Makalah
Bisnis Internasional
Dosen Pengempu:
Adhi Krisna Yuliawan,SE.,MM
Disusun Oleh :
I Putu Dodik Riady ( 2102612010452 )
Ni Kadek Rindi Agustina ( 2102612010454 )
Gusti Ayu Krisna Yanti ( 2102612010222 )
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah
memberikan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul " Teori Ekonomi Bisnis Internasional". Makalah ini di buat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Bisnis Internasional yang di berikan oleh bapak Adhi Krisna
Yuliawan,SE.,MM. Dalam penulisan makalah ini kami meminta maaf karena merasa masih
Untuk itu kritik dan saran kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Manajer bisnis harus mahir dalam teori ekonomi Untuk memahami strategi
pembangunan ekonomi suatu negara yang akan dilakukan Perdagangan internasional,
yang sangat bergantung pada kepercayaan dan pendidikan para letnan perencana
ekonomi pemerintah. Perhatikan baik-baik setiap gerakan satu sama lain Para
pemimpin dan manajer pemerintahan seringkali dapat mengemukakan teori-teori
ekonomi yang berbeda dasar tindakan dan pernyataan tersebut. Jika mereka tahu teori
yang mendasarinya, maka mereka dapat mengantisipasi perubahan dalam strategi
pemerintah dan Gunakan pengetahuan ini untuk keuntungan mereka.
PEMBAHASAN
Ada beberapa teori dalam perdagangan internasional, yaitu pertama teori mendasar
mengenai perdagangan internasional serta beberapa teori turunan yang dicetuskan oleh para
ahli. Teori mendasar perdagangan internasional dibagi menjadi dua, yaitu teori perdagangan
internasional keunggulan mutlak dan keunggulan komperatif.
Menurut Adam Smith teori kenggulan mutlak dijelaskan sebagai kondisi dimana suatu
negara dapat memproduksi barang atau jasa lebih banyak dibandingkan dengan para
pesaingnya dengan mengeluarkan biaya yang lebih rendah, sehingga mendapatkan keuntungan
yang lebih besar.
Teori keunggulan komperatif berisi mengenai suatu negara yang tidak memiliki
keunggulan muutlak pada suatu produksi barang. Negara tersebut dapat dapat melakukan
perdagangan internasional dengan cara memilih atau membeli barang yang menurut
pemerintah negara tersebut lebih efektif maupun efisien untuk suatu proses produksi.
Teori ini juga lebih dikenal dengan sebutan The Proportional Factor Theory. Menurut
Eli Hecksher dan Bertil Olin sejarawan ekonomi Swedia, teori perdagangan internasional ini
berkaitan dengan negara yang memiliki faktor produksi tinggi, serta biaya produksi yang
cenderung murah. Sehingga negara tersebut pun akan mudah untuk melakukan ekspor dengan
spesialisasi produk yang diproduksi dengan efektif maupun efisien oleh negara tersebut.
Teori permintaan timbal ballik dikemukakan oleh John Stuart Mill. J.S Mill
memaparkan bahwa ada titik keseimbangan pada pertukaran barang yang terjadi antara dua
negara dengan perbandingan dari pertukarannya adalah dengan menentukan dasar tukar dalam
neger atau DTD. Teori ini lebih menekankan pada keseimbangan antar permintaan maupun
penawaran. Karena, permintaan maupun penawaran adalah hal penentu yang dapat
menentukan jumlah barang yang nantinya akan diekspor maupun di impor oleh suatu negara.
Teori mazhab neo klasik ini memiliki pandangan bahwa ekonomi maupun taori tidak
didasarkan pada tenaga kerja maupun biaya produkso. Namun, telah beralih pada tingkat
kepuasan atau mariginal utility. Teori mazhab neo klasik ini merupakan salah satu pendekatan
yang menjadi cara untuk mengungkapkan teori ekonomi. Pandangan perdagangan
internasional dengan teori mazhab neo klasik juga merubaha teori-teori lain yang ada maupun
metodologinya.
2.2 Retriksi Perdagangan
1 Pertahanan nasional
2 Sanksi yang dikenakan pada negara agar bertindak sesuai yang diinginkan
3 Melindungi industri yang baru tumbuh
4 Melindungi tenaga kerja domestic dari tenaga kerja murah dari luar negeri
5 Tarif persaingan
6 Tindakan balasan
2.2.2 Alasan Pembatasan Perdagangan
1. Dumping
Dumping yaitu menjual suatu produk diiluar negeri dengan harga yang kurang dari
biaya produksi, harga pasar dalam negeri atau harga untuk negara kerja.
Jenis – jenis dumping :
a. Dumping Sosial: Kompetisi yang tidak adil krn tenaga buruh yang lebih murah
dan kondisi kerja yang lebih buruk
b. Dumping Lingkungan: kompetisi yang tidak adil krn peraturan lingkungan
setempat tidak seketat negara lainnya
c. Pembuangan jasa keuangan: persaingan tidak adil krn rendahnya tingkat
pengaturan jaminan aset bank
d. Dumping budaya: kompetisi tdk adil krn lebih membantu perusahaan lokal
e. Pembuangan pajak: perbedaan pajak korporasi.
2. Subsidi
Subsidi yaitu sumbangan keuangan yang diberikan secara langsung atau tidak
langsung oleh pemerintah tanpa ketidak seimbangan keuntungan, termasuk hibah,
perlakuan pajak istimewa dan asumsi pemerintah mengenai pengeluaran bisnis
yang normal.
3. Countervalling duty
Countervalling duty yaitu pajak impor tambahan yang dikenakan atas impor yang
telah memperoleh keuntungan dari susidi ekspor.
Perekonomian bawah tanah merupakan bagian dari pendapatan nasional yang tidak
dilaporkan atau dilaporkan lebih sedikit sehingga tidak terukur oleh statistik resmi.
Dalam memperkirakan PDB untuk membandingkannya, PDB mata uang lokal harus
dikonversi ke suatu mata uang yang diterima secara internasional (seperti Dolar)
dengan menggunakan kurs. Jika nilai relatif kedua mata uang tersebut mencerminkan
daya beli konsumen, maka konversi tersebut dapat diterima.
Faktor konversi atlas adalah metode aritmatika yang menghitung rata-rata nilai tukar
saat ini dengan nilai tukar dua tahun sebelumnya yang sudah disesuaikan dengan rasio
antara inflasi domestik dan inflasi negara G5 (Perancis, Jerman, Jepang, Inggris, dan
Amerika Serikat).
Beberapa karakteristik negara berkembang yang paling umum adalah sebagai berikut:
b. Distribusi pendapatan tidak merata dengan presentase kelas menengah yang sangat
kecil
i. Instabilitas politik
j. Bergantung pada beberapa produk ekspor seperti produk pertanian atau pertambangan
k. Topografi yang tidak ramah, seperti gurun pasir, pegunungan, dan hutan tropis
l. Tingkat tabungan yang rendah dan fasilitas perbankan yang kurang memadai
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Jika sebuah negara ingin mengekspor barang akan lebih baik jangan
mengekspor bahan pokok atau kebutuhan pokok akan lebih baik memproduksi barang
tersebut sendiri, seperti mengekspor karet kemudian mengimpor ban, pemerintah juga
harus mempertimbangkan kebutuhan rakyat nya, agar tidak terlalu banyak mengimpor
barang akan tetapi juga diselingi mengekspor barang agar tetap terjadi siklus