Anda di halaman 1dari 12

Sistem Moniter

Internasional

Disusun Oleh:
Kelompok 3

1. Ni Wayan Abriani (09)


2. I Gusti Ayu Aryanti Putri (10)
3. Ni Made Ari Rastiti (11)
4. Cok Istri Ulantari (12)

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


2021
A. Penggunaan Emas Secara Historis dan Sekarang serta Daya Tariknya

Pengunaan Emas Pada Tahun Sebelum Masehi

Sejarah mencatat bahwa emas telah digunakan sebagai mata uang sejak ribuan tahun
lalu. Pada tahun 600 SM, penggunaan emas sebagai mata uang pertama kali dilakukan
oleh Bangsa Lydia di Asia Kecil Barat yang sekarang sudah menjadi bagian territorial
Turki. Berawal dari tahun 560 SM mereka mencetak koin emas dan peristiwa ini
menandai sejarah emas sebagai alat untuk bertransaksi. Emas menjadi penentu utama
kekayaan sebuah negara dan tingginya nilai sebuah koin. Dengan ambisi agar menjadi
lebih kaya dari negara lainnya maka negara tersebut membutuhkan lebih banyak emas
sehingga para penjelajah, salah satunya Colombus, diberikan amanat untuk menjelajah
Dunia Baru oleh Spanyol, Portugis dan Inggris. Harapannya adalah menemukan emas di
tempat lain yang kemudian diambil dan dimiliki negara tersebut.

Pada tahun 1848, The California Gold Rush atau yang dikenal juga sebagai Demam
Emas California terjadi semenjak ditemukannya emas di Sutter’s Mill (sebuah pabrik
milik John Sutter) oleh James Marshall. Kemudian pada tahun 1861, Menteri Keuangan
Salmon Chase mencetak mata uang kertas AS pertama. Undang-undang Standar Emas
tahun 1990 menetapkan emas sebagai satu-satunya logam yang dapat ditebus oleh mata
uang kertas seharga $20,67 per ons.

Sejarah Penambangan Emas

Sebagai komoditi pertambangan, emas memiliki sejarah yang sangat Panjang.


Diperkirakan sejarah penambangan emas sudah dimulai sejak 2000-5000 SM.
Pertambangan emas terbesar saat ini adalah Afrika Selatan, kendati demikian tidak
berarti Afrika Selatan memiliki cadangan emas yang terbesar.

Sesuai dengan sifatnya, emas memang tidak habis dikonsumsi, berbeda dengan
komoditi lain yang habis apabila dikonsumsi sehingga memungkinkan negara lain yang
tidak memiliki tambang emas yang banyak tetapi justru memiliki cadangan emas yang
besar, hal ini terkait dengan fungsi emas sebagai cadangan devisa dan instrument
moneter serta investasi.
Emas Digunakan Sebagai Alat Tukar

Emas dalam bentuk koin sebagai alat tukar telah dimulai pada masa Raja Croesus dari
Lydia (Turki) sekitar tahun 560 SM. Koin emas juga digunakan sebagai alat tukar dimasa
kerajaan Romawi pada zaman pemerintahan Julius Caesar. Lahirnya Islam sebagai
sebuah peradaban dunia yang dibawa dan disebarkan Nabi Muhammad SAW telah
memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap penggunaan emas sebagai mata
uang, dalam aktivitas ekonomi dan perdagangan. Pada masa itu, ditetapkan berat standar
dinar diukur dengan 22 karat emas, atau setara dengan 4,25 gram. Standar ini kemudian
dibakukan oleh World Islamic Trading Organization (WITO), yang kemudian berlaku
hingga sekarang. Perkembangan terhadap perdagangan yang makin pesat menuntut
penggunaan alat tukar yang lebih fleksibel, ringan dan mudah dibawa tanpa mengurangi
nilai, hal ini mendorong diciptakannya uang kertas.

Pada mulanya uang kertas yang dicetak harus disertai dengan penjaminan, jaminan
atas uang kertas yang dicetak ini berupa emas (cadangan Devisa Emas). Sebuah negara
tidak bisa sembarangan mencetak uang kertas tanpa jaminan stok emas yang memadai.
Inila yang kemudian dkenal dengan standar emas dan momentum ini ditandai dengan
ditanda tanganinya perjanjian Bretton Woods yang didukung oleh tidak kurah dari 44
negara. Menurut perjanjian ini masing-masing negara mematok mata uang kertasnya
terhadap USD Dollar dengan jaminan Emas. Perjanjian ini berlaku selama 27 th hingan
tahun 1971, dimana pada tahun 1971 pemerintah Amerika Serikat yang sedang
mengalami kesulitan ekonomi akibat perang Vietnam tidak mampu lagi mempertahankan
jaminan atas uang kertas dengan cadangan emas yang dimilikinya. Sehingga mendorong
pemerintah AS memutuskan tidak lagi menjamin US Dollar dengan emas.

Dampak Penghapusan Standar Emas

Pada saat ini, dimana perekonomian global sangatlah tergantung pada Dollar
Amerika. Amerika sebagai negara yang paling besar menyerap produksi dan negara yang
paling konsumtif. Dollar Amerika kemudian menjadi mata uang cadangan utama dunia
dan secara de facto merupakan fundamental dari system moneter global pada sebagian
pelosok dunia, segala sesuatu yang memiliki nilai selalu diukur dan dibandingkan dengan
Dollar, bukan lagi emas. Kondisi ini membuat siapapun yang menggunakan Dollar
terpaksa ikut terkena dampak dari setiap pergerakan Dollar.
Daya Tarik Emas

Sejak fungsi emas sebagai acuan moneter dunia dihapuskan pada tahun 1970-an, daya
tarik emas tidak kunjung pudar dengan menjadi asset investasi yang diincar baik Ketika
dunia lagi resesi maupun makmur. Seperti kita ketahui, selama berabad-abad emas tidak
hanya menjadi instrument investasi, melainkan juga alat tukar. Setelah munculnya era
industrialisasi dan muncul mata uang kertas, emas tetap menjadi acuan nilai alat tukar.
System ini resmi diberlakukan secara internasional setelah perang ke-2 lewat konferensi
di hotel Bretton Woods pada tahun 1944. Setelah emas tidak lagi dipakai sebagai acuan
dollar AS, harga emas tidak tertekan. Harga logam mulia justru melonjak dengan
kenaikan rata-rata 34% per tahun, dari US$34 per troy ons (1970) menjadi US$5000 per
troy ons (1980). Sejak tahun 1969 hingga sekarang harga emas telah meroket 4,187%
dari US$35 per troy ons menjadi US$1.523 per troy ons. Sepanjang tahun ini saja, emas
sudah menguat US$241 atau 18,8%.

Aksi borong emas oleh bank-bank sentral dalam setahun terakhir kian mengukuhkan
posisi penting emas. Dalam rilis yang di publikasikan 1 Agustus 2019, World Gold
Council (WGC) menyebutkan permintaan emas oleh bank sentral dunia sepanjang
kuartal II-2019 mencapai 224 ton. Selama satu decade terakhir, mereka memborong
4.300 ton emas, menjadikan total kepemilikan emas bank sentral menjadi 34.000
ton.World Gold Council memprediksi permintaan emas untuk perhiasan akan meningkat
dalam 30 tahun ke depan “di dunia yang saling terkait dengan penduduk kelas menengah
yang bertambah dan lebih kaya”. Hal ini menunjukan bahwa posisi emas sebagai safe
haven secara natural tidak bisa digantikan, meski system Bretton Wood sudah
dihapuskan.

B. Perkembangan Sistem Moneter Dunia


Sistem moneter internasional adalah salah satu bidang yang memiliki peranan cukup
esensial didalam ekonomi internasional karena tidak ada satu negara pun di dunia yang
tidak melakukan interaksi ekonomi dengan negara lain. Hal ini mengakibatkan
dibutuhkan sebuah sistem dibidang moneter yang disepakati oleh sebagian besar
negara. Sistem tersebut kemudian berusaha untuk mengatasi permasalahan mengenai
nilai tukar mata uang antar negara yang bervariatif serta fluktuatif karena nilai tukar mata
uang sifatnya sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor sosial,
politik, kondisi psikologis serta persepsi perilaku pasar terhadap kondisi-kondisi tertentu.
Selain berusaha ‘menstabilisasi’ fluktuasi nilai tukar, sistem moneter tersebut juga turut
menentukan arah pertumbuhan perdagangan global, arus investasi asing, serta tingkat
ketergantungan antarnegara sehingga sistem moneter internasional kemudian menjadi
sebuah bidang utama dalam kajian ekonomi internasional.
Pada umumnya, klasifikasi sistem moneter internasional terbagi menjadi dua
yakni fixed exchange rate dan floating exchange rate meskipun ada juga sistem yang
berusaha mengkombinasikan keduanya (Salvatore, 2013). Penilaian dan evaluasi sistem
moneter yang baik setidaknya dapat dilihat melalui tiga parameter utama
yakni adjustment, liquidity, dan confidence. Parameter adjustment melihat apakah
sebuah sistem moneter internasional telah memiliki metode untuk mengatasi
ketidakseimbangan perekonomian internasional yang meliputi perubahan nilai tukar mata
uang, ekspansi ekonomi, dan flutktuasi transaksi perdagangan internasional.
Parameter liquidity melihat bagaimana suatu sistem moneter internasional mampu
mengatur pasokan uang atau money supply termasuk cadangan finansial dalam arus
perdagangan internasional. Sedangkan parameter confidence melihat bagaimana sistem
moneter internasional tersebut diakui dan dipercaya oleh sebagian besar bahkan seluruh
negara dalam sistem internasional dimana dalam mewujudkan confidence ini dibutuhkan
peran institusi internasional yang bersifat regulatif, efisien, dan terintegrasi pada
perekonomian dunia (Salvatore, 2013).
Secara umum, terdapat empat periodisasi utama sejarah perkembangan sistem
moneter internasional yakni ketika masa standar emas klasik, periode interwar,
masa Bretton Woods System, dan era Post-Bretton Woods System.  Pada awalnya,
kemunculan tatanan ekonomi dan politik modern di awal abad ke-18. Akan tetapi,
keterlibatan pemerintah didalam pengaturan perekonomian dan moneter kemudian
memunculkan masalah baru ketika adanya ‘gesekan’ yang muncul diantara
perekonomian domestik dan internasional. Keadaan ini kemudian mendorong
kemunculan sebuah ‘sistem moneter pertama’ di level internasional yakni sistem standar
emas klasik atau classical gold standard dimana emas menjadi dasar bagi nilai tukar
mata uang suatu negara didalam perdagangan internasional. Pada dasarnya,
pemberlakuan standar emas ini membuat negara yang menganutnya harus menentukan
harga emas dalam mata uangnya serta siap untuk membeli atau menjual emas pada
tingkat harga yang telah ditetapkan tersebut. Meletusnya Perang Dunia Pertama dan
Kedua menjadi awal kejatuhan sistem standar emas klasik ini karena kedua perang
tersebut menimbulkan kekacauan dalam sistem moneter global dan negara-negara di
dunia mengalami berbagai macam keterpurukan ekonomi yang disebabkan oleh masalah
hiperinflasi, nilai tukar yang fluktuatif, serta kebijakan devaluasi. Periode yang dikenal
sebagai periode interwar ini berupaya untuk mengembalikan sistem monter internasional
ke dalam bentuk standar emas setelah sebelumnya perdagangan internasional berjalan
secara sporadis dan tak beraturan (Salvatore, 2013). 
Keruntuhan sistem Bretton Woods ini kemudian menandai berakhirnya era fixed
exchange rate dan memulai era baru floating exchange rate atau juga dikenal
sebagai Post-Bretton Woods System dimana nilai tukar mata uang dunia disesuaikan
dengan mekanisme pasar yakni tingkat supply dan demand. Pada awalnya,
sistem floating ini dianggap sebagai salah satu sistem moneter dan finansial global yang
lebih aman dan fair karena diasumsikan tidak terlalu mengancam perekonomian makro
negara-negara dalam sistem internasional (Frieden, 2006). 
Dari berbagai pemaparan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana dimana
sistem moneter internasional adalah salah satu kebutuhan esensial dalam aspek ekonomi
internasional karena berkaitan erat dengan arus perdagangan dan fluktuasi neraca
perdagangan suatu negara. Oleh karena peran dan eksistensinya yang begitu penting
maka diperlukan sebuah parameter yang dapat memastikan kualitas sistem moneter
tersebut.

C. Pasar Uang, Valuta Asing

Sejak mata uang mulai mengambang dengan bebas pada tahun 1973, volume harian
perdagangan devisa di dunia pasar uang tumbuh dengan cepat sampai pada pertengahan
1990-an, ketika pertumbuhan berhenti di pasar-pasar Eropa dan Amerika Utara. Meski
demikian, perputaran pasar harian rata-rata tahun 1996 adalah $1,2 trilyun. London
merupakan pasar (bursa) terbesar dunia, dengan 30 persen bagiannya dari perputaran
devisa, New York di tempat kedua, sementara di Asia, Tokyo dan Singapura sedang
bertarung demi supremasi. Akhir pertumbuhan dan bahkan kemerosotan pasar-pasar
devisa Eropa dan Amerika Utara disebabkan oleh beberapa faktor. Munculnya Uni
Moneter Eropa menghentikan perdagangan diantara mata uang negara anggota, dan
bahkan sebelum ia diberlakukan, dan mark Jerman, franc prancis, mata uang negara-
negara Benelux dan bahkan lira italia hampir tidak bergerak terhadap satu sama lain.
Faktor lainnya yang memperlambat pasar-pasar valas adalah berhentinya bank-bank
sentral menargetkan kurs yang tidak realistis. Pada awal 1990-an, para pedagang
melakukan taruhan miliaran beberapa mata uang seperti sterling dan lira. Faktor
selanjutnya yang akan semakin menyusutkan pasar –pasar devisa lama adalah mesin
pialang mata uang elektronik yang disediakan oleh para pialang elektronik Reuter dan
EBS. Mereka memperbolehkan bank-bank kecil sekalipun untuk mengetahui harga
terbaik suatu mata uang utama di pasar. Akhirnya mesin-mesin itu akan tersedia di
kantor-kantor para manajer bisnis internasional, yang kemudian dapat memperdagangkan
valas melalui mesin pialang tanpa mengontak atau membayar suatu bank atau pialng
hidup. Mata Uang Asia menuju penyelamatan. Pernah disebut sebagai mata uang-mata
uang eksotik yang diperdagangkan di pasar-pasar “yang sedang timbul”, mata uang Asia
tidak lagi dianggap sebagai eksotik, dan pasar-pasar nya telah muncul. Mata uang yang
lebih likuid adalah dolar Singapura, baht Thailand, rupiah Indonesia, ringgit Malaysia
dan dolar Taiwan, peso Philipina dan dong Vietnam, kadang-kadang disebut “Asia
Minor”. Standar Chartered Bank membangun ruangan untuk melakukan perdagangan
valas asing yang terbesar di Singapura, yang merupakan pusat perdagangan valas
terbesar keeempat di dunia dan pusat terbesar keempat di dunia dan pusat terbesar dari
perdagangan non-yen di Asia. Tokyo, tentu saja melampauinya apabila perdagangan yen
termasuk di dalam nya. Perputaran di Singapura adalah AS$ 190 miliar 1996, naik dari
AS$ 111 miliar pada tahun 1995 dan AS$ 100 miliar tahun 1994. Sekitar 220 bank
internasional dan bank perdagangan mendirikan kantor-kantor di Singapura.AS$ adalah
mata uang yang paling banyak diperdagangkan. Pasar AS$ deutsche mark adalah yang
tersibuk, diikuti secara ketat oleh pasar AS$-yen. Yang ketiga, keempat dan kelima
adalah AS$-sterling , AS$ - franc Swis dan Mark-yen. Presentase dominan AS$ sebagai
mata uang yang paling banyak diperdagangkan semakin meningkat. Hal ini disebabkan
pertumbuhan yang cepat dari pasar-pasar. Valuta asing ASEAN tersebut. Sebenarnya
seluruh perdagangan di sana dilaksanakan melalui dolar. Milaran ASS diperdagangkan di
seluruh dunia dalam berbagai bursa valuta asing Jumlah yang lebih kecil - tetapi masih
besar-dari mata uang pasar utama lainnya juga diperdagangkan di luar perbatasan negara
yang mengeluarkan, dan semua mata uang ini digunakan sebagai aset cadangan national
negara dan juga dalam perdagangan, invertase, hedge, swap dan derivative.

D. Penggunaan SDR
Nilai SDR tetap lebih stabil dari pada nilai sebuah mata uang manapun, dan stabilitas
itu telah membuat SDR semakin menarik sebagai satuan dalam transaksi-transaksi
international. Di masa depan pembayaran dalam sebuah kontrak misalnya. mungkin
disepakati dilakukan dalam mata uang national dengan kursnya terhadap SDR pada
tanggal pembayaran, dan beberapa bank Swiss daninggris sekarang menerima rekening-
rekening yang didenominasi dalam SDR.
SDR dipegang oleh IMF, sebagian besar dari l81 anggotanya, dan 16 lembaga-lembaga
resmi, yang secara khas adalah lembaga lembaga perbankan atau pembangunan regional
yang dianggap menentukan oleh IMF. Semua pemegang dapat membeli dan menjual
kedua SDR baik spot maupun berjangka dan menerima atau menggunakan SDR dalam
pinjaman .
jaminan, barter, hibah, atau penyelesaian kewajiban-kewajiban keuangan. Para
pemegang menerima bunga dengan suku bunga yang ditentukan Secara mingguan.

Tabel 5.2 Penilaian SDR pada tanggal 21 Agustus 1996

Contoh penilaian SDR pada tanggal 21 Agustus 1996


Mata Uang Jumlah Mata Kurs Pada Tanggal Ekivalen
Uang 21 Faustus XS
Deutsche mark 0.4460 1 .48450 0.300438
franc Prancis 0.8130 5.07500 0.160197 Yen Jepang
27.2000 108.35000 0.251038
Poundsterling 0.1050 1.54820 0.162561 Dolar AS 0.5820
1 ,00000 0.582000
Jumlah 1 .456234
SDR 1 = ASS1 ,45623
ASS 1 = SDR 0,686703@
Komponen uang dari keranjang SDR
+ kurs terhadap mata uang perdolar AS untuk ponsterling ,yang dinyatakan dalam dolar
AS perpound
+_ dolar AS ekuivalen jumlah mata uang di bagi dengan kurs
S nilai SDR resmi dari dolar AS, yang merupakan reciprocal (timbal balik) dari total
ekuivalen AAS – yaitu, 1+ 1, 456234, sumber : IMF treasurer’s department.

SDR Sebagai Aset Cadangan Sentral. Tujuan utama yang menjadi visi adalah untuk
menggantikan mata uang dan emas sebagai aset cadangan sentral sebuah negara. Hal itu
belum terjadi. Setelah alokasi pertama 9 miliar SDR kepada para anggota pada tahun
1972. yang merupakan 6. 1 persen dari cadangan cadangan sentral, sementara devisa
merupakan 65.3 persen dan emas 24.5 persen dengan niai $35 per ons. Alokasi SDR
yang kedua pada tahun 1979 berjumlah 13 miliar, tapi cadangan total meningkat lebih
cepat sehingga pada tahun 1973, SDR hanya merupakan 3,4 persen dari cadangan-
cadangan sentral.
Berbagai mata uang telah meningkat menjadi 78,7 persen dan emasjatuh menjadi 8,2
parsen. tetapi itu berada pada dasar penilaian emas $35 per ons Di pasar pasar emas.
harga emas telah melonjak lebih dari $800 tahun 1980, dan emas diperdagangkan antara
$300 dan $465 per ons sejak seat itu sampai tahun 1998.
Alokasi SDR terakhir kepada 141 negara anggota IMF pada waktu itu dilaksanakan
tanggal l januari 1981, berjumlah SDR 4,1 Miliar. Pada akhir tahun 1997, IMF telah
menjalankan sejumlah SDR 21,4 miliar dalam enam alokasi.
tetapi negara-negara anggota memegang SDRyang berjumlah hanya 2.3persen dari
cadangan total non emas total mareka. Pada sebuah ''Seminar tentang Masa Depan SDR.
pada tahun 1996, Stanley Fischer, deputi managing director IMF yang pertama,
mengakui bahwa SDR tampaknya tidak akan menjadi aset cadangan utama dari sistem
moneter international. la juga meragukan bahwa SDR akan bergerak menjadi mata uang
dunia yang full-fledged (dapat terbang penuh).Namun seminar itu memutuskan agar
SDR hendaknya tidak ditinggalkan karena ia memiliki kemampuan untuk bertindak
''safety net'' (jaring pengaman ) seandainya sistem moneter international mengalami
kesulitan yang serius Kurangnya antusiasme: demikian terhadap SDR sebagai aset
cadangan Sentral mungkin memiliki beberapa penjelasan. '' Dolar dan mata uang keras
lainnya lebih fleksibel dan lebih banyak penggunaanya,biasanya memberikan laba
bunga yang lebih tinggi dan secara resmi dapat di kredit dan di debet oleh siapa saja –
yang merupakan kebalikan dari jumlah yang terbatas dengan akses resmi terhadap SDR.

E. Pembahasan Mengenai EURO

Euro (€) adalah mata uang yang dipakai di 19 negara anggota Uni Eropa. Secara
giral, mata uang ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara fisik baru
dipakai pada tanggal 1 Januari 2002. Uang kertas Euro di mana-mana rupa dan gambarnya
sama, tetapi sisi belakang uang logamnya berbeda-beda di setiap negara. Uang logam
setiap negara diberi lambang identitas masing-masing negara anggota UE yang berada di
Zona Euro (Eurozone).

Mata uang Euro paling banyak diperdagangkan di level dunia. Selain itu, Euro juga
dikatakan sebagai mata uang cadangan dunia terbesar kedua setelah dolar.

Negara-negara yang menggunakan mata uang Euro

Ada 19 negara anggota Uni Eropa yang menggunakan Euro sebagai mata uang. Wilayah
pengguna mata uang ini disebut sebagai Zona Euro. Sebelas negara pertama mulai
menggunakan sejak awal 1999. Yunani menjadi pengguna ke-12 sejak awal 2001. Mulai
tanggal 1 Januari 2007 Slovenia turut bergabung. Siprus dan Malta menggunakan sejak 1
Januari 2008. Slowakia, yang bergabung mulai 1 Januari 2009 dan Estonia pada 1 januari
2011. Yang terakhir adalah Latvia pada 1 Januari 2014. Yang terakhir adalah Lituania
pada 1 Januari 2015. Berikut adalah negara-negara pengguna mata uang ini:

 Negara anggota Uni Eropa

1. Jerman (sejak 1 Januari 2002, menggantikan Mark Jerman)

2.  Irlandia (sejak 1 Januari 1999, menggantikan Pound Irlandia)

3.  Belanda (sejak 1 Januari 2002, menggantikan Gulden Belanda)

4.  Prancis (sejak 1 Januari 2002, menggantikan Franc Prancis)

5.  Luksemburg (sejak 1 Januari 1999, menggantikan Franc Luksemburg)

6.  Austria (sejak 1 Januari 2002, menggantikan Schilling Austria)

7.  Finlandia (sejak 1 Januari 1999, menggantikan Markka)

8.  Belgia (sejak 1 Januari 2002, menggantikan Franc Belgia)

9.  Italia (sejak 1 Januari 1999, menggantikan Lira Italia)

10.  Portugal (sejak 1 Januari 1999, menggantikan Escudo)

11.  Spanyol (sejak 1 Januari 1999, menggantikan Peseta Spanyol)

12.  Yunani (sejak 1 Januari 2001, menggantikan Drachma)

13.  Slovenia (sejak 1 Januari 2007, menggantikan Tolar Slovenia)


14.  Siprus (sejak 1 Januari 2008, menggantikan Pound Siprus)

15.  Malta (sejak 1 Januari 2008, menggantikan Lira Malta)

16.  Slowakia (sejak 1 Januari 2009, menggantikan Koruna)

17.  Estonia (sejak 1 Januari 2011, menggantikan Kroon)

18.  Latvia (sejak 1 Januari 2014, menggantikan Lats)

19.  Lituania (sejak 1 Januari 2015, menggantikan Litas)

 Beberapa negara kecil di Eropa:

1.  Andorra

2.   Monako

3.   San Marino

4.  Vatikan

 Beberapa daerah yang juga diperbolehkan memakai Euro sebagai mata uang:

1.  Montenegro

2.  Kosovo

3.  Guyana Prancis (bahasa Prancis: Guyane) di Amerika selatan

4. Guadeloupe di kepulauan Karibia, salah satu Departemen seberang laut Prancis

5.  Martinik di kepulauan Karibia, salah satu Departemen seberang laut Prancis

6.  Mayotte di Samudra Hindia, sejak 31 maret 2011, salah satu Departemen


seberang laut Prancis

7. Réunion di Samudra Hindia, salah satu Departemen seberang laut Prancis

Anda mungkin juga menyukai