Anda di halaman 1dari 22

PASAR MODAL SYARIAH

(Instrumen dan Efek Syariah di Pasar Modal Syariah)

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ekonomi Syariah

Dosen Pembimbing: Dr. Ali Amin

Disusun Oleh :

ANZALI

1702110126

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEJ
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat

dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan

juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Al-Qur’an dengan tegas melarang

aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap harta yang dimiliki.Untuk

mengimplementasikan seruan investasi tersebut, maka harus diciptakan suatu

sarana untuk berinvestasi.Banyak pilihan orang menanamkan modalnya dalam

bentuk investasi.Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya di pasar

modal. Berdasarkan hal diatas, maka dalam makalah ini akan membahas tentang

pasar modal syariah.1

B. Rumusan Masalah

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan pasar modal di Indonesia?

3. Apa saja instrumen pasar modal syariah?

4. Bagaimanakah Efek Syariah di Pasar Modal Syariah?

1
M. Nurul Huda, http://radjafamily.blogspot.com/2015/10/makalah-pasar-
modal.html#.WCZS17dZ6AR, diakses pada tanggal 12 November 2016 pada pukul 08.00 WIB.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal Syariah dan Dasar Hukum Pasar Modal Syariah

1. Pengertian pasar modal syariah

Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya

para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh

modal.Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan

modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek dipasar

modal.Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal

diperusahaan yang menurut mereka menguntungkan.2Jadi, pasar modal (capital

market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang

yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang(obligasi) maupun modal

sendiri (saham).3

Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang diharapkan mampu

menjalankan fungsi yang sama dengan pasar modal konvensional, namun dengan

kekhususan syariahnya yaitu mencerminkan keadilan dan pemerataan distribusi

keuntungan. Setiap kegiatan pasar modal syariah berhubungan dengan

2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.
193
3
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta, 2006, hlm.
302.
perdagangan efek syariah, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana produk dan

mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat

islamiah. Setiap transaksi surat berharga di pasar modal syariah dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Pasar modal syariah idealnya

dikarateriasasi oleh ketiadaan transaksi berbasis bunga, transaksi meragukan dan

saham perusahaan yang berbisnis pada aktivitas dan barang haram, serta adanya

upaya yang sistematis menjadikan produk syariah sebagai sarana mewujudkan

tujuan syariah di bidang ekonomi dan keuangan.4

B. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia

1. Sejarah pasar modal syariah di Indonesia

Sejarah pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya

Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli

1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT. Danareksa

Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli

2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan

dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut para pemodal telah

disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan

prinsip syariah.

4
Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2014, hlm. 84
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kalinya, Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang

berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DNS-

MUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk Reksa Dana Syariah.

Selanjutnya, instrument investasi syariah dipasar modal terus bertambah dengan

kehadiran obligasi syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002.Instrument

ini merupakan obligasi syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad

mudharabah.

Sejarah pasar modal syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan

institusional yang terlibat dalam pengaturan pasar modal syariah

tersebut.Perkembangan tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-

MUI pada tanggal 14 Maret 2003, MoU menunjukkan adanya kesepahaman

antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis

syariah di Indonesia.5

2. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia

Menurut Andri Soemitra,secara historis, pasar modal telah hadirjauh sebelum

Indonesia merdeka, yaitu sejak zaman colonial Belanda dan tepatnya pada tahun

1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda

untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC. Perkembangan pasar modal di

Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

5
Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah, Pustaka Setia, Bandung,
2013, hlm. 94-95.
1) 14 Desember 1912: Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk fi Batavia oleh

pemerintah Hindia-Belanda.

2) 1914-1918: Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

3) 1925-1942: Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan bursa efek di

Semarang dan Surabaya.

4) Awal tahun 1939: karena isu politik (Perang Dunia II), bursa efek di Semarang

dan Surabaya di tutup.

5) 1942-1952: Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

6) 1952: Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan

menteri keuangan (Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang

diperdagangkan: obligasi Pemerintah RI (1950).

7) 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin tidak

aktif.

8) 10 Agustus 1977: Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ

dijalankan dibawah Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10

Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal

juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


9) 1977-1987: Perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987

baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan

instrumen pasar modal.

10) 1987: Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang

memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan

investor asing menanamkan modal di Indonesia.

11) 1988-1990: Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

12) 2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh

Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri

atas broker dan dealer.

13) Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 1988 (PAKDES

88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa

kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

14) 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh

perseroan terbatas milik swasta, yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

15) 13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ; Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas

Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

16) 22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

sistem komputer Jakarta Automated Trading Systems (JATS).


17) 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 tahun 1995

tentang Pasar Modal. UU ini diberlakukan mulai Januari 1996.

18) 1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

19) 3 Juli 1997: lahir danareksa syariah oleh PT Danareksa Invesment

Management.

20) 2000: Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Investment

Management meluncurkan Jakarta Islamic Index yang bertujuan untuk memandu

investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.

21) 2002: BEJ mulai mengaplikasikan system perdagangan jarak jauh (remote

tranding).

22) 4 Maret 2003: Pasar modal syariah diresmikan oleh Menteri Keuangan

Boediono didampingi ketua Bapepam Herwidayatmo, wakil dari MUI, wakil dari

DSN pada direksi, direksi peruahaan efek, pengurus organisasi pelaku dan

asosiasi profesi di pasar modal.

23) 2007: Penggabungan BEJ dan BES berdasarkan kesepakatan RUPSLB pada

tanggal 30 Oktober 2007 yang kemudian dituangkan dalam Akta Penggabungan

dan berganti nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang resmi beroperasi

sejak tanggal 1 November 2007.

Berdasarkan data diatas, meskipun secara resmi pasar modal syariah diluncurkan

pada tahun 2003, instrument pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada
tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli

1997 oleh PT Danareksa Investment Management. Selanjutnya, Bursa Efek

Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management

meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan

memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.6

C. Instrumen Pasar Modal Syariah

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang

umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan

utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas, kredit, tanda bukti

utang, right, warrans, opsi, atau setiap derivative dari efek atau setiap instrumen

yang ditetapkan oleh Bapepam LK sebagai efek. Adapun pasar modal syariah

syariah secara khusus memperjualbelikan efek syariah. Efek syariah adalah efek

yang akad, pengelolaan perusahaan dan cara penerbitannya memenuhi prinsip-

prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran Islam, yang penetapannya dilakukan

oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa. Adapun instrumen pasar modal di Indonesia

yaitu:

1. Saham Syariah

Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal di

perusahaan terbatas. Kepemilikan saham menjadi bukti bahwa yang bersangkuran

adalah bagian dari pemilik perusahaan.Semakin besar saham yang dimilikinya,

6
M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktik, Pustaka
Setia, Bandung, 2012, hlm. 348-350.
semakin besar pula kekuasaannya diperusahaan tersebut. Keuntungan yang

diperoleh dari saham dikenal dengan namadeviden. Pembagian deviden

ditetapkan pada penutupan laporan keuangan berdasarkan RUPS yang

menentukan berapa dividen yang dibagi dan laba ditahan.

Adapun saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan

perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha dan cara

pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Saham merupakan

surat berharga yang mempresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu

perusahaan. Sementara dalam prinsip syariahpenyertaan modal dilakukan di

perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti

bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan, seperti minuman

beralkohol. Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan pada suatu

perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangandengan prinsip syariah

dapat dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah. Akad

musyarakah umumnya dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad

mudharabah umumnya dilakukan pada perusahaan publik.

2. Obligasi Syariah (Sukuk)

Obligasi atau bonds secara konvensional merupakan bukti utang dari emiten yang

dijamin oleh penanggung yang mengandung janji bahwa pembayaran bunga atau

janji lainnya dan pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo.
Adapun obligasi syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan

prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegng saham syariah yang

mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi

syariah berupa bagi hasil/ margin/ fee, serta membayar kembali dana obligasi

pada saat jatuh tempo. Dengan demikian, pemegang obligasi syariah akan

mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bunga melainkan dalam bentuk

bagi hasil/ margin/ fee.

3. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat disebut sukuk negara adalah surat

berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas

bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun

valuta asing. SBSN memiliki karakteristik yaitu:

a. Sebagai bukti kepemilikan asset berwujud atau hak manfaat (beneficial

title), pendapatan berupa imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil sesuai jenis

akad yang digunakan.

b. Terbebas dari unsure riba, gharar, dan maysir.

c. Penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose vehicle (SPV).

d. Memerlukan underlying asset (sejumlah tertentu aset yang akan menjadi

objek perjanjian (underlying asset)). Aset yang menjadi objek perjanjian harus
memiliki nilai ekonomis, dapat berupa asset berwujud atau tidak berwujud,

termasuk proyek yang akan sedang dibangun.

e. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Sedangkan, tujuan dari diterbitkannya sukuk Negara yaitu:

a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran Negara.

b. Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah.

c. Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah.

d. Diversifikasi basis investor.

e. Mengembangkan alternative instrumen investasi.

f. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara.

g. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem

keuangan konvensional.

4. Reksadana Syariah

Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan

prinsip syariat Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik

harta (shahib al-mal/ rabb al-mal) dengan manajer investasi. Begitu pula

pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al-mal maupun antara manajer

investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.


5. Efek Beragun Aset Syariah

Efek beragun asset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi

kolektif EBA Syariah yang portofolionya terdiri atas aset keuangan berupa

tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul pada

kemudian hari, jual beli pemilikan asset fisik oleh lembaga keuangan, efek

bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/

arus kas serta asset keuangan setara yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

6. Warran Syariah

Fatwa DSN-MUI Nomor: 66/ DSN-MUI/ III/ 2008 tentang Warran Syariahpada

tanggal 6 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal tidak

hanya berhenti pada instrumen efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada

produk derivatifnya. Produk turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan

criteria DSN adalah warran. Berdasarkan fatwa pengalihan saham dengan imbalan

(warran), seorang pemegang saham diperbolehkan untuk mengalihkan

kepemilikan sahamnya kepada orang lain dengan mendapat imbalan.

Mekanisme warran bersifat opsional, yaitu warran merupakan hak untuk membeli

sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah

ditetapkan pula. Misalnya, warran saham ABCD jatuh tempo pada November

2010, dengan exercise price Rp 1000,-. Artinya, jika investor memiliki warran

saham ABCD, dia berhak untuk membeli satu saham ABCD itu pada bulan

November 2010 pada harga Rp 1000,-. Warran sebelum jatuh tempo bisa
diperdagangkan.Hasil penjualan warran tersebut merupakan keuntungan bagi

investor yang memilikinya.7

D. Efek Syariah di Pasar Modal Syariah

Definisi efek itu sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Pasar Modal

Nomor 8 Tahun 1995, yakni: Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan

utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit

Penyertaan.

Selanjutnya, penjelasan efek syariah dapat mengacu pada POJK

15/POJK.4/2015 tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Dalam POJK

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang

Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang:

a. Akad, cara pengelolaan, kegiatan usaha;

b. Aset yang menjadi landasan akad, cara pengelolaan, kegiatan usaha; dan/atau

c. Aset yang terkait dengan Efek dimaksud dan penerbitnya, tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal.

7
Ibid., hlm. 351- 371.
Adapun Transaksi yang dilarang dalam Efek Syariah yaitu, transaksi yang

dianggap tidak memenuhi prinsip-prinsip syariah:

1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak

diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya

mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman;

2. Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah,

maksiat dan kezhaliman sebagaimana dimaksud ayat 1 di atas meliputi:

a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;

b. Bai’al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang

belum dimiliki (short selling);

c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh

keuntungan atas transaksi yang dilarang;

d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan;

e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas

pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah

tersebut; dan

f. Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu

efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan

memengaruhi pihak lain;


g. Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur di atas.

Bagi investor muslim, tentu lebih didorong untuk memilih emitem yang

telah terdaftar dalam listing JII (Jakarta Islamic Index) sebagai instrument

keuangan syariah. Adapun prosedur pembelian efek di pasar

perdana secara umum:

1. Pembeli menghubungi agen penjualan yang ditunjuk oleh underwriter

(penjamin emisi) untuk mengisi

formulir pemesanan. Formulir pemesanan yang telah diisi oleh investor

dikembalikan kepada agen penjualan disertai dengan tanda tangan dan kopian

kartu identitas investor serta jumlah dana sesuai dengan nilai efek yang dipesan.

Formulir pemesanan biasanya berisi informasi tentang harga efek, jumlah efek

yang dipesan, indentitas pemesanan, tanggal penjatahan dan pengembalian dana

jika kelebihan permintaan jumlah yang dibayarkan, agen penjualan yang

dihubungi dan cara pemesanan. Satuan yang dipakai dikenal dengan istilah lot, di

mana satu lot saham di Indonesia saat ini mewakili 500 lembar saham dan

kelipatan harga saham disebut point. 148 Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -

Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

2. Jika pemesanan efek melebihi efek yang ditawarkan, maka prosedur

selanjutnya adalah masa penjatahan dan masa pengembalian dana. Masa

penjatahan dilakukan paling lambat 12hari kerja terhitung sejak berakhirnya masa

penawaran yang dilakukan oleh penjamin emisi. Penjatahan dilakukan dengan


mendahulukan investor kecil.Sedangkan masa pengembalian dana merupakan

pengembalian dana akibat tidak terpenuhinya pesanan oleh penjamin emisi paling

lambat 4 hari kerja setelah akhir masa penjatahan.

3. Penyerahan efek dilakukan setelah ada kesesuaian Antara banyaknya efek yang

dipesan dengan banyak efek yang dapat dipenuhi emiten. Penyerahan efek

dilakukan oleh penjamin emis atau agen penjual paling lambat 12 hari kerja mulai

berakhirnya masa penjatahan. Investor mendatangi penjamin emisi atau agen

penjual dengan membawa bukti pembelian.

b. Transaksi di Pasar Sekunder Mekanisme perdagangan efek di bursa efek hanya

dapat dapat dilakukan oleh anggota bursa efek. Keanggotaan bursa efek dapat

diberikan kepada perorangan atau badan huku. Syarat keanggotaan bursa efek

umumnya menyangkut permodalan dan kemampuan sebagai anggota bursa efek.

Perdagangan efek di bursa efek dilakukan melalui perantara pedagangan efek dan

pedagang efek yang merupakan anggota bursa efek (Syahattah dan Athiyah

Fayyadh, 2004).

1. Transaksi melalui perantara pedagangan efek (broker) Broker berfungsi sebagai

agen yang melakukan transaksi untuk dan atas nama klien. Dari kegiatan ini

perantara pedagangan efek mendapatkomisi maksimum 1% dari nilai transaksi.

2. Transaksi melalui pedaganga efek (dealer) Dealer berfungsi sebagai prinsipil

yang melakukan transaksi


Untuk kepentingan perusahaan anggota. Perusahaan efek berfungsi

sebagai investor sehingga pedagang efek menerima konsekuensi, baik untung

maupun rugi. Analisis Aspek Syariah dalam perdagangan Efek di Bursa

Perdagangan Efek di bursa pada umumnya dilakukan melalui beberapa tahapan

yaitu, tahapan pembukaan rekening, tahap order, tahap pelaksanaan transaksi,

tahap kliring dan penjaminan serta penyelesaian. Mekanisme dan tahapan

perdagangan Efek tersebut, juga berlaku untuk perdagangan Efek Syariah di

bursa. Oleh kare na itu, untuk mengetahui apakah pelaksanaan perdagangan Efek

Syariah di bursa tidak bertentangan dengan Prinsipprinsip Syariah di Pasar Modal,

kita perlu mengetahui secara detail isu-isu syariah dalam pelaksanaan kegiatan

pada tiap-tiap tahapan. Isu-isu syariah pada perdagangan Efek terdiri\ dari banyak

hal. Beberapa hal yang menjadi topik diskusi antara lain pembukaan rekening,

pelaksanaan order yang dilakukan perantara, pelaksanaan transaksi melalui

mekanisme perdagangan secara lelang berkesinambungan dan penyelesaian

transaksi pada T+3. Pasar Modal Syariah (Awaluddin) 149 Perdagangan Efek

Syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini menggunakan prosedur dan tata

cara yang sama dengan perdagangan Efek konvensional. Hal ini dapat dilihat pada

transaksi investor, sistem perdagangan dengan mekanisme lelang

berkesinambungan (continuous action) , jenis pasar yang digunakan dan tata cara

penyelesaian dan penjaminan transaksi Efek tersebut. Berdasarkan beberapa

Fatwa DSN-MUI diungkapkan bahwa pada dasarnya transaksi

Efek Syariah di pasar sekunder diperbolehkan. Hal ini dengan argumentasi

bahwa transaksidi bursa merupakan fiqh muamalah sehingga hukum asalnya


diperbolehkan kecuali ada halhal yang dilarang. Selanjutnya, proses transaksidi

bursa merupakan suatu kelaziman dimana di setiap negara yang mempunyai Bursa

Efek akan melaksanakan transaksi dengan tata cara dan prosedur yang relatif

sama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang diharapkan mampu

menjalankan fungsi yang sama dengan pasar modal konvensional, namun dengan

kekhususan syariahnya yaitu mencerminkan keadilan dan pemerataan distribusi

keuntungan.

Secara resmi pasar modal syariah diluncurkan pada tahun 2003, instrument

pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai

dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT Danareksa

Investment Management. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan

PT Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada

tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan memandu investor yang ingin menanamkan

dananya secara syariah.

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek)

yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Adapun instrumen pasar modal

di Indonesia yaitu: Saham Syariah, Obligasi Syariah (Sukuk), Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN), Reksada Syariah, Efek Beragun Aset Syariah, Warran

Syariah.
Efek syariah sudah berjalan sejak lama di pasar modal syariah, akan tetapi

masih perlu belajar agar transaksi yang terjadi sejalan dengan syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia, Kencana,

Jakarta, 2014.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2002.

Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah, Pustaka

Setia, Bandung, 2013.

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana,

Jakarta, 2006.

M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis

Praktik, Pustaka Setia, Bandung, 2012.

Ida Musdafia Ibrahim, Economic Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol 3, No. 2,

STIE YAI Jakarta, 2013.

M. Nurul Huda, http://radjafamily.blogspot.com/2015/10/makalah-pasar-

modal.html#.WCZS17dZ6AR, diakses pada tanggal 12 November 2016

pada pukul 08.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai