Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Sejarah membuktikan bahwa penggunaan emas sebagai sarana pembayaran telah


dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Alasan utama adalah karena emas bertahan lama,
mudah disimpan, muda dibawa, mudah untuk dikenali, dapat dipecah dengan mudah, muda
distandardisasikan, dan tidak mudah untuk dimanipulasikan jumlah persediaannya karena mahal
biaya produksi. Lebih penting lagi karena emas merupakan komoditas yang dapat menjamin
kestabilan harga. Karena alasan inilah hingga kini masi banyak Negara-negara yang menggunakan
emas sebagai penentu standar nilai tukarnya.

 System Standar Emas


Tidak semua mata uang ditambahkan/dikaitkan dengan mata uang lainnya, atau
sekolomok mata uang sekalipun dalam system nilai tukar bebas mengambang. Emas telah
lama digunakan sebagai alat pembayaran. Greeks dan Romans menggunakan emas sebagai
alat pembayaran hingga abad Sembilan belas. Meningkatkan perdagangan sejak akhir abad
Sembilan belas memerlukan system pembayaran yang lebih formal. Konsep awal tentang
mata uang adalah mengenai konvertibilatas atas dasar full bodies coins yang berarti bahwa
nilai mata uang sama dengan nilai bahan pembuatannya. Hal ini diartikan bahwa nilai
intrinsic yaitu nilai bahan pembuatannya sama dengan nilai nominalnya yaitu nilai yang
tertera dalam mata uang tersebut. Karena waktu itu mata uang yang dikenal dibuat dari
emas, maka nilai bahan pembuatannya diukur dari nilai emas itu sendiri. System itu
kemudian disebut dengan gold specie standard yang berarti nilai intrinsik sama dengan
nilai logam pembuat emasnya.
Aturan dalam penggunaan standar emas sangat sederhana dan jelas, setiap Negara
berusaha menentukan nilai tukar mata uang mereka setara dengan emas yang dapat
dipertukarkan. Pemerintah menentukan harga emas didalam negeri dalam mata uangnya
dan bersedia untuk membeli harga yang telah ditentukan. Inilah yang kemudian dikenal
dengan konvertibiltas dua arah antara mata uang dosmetik dengan emas. Karena semakin
banyak Negara yang menganut konvertibilitas dua arah, maka nilai dua mata uang yang
berbeda ditentukan oleh perbandingan berat emas diantara dua mata uang tersebut.
Sebagai ilustrasi Amerika Serikat mengumumkan bahwa dolar dapat dikonversikan
menjadi emas dengan nilai tukar US$20,67/ounce emas. Sementara itu inggris menentukan
nilai mata uangnya setara dengan $4,247/ounce emas. Selama kedua mata uang tersebut
dapat ditukar dengan emas, maka nilai tukar dolar dan poundsterling adalah
($20.67/$4.247) = $4,866/$. Jadi paritas daya beli antara dolar AS dengan poundsterling
adalah $4.866/$ dan tetap dipertahankan hingga tahun 1914. Karena dua Negara yang
menggunakan standar emas setuju untuk membeli dan menjual emas dari siapapun dengan
harga yang tetap maka nilai mata uang kedua Negara juga tidak mengalami perubahan.
Dalam system ini syarat utamanya adalah bahwa kedua Negara harus mempertahankan
cadangan emas untuk menompang nilai mata uangnya akan mengalami penurunan
terhadap emas begitu juga terhadap mata uang Negara lainnya. System ini juga membatasi
kemampuan suatu Negara untuk memperluas penawaran mata uangnya karena harus
diimbangi dengan cadangan emas yang setara. Dengan demikian pertumbuhan penawaran
uang dapat dikendalikan dengan lebih mudah.

 System Bretton Woods


Kesadaran untuk menyelamatkan system ekonomi dunia dari krisis yang lebih
hebat, pada bulan juli 1944 diadakan konferensi moneter internasional di Bretton Woods,
New Hampshire. Konferensi ini diikuti oleh 44 negara dan berhasil menciptakan dua
lembaga yaitu Dana Moneter Internasional atau Internasional Monetary Fundi ( IMF ) dan
bank dunia yang bertugas melaksanakan system moneter yang baru dikenal dengan system
Bretton woods. Dalam system Bretton Woods yang telah diterapkan sejak 1946, setiap
Negara menetapkan nilai mata uangnya dalam satuan setara dengan emas tetapi tidak ada
keharusan untuk ditukarkan dengan emas. Hanya dolar Amerikat Serikat saja yang dapat
dikonversikan menjadi emas dengan nilai tukar US$35/ounce emas. Dengan demikian
setiap Negara menentukan mata uangnya terhadap emas, untuk demikian dapat ditentukan
nlai tukar mata uang. Sebagai contoh jika Deutsche mark ditentukan DM140/ounce emas,
maka nilai tukar Deutsche mark terhadap dolar AS adalah ( US$35/ DM140) = $0.25/DM.
Negara anggota sepakat untuk mempertahankan nilai tukar yang boleh berfluktuasi dengan
batas satu persen dari nilai parinya.
Dibawa system nilai tukar tetap ini bank sentral harus mempertahankan dengan
cara melakukan intervensi secara aktif. Bank sentral akan melakukan pembelian atau
penjualan dolar tergantung dari posisi mata uang negaranya. Devaluasi hanya diijinkan
maksimum sebesar 10% dan apabila suatu Negara akan melakukan devaluasi lebih besar
lagi maka harus mendapat persetujuan dari IMF, IMF selalu siap untuk memberikan
bantuan/ cadangan devisa kepada Negara anggotanya. Setiap kebutuhan dolar akan
dilayani oleh IMF dan kemudian ditukar emas kepada US Treasury dengan nilai tetap
sebesar US$35/ ounce emas. System ini memberikan jaminan kepastian stabilitas nilai
tukar sehingga perdagangan internasional berkembang dengan pesat begitu pula dengan
kegiatan investasi. Tetapi syarat utama yang harus dipatuhi adalah bahwa Negara anggota
IMF harus mempertahankan kebijakan ekonomi yang sehat, tidak membiarkan inflansi
terlalu tinggi dari pada Negara lain sebagai mitra dagangnya, maka akan mengalami
deficit neraca perdagangan karena barang dan jasa Negara yang inflansinya tinggi menjadi
mahal, kurang kompetitif dan impor bahlan meningkat, deficit neraca perdagangan
mengakibatkan mengalirnya mata uang Negara tersebut dipasar valas untuk menutupi
defisitnya atau impor, ini akan memaksa otoritas moneter untuk melakukan intervensi.
Bank sentral berkewajiban utuk menyerap penawaran mata uangnya dengan menjual
cadangan dolar berarti menurunya penawaran uang dosmetik. Jika kondisi ini berlangsung
terus maka lama kelamaan cadangan akan habis.

 Pasca Sistem Bretton Woods


Ada usaha untuk mempertahnkan system Bretton Woods melalui Smithseian
Agreement pertemuan multilateral di Washington DC tanggal 17-18 desember 1971
dimana Amerika Serikat mendevaluasi dolarnya sebesar 8,57% dari US$35/ounce menjadi
US$38/ounce emas. Fluktuasi dolar ditingkatkan menjadi 2,25% tetapi dolar tetap tidak
convertible dengan emas, kemudian beberapa uang mengalami revaluasi seperrti dolar
kanada 7,4% dan yen jepang 16,9%. Kesepakatan inipun tidak bertahan lama karena pada
bulan maret 1973 beberapa Negara meninggalkan sistim lama. Poundsterling diijinkan
berfluktuasi tahun 1972, dan swiss franc tahun1973. Devaluasi kedua dolar Amerika
Serikat terjadi pada tanggal 12 februari 1973 sebesar 10%, dolar menjadi US$42,22/ounce
emas, sejak saat itu sebenarnya system nilai tukar tetap tidak lagi efektif, pasar valuta
asing didominas oleh deutsche mark, japanes yen.
Pada bulan oktober 1973 pasar dikejutkan lagi dengan naiknya harga minyak yang
dilakukan oleh organisasi pengeksport minyak dikenal sebagai Organisation of Petroleum
Exporting Countries ( OPEC ). Menjelang tahun 1974 harga minyak melambung hamper
empat kali lipat bahkan pernah mencapai hamper US$40 barrel. Negara-negara barat
sangat terpukul karena biaya bagi industry meningkat, berarti harga prouk yang dihasilkan
meningkat dan inflansi meningkat pula. Terjadilah misalokasi dan dan sumbernya,
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Beberapa Negara mengalami deficit
terutama yang mencoba melakukan intervensi di pasar sedangkan dibeberapa Negara lain
mengalami surplus yang membiarkan harga sesuai dengan pergerakan pasar. Selama
periode 1977-1978 nilai dolar mengalami tekanan yang sangat besar, neraca pembayaran
mengalami deficit yang sangat besar karena presiden Carter sangat ekspansif dalam
kebijakan moneter dengan lebih menstabilkan penawaran uang disbanding dengan
kebijakan lainnya. Kebijakan itu berhasil menekan inflansi dimulai saat presiden Reagan
disertai dengan perbaikan ekonomi antara tahun 1981-1984.

Anda mungkin juga menyukai