Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

EKONOMI MONETER INTERNASIONAL


Artikel
Judul :

“Sejarah Sistem Standar Emas dan Bretton Woods serta Keruntuhannya”

Disusun Oleh : 1. Somadi (084030003)

2. Rizki Sani A. (084030022)

3. Idang Sobirin(084030008)

4. Andriana H. (084030006)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

Jl. Taman Sari No. 6-8 Bandung

2010

SISTEM STANDAR EMAS


S istem standar emas muncul pada tahun 1870, dimana
pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan
emas. Karena perkembangan industri dan perdagangan
dunia yang berkembang pada abad 19 serta diperkuat
dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan
Afrika, maka sistem standar emas dipakai oleh banyak
negara hingga Perang Dunia I. Dengan dibentuknya sistem
keuangan berstandar emas pada 1870 menandai salah satu
kejadian penting dalam sejarah pasar mata uang. Sebelum
standar emas diberlakukan, negara-negara di dunia menggunakan emas dan perak sebagai alat
pembayaran internasional. Masalah utama dalam penggunaan emas dan perak ini adalah
nilainya yang dipengaruhi oleh external supply and demand. Sebagai contoh, penemuan
tambang emas baru akan menarik harga emas turun. Akan tetapi, pembentukan standar emas
terlebih dahulu dibentuk di inggris.

Pada sekitar tahun 1790an Inggris mengalami sebuah kerugian besar-besaran karena
kekurangan uang logam perak dan dihentikannya percetakan uang logam emas yang lebih
besar. Lalu dikeluarkanlah "token" uang logam perak dan memukul telak uang logam asing.
Dengan berakhirnya Perang Napoleonic, Inggris mulai melakukan program besar-besaran
dalam mengembalikan uang logam yang menciptakan kekuasaan tertinggi standar emas dan
mensirkulasikan mahkota, setengah mahkota, dan secepatnya juga mengeluarkan uang logam
¼  sen pada tahun 1821. Pada tahun 1833, uang kertas dari Bank of England notes dibuat
menjadi alat pembayaran yang sah, dan penebusan dari bank-bank lain sangat mengecilkan
hati. Pada tahun 1844 didirikanlah  Bank Charter Act yang uang kertas keluaran Bank of
England, berlapis penuh emas, yang merupakan standar yang sah. Sehubungan dengan
interpretasi yang keras pada standar mata uang emas, tahun 1844 ini ditandai sebagai
berdirinya standar penuh mata uang emas untuk uang Inggris.

Sebenarnya, pemikiran dasar di balik standar emas yaitu


adanya intervensi dari pemerintah pada setiap negara untuk
menjamin pertukaran mata uang dapat dilakukan dengan emas.
Dengan kata lain, mata uang akan didukung oleh emas (backed
by gold). Akibatnya, pemerintah membutuhkan cadangan
emas yang cukup untuk memenuhi permintaan pertukaran
mata uang.

Ketika Jerman menjadi sebuah negara bersatu mengikuti


perang Franco-Prussian (19 Juli 1870 – 10 Mei 1871), hal itu
menjadi tonggak berdirinya dan mempertegas nilainya emas. Kebanyakan negara lain
mengikutinya dengan cepat. Emas menjadi dapat diangkut, digunakan secara universal dan
merupakan unit penilaian yang stabil. Ekonomi dunia yang dominan saat itu berada di Inggris
, yang telah memiliki ikatan yang sudah berdiri lama pada standar emas. Sehingga di akhir
abad 19, seluruh negara telah menentukan nilai mata uang dalam ons emas. Perbedaan nilai
ons emas antara dua mata uang menjadi nilai tukar (exchange rate) bagi dua mata uang
tersebut, sehingga hal itu dijadikan sebagai alat standardisasi pertama mata uang.

Standar emas mulai runtuh di awal Perang Dunia I. Sehubungan dengan ketegangan politik
yang terjadi di Jerman, maka negara-negara di Eropa membuat proyek-proyek militer
raksasa. Akan tetapi, dengan adanya pembangunan proyek-proyek tersebut mengakibatkan
beban finansial sangat besar. Sehingga, pada saat itu negara-negara di eropa tidak mempunyai
cukup emas untuk menutupi beban financial itu.

Meskipun standar emas sempat kembali setelah PD I, banyak negara akhirnya


mengabaikannya lagi saat pecah Perang Dunia II. Sebelum PD II berakhir, negara-negara
sekutu melihat adanya kebutuhan untuk memperbaiki sistem keuangan yang porak-poranda
akibat dicampakkannya sistem standar emas. Pada Juli 1944, lebih
dari 700 perwakilan dari negara sekutu berkumpul di Bretton
Woods, New Hampshire. Pertemuan tersebut menghasilkan apa
yang sekarang disebut dengan Sistem Bretton Woods. Bretton
Wood membentuk sistem seperti berikut:

- Metode nilai tukar tetap (Fixed Exchange Rate)

- USD menggantikan standar emas dan menjadi mata uang


cadangan utama.

- Pembentukan 3 badan internasional untuk aktivitas ekonomi internasional.

IMF (International Monetery Fund), International Bank for Reconstruction and


Development, dan General Aggrement on Tariffs and Trade (GATT).

Salah satu fungsi utama Bretton Woods adalah USD menggantikan emas sebagai standar
utama pertukaran mata uang dunia. Lebih jauh lagi, USD menjadi satu-satunya mata uang
yang didukung oleh emas. Bretton Woods System juga mengijinkan negara bertindak sesuai
dengan kebijakan moneter yang diinginkan dalam rangka menciptakan perekonomian yang
lebih stabil dan kondusif. Sehingga Pemerintah menjadi lebih confident dalam merencanakan
dan melakukan program kerja, bahkan melanjutkan guna mendorong laju perekonomian.
Kebijakan politik ini mencakup menaikkan dan menurunkan suku bunga, menekan
pengangguran, dan perekonomian yang relatif stabil. Akan tetapi di sisi lain sangat berisiko
mengundang inflasi sekaligus menurunkan kuota investasi jangka panjang dan cenderung
menerbitkan investasi yang bersifat jangka pendek yang rentan menciptakan ketidakstabilan
ekonomi antarnegara. Sebagaimana dicontohkan oleh Perancis dan Italia yang melakukan
kebijakan untuk menurunkan suku bunga 1-2 % sehingga mampu menekan tingkat
pengangguran serendah mungkin, terbukti menjaga kestabilan ekonomi tetapi mengakibatkan
inflasi lebih tinggi 1-2% dari Jerman yang saat itu menaikkan suku bunga dengan level yang
sama (Frieden, 2006: 291).

Bretton Wood juga mendorong nilai tukar tetap stabil dan pasar nilai tukar tetap terbuka
untuk memicu perdaganan dan investasi jangka panjang, tetapi sistem moneter Bretton Wood
mengharuskan batasan aliran keuangan untuk memperbolehkan pemerintah mengikuti
kebijakan yang mereka pilih. Sistem Bretton Wood terbukti menjaga kestabilan dan
kemajuan pesat ekonomi internasional dan mendukung pemerintahan secara nasional untuk
mengembangkan kebijakan ekonomi makro selaras dengan kondisi domestik (Frieden, 2006:
292). Berbeda dengan Gold Standard yang cenderung membatasi peran pemerintah untuk
mengikuti kebijakan yang dipilih demi menjaga kestabilan dan siklus jumlah mata uang yang
beredar di pasar. Ketika uang banyak beredar di masyarakat, pemerintah tidak bisa mengatur
kestabilan harga dan ekonomi melalui kebijakan devaluasi maupun revaluasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi ekonomi domestik. Untuk pertama kalinya Bretton Wood
mengijinkan setiap pemerintahan nasional untuk mengikuti kebijakan yang dipilih sesuai
dengan kondisi ekonomi nasional masing-masing.

Awal tahun 1970-an, cadangan emas US sudah sangat


menipis sehingga tidak bisa lagi menutupi seluruh dollar yg
disimpan di bank-bank asing. Akhirnya, pada tanggal 15
Agustus 1971, US mengumumnkan kepada dunia bahwa tidak
akan ada lagi pertukaran emas untuk dollar. Hal ini menjadi
tanda berakhirnya Bretton Woods. Meskipun Bretton Woods
tidak berlaku lagi, warisannya masih berlangsung hingga
sekarang dalam dunia ekonomi internasional. Warisan ini
masih ada dalam bentuk 3 organisasi yg dibentuk thn 1940an:
IMF, the International Bank of Reconstruction and Development (sekarang menjadi bagian
dalam Bank Dunia), dan GTT, pendahulunya World Trade Organization.

Setelah Bretton Woods runtuh, dunia akhirnya menerima


penggunaaan nilai tukar mengambang (floating rate) melalui
Jamaica Agreement tahun 1976. Ini artinya penggunaan standar
emas akan dihilangkan permanen. Tapi, ini bukan berarti bahwa
para pemerintahan mengadopsi secara murni sistem flating yang
bebas. Kebanyakan pemerintah menerapkan salah satu dari tiga
sistem tukar berikut:

1. Dollarization
Dollarization diterapkan apabila negara yg bersangkutan tidak bermasalah untuk
menggantikan mata uangnya dengan mata uang negara lain. Dollarization biasanya
membuat sebuah negara terlihat lebih stabil untuk tempat investasi, tp sisi lainnya adalah
bank sentral negara yg bersangkutan tidak bisa lagi mencetak uang dan membuat
kebijakan keuangan. Contoh dollarization adalah penggunaan USD di El Savador.
2. Pegged rate
Pegged rate terjadi saat sebuah negara secara langsung menetapkan nilai tukarnya
terhadap mata uang asing sehingga negara itu punya stabilitas yg lebih daripada kalau
pakai normal float. Sebagai contoh, Cina menetapkan nilai Yuan thd USD adalah 8.28
yuan per dollar antara 1997 dan juli 2005. Kerugiannya adalah nilai mata uang
bergantung pada kondisi eknomi mata uang yg di-pegged. Contoh: Kalo USD menguat
terhadap smua mata uang lain, yuan juga akan menguat, yang mana mungkin tidak
diinginkan oleh bank sentral Cina.
3. Managed floating rate
Nilai tukar mata uang diperbolehkan berubah sesuai tekanan jual dan beli. Akan tetapi,
bank sentral boleh mengintervensi untuk menstabilkan fluktuasi nilai tukar yg ekstrim.
Contoh, Jika mata uang sebuah negara turun melampaui level yg “dapat diterima”
pemerintah dapat menaikkan suku bunga. Menaikkan bunga dapat membantu menaikkan
mata uang. Tapi ini cuma contoh yg sgt sederhana. Biasanya bank sentral punya sejumlah
cara untuk mengatur mata uang.

DAFTAR PUSTAKA

1. ___, Standar emas (gold standard) : sejarah dan dampaknya terhadap perekonomian.
Tersedia dalam www. jurnalskripsi.com
2. ___, Sejarah Forex. Tersedia dalam www.forexindo.com
3. ___, Standar Emas menuju Sistem Bretton Wood. Tersedia dalam www. koranus.com
4. ___, Ekonomi Internasional. Tersedia dalam www.SHVOONG.com

Anda mungkin juga menyukai