Disusun oleh :
MAKALAH..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….…3
1.4 Manfaat…………………………………………………………………...…3
BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1. Sejarah Sistem Moneter Internasional..........................................................4
2.1.1 Standar Emas ..............................................................................................5
2.1.2 Runtuhnya Standar Emas…………………………...…………………….5
2.1.3 Era Bretton Woods.………………………….………………….………..5
2.1.4 Berakhirnya Sistem Bretton Woods….…………….…...………………..5
2.1.5 Kinerja Sistem Moneter Internasional Sejak 1971……………………….7
BAB III. PENUTUP..............................................................................................12
3.1. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Moneter
Internasional dan Neraca Pembayaran” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
P erdagangan Internas ional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaiman system moneter internasional dan neraca pembayaran
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I.
PENDAHULUAN
Perang mata uang sudah terjadi berkali-kali, dan perang mata uang global telah
mengancam ekonomi dunia. Tahun 1930-an ditandai dengan konflik ekonomi serupa. Banyak
ahli ekonomi yang percaya bahwa manipulasi terhadap nilai mata uang mereka oleh Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, Swis dan Belgia memperdalam dan memperlama Depresi besar
dalam dekade itu. Mengindari perang mata uang dan memastikan bahwa system moneter
internsional berfungsi secara efisien untuk mempromosikan perdaganagn dunia sangat
penting bagi para pemimpin duna, bank sentral, dan pelaku bisnis.
Sitem moneter internasional ada karena Sebagian besar negara mempunyai mata uang
merek sendiri. Dibutuhkan cara untuk mempertukarkan mata uang ini jika bisnis akan
dilakukan melintasi batas wilayah nasional. Sistem monter internasional menetapkan anturan
dimana negara-negara menilai dan mempertukarkan mata uang mereka.
1.4 MANFAAT
PEMBAHASAN
Pada tahun 1821 Inggris menjadi negara pertama yang mengadopsi standar emas.
Standar emas secara efektif menciptakan system nilai tukar tetap. Nilai tukar
(exchange rate) adalah satu mata uang terhadap mata uang kedua. Dalam system nilai
tukar tetap mata uang yang lain. Standar emas menciptakan system nilai tukar tetap
karena setiap negara terikat atau dipatok (pegged), nilai mata uangnya dengan emas
untuk nilai par sebesar $ 4,27 pound sterling, oleh karenanya menetapkan nilai par
(par value) dari pound, atau harga resmi dari emas.
Selama Perang Dunia, standar emas berbasis sterling telah runtuh. Dengan pecahnya
perang transaksi komersial normal antara sekutu (Perancis, Rusia dan Inggris)
Kekuatan Tengah (Austia. Hungaria, Jerman dan Kekaisaran Ottonom) terhenti.
Tekanan ekonomi yang ditimbulkan oleh perang menyebabkan negara demi negara
memangguhkan janji mereka untuk membeli dan menjual emas pada nilai par mata
uang mereka.
Setelah perang berakhir, konferensi di Brussels (1920) dan Genoa (1922)
menghasilkan kesepakatan umum diantara kekuatan-kekuatan ekonomi besar untuk
kembali ke standar emas sebelum perang. Sebagian besar negara, termasuk Amerika
Serikat, Inggris,dan Perancis, mengadopsi kembali standar emas pada tahun 1920-an
meski dengan tingginya tingkat inflasi, pengganguran, dan ketidakstabilan politik
yang sedang menghancurkan Eropa.
Pada tahun 1944 perwakilan dari 44 negara bertemu di sebuah resor diBretton Woods,
New Hampshire, dengan tujuan tidak mengulangi kesalahan yang telah menimbulkan
perang Dunia II, dan para Diplomat Barat ingin menciptakan lingkungan ekonomi
pasca perang yang akan mempromosikan perdamaian dan kemakmuran diseluruh
dunia.
Standar emas dengan dasar yang banyak di modifikasi. Mereka juga sepakat untuk
menciptakan dua organisasi internasional baru yang akan membantu membangun
ekonomi dunia dan system moneter internasional. Bank Internasional untuk
Rekontruksi dan Pembangunan (Internasional Bank For Reconstruction and
Development) dan Dana Moneter Internasional (Internasional Monetary Fund)
IMF dan Bank Dunia memberikan kerangka internasional untuk system moneter
internasional pasca – perang Dunia II. Para peserta Bretton Woods juga menangani
masalah mengenai bagaimana system tersebut berfungsi dalam praktik, Semua negara
setuju untuk memancang nilai mata uang mereka terhadap emas.
Pada Maret 1973 bank-bank sentral (lihat Tabel 2.2 untuk daftar bank sentral
yang paling penting saat ini) mengakui bahwa mereka tidak berhasil melawan
kekuatan pasar bebas sehingga menetapkan sistem tukar fleksibel. Di bawah
sistem nilai tukar tleksibel (mei gambang)-flexible (floating) exchange rate
system penawaran dan permintaan akan suatu mata uang menentukan
harganya dalam pasar dunia Sejak 1973, nilai tukar di antara banyak mata
uang telah ditetapkan terutama berdasarkan Interaksi dari perawatan dan
permintaan. Kita menggunakan kata terutama karena bank sentral terkadang
berusaha untuk menengaruhi nilai tukar dengan membeli atau menjual mata
uang di pasa, valita asing. Jadi, pengaturen saat ini sering disebut sebagai
mengambang terkendali (managed flour) (atau, secara lebih halusnya,
mengambang kotor (dirty float) karena nilai tukar tidak murni ditentukan oleh
kekuatan pasar sektor swasta "Membawa Dunia ke Dalam Fokus akan
mendiskusikan perbedaan laianya antara nilai tukar tetap dan fleksibel.
Sistem nilai tukar fleksibel yang baru ini disahkan oleh sebuah
konferensi internasional yang diadakan di Jamaika pada Januari 1976.
Berdasarkan hasil dari Perjanjian Jamaika (Jamaica Agreement), setiap negara
bebas untuk mengadopsi sistem nilai tukar apa pun yang paling baik untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri. Penting untuk dicatat adalah strategi yang
diadopsi oleh para anggota Uni Eropa (UE) yang meyakini bahwa nilai tukar
yang fleksibel akan menghalangi kemampuan mereka untuk menciptakan
ekonomi Eropa yang terintegrasi. Pada 1979 anggota UE menciptakan Sistem
Moncter Eropa (European Monetary System-EMS) urtik mengelola hubungan
mata uang di antara anggota mereka sendiri. Sebagian besar anggota EMS
memilih untuk berpartisipasi dalam mekanisme nilai tukar (exchange rate
mechanism-ERM) UE.
Sistem moneter internasional yang telah muncul dari Perjanjian Jamaika tidak
selamanya memuaskan semua bank sentral dunia. Sejak 1976, bank-bank
sentral telah bertemu beberapa kali untuk memecahkan konflik kebijakan di
antara mereka sendiri. Sebagai contoh, keluhan AS bahwa dolar yang dihargai
terlalu tinggi telah merugikan daya saing ekspor AS dan mengizinkan impor
murah merusak industry AS mendesak para mentri keuangan kelompok lima
untuk bertemu pada September 1985 di Plaza Hotel New York City.
Pertemuan tersebut menghasilkan Perjanjian Plaza, di mana sejumlah bank
sentral sepakat untuk membiarkan nilai dolar jatuh pada pasar mata uang dan
nilai dolar benar-benar jatuh. Dari puncaknya pada Februari 2985 dolar jatuh
terjerembap hamper 46 persen terhadap mark Jerman dan 41 persen terhadap
yen pada awal 1987. Perjanjian Luvre mennadakan komitmen dari kelima
negara ini untuk menstabilkan nilai dolar. Namun pasar valuta asing sekali
lagitelah mengalami pergolakan pada1990, kali ini karena terjadinya
peperangan di Teluk Persia. Nilai mata uang utama terus berfluktuasi hingga
akhir abad tersebut.
Fluktuasi dalam nilai mata uang ini sangat penting bagi bisnis
internasional. Ketika nilai mata uang domestic mereka meningkat dalam pasar
valuta asing, perusahaan merasa lebih sulit untuk mengekspor barang mereka,
lebih sulit untuk melindungi pasar domestic mereka dari ancaman impor pasar
asing. Penurunan dalam nilai mata uang domestic mempunyai pengaruh
sebaliknya. Pelaku bisnis internasional yang cerdas sadar akan dampak
fluktuasi mata uang ini pada kesempatan bisnis mereka.
Sistem nilai tukar flrksibel yang diberlakukan pada tahun 1973 dengan segera
mendapatkan ujian berat. Sebagai balasan terhadap kemenangan Israel dalam
perang Arab-Israel pada 1973, negara-negara Arab memberlakukan embargo
pada pengiriman minyak bumi ke negara-negara seperti Amerika Serikat dan
Belanda, yang telah mendukung pergerakan Israel. Sebaliknya akibatnya,
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) berhasil dalam
menaikan harga minyak bumi dunia hingga empat kali lipat dari $3 per barel
pada 1973 menjadi $12 per barel pada 1974.
Krisis mata uang Asia pecah pada Juli 1997, ketika Thailand yang
mematokan mata uangnya terhadap sekumpulan mata uang yang didenominasi
terhadap dolar, terpakasa melepaskan patok mata uangnya, baht setelah
investor mulai tidak mempercayai kemampuan para peminjam Thailand untuk
membayar kembali utang asing mereka dan kemampuan pemerintah Thailand
untuk mempertahankan nilai baht.
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Griffinm, Ricky W Michael W. Pustay. 2015. Bisnis Internasional. Jakarta : Salemba Empat