti bahwa dana jangka pendek telah dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan jangka panjang. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan liquiditas. Yang
paling ideal adalah memebelanjai uang tunai sampai kebutuhan variabel antara A dan B
dengan pinjaman jangka pendek. Di samping itu dalam memenuhi kebuthan varibel ini
terdapat pula prinsip optimum modal yang perlu diperhitungkan.
0 1 2 3 waktu
Gambar 4 – 2. Pola pengeluaran dan penerimaan kas model Boumol
Penerimaan uang terjadi secara priodik, yaitu pada suatu waktu 0, 1, 2, dan 3 seterusnya,
sementara pengeluaran berlangsung sepanjang waktu. Dalam teori ini menganggap adanya suatu
kepastian, sehingga perusahaan dapat menetapkan kebijakan optimum dengan cara menanam
sebesar 1 pada portofolio investasi jangka pendek pada setiap awal priode kemudian menarik
portofolio sebanyak C untuk keperluan kas dan terjadii setiap interval selama priode tertentu.
Kalau digambarkan:
Kas
to t1 t2 t3 t4 t5 Waktu
Gambar 4 – 3. Transfer dari surat brharga ke kas menurut model Boumol
Jadi yang disimpan dalam bentuk kas sebesar R cukup untuk priode to, - t1, dan
saat t1, t2, t3, t4, akan menarik investasi sebesar masing-masing C dan seterusnya
berlangsung pada priode berikutnya.
Uang tunai yang ditahan sebesar R = T – I digunakan untuk pembayaran selama
priode tertentu antara penerimaan yang satu dengan
(T-I)
yang berikutnya sama dengan dikalikandengan lamanya
T (T-I)
priode. Jumlah kas rata-rata yang ditahan sebesar maka biaya
2
C I
i adalah biaya bunga untuk menahan kas rata-rata
2 T
(bw + kw C) I adalah biaya komisi pedagang efek untuk menarik dana dari investasi.
Lalu keseluruhan biaya memilki fungsi :
T-I T-I C I I
z = + bd + kd 1 + i + (bw – kwC)
2 T 2 T C
C= 2 bw T
I
Besarnya R yaitu saldo kas optimum yang ditetapkan dari penerimaan awal dapat dicari
dengan turunan persamaan Z, manjadi :
kw + kd
R=T–I=C+ T
I
Pada akhirnya agar didapatkan biaya minimum, manajer keuangan harus
menetapkan untuk kas awal sebanyak R yaitu untuk menutup pengeluaran pada awal
periode, lalu menarik kembali menjadi kas sebesat C dari porfolio investasi setiap
periode dan sebanyak periode dan sebanyak C kali.
I
Contoh:
Perusahaan memiliki saldo kas Rp 12.000.000,00 per tahun dan seterusnya biaya-biaya
untuk keperluan penanaman investasi serta sebaliknya adalah sebagai berikut:
bd = Rp 100,00
2 x Rp 260,00 + 12.000.000,00
C= 0,10
= Rp 250.000,00
Jadi dari saldo kas Rp12.000.000.00 atau Rp1.000.000,00 tiap bulan akan terjadi
optimum, bila penarikan kas sebesar Rp250.000,00 atau empat kali dalam satu bulan.
0+0
Besarnya R = Rp250.000,00 + Rp1.000.000,00
0,10
= Rp250.000,00 (perbulan)
Dari sejumlah saldo kas Rp 12.000.000,00 akan ditahan dalam awall periode Rp
250.000,00 dan ditanam dalam portofolio (investasi) sebesar
Rp 11.750.000,00 seterusnya dari investasi tersebut diambil setiap periode (+71\2 hari)
sebesar Rp 250.000,00.
Bab ini membicarakan tentang bagaimana menghitung kebutuhan dana, baik kebutuhan
dana untuk aktiva tetap, maupun dana untuk modal kerja. Selain itu juga dibicarakan sumber
dana yang bisa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan dana tersebut. Pemilihan sumber
dana ini bisa ditinjau dari berbagai aspek. Dalam praktik banyak dipergunakan semacam
“pedoman” untuk menentukan sumber dana apa yang “seharusnya” digunakan.
SUMBER DANA JANGKA MENENGAH DAN JANGKA PANJANG
“ Term Loan “
Bank-bank komersial telah banyak memberikan kredit jangka menengah kepada dunia
industri. “Term Loan” ini mempunyai karakteristik (1) berusia lebih satu tahun, dan (2)
merupakan kredit yang diberikan berdasarkan perjanjian formal. Kebanyakan kredit seperti ini
harus dilunasi secara berkala (dengan pembayaran berkala) baik bulanan, triwulan, tengah tahun,
maupun tahunan. Frekuinsi pembayaran kredit ini dihubungan dengan kemampuan aliran kas
perusahaan sehingga tidak membahayakan liquiditas perusahaan. Biasanya angsuran ini
dilakukan jumlah yang sama(dengan cara Annuity), meskipun bisa juga pembayaran pokok
pinjaman dilakukan pada akhir usia kredit.
Misalkan bank memberikan term loan kepada perusahaan sebesar Rp. 10 juta, dengan
bunga 18% per tahun dan jangka waktu pinjaman selama 5 tahun. Apabila perusahaan
diharuskan mengansur dalam jumlah yang sama per tahunnya, maka perhitungan adalah sebagai
berikut :
10 = X X X
–––––––– + –––––––––– + … + ––––––––––
( 1+0,18 ) ( 1+0,18 )2 ( 1+0,18)5
“Tearm Loan” ini sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang terlalu kecil untuk
mengeluarkan surat berharga, baik jangka pendek maupun jangka panjang kepasar uang atau
pasar modal sebagai salah satu sumber dana.
Equipment Financing
Perlengkapan yang dimiliki perusahaan merupakan salah satu kekayaan yang bisa
dipergunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman. Apabila perusahaan mempunyai
perlengkapan yang mudah dijual, atau ingin membeli peralatan seperti itu, maka perusahaan bisa
menggunakan bentuk kredit semacam ini sebagai alat pembelanjaan.
“Equipment Financing” ini bisa diperoleh dari bank-bank komersial, ataupun lembaga-
lembaga keuangna lainnya atau bisa juga dari penjual peralatan tersebut.
Lease Financing
` Leasing adalah suatu cara dimana perusahaan bisa menggunakan suatu aktiva tanpa harus
membelinya, dengan kata lain “leasing” merupakan suatu bentuk persewaan dengan jangka
waktu tertentu. “Leasing” ini sering merupakan suatu bentuk pembelanjaan yang penting bagi
beberapa jenis perusahaan. “Financial lease” adalah bentuk persewaan yang tidak bisa dibatalkan
selama periode persewaan tersebut, dan diharuskan membayar biaya sewa secara periodic selam
periode sewa tersebut.
Dalam Lease Financing, kewajiban dan hak penyewa (leasee) dan pihak yang menyewakan
(lessor) diruangkan dalam kontrak sewa-menyewa, yang berisikan :
Periode persewaan, selama periode tersebut sewa-menyewa tidak bisa dibatalkan.
Waktu dan jumlah pembayaran sewa selama periode persewaan.
Kemungkinan untuk memperpanjang persewaan atau membeli aktiva tersebut, apabila
periode kontrak telah selesai.
Persyaratan pembayaran biaya pemeliharaan dan reparasi, pajak, ansuransi dan lain-lain
biaya. Dengan Net Lease, penyewa membayar biaya-biaya ini. Dengan maintenance
lease, pihak yang menyewakan menanggung pemeliharaan aktiva tersebut dan membayar
ansuransinya.
Bentuk-bentuk Financial Leasing
2. Obligasi
Obligasi dapat dibedakan dalarn beberapa jenis, tergantung sudut mana kita melihatnya,
diantaranya dan sudut pengalihannya, jangka waktu, jaminan atas obligasi, dan bunga
yang dibayarkan, dan sebagainya.
a. Jenis obligasi berdasarkan cara pengalihannya
Berdasarkan dan cara pengalihan obligasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
obligasi atas unjuk danobligasi atas nama.
1. Obligasi atas unjuk
Ciri-ciri obligasi ini atara lain nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat
obligasi, kupon bunga yang dibayarkan tercantum dalam sertifikat, sangat mudah
dipindah tangankan, sertifikat dan kupon yang hilang tidak dapat diganti, dan
sebagainya. Pada umumnya obligasi di Indonesia adalah jenis obligasi atas unjuk.
2. Obligasi atas nama
Pada obligasi atas nama untuk pokok pinjaman, nama pemilik dan kupon bunga
tercantum dalam sertifikat. Sedangkan obligasi atas nama untuk bunga dan nama
pemilik tidak tercantum dalam sertifikat tetapi dicatat di perusahaan emiten guna
mempermudah dalam pengiriman bunga.
b. Jenis Obligasi berdasarkan jaminan yang diberikan
Berdasarkan jaminan yang diberikan obligasi ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
obligasi dengan jaminan (secured bonds) dan obligasi tanpa jaminan (unsecured
bonds).
Obligasi dengan jaminan terdiri:
a. Guaranted bond (obligasi bergaransi)
Obligasi ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan kecil yang kekurangan dana.
Perusahaan ini biasanya berfariasi atau menjadi anak perusahaan dan perusahaan
yang lebih besar. Perusahaan besar inilah yang memberikan jarninan terhadap
pelunasan pokok dan bunga obligasi dalam bentuk garansi
b. Mortgage bond (obligasi dengan jaminan rel estate)
Obligasi ini dikenal juga dengan jaminan hipotik, Nilai jaminan yang diberikan
perusahaan penerbit obligasi tentu melebihi dan obligasi yang diterbitkan.
A. BIAYA MODAL
Biaya modal (Cost Of Capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham
biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besanya biaya
riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan. Sebagai
contoh, pada umumya orang menganggap bahwa biaya modal yang berasal dari hutang
yang dipinjam dari bank hanya berupa tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank dalam
kontrak perjanjian hutang.
Modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan terdiri atas :
a. Ditinjau dari sumbernya atau dari mana modal tersebut diperoleh, dapat
dibedakan atas 2 macam yaitu modal sendiri dan modal pinjaman ( modal asing ) .
1. Modal sendiri adalah modal yang bersumber dari pemilik itu sendiri atau hasil dari
penyisihan keuntungan yang diperoleh.
2. Modal pinjaman atau modal asing adalah modal yang diperoleh dari berbagai pihak
diluar perusahaan, misalnya pinjaman ke Bank, penjualan obligasi.
b. Ditinjau dari sifatnya, modal dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu modal
lancar, modal variabel, modal tetap.
1. Modal lancar adalah modal yang habis dalam sekali proses produksi atau
berubah bentuk menjadi barang jadi misalnya: bahan dasar, bahan penolong, bahan
bakar
2. Modal variabel adalah modal yang selalu berubah yaitu modal berupa uang
sehingga dapat dipergunakan untuk membayar gaji, membeli bahan , biaya telpon
3. Modal tetap adalah modal yang dapat dipergunakan dan tidak habis sama sekali
proses produksi , misalnya : mesin-mesin, gedung-gedung, pabrik.
c. Ditinjau dari fungsinya, modal dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu modal
masyarakat, modal perorangan.
Komponen Modal merupakan salah satu tipe dari modal yang digunakan
perusahaan untuk meningkatkan Keuntungan.Adapun yang menjadi komponen Struktur
modal ialah :
1. Saham Preferen
Merupakan jenis saham yang memiliki kewajiban tetap dalam pembayaran
deviden,namun tidak memiliki jatuh tempo layaknya saham biasa.
2. Saham biasa
Merupakan jenis saham yang tidak memiliki kewajiban tetap dalam pembayaran
dividen, namun memiliki jatuh tempo.
Setiap peningkatan harus diperhitungkan dengan kenaikan dari satu atau lebih
komponen modal tersebut. ( Agus Zainul Arifin)
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan. Karena secara langsung akan berpengaruh terhadap
posisi finansial perusahaan. Pembicaraan mengenai struktur modal ini adalah berkaitan erat
dengan kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sumber dana jangka panjang
yang akan diambil. Struktur modal ini di pengaruhi oleh tingkat bunga, dimana akan
Struktur Kepemilikan saham atau ekuitas dari perusahaan adalah pihak-pihak yang
memiliki saham secara proposional. ( Kuznetov dan Muravyev, 2001 )
Permasalahan yang timbul dalam hubungan keagenan adalah adanya pemisahan
antara fungsi kepemilikan dengan fungsi pengendalian (Jensen dan Meckling,1976).
Manajemen sebagai manusia biasanya mempunyai keinginan dan kehendak , dapat
melakukan tindakan untuk kepentingan diri sendiri ( oportunistik ) dengan membebankan
biaya pada pada pemegang saham yang berakibat pengurangan hak atas laba dari
pemegang saham, sehingga timbul yang disebut biaya keagenan.Untuk mengurangi
masalah keagenan, maka pihak manajerial diberi hak kepmilikan atas saham perusahaan,
sehingga segala keputusan akan berdampak juga pada dirinya sendiri ( Dhani, 2003 )
Agus Zainul Arifin , 2000, Seminar Manajemen keuangan, Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Agus Zainul Arifin, 2004, Manajemen Keuangan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Husnan Suad, 1998, Manajemen Keungan Teori Dan Penerapan ( Keputusan Jangka
Pendek), Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Sartono Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi Edisi 4, Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta.
Weston Fred & Copeland E. Thomas, 2000, Manajemen Keuangan, Erlangga anggota IKAPI
Jakarta.