Anda di halaman 1dari 14

KENDALA UTAMA UKM DI INDONESIA

TUGAS MATA KULIAH KOPERASI DAN UKM

Disusun oleh :

KELOMPOK 10

ANZALI/ NIM : 01900080

SAPUTRA RAHMAD/ NIM : 01900032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INDONESIA

STIMI MEULABOH

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat, Nikmat, dan Karunianya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah Mata Kuliah Koperasi dan UKM yang berjudul
“Masalah Utama UKM di Indonesia”.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat.
Makalah ini terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak dalam
menyelesaikan hambatan-hambatan selama mengerjakan makalah ini. Maka
dari itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak, khususnya teman-teman semua yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini.
Selanjutnya, semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas
kepada kita semua selaku mahasiswa. Kami menyadari masih banyak
kekurangan yang mendasar. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami selaku penyusun makalah memohon maaf yang
sebesar-besarnya bila ada kata-kata yang salah, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin

Wassalu’alaikum Wr.Wb

Meulaboh, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................2
PEMBAHASAN ......................................................................................................2
A. Permasalahan UKM .........................................................................................2
1. Sifat Permasalahan ........................................................................................2

B. Pembahasan lebih dalam tentang permasalahan UMK....................................4


1. Kesulitan Pemasaran .....................................................................................4
2. Keterbatasan Finansial ..................................................................................5
3. Keterbatasan SDM ........................................................................................6
4. Masalah Bahan Baku ....................................................................................7
5. Keterbatasan Teknologi ................................................................................8

BAB III ....................................................................................................................9


PENUTUP ................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................9
Daftar Pustaka ........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai


sector yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah
penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di
sector tradisional maupun modern. Peranan UKM tersebut menjadi bagian yang
diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh
dua departemen yaitu: Departemen Perindustrian dan perdagangan serta
Departemen Koperasi dan UKM.

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke
jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.
Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah:
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah
dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Kegiatan UKM sudah menjamur di kota maupun pedesaan. Namun demikian, usaha
pengembangan yang dilakukan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada
kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil di bandingkan kemajuan yang dicapai
usaha besar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan UKM

1. Sifat Permasalahan

Seperti halnya juga Negara – Negara lain. Perkembangan UKM di Indonesia tidak
lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah –
masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang
dilayani. Tetapi juga berbeda antar wilayah / lokasi, antarsentra, antar sektor atau
subsektor atau jenis kegiatan, dan antarunit usaha dalam kegiatan / sektor yang
sama. Namun demikian, ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh
pengusaha kecil dan menengah seperti keterbatasan modal kerja dan / atau modal
investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga
yang terjangkau, keterbatasan teknologi, SDM dengan kualitas yang baik (terutama
manajemen dan teknisi produksi), informasi khususnya mengenai pasar, dan
kesulitan dalam pemasaran (termasuk manajemen dan teknisi distribusi). Dengan
perkataan lain, masalah – masalah yang dihadapi banyak pengusaha kecil dan
menengah bersifat mulidismensi. Selain itu, secara alami ada beberapa
permasalahan yang bersifat lebih intern (sumbernya di dalam perusahaan),
sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan, atau di
luar pengaruh perusahaan), sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya
di luar perusahaan, atau di luar pengaruh perusahaan). Dua masalah eksternal yang
oleh banyak pengusaha kecil dan menengah dianggap paling serius adalah
keterbatasan akses ke bank dan distorsi pasar (output maupun input) yang
disebabkan oleh kebijaksanaan – kebijaksanaan atau peraturan – peraturan
pemerintah yang tidak kondusif, yang disengaja maupun tidak disengaja lebih
menguntungkan pengusaha besar, termasuk investor asing (PMA).

Masalah – masalah tersebut di atas semakin terasa bagi pengusaha – pengusaha


yang melayani pasar terbuka atau ekspor, lain halnya dengan pengusaha –
pengusaha yang hanya melayani pasar lokal di daerah yang relatif terisolasi. Oleh

2
karena itu, di pasar terbuka mereka berhadapan dengan produk – produk serupa dari
pengusaha – pengusaha besar yang lebih unggul dalam banyak hal, majupun
persaingan dari barang – barang impor. Bahkan di pasar ekspor, pengusaha –
pengusaha kecil maupun menengah Indonesia harus berhadapan dengan mitra
mereka juga dari skala usaha yang sama dan lebih maju dari Negara – Negara lain.
Dalam kondisi pasar seperti ini, faktor – faktor seperti penguasaan teknologi dan
informasi, modal yang cukup, termasuk untuk melakukan inovasi dalam produk dan
proses produksi, pembaharuan mesin dan alat – alat produksi dan untuk melakukan
kegiatan promosi yang luas dan agresif, pekerja dnegan keterampilan yang tinggi,
dan manajer dengan etrepreneurship dan tingkat keterampilan yang tinggi dalam
business management serta memiliki wawasan yang luas menjadi faktor – faktor
yang sangat penting, untuk paling tidak mempertahankan tingkat daya saing global.

Kasus IK dan IRT

Sebagai suatu kasus mengenai masaah – masalah yang dihadapi UKM, hasil survei
BPS terhadap industri kecil (IK) dan industri rumah tangga (IRT) tahun 1993
menunjukkan bahwa ada lima (5) masalah utama yang dihadapi kelompok industri
tersebut. Masalah – masalah ini dapat dikatakan umum dihadapi oleh pengusaha –
pengusaha IK dan IRT, terutama mereka yang berlokasi di daerah pedalaman yang
relatif terisolasi dari pusat – pusat administrasi pemerintah dan kegiatan ekonomi
dan keuangan. Bisa dilihat bahwa di antara problem – problem tersebut, yang paling
sering disebut adalah keterbatasan modal, disusul kemudian dengan kesulitan
dalam pemasaran sebagai masalah besar kedua yang dihadapi oleh sebagian besar
dari pengusaha – pengusaha yang masuk di dalam sampel survei. Hanya persentase
kecil dari responden yang mengaku mempunyai kesulitan besar yang berkaitan
dengan bahan baku. Biasanya masalah bahan baku dalam bentuk harga yang terlalu
mahal, tempat mendaftarkannya terlalu jauh dari lokasi mereka, biaya penyimpanan
stok terlalu mahal, atau kualitas bahan baku yang didapat tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Yang cukup menarik dari hasil survei BPS tersebut adalah bahwa

3
jumlah pengusaha yang mengatakan keterbatasan SDM merupakan suatu masalah
serius ternyata tidak banyak, baik yang berlokasi di daerah pedesaan maupun di
perkotaan.

B. Pembahasan lebih dalam tentang permasalahan UKM.

1. Kesulitan Pemasaran

Dalam literatur, pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis
bagi perkembangan UKM. Hasil dari suatu studi lintas Negara yang dilakukan oleh
James dan Akrasanee (1998) di sejumlah Negara ASEAN menunjukkan bahwa
pemasaran adalah termasuk growth constraint yang dihadapi oleh banyak
pengusaha kecil dan menengah (masalah ini dijumpai tidak terlalu serius di
Singapura). Studi ini menyimpulkan bahwa jika UKM tidak melakukan perbaikan
yang cukup di semua aspek – aspek yang terkait dengan pemasaran seperti kualitas
produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut
berpartisipasi dalam era promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut
berpartisipasi dalam era perdagangan bebas.

Hasil studi mereka itu menunjukkan bahwa salah satu aspek yang terkait dengan
masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UKM adalah tekanan – tekanan
persaingan, baik di pasar domestik dari produk – produk serupa buatan UB dan
impor, maupun di pasar ekspor. Saat ini, di Negara – Negara Asia yang terkena
krisis keuangan seperti Indonesia, Filipina, dan Korea Selatan, masalah pemasaran
bisa menjadi lebih serius, karena sebagai salah satu efek dari krisis tersebut akses
ke kredit bank menjadi sulit (kalau tidak dapat dikatakan tertutup sama sekali),
ditambah lagi dengan mahalnya bahan baku yang pada umumnya diimpor, dan
permintaan pasar dalam negeri yang menurun karena merosotnya tingkat
pendapatan riil masyarakat per kapita. Akibatnya dapat di duga bahwa banyak
UKM tidak memiliki sumber daya produksi yang cukup untuk paling tidak
mempertahankan volume produksi dan memperbaiki kualitas dari produk – produk
mereka, dan ini berarti mereka semakin sulit untuk meningkatkan atau bahkan

4
mempertahankan tingkat daya saing mereka di pasar domestis maupun pasar
internasional.

2. Keterbatasan Finansial

UKM, khususnya UK di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek


finansial : mobilisasi modal awal (star – up capital) dan akses ke modal kerja dan
finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan
output jangka panjang. Walau pada umumnya modal awal bersumber dari modal
(tabungan) sendiri atau sumber – sumber informal, namun sumber – sumber
permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi, apa lagi untuk investasi
(perluasan kapasitas produksi atau menggantikan mesin – mesin tua). Sementara,
mengharapkan sisa dari kebutuhan finansial sepenuhnya dibiayai oleh dana dari
perbankan jauh dari realitas. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika hingga saat
ini walaupun begitu banyak skim – skim kredit dari perbankan dan dari bantuan
BUMN, sumber – sumber pendanaan dari sector informal masih tetap dominan
dalam pembiayaan kegiatan UKM, terutama usaha mikro / rumah tangga. Hal ini
disebabkan oleh pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi,
persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu bertele – tele dan kurang
informasi mengenai skim – skim perkreditan yang ada dan prosedurnya
(Tambunan, 1994 dan 2000).

Dalam hal jenis kepemilikan modal, baik di kelompok IK maupun IRT jumlah
pengusaha yang membiayai usahanya sepenuhnya dengan uang sendiri atau dengan
modal sendiri dan pinjaman, lebih banyak daripada jumlah pengusaha yang
menggunakan 100 persen modal dari pihak lain. Walaupun komposisinya bervariasi
menurut golongan besar industri, baik di IK maupun di IRT sebagian besar dari
jumlah pengusaha dengan 100 persen modal sendiri terdapat di industri makanan,
minuman dan tembakau, industri kulilt, tekstil dan produk – produknya, dan
industri kayu, bambu dan rotan serta produk – produknya.

5
3. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak UKM di
Indonesia, terutama dalam aspek – aspek entrepreneurship, manajemen, teknik
produksi, pengembangan produksi, engineering design, quality control, organisasi
bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar.
Sedangkan semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau
memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam
produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru.

Sayangnya tidak ada data mengenai tingkat pendidikan di UKM, yang ada hanya
data mengenai tingkat pendidikan pengusaha dan pekerja di IK dan IRT. Seperti
yang dapat dilihat di Tabel 4.14, data BPS Tahun 1998 menunjukkan bahwa lebih
dari 50 persen dari jumlah pengusaha IK dan IRT hanya.

Jumlah Pengusaha IK dan IRT Menurut Kategori Pendidikan, Tahun 1998

IK IRT
Jumlah % Jumlah %
Pendidikan Primer 108.495 55,76 1.659.826 82,89
Pendidikan Sekunder 80.069 41,15 334.8501 16,72
Pendidikan Tersier 6.000 3,08 7.708 0,39

Jumlah 194.564 100,00 2.002.335 100,00

Sering dikatakan bahwa untuk menanggulangi masalah SDM ini, memberikan


pelatihan langsung kepada pengusaha sangat penting dan ini khususnya usaha
mikro, tidak sanggung menanggung sendiri biaya pelatihan, oleh karena itu, peran
pemerintah sangat penting dalam menyelenggarakan program – program
pendidikan / pelatihan bagi pengusaha maupun tenaga kerja di UKM. Memang
selama ini sudah banyak pelatihan dan penyuluhan yang dari Menegkop dan PKM,
depperdag, dan Depnaker. Hanya saja efektivitasnya masih diragukan. Karena
banyak pengusaha yang pernah menguikuti pelatihan – pelatihan dari pemerintah
mengeluh bahwa pelatihan – pelatihan sering terlalu teoritis, waktunya terlalu

6
singkat, tidak ada tindak lanjut (misalnya beberapa saat setelah pelatihan selesai,
pihak pemberi pelatihan mengunjungi kembali pengusaha untuk melihat sejauh
mana pelatihan tersebut diterapkan dalam kegiatan usahanya) dan sering kali tidak
cocok dengan kebutuhan mereka sebenarnya.

Keterbatasan SDM merupakan salah satu ancaman serius bagi UKM Indonesia
untuk dapat bersaing baik di pasar domestik maupun pasar internasional di dalam
era perdagangan bebas anti, bahkan di masa itu SDM bersama – sama dengan
teknologi akan menjadi jauh lebih penting dibandingkan modal sebagai faktor
penentu utama kemampuan UKM untuk meningkatkan daya saing globalnya.

4. Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku (dan input – input lainnya) juga sering menjadi salah satu
kendala serius lagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak
UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra – sentra IKM di
sejumlah subsektor industri manufaktur seperti sepatu dan produk – produk tekstil
yang mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lainnya, atau karena
harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS. Tidak sedikit dari mereka terpaksa menghentikan usaha dan
berpindah profesi ke kegiatan – kegiatan ekonomi lainnya, misalnya menjadi
pedagang. Beberapa contoh kasus, misalnya tahun 1998 sekitar 200 pengusaha
tempe di Banjarnegara dekat perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah terpaksa
menghentikan kegiatan produksi mereka karena harga kedelai yang diimpor
ternyata menjadi sangat mahal. Banyak pengusaha rokok kretek di Jawa Tengah
juga terpaksa menghentikan produksi mereka karena naiknya harga bahan baku.
Demikian juga, banyak pengusaha batik tradisional di Pekalongan (Jawa Tengah),
dan ratusan pengusaha kecil sepatu di sejumlah sentra – sentra di Jakarta (PIK),
Cibaduyut (Bandung), dan Medan terpaksa gulung tikar dan berubah profesi
menjadi pedagang kecil atau kerja di sektor transportasi atau menjadi buruh
bangunan.

7
5. Keterbatasan Teknologi

Berbeda dengan Negara – Negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih


menggunakan teknologi lama / tradisional dalam bentuk mesin – mesin tua atau alat
– alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya
membuat rendahnya total faktor productivity dan efisiensi di dalam proses
produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Keterbatasan
teknologi khususnya usaha – usaha rumah tangga (mikro), disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin – mesin baru
atau untuk menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai
perkembangan teknologi atau mesin – mesin dan alat – alat produksi baru, dan
keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin – mesin baru atau melakukan
inovasi – inovasi dalam produk maupun proses produksi. Rendahnya pemilikan /
pengusaha teknologi modern juga merupakan suatu dalam era pasar bebas nanti.
Padahal, di era tersebut, berbeda dengan 20 atau 30 tahun lalu, faktor teknologi
bersama – sama dengan faktor SDM akan menjadi komparatif yang dimiliki
Indonesia atau UKM pada khususnya selama ini, yaitu ketersediaan berbagai ragam
bahan baku dalam jumlah yang berlimpah dan upah tenaga kerja yang murah akan
semakin tidak penting di masa mendatang, diganti oleh dua faktor keunggulan
kompetitif tersebut (teknologi dan SDM).[1]

8
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa kendala utama
UKM di Indonesia adalah sebagai berikut:
- Kesulitan Pemasaran
Dalam literatur, pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang
kritis bagi perkembangan UKM. Hasil dari suatu studi lintas Negara yang
dilakukan oleh James dan Akrasanee (1998) di sejumlah Negara ASEAN
menunjukkan bahwa pemasaran adalah termasuk growth constraint yang
dihadapi oleh banyak pengusaha kecil dan menengah (masalah ini dijumpai
tidak terlalu serius di Singapura).
- Keterbatasan Finansial
UKM, khususnya UK di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam
aspek finansial : mobilisasi modal awal (star – up capital) dan akses ke modal
kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi
pertumbuhan output jangka panjang.
- Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak
UKM di Indonesia, terutama dalam aspek – aspek entrepreneurship,
manajemen, teknik produksi, pengembangan produksi, engineering design,
quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik
pemasaran, dan penelitian pasar.
- Masalah Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku (dan input – input lainnya) juga sering menjadi salah
satu kendala serius lagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi
banyak UKM di Indonesia.
- Keterbatasan Teknologi

9
Berbeda dengan Negara – Negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih
menggunakan teknologi lama / tradisional dalam bentuk mesin – mesin tua atau
alat – alat produksi yang sifatnya manual.

10
DAFTAR PUSTAKA

• Drs. Sudrajad, MM.,Modul 5 : Pembinaan dan Pengembangan UKM,


Universitas Mercubuana di http://kk.mercubuana.ac.id diakses tanggal 18
desember 2012 pukul 12:30 WIB
• Drs. Sudrajad, MM.,Modul 6 : Pembinaan Kewirausahaan, Universitas
Mercubuana di http://kk.mercubuana.ac.id diakses tanggal 18 desember 2012
pukul 12:30 WIB.
• Haymans Manurung, Adler. 2008.Modal untuk Bisnis UKM. Jakarta: Buku
Kompas.
• Widyatmoko, Agoeng. 2006.100 Peluang Usaha.Jakarta: Media Kita

11

Anda mungkin juga menyukai