BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2.1. Definisi Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu
berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan
seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu
sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan
seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan
yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap
manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada human relations.
Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian
tentang “pengambilan keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam
hal ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, misalnya Terry, definisi
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (
tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang
dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi
dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu
harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan
pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan
pada realitas observasi
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan
secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam
perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para
penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar
laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna
untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun
tingkah laku manusia.
Disamping kedua alasan seperti tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik
para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana dengan mudah di pahami tanpa perlu
memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya.
Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks,
misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak,
maupun perkembangan individual. Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah
penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam
atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description
(deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang
lebih kompleks.
Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan sadar yang sama seperti
penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti
pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati
kebenaranya. Sebagai contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti
signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati,
dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilaukan untuk mendapatkan gambaran objek
atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.
Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak
menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat
sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptifi, peneliti memungkinkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari
hubungan komparasi antarvariabel. Penelitian deskriptif mempunyai keunikan seperti berikut.
Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden
yag sangat sediit, akibatnya biasa dalam membuat kesimpulan. Penelitian deskriptif yang
menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang
memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan jika perlu
membuat chek list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh
data yang diinginkan secara objektif dan reliable. Penelitian deskriptif juga memerlukan
permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan, peneliti
tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.
Penelitian studi banding ini menggunakan metode dekriptif dengan pendekatan self-report.
Tempat penelitian adalah lembaga tinggi depertemen perdagangan dan industri dan lembaga lain
dan lembaga lain yang menangani pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil dan menengah.
Lembaga lembaga lain tersebut termasuk kantor Biro Pengembangan Usaha Kecil Menengah
(BSMD), Kantor Technology Livelihood Resource Center (TLRC). COLOMBO PLAN STAFF
CALLEGE (CPSC), dan Technology Universisty of Philippines (TUP). Subjek penelitiannya
adalah nara sumber yang memiliki informasi yang diperlukan dan mereka yang berhasrat dan
bersedia bekerja sama dalam memberikan informasi.
Studi banding ini mempunyai hasil yang dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu
lembaga pengelolaan dan sistem pembiayaan usaha kecil dan menengah. Yang berkaitan dengan
lembaga pengelola UKM diantaranya adalah termasuk:
Pengembangan usaha kecil dan menengah di pilipina dibawah Department Of Trade and Industry
(DTI), dengan melibatkan beberapa biro yang ada ditingkat nasional dan regional.
Yang termasuk pengusaha kecil dan menengah di pilipina, adalah para pengusaha atau
entrepreneur ,baik indifidual maupun kelompok warga Negara Filipina yang memiliki ciri–ciri
seperti berikut : Pengusaha mikro mempunyai asset <P1,500,001; pengusaha kecil mempuyai
asset P 1,500,001-P 15,000,000; dan pengusaha menengah mempuyai P15,000,001-P60,000,000
Ada enam lembaga tinggi Negara dan beberapa kantor yang relevan dengan macam-macam
kegiatan bisnis sebagai sebagai tempat pendaftaran dan yang akan membantu perkembangan dan
pertumbuhan usaha baru tersebut. Program pemerintah yang terkait dengan usaha kecil dan
menengah di lakanakan oleh semua lembaga yang relevan termasuk kantor yang berada dibawah
tanggung jawab departemen perdagangan dari industri, depertemen keuangan, anggaran dan
manajemen. Pertanian, reformasi agraria, lingkungan dan sumber daya alam, tenaga kerja dan
perburuhan, transportasi dan komunikasi, pekerjaan dan pubik jalan raya, pemerintah dan dan
pariwisata, sains dan teknologi, ekonomi nasional dan otoritas pengembangan semua Bank
sentral Filipina baik tingkat nasional, regional, dan provinsi. Pada masing-masing kantor
lembaga mempunyai prosedur, wewenang,dan jumlah pembiayaan pendaftaran yang
dicantumkan secara jelas. Wewenang, prosedur dan jumlah biaya yang jelas tersebut, pada
prinsipnya adalah untuk mempermudah bagi para pengusaha, kita mereka melakukan
pendaftaran usahanya ke kantor lembaga tersebut.
“Bintang” diberikan kepada mereka yang paling banyak dipilih oleh para anggotanya,
“Terisolasi” di berikan kepada mereka yang tidak banyak dipilih oleh para anggota dalam
kelompok,
“Klik” diberikan kepada kelompok kecil anggota yang saling memilih masing orang
dalam kelompoknya.
Menggunakan kuesioner atau wawancara sering kali hanya mendapatkan responden yang
sedikit yang dapat menakibatkan biasanya kesimpulan;
Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadang kala dalam pengumpulan data
tidak memperoleh data yang memadai;
Memerlukan permasalahan yang di rumuskan ssecara jelas, agar pada waktu menjaring
data di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan.
Dilihat dari aspek pengumpulan data di lapangan, penelitian deskriptif dapat dibedakan antara
lain menjadi penelitian diri, studi perkembangan, studi kelanjutan, dan studi sosiometrik.
1. Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam
suatu organisasi.
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada.
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun
secara kronologis.
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi disini sifatnya subjektif,
artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu
alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan
berhasil atau sebaliknya.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang
positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai
alternatif yang lain.
6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang
telah dibuat.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan
tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi.
Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang
bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang
lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari
keputusan yang diambil.
Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah
dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan
konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat,
masalah tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Dalam makalah ini kami mengambil contoh kasus yang menimpa Bibit-Chandra, yang
pada intinya Presiden Republik Indonesia mengambil keputusan untuk membentuk Tim Pencari
Fakta (TPF). Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Presiden berdasarkan pada wewenang
yang dimiliki, rasional , dan fakta yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori
pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Kasim, Azhar. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 1995
Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989
www.antaranews.com diakses Senin, 16 November 2009
Source Internet