Anda di halaman 1dari 20

Model Deskriptif dalam Pengambilan Keputusan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi perubahan-perubahan
kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam
menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda
organisasi beserta administrasi dapat berjalan terus dengan lancar
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator.
Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif
penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif
keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat
ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan.
Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat
meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja organisasi.
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen.
Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang
proses perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan
ditujukan kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan
tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif
keputusan berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga
dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat
banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi
yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan,
dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari
pembuatan keputusan yang telah dilakukan.
Hakikatnya kegiatan administrasi dalam suatu organisasi adalah pembuatan keputusan.
Kegiatan yang dilakukan tersebut mencakup seluruh proses pengambilan keputusan dari mulai
identifikasi masalah sampai dengan evaluasi dari pengambilan keputusan yang melibatkan
seluruh elemen-elemen dalam administrasi sebagai suatu sistem organisasi. Artinya dalam
membuat suatu keputusan untuk memecahkan suatu permasalahan yang ditimbulkan dari adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi dibutuhkan informasi yang cukup baik dari
internal maupun eksternal organisasi guna mengambil keputusan yang tepat dan cepat.
Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian
dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda
organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan
secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi.

BAB II
ISI
2.1. Definisi Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan
seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu
sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan
yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap
manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada human relations.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian
tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam
hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (
tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang
dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi
dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu
harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan
pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.

Model Preskriptif dan Deskriptif


Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan,
yaitu:
a. Model Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya
mengambil keputusan
b. Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu

Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan
pada realitas observasi

Penelitian Deskriptif

Setelah mempelajari materi ini, anda diharapkan akan dapat:

 Menjelaskan prinsip-prinsip pemahaman menggunakan metode pemahaman deskriptif.


 Menguasai macam-macam penelitian deskriptif.
 Menggunakan penelitian deskriptif sesuai dengan permasalahan dan kebutuhannya.
 Menyebutkan tiga macam penelitian deskriptif dengan tepat.
 Menerangkan langkah-langkah penelitian deskriptif secara benar.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan


menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119). Penelitian ini juga sering
disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan
manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk
melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan
mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982). Di samping itu, penelitian
deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan
penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka
melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan
secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam
perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para
penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar
laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna
untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun
tingkah laku manusia.

Disamping kedua alasan seperti tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik
para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana dengan mudah di pahami tanpa perlu
memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya.
Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks,
misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak,
maupun perkembangan individual. Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah
penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam
atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description
(deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang
lebih kompleks.

Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan sadar yang sama seperti
penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti
pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati
kebenaranya. Sebagai contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti
signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati,
dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilaukan untuk mendapatkan gambaran objek
atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak
menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat
sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptifi, peneliti memungkinkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari
hubungan komparasi antarvariabel. Penelitian deskriptif mempunyai keunikan seperti berikut.
Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden
yag sangat sediit, akibatnya biasa dalam membuat kesimpulan. Penelitian deskriptif yang
menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang
memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan jika perlu
membuat chek list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh
data yang diinginkan secara objektif dan reliable. Penelitian deskriptif juga memerlukan
permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan, peneliti
tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.

LANGKAH DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN DESKRIPTIF

Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut.

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode


deskriptif.
2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan
data, dan menganalisis data.
7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik
statistika yang relevan.
8. Membuat laporan penelitian

MACAM-MACAM PENELITIAN DESKRIPTIF


Banyak jenis penelitian yang termasuk sebagai penelitian deskriptif. Setiap ahli penelitian
sering dalam memberikan infomasi tentang pengelompokan jenis penelitian deskriptif,
cenderung sedikit bervariasi. Perbedaan itu biasanya dipengaruhi oleh pandangan dan
pengetahuan yang menjadi latar belakang para ahli tersebut. Perbedaan pandangan tersebut, salah
satu diantaranya bila dilihat dari apek bagaimana proses pengumpulan data dalam penelitian
deskriptif dilakukan oleh peneliti. Dari aspek bagaimana proses pengumpulan data dilakukan,
macam-macam penelitian deskrptif minimal dapat dbedakan menjadi tiga macam, yaitu laporan
dari atau self-report, studi perkembangan, studi lanjutan, (follow-up study), dan studi
sosiometrik.

Penelitian Laporan Dari (Self-Report research)


Dari kaitannya dengan data yang dikumpulkan maka penelitian deskriptif mempunyai
beberapa macam jenis termasuk di antaranya laporan diri dengan menggunakan observasi.
Dalam penelitian self-report, informasi dikumpulkan oleh orang tersebut yang juga berfungsi
sebagai peneliti. Dalam penelitian self-report ini penelitian dianjurkan menggunakan teknik
observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatanya dalam
situasi yang alami. Tujuan obsevasi langsung adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai
dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian self-report, peneliti juga
dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data, termasuk misalnya dengan
menggunakan perlengkapan lain seperti catatan, kamera, dan rekaman. Alat-alat tersebut
digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari lapangan.
Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti yang dengan model self-report adalah bahwa dalam
menggunakan metode observasi dalam melakukan wawancara, para peneliti harus dapat
menggunakan secara simultan untuk memperoleh data yang maksimal. Salah satu contoh
penelitian menggunakan self-report dapat dilihat dalam laporan tentang studi Kelembagaan dan
Sistem Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah.

Contoh Penelitian Deskriptif menggunakan self-report


Studi Kelembagaan dan Sistem Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah
Studi banding tentang kelembagaan dan sistem pembiayaan usaha kecil menengah ini
mempunyai 5 tujuan penting, yaitu :

 Mengidentifikasi faktor-faktor pembangunan usaha mikro kecil dan menengah melalui


sistem kelembagaan.
 Memperoleh informasi tentang faktor-faktor pengembangan kelembagaan bagi koperasi
usaha kecil dan menengah.
 Meningkatkan kerja sama lembaga pemerintah agar secara komperehensif mempunyai
sistem pembiayaan yang relevan dengan kebutuhan para pengusaha.
 Merumuskan kebijakan, implementasi, dan sistem monitoring yang relevan dengan
kelembagaan dan sistem pembiayaan usaha kecil dan menengah.
 Memperoleh model best practice tentang kelembagaan dan sistem pembiayaan di Negara
Filipina yang mungkin dapat diterapkan sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia.

Penelitian studi banding ini menggunakan metode dekriptif dengan pendekatan self-report.
Tempat penelitian adalah lembaga tinggi depertemen perdagangan dan industri dan lembaga lain
dan lembaga lain yang menangani pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dan menengah.
Lembaga lembaga lain tersebut termasuk kantor Biro Pengembangan Usaha Kecil Menengah
(BSMD), Kantor Technology Livelihood Resource Center (TLRC). COLOMBO PLAN STAFF
CALLEGE (CPSC), dan Technology Universisty of Philippines (TUP). Subjek penelitiannya
adalah nara sumber yang memiliki informasi yang diperlukan dan mereka yang berhasrat dan
bersedia bekerja sama dalam memberikan informasi.
Studi banding ini mempunyai hasil yang dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu
lembaga pengelolaan dan sistem pembiayaan usaha kecil dan menengah. Yang berkaitan dengan
lembaga pengelola UKM diantaranya adalah termasuk:
Pengembangan usaha kecil dan menengah di pilipina dibawah Department Of Trade and Industry
(DTI), dengan melibatkan beberapa biro yang ada ditingkat nasional dan regional.

Yang termasuk pengusaha kecil dan menengah di pilipina, adalah para pengusaha atau
entrepreneur ,baik indifidual maupun kelompok warga Negara Filipina yang memiliki ciri–ciri
seperti berikut : Pengusaha mikro mempunyai asset <P1,500,001; pengusaha kecil mempuyai
asset P 1,500,001-P 15,000,000; dan pengusaha menengah mempuyai P15,000,001-P60,000,000
Ada enam lembaga tinggi Negara dan beberapa kantor yang relevan dengan macam-macam
kegiatan bisnis sebagai sebagai tempat pendaftaran dan yang akan membantu perkembangan dan
pertumbuhan usaha baru tersebut. Program pemerintah yang terkait dengan usaha kecil dan
menengah di lakanakan oleh semua lembaga yang relevan termasuk kantor yang berada dibawah
tanggung jawab departemen perdagangan dari industri, depertemen keuangan, anggaran dan
manajemen. Pertanian, reformasi agraria, lingkungan dan sumber daya alam, tenaga kerja dan
perburuhan, transportasi dan komunikasi, pekerjaan dan pubik jalan raya, pemerintah dan dan
pariwisata, sains dan teknologi, ekonomi nasional dan otoritas pengembangan semua Bank
sentral Filipina baik tingkat nasional, regional, dan provinsi. Pada masing-masing kantor
lembaga mempunyai prosedur, wewenang,dan jumlah pembiayaan pendaftaran yang
dicantumkan secara jelas. Wewenang, prosedur dan jumlah biaya yang jelas tersebut, pada
prinsipnya adalah untuk mempermudah bagi para pengusaha, kita mereka melakukan
pendaftaran usahanya ke kantor lembaga tersebut.

Studi Perkembangan (Developmental Study)


studi perkembangan atau devlopmental study banyak dilakukan oleh peneliti di bidang
pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku, sasaran penelitian
perkembangan pada umumnya menyangkut variabel tingkah laku secara individual maupun
dalam kelompok. Dalam penelitian perkembangan tersebut peneliti tertarik dengan variabel yang
utamakan membedakan antara tingkat umur, pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti.
Studi perkembangan biasanya di lakukan dalam periode longitudinal dengan waktu tertentu,
bertujuan guna menemukan perkembangan demensi yang terjadi pada seorang respoden.
Demensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya: intelektual, fisik, emosi, reaksi
terhadapan tertentu, dan perkembangan sosoial anak. Studi perkembangan ini biasa dilakukan
baik secara cross-sectional atau logiotudinal.
Jika penelitian dilakukan dengan model cross-sectional, peneliti pada waktu yang sama dan
disimultan menggunakan berbagi tingkatan variabel untuk diselidiki. Data yang diperoleh dari
masing-masing tingkat dapat dideskripsi dan kemudian di komparasi atau dicari tingkat
asosiasinya. Dalam penelitian perkembangan model longitudinal, peneliti menggunakan
responden sebagai sampel tertentu, misalnya: satu kelas satu sekolah, kemudian dicermati secara
intensif perkembangannya secara continue dalam jangka waktu tertentu seperti tiga bulan, enam
bulan, satu tahun. Semua fenomena yang muncul didokumentasi untuk digunakan sebagai
informasi dalam menganalisis guna mencapai hasil penelitian.

Studi Kelanjutan (Follow-up study)


Study kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah
beberapa periode waktu tertentu memproleh perlakuan, misalnya rogram pendidikan. Studi
kelanjutan ini di lakukan untuk melakukan evaluasi internal maupun evaluasi eksteral, setelah
subjek atau responden menerima program di suatu lembaga pendidikan. Sebagai contoh Badan
Akreditasi Nasional menganjurkan adanya informasi tingkat serapan alumni dalam memasuki
dunia kerja, setelah mereka selesai program pendidikannya. Dalam penelitian studi kelanjutan
biasanya peneliti mengenal istilah antara output dan outcome. Out (keluran) berkaitan dengan
informasi hasil akhir setelah suatu program yang diberikan kepada subjek sasaran di selesaikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan data yang di ambil dari outcome (hasil) biasanya menyangkut
pengaruh suatu perlakuan, misalnya program pendidikan kepada subjek yang di teliti setelah
mereka kembali ke tempat asal yaitu masyarakat.

Studi Sosiometrik (Sociometric study)


Yang dimaksud dengan sosiometrik adalah analisis hubungan antarpribadi dalam suatu
kelompok individu. Melalui analisis pilihan individu atas dasar idola atau penolakan sesorang
terhadap orang lain dalam suatu kelompok dapat di tentukan.
Prinsif teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah penanyakan pada masing-masing anggota
kelompok yang diteliti untuk menentukan denga siapa dia paling suka, untuk bekerja sama dalam
kegiatan kelompok. Pada kasus ini, dia dapat memilih satu atau tiga dalam kelompoknya. Dari
setiap anggota, peneliti akan memperoleh jabatan yang bervariasi. Dengan menggunakan gambar
sosiogram, posisi seseorang akan dapat diterangkan kedudukannya dalam kelompok organisasi.
Dalam sosiogram tersebut pada umumnya digunakan beberapa batasan istilah yang dapat
menunjukan posisi individu dalam kelompoknya. Beberapa istilah tersebut seperti misalnya:

 “Bintang” diberikan kepada mereka yang paling banyak dipilih oleh para anggotanya,
 “Terisolasi” di berikan kepada mereka yang tidak banyak dipilih oleh para anggota dalam
kelompok,
 “Klik” diberikan kepada kelompok kecil anggota yang saling memilih masing orang
dalam kelompoknya.

Dibidang pendidikan, sosiometrik telah banyak digunakan untuk menentukan hubungan


variabel status seseorang misalnya pemimpin formal, pemimpin dalam lembaga pendidikan atau
posisi seseorang dalam kelompoknya dengan variabel dalam kegiatan pendidikan. Penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarlkan objek atau subjek yang
diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakeristik objek yang di teliti secara tepat.

Penelitian deskriptif mempunyai keunikan diantaranya, seperti berikut.

 Menggunakan kuesioner atau wawancara sering kali hanya mendapatkan responden yang
sedikit yang dapat menakibatkan biasanya kesimpulan;
 Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadang kala dalam pengumpulan data
tidak memperoleh data yang memadai;
 Memerlukan permasalahan yang di rumuskan ssecara jelas, agar pada waktu menjaring
data di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan.

Dilihat dari aspek pengumpulan data di lapangan, penelitian deskriptif dapat dibedakan antara
lain menjadi penelitian diri, studi perkembangan, studi kelanjutan, dan studi sosiometrik.

 Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah seperti berikut.


 Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode
deskriptif.
 Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
 Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
 Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
 Menentukan kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
 Mendesain metode penelitian yamg hendak di gunakan, termasuk dalam hal ini
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpul data,
dan menganalisis data.
 Mengumpulkan dan mengorganisasi serta menganalisis data dengan menggunakan teknik
statistika yang relevan.
 Membuat laporan penelitian

2.2. Tujuan Pengambilan Keputusan


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai
tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancer dan tujuan
dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam
melaksanakan kegiatan. Ini merupakan masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan
organisasi. Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.

2.3. Dasar Pengambilan Keputusan

2.3.1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi


Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat
Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang
bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur
kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan
pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain
sering diabaikan.

2.3.2. Pengambilan Keputusan Rasional


Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas
nilai masyarakat yang di akui saat itu.

2.3.3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta


Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah
fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi.
Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan
informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu
menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu
sangat sulit.

2.3.4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman


Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat
apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri
melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman
masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan
tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini.
Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi
masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.
Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah
dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.

2.3.5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang


Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki.
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi
yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-
keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas
(otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin
dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala
oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru
menjadi kabur atau kurang jelas.

2.4. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :
a) Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional
perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b) Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
c) Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan
kepentingan organisasi.
d) Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
e) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi
tindakan fisik.
f) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
g) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
h) Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
i) Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai
berikutnya.

2.5. Keputusan Individual dan Kelompok


Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual atau kelompok, tergantung
bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan individual dibuat oleh seorang
pemimpin sendirian, sedangkan keputusan kelompok dibuat sekelompok orang. Keputusan
kelompok dibedakan dalam :
a) Sekelompok pimpinan
b) Sekelompok orang-orang bersama pimpinannya.
c) Sekelompok orang yang mempunyai kedudukan sama dan keputusan kelompok

A. Keputusan yang dibuat oleh seseorang

Kebaikannya antara lain :


1. Keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu persetujuan dari
rekan lainnya.
2. Tidak akan terjadi pertentangan pendapat
3. Kalau pimpinan ya ng mengambil keputusan itu mempunyai kemampuan yang tinggi dan
berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan diputuskan, keputusannya besar kemungkinan
tepat.
Kelemahannya antara lain :
1. Bagaimana kepandaian dan kemampuan pimpinan tetapi pasti memiliki keterbatasan.
2. Keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak meminta pendapat orang lain seringkali kurang
tepat.
3. Jika terjadi kesalahan pengambilan keputusan merupakan beban berat bagi pimpinan seorang
diri.

B. Keputusan yang dibuat oleh Sekelompok Orang

Kelebihannya antara lain :


1. Hasil pemikiran beberapa orang akan saling melengkapi
2. Pertimbangannya akan lebih matang
3. Jika ada kesalahan pada pengambilan keputusan tersebut, beban ditanggung secara bersama.
Kelemahannya antara lain :
1. Ada kemingkinan terjadi perbedaan pendapat
2. Biasanya memakan waktu lama dan berlarut-larut karena terjadi perdebatan-perdebatan
3. Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang, dan ada kemungkinan saling melemparkan
tanggung jawab jika terjadi kesalahan.
Mengenai pembuatan keputusan individual dan kelompok Siagian menyatakan bahwa ada
tiga kekuatan yang selalu mempengaruhui suatu keputusan yang dibuat. Tiga kekuatan itu :
1. Dinamika individu di dalam organisasi
Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa terutama dalam hal ini adalah
pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang kuat, pendidikan yang
tinggi, pengalaman ynag banyak akan memberi kesan dan pengaruh yang besar terhadap
bawahannya
2. Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi
Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar, oleh karena itu pemimpin hendaknya
mengusahakan agar kelompok lebih cepat menjadi dewasa.
3. Dinamika lingkungan organisasi
Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup penting untuk diperhatikan. Antara
organisasi dan lingkungan itu saling mempemgaruhi.

2.6. Proses Pengambilan Keputusan


Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja
dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi :

1. Identifikasi masalah

Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam
suatu organisasi.

2. Pengumpulan dan penganalisis data

Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada.

3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan


Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara
pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alternatif
beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus
dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai
macam pengertian:

 Perkiraan dalam arti Proyeksi

Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun
secara kronologis.

 Perkiraan dalam arti prediksi

Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat.

 Perkiraan dalam arti konjeksi

Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif,
artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.

4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik

Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu
alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan
berhasil atau sebaliknya.

5. Pelaksanaan keputusan

Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang
positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai
alternatif yang lain.
6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan

Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang
telah dibuat.

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan
tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi.
Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang
bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang
lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari
keputusan yang diambil.
Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah
dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan
konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat,
masalah tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Dalam makalah ini kami mengambil contoh kasus yang menimpa Bibit-Chandra, yang
pada intinya Presiden Republik Indonesia mengambil keputusan untuk membentuk Tim Pencari
Fakta (TPF). Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Presiden berdasarkan pada wewenang
yang dimiliki, rasional , dan fakta yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori
pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

Kasim, Azhar. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 1995
Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989
www.antaranews.com diakses Senin, 16 November 2009
Source Internet

Diposting oleh kurniaty di 20.48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Akuntansi Keperilkuan

Anda mungkin juga menyukai