Anda di halaman 1dari 14

RESUME

MAKALAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL DAN


NERACA PEMBAYARAN

Mata Kuliah Perdagangan Internasional

Dosen Pengampu: Guruh Ghiftar Zalzalah, S.E., M.Sc

Disusun oleh :

1. Mukarromatud Daroini 19133200002


2. Restu Marfiatun 19133200005
3. Agung Nurrohman 19133200008

ROGRAM SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI

MAKALAH..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….…3
1.4 Manfaat…………………………………………………………………...…3
BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1. Sejarah Sistem Moneter Internasional..........................................................4
2.1.1 Standar Emas ..............................................................................................5
2.1.2 Runtuhnya Standar Emas…………………………...…………………….5
2.1.3 Era Bretton Woods.………………………….………………….………..5
2.1.4 Berakhirnya Sistem Bretton Woods….…………….…...………………..5
2.1.5 Kinerja Sistem Moneter Internasional Sejak 1971……………………….7
BAB III. PENUTUP..............................................................................................12
3.1. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Moneter
Internasional dan Neraca Pembayaran” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
P erdagangan Internas ional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaiman system moneter internasional dan neraca pembayaran
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perang mata uang sudah terjadi berkali-kali, dan perang mata uang global telah
mengancam ekonomi dunia. Tahun 1930-an ditandai dengan konflik ekonomi serupa. Banyak
ahli ekonomi yang percaya bahwa manipulasi terhadap nilai mata uang mereka oleh Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, Swis dan Belgia memperdalam dan memperlama Depresi besar
dalam dekade itu. Mengindari perang mata uang dan memastikan bahwa system moneter
internsional berfungsi secara efisien untuk mempromosikan perdaganagn dunia sangat
penting bagi para pemimpin duna, bank sentral, dan pelaku bisnis.

Sitem moneter internasional ada karena Sebagian besar negara mempunyai mata uang
merek sendiri. Dibutuhkan cara untuk mempertukarkan mata uang ini jika bisnis akan
dilakukan melintasi batas wilayah nasional. Sistem monter internasional menetapkan anturan
dimana negara-negara menilai dan mempertukarkan mata uang mereka.

Sistem Moneter Internasional (IMS) adalah pengaturan atau kesepakatan formal


antarnegara atas nilai tukar masing-masing mata uang negara-negara dunia terhadap mata
uang lainnya. Sistem moneter Internasional saat ini berakar pada daya Tarik emas dan perak
kuno, yang mana keduanya berlaku sebagai media pertukaran dalam perdagangan awal
antarsuku dan kemudian perdagangan antar kota – negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalahnya adalah :


1. Bagaimana sejarah system Moneter internasional ?
2. Apa standar emas ?
3. Bagaiman runtuhnya standar emas?
4. Apa itu Era Bretton Woods?
5. Bagaimana berakhirnya aistem Bretton Woods?
6. Bagaiman kinerja sistem Moneter Internasional Sejak 1971?
1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui sejarah system Moneter internasional
2. Untuk mengetahui apa itu emas sebenarnya
3. Untuk mengetahui bagaiman runtuhnya standar emas
4. Untuk mengetahui apa itu Era Bretton Woods
5. Untuk mengetahui bagaimana berakhirnya istem Bretton Woods
6. Untuk mengetahui kinerja sistem Moneter Internasional Sejak 1971

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat dari makalah ini adalah:


1. Sebagai pengembangan ilmu.
2. Dapat menambah pengalaman, wawasan. dan ilmu bagi penulis.
3. Dapat menjadi sumber tambahan dan sumber informasi dalam menambah wawasan
pembaca
BAB II.

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sistem Moneter Internasional

Sistem Moneter Internasional (IMS) adalah pengaturan atau kesepakatan formal antarnegara


atas nilai tukar masing-masing mata uang negara-negara dunia terhadap mata uang lainnya.
Sistem moneter Internasional saat ini berakar pada daya Tarik emas dan perak kuno, yang
mana keduanya berlaku sebagai media pertukaran dalam perdagangan awal antarsuku dan
kemudian perdagangan antar kota – negara. Contohnya : perak. Digunakan dalam
perdagangan antara India, babilonia dan Finisi pada abad ke tujuh.

2.1.1 Standar Emas

Emas digunakan sejak zaman kuno sebagai media pertukaran internasional


menyebabkan diadopsinya system moneter internasional yang dikenal sebagai standar
emas. Jadi, gold standard atau standar emas adalah suatu sistem moneter yang mana
unit kegiatan ekonomi menggunakan standar jumlah emas yang ada. Itu artinya, uang
yang digunakan adalah berbentuk emas

Pada tahun 1821 Inggris menjadi negara pertama yang mengadopsi standar emas.
Standar emas secara efektif menciptakan system nilai tukar tetap. Nilai tukar
(exchange rate) adalah satu mata uang terhadap mata uang kedua. Dalam system nilai
tukar tetap mata uang yang lain. Standar emas menciptakan system nilai tukar tetap
karena setiap negara terikat atau dipatok (pegged), nilai mata uangnya dengan emas
untuk nilai par sebesar $ 4,27 pound sterling, oleh karenanya menetapkan nilai par
(par value) dari pound, atau harga resmi dari emas.

2.1.2 Runtuhnya Standar Emas

Selama Perang Dunia, standar emas berbasis sterling telah runtuh. Dengan pecahnya
perang transaksi komersial normal antara sekutu (Perancis, Rusia dan Inggris)
Kekuatan Tengah (Austia. Hungaria, Jerman dan Kekaisaran Ottonom) terhenti.
Tekanan ekonomi yang ditimbulkan oleh perang menyebabkan negara demi negara
memangguhkan janji mereka untuk membeli dan menjual emas pada nilai par mata
uang mereka.
Setelah perang berakhir, konferensi di Brussels (1920) dan Genoa (1922)
menghasilkan kesepakatan umum diantara kekuatan-kekuatan ekonomi besar untuk
kembali ke standar emas sebelum perang. Sebagian besar negara, termasuk Amerika
Serikat, Inggris,dan Perancis, mengadopsi kembali standar emas pada tahun 1920-an
meski dengan tingginya tingkat inflasi, pengganguran, dan ketidakstabilan politik
yang sedang menghancurkan Eropa.

2.1.3 Era Bretton Woods

Pada tahun 1944 perwakilan dari 44 negara bertemu di sebuah resor diBretton Woods,
New Hampshire, dengan tujuan tidak mengulangi kesalahan yang telah menimbulkan
perang Dunia II, dan para Diplomat Barat ingin menciptakan lingkungan ekonomi
pasca perang yang akan mempromosikan perdamaian dan kemakmuran diseluruh
dunia.

Standar emas dengan dasar yang banyak di modifikasi. Mereka juga sepakat untuk
menciptakan dua organisasi internasional baru yang akan membantu membangun
ekonomi dunia dan system moneter internasional. Bank Internasional untuk
Rekontruksi dan Pembangunan (Internasional Bank For Reconstruction and
Development) dan Dana Moneter Internasional (Internasional Monetary Fund)

Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (Internasional Bank


for Reconstruction dan Development /IBRD) adalah nama resmi dari Bank Dunia
(World Bank)

Bank Dunai berdiri tahun1945 bertujuan awal untuk membantu mendanai


rekonstruksi ekonomi Eropa yang hancur karena perang. Dengan bantuan Marshall
Plan, Bank Dunia menyelesaikan tugas ini pada pertengahan tahun 1950 – an.
Mereka kemudian mengadopsi misi baru – untuk membangun ekonomi negara
berkembang di dunia.

Seiring misinya telah berkembang, Bank Dunia telah menciptakan 3 organisasi


afiliasi.

1. Asosiasi Pembangunan Internasional (Internasional Development Association)


2. Korporasi Keuangan Internasional (Internasional Finance Corporation)
3. Badan Penjamin Investasi Multilateral (Multilateral Investmen Guarantee
Agency)
Dana Moneter Internasional

Untuk memastikan bahwa system moneter pasca-perang Dunia II akan


mempromosikan perdagangan internasional. Perjanjian Bretton Woods meminta
dibentuknya Dana Moneter Internasional (Internasional Monetary Fund – IMF)
untuk mengawasi berfungsinya system moneter internasional. Tujuannya adalah

1. Untuk mempromosikan kerja sama moneter Internsional


2. Untuk memfasilitasi ekspansi dan pertumbuhan seimbang dari perdagangan
internasional
3. Untuk mempromosikan stabilitas pertukaran, untuk memelihara perjanjian
pertukaran yang tertib diantara anggota, dan untuk menghindari depresiasi
pertukaran kompetitif.
4. Untuk membantu dalam pembentukan system pembayaran multilateral.
5. Untuk memberikan kepercayaan kepada anggota dengan membuat sumber daya
umum IMF yang sementara tersedia untuk mereka untuk mengoreksi
ketertinggian dalam neraca pembayaran mereka.
6. Untuk memperpendek durasi dan menurunkan tingkat disekuilibrium dalam
neraca pembayaran internasional dari para anggota.

Standar Emas Berbasis Dolar

IMF dan Bank Dunia memberikan kerangka internasional untuk system moneter
internasional pasca – perang Dunia II. Para peserta Bretton Woods juga menangani
masalah mengenai bagaimana system tersebut berfungsi dalam praktik, Semua negara
setuju untuk memancang nilai mata uang mereka terhadap emas.

2.1.4 Berakhirnya Sistem Bretton Woods


produktivitas Inggris secara relatif menurun terhadap para pesaing utama
internasionalnya, dan nilai pound melemah. Bank of England harus melakukan
campur tangan secara terus-menerus dalam pasar mata uang asing, menjual
emas dan mata uang asing untuk mendukung pound. Namun, dalam
melakukannya, kepemilikan cadangan resmi. bank tersebut, yang diperukan
untuk mendukung janji Bretton Woods, mulai berkurang Para pedagang mata
uang internasional mulai khawatir baliwa bank tersebut akan kehabisan
cadangan seiring kekhawatiran tersebut bertambah, bank-bank internasional,
para pedagang mata uang, dan peserta pasar lainnya menjadi tidak bersedia
untuk menyimpan pound Inggris dalam persediaan mata uang asing mereka.
Mereka mulai membuang, pound di pasar segera setelah menerimanya Terjadi
siklus yang kejam Seiring Bank of England menguras cadangan resminya
untuk mendukung pound, kekhawatiran peserta pasar mata uang bahwa bank
tersebut akan kehabisan cadangan yang memburuk.
Sistem Bretton Woods khususnya rentan terhadap "pengambilan uang
beramai-ramai pada bank yang bersifat spekulatif tersebut karena terdapat
risiko gang kecil untuk bertaruh terhada suatu mata uang pada saat-saat yang
meragukan. Sebagai contoh, para spekulator yang tak percaya dengan
kemampuan Bank of England untuk menghormati janji retton Woods oleh
Inggris dapat mengonversi pound mereka ke dalam dolar La tebakan ereka
benar dan nilai pound didevaluasi, mereka ti a mendapatkan :
keuntungannanstal yang besa Jengan cepat. Jiks tehakan mereka salah dan
Bank of England mempertahankan nilai par pound, pa spekulator tersebut
selalu dapat mengonversi kembali delar merela menjadi pund dempen
keriagian kecil.
Inggris menghad sps jeans povzambilan unig secara beramaramal di
halk ini pada November 1967. Bank of England tidak dipit inclawan membs,
urna pound yang diang ke pasar oleh para spekulator dan dipukse untuk
melakukan devaluas terhadap pound schar 14,3 persen (dari $2,50 menjadi
$2.40 per di Prancis menghadap kejadian serupa pada tahun 1969 dan harus
mer devaluasi franc Devaluasi ini mengup kepercayaan komunitas
internasional terhadap sistem Bretton Woods Naman, sistem tersebut
menghastapä eran sing sebenarnya kika delar diserang pada awal 1970 an.

2.1.5 KINERJA SISTEM NONETER INTERNASIONAL SEJAK 1971

Pada Maret 1973 bank-bank sentral (lihat Tabel 2.2 untuk daftar bank sentral
yang paling penting saat ini) mengakui bahwa mereka tidak berhasil melawan
kekuatan pasar bebas sehingga menetapkan sistem tukar fleksibel. Di bawah
sistem nilai tukar tleksibel (mei gambang)-flexible (floating) exchange rate
system penawaran dan permintaan akan suatu mata uang menentukan
harganya dalam pasar dunia Sejak 1973, nilai tukar di antara banyak mata
uang telah ditetapkan terutama berdasarkan Interaksi dari perawatan dan
permintaan. Kita menggunakan kata terutama karena bank sentral terkadang
berusaha untuk menengaruhi nilai tukar dengan membeli atau menjual mata
uang di pasa, valita asing. Jadi, pengaturen saat ini sering disebut sebagai
mengambang terkendali (managed flour) (atau, secara lebih halusnya,
mengambang kotor (dirty float) karena nilai tukar tidak murni ditentukan oleh
kekuatan pasar sektor swasta "Membawa Dunia ke Dalam Fokus akan
mendiskusikan perbedaan laianya antara nilai tukar tetap dan fleksibel.
Sistem nilai tukar fleksibel yang baru ini disahkan oleh sebuah
konferensi internasional yang diadakan di Jamaika pada Januari 1976.
Berdasarkan hasil dari Perjanjian Jamaika (Jamaica Agreement), setiap negara
bebas untuk mengadopsi sistem nilai tukar apa pun yang paling baik untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri. Penting untuk dicatat adalah strategi yang
diadopsi oleh para anggota Uni Eropa (UE) yang meyakini bahwa nilai tukar
yang fleksibel akan menghalangi kemampuan mereka untuk menciptakan
ekonomi Eropa yang terintegrasi. Pada 1979 anggota UE menciptakan Sistem
Moncter Eropa (European Monetary System-EMS) urtik mengelola hubungan
mata uang di antara anggota mereka sendiri. Sebagian besar anggota EMS
memilih untuk berpartisipasi dalam mekanisme nilai tukar (exchange rate
mechanism-ERM) UE.

Konferensi Pasca Perang Dunia II Lainnya

Sistem moneter internasional yang telah muncul dari Perjanjian Jamaika tidak
selamanya memuaskan semua bank sentral dunia. Sejak 1976, bank-bank
sentral telah bertemu beberapa kali untuk memecahkan konflik kebijakan di
antara mereka sendiri. Sebagai contoh, keluhan AS bahwa dolar yang dihargai
terlalu tinggi telah merugikan daya saing ekspor AS dan mengizinkan impor
murah merusak industry AS mendesak para mentri keuangan kelompok lima
untuk bertemu pada September 1985 di Plaza Hotel New York City.
Pertemuan tersebut menghasilkan Perjanjian Plaza, di mana sejumlah bank
sentral sepakat untuk membiarkan nilai dolar jatuh pada pasar mata uang dan
nilai dolar benar-benar jatuh. Dari puncaknya pada Februari 2985 dolar jatuh
terjerembap hamper 46 persen terhadap mark Jerman dan 41 persen terhadap
yen pada awal 1987. Perjanjian Luvre mennadakan komitmen dari kelima
negara ini untuk menstabilkan nilai dolar. Namun pasar valuta asing sekali
lagitelah mengalami pergolakan pada1990, kali ini karena terjadinya
peperangan di Teluk Persia. Nilai mata uang utama terus berfluktuasi hingga
akhir abad tersebut.

Fluktuasi dalam nilai mata uang ini sangat penting bagi bisnis
internasional. Ketika nilai mata uang domestic mereka meningkat dalam pasar
valuta asing, perusahaan merasa lebih sulit untuk mengekspor barang mereka,
lebih sulit untuk melindungi pasar domestic mereka dari ancaman impor pasar
asing. Penurunan dalam nilai mata uang domestic mempunyai pengaruh
sebaliknya. Pelaku bisnis internasional yang cerdas sadar akan dampak
fluktuasi mata uang ini pada kesempatan bisnis mereka.

Krisis Utang Internasional

Sistem nilai tukar flrksibel yang diberlakukan pada tahun 1973 dengan segera
mendapatkan ujian berat. Sebagai balasan terhadap kemenangan Israel dalam
perang Arab-Israel pada 1973, negara-negara Arab memberlakukan embargo
pada pengiriman minyak bumi ke negara-negara seperti Amerika Serikat dan
Belanda, yang telah mendukung pergerakan Israel. Sebaliknya akibatnya,
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) berhasil dalam
menaikan harga minyak bumi dunia hingga empat kali lipat dari $3 per barel
pada 1973 menjadi $12 per barel pada 1974.

Transfer kekayaan yang besar ini menimbulkan banyak kekhawatiran


ekonomi.. Harga minyak bumi yang lebih tinggi bertindak sebagai pajak pada
ekonomi engara pengimpor minyak bumi. Sejumlah ahli ekonomi khawatir
akan terjadi depresi di seluruh dunia seiring permintaan konsumen jatuh di
negara-negara kaya. Ahli ekonomi lainnya khawatir bahwa perdagangan
minyak bumi didominasikan dalam dolar, likuiditas internasional akan
mengring siring dolar menumpuk di rekening bank OPEC.
Sayangnya , bank-bank internasional terlalu agresif dalam mendaur
ulang dolar ini. Banyak negara meminjam lebih banyak dari yang dapat
mereka bayar. Meksiko sebagai contoh meminjam $90 miliar, sementara
Brasil mengambil $67 miliar dalam bentuk pinjaman baru. Posisi keuangan
para peminjam ini menjadi berbahaya setelah kejutan minyak bumi pada 1978-
1979, yang dipicu oleh jayuhnya Shah Iran dari kekuasaannya. Harga minyak
bumi meroket dari $13 per barel pada 1978 menjadi $30 per barel pada 1980,
memicu putaran inflasi sekali lagi di seluruh dunia.

Berbagai pendekatan digunakan untuk memcahkan Krisis tersebut.


Rencana Baker tahun 1985 menekankan pentingnya penjadwalan kembali
utang , pengendalian ketat yang diberlakukan IMF terhadap kebijakan moneter
dan fiscal domestic, dan pemberian pinjaman lanjutan kepada negara debitur
dengan harapan bahwa pertumbuhan ekonomi akan memungkinkan mereka
membayar kembali kepada kreditur mereka.

Krisis utang internasional tersebut mereda selama tahun 1990-an


seiring persyaratan utang dari negara debitur dibuat lebih dapat diterima
melalui kombinasi dari pinjaman IMF, penjadwalan kembali utang dan
perubahan dalam kebijakan ekonomi pemerintah mengenai reformasi ekonomi
di Meksiko, Argentina, dan Brasil.

Krisis mata uang Asia pecah pada Juli 1997, ketika Thailand yang
mematokan mata uangnya terhadap sekumpulan mata uang yang didenominasi
terhadap dolar, terpakasa melepaskan patok mata uangnya, baht setelah
investor mulai tidak mempercayai kemampuan para peminjam Thailand untuk
membayar kembali utang asing mereka dan kemampuan pemerintah Thailand
untuk mempertahankan nilai baht.

Krisis keuangan terkini yang menimpa pasar modal internasional


dimulai dengan jatuhnya subprime, yang diakibatkan oleh pecahnya
gelembung perumahan AS. Permasalahan keuangan yang tercipta oleh
jatuhnya subprime ini memngaruhi pasar finansial di seluruh dunia dan
menimpulkan Resesi Global 2008-2009.
BAB III.

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Sistem Moneter Internasional (IMS) adalah pengaturan atau kesepakatan formal antarnegara


atas nilai tukar masing-masing mata uang negara-negara dunia terhadap mata uang lainnya.
Sistem moneter Internasional saat ini berakar pada daya Tarik emas dan perak kuno, yang
mana keduanya berlaku sebagai media pertukaran dalam perdagangan awal antarsuku dan
kemudian perdagangan antar kota – negara. IMF dan Bank Dunia memberikan kerangka
internasional untuk system moneter internasional pasca – perang Dunia II.
DAFTAR PUSTAKA

Griffinm, Ricky W Michael W. Pustay. 2015. Bisnis Internasional. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai