Anda di halaman 1dari 18

1

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian
Indonesia
Sistem Moneter Indonesia

Abstrak Kompetensi

Kebijakan moneter Setelah mempelajari modul 14 ini mahasiswa


mampu memahami tentang system moneter
di Indonesia

Pendahuluan
Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua
Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara
dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan
bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional
yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi,
serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter
internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Untuk itu dalam
penulisan makalah ini penulis akan membahas terkait dengan pengertian sistem moneter
internasional, sejarah terbentuknya system moneter internasional, fenomena aktual yamg
terkait moneter, serta Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di
asean

Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter
internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain
diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter
internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin merubah
sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi rencana anggota Negara-negara
asean untuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata uang bersama yang hanya
berlaku tunggal di kawasan asean. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat
tema sistem moneter internasional.

Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu


negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai
sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat
kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana
suatu mata uang diitukarkan dengan mata uang lain.(Shapiro, 1992). Sistem keuangan
internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan
transpormasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan
ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing masa.

Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan


pembayaran antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan
fiskal dan moneter, dalam skala internasional akan sedikit lebih rumit. Pembayaran yang
tidak seimbang antar negara dapat diselesaikan melalui financing, perubahan kebijakan
domestik untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk
melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar mata

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter
internasional adalah tersedianya alat atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan
pembayaran internasional.

Sistem Moneter Internasional

Sistem Standar Emas (1876-1913)

Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris. Pemerintah
Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan industri yang terjadi
di Inggris serta perdagangan dunia yang makin berkembang pada abad 19 menambah
kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya
tambang emas di Amerika dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem
standar emas merupakan suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970
hingga perang dunia pertama.

Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang


lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai
tukar mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan
harus menjaga persediaan emas yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika
pemerintah negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs
antar dua mata uang bisa ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak banyak
berubah dalam jangka panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak
berfluktuasi dalam jangka panjang.

Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat,
nilai mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah
menjaga integritas menjag mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut
disalahgunakan. Pemerintah kadang tergoda menerbitan uang baru, karena biaya
produksi penerbitan tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar emas, nilai
mata uang didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah
uang yang beredar , karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas.

Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia
memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan
terjadi di dalam situasi semacam itu.

Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934)


negara-negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem moneter

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan kurang kepercayaan dunia
terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan emas. Ponsterling makin lama makin
lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan Inggris untuk memberi bantuan
kepada Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan standar emas dan pounsterlling
jatuh nilainya, diikuti oleh dolar Amerika.

Periode Perang Dunia (1914-1994)

Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua perang dunia
secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan internasional.
Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika
Serikat, yang kembali ke standar emas dalam tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu
usaha dilakukan untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi runtuh tahun 1991
pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul dengan periode persaingan Devaluasi,
ketika negara-negara mencoba untuk mengekspor pengangguran mereka (kebijakan
mengemis tetangga mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas,
dengan akibat volume perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya.
Kecenderungan devlasioner dapat diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara
dipersenjatai kembali untuk perang dunia

Periode Kurs Tetap

Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua
negara menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui emas, tetapi tidak diharuskan
memenuhi konverbilitas mata uang mereka dalam emas. Negara anggota diminta
menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dan bersedia menjaga kurs tersebut.
IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.

Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan.
Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberpa minggu dalam bulan Maret 1973.
Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs
yang ditentukan oleh kekuatan pasar.

Post Bretton Woods

Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang
dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi
tersebut bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter. Dua tahun

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
setelah konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem
tersebut. .

PERAN BANK INDONESIA DAN STABILITAS KEUANGAN

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga
stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan
stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan
moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula
sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan
moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter,
sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter
tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara
fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi
sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem


keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan
instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut
untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini
mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai
aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat,
akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu
kebijakan yang disebut inflation targeting framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan
seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di
negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan
keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan
tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan.
Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan
serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada
menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas
sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement)
dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong
kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor
perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan
Indonesia dan rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta
dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius
dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat
menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan
gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan
pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin
meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time
atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih
meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam
sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk
mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor
keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada
stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan
instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan.
Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas
terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam
sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna
menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup
penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan
kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya
krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada
bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan
untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia
harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik
dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

KERANGKA STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Dalam kapasitasnya menjaga stabilitas sistem keuangan, tidak seluruh cakupan dalam
sistem keuangan berada dalam wewenang Bank Indonesia. Di sisi lain, sebagai sebuah
sistem, stabilitas keuangan harus dilakukan secara utuh. Oleh karena itu, dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan secara menyeluruh diperlukan kerangka kerjasama dengan
lembaga terkait yaitu pemerintah dan otoritas jasa keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari duplikasi dan gesekan kepentingan dari masing-masing lembaga terkait.
Gambaran umum kerangka stabilitas sistem keuangan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Misi dan Tujuan

Penetapan misi dan tujuan dimaksudkan untuk memberikan landasan yang jelas bagi
lembaga yang memonitor stabilitas sistem keuangan. Di banyak negara, misi untuk
menjaga stabilitas keuangan dilakukan oleh bank sentral (misal: Inggris, Australia, Korea
dan Malaysia). Di Indonesia sendiri, tugas ini sudah termasuk dalam tugas pokok Bank
Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara stabilitas Rupiah melalui stabilitas moneter
dan didukung oleh stabilitas keuangan. Jadi dalam prakteknya, fungsi untuk menjaga
stabilitas moneter tidak dapat terlepas dari fungsi menjaga stabilitas sistem keuangan.

Strategi

Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan strategi monitoring stabilitas sistem
keuangan dan solusi bila terjadi krisis. Strategi tersebut mencakup koordinasi dan
kerjasama, pemantauan, pencegahan krisis dan manajemen krisis.

1. Koordinasi dan kerjasama

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, selain dilakukan oleh Bank
Indonesia juga oleh instansi terkait lainnya. Jadi berbagai instrumen dalam stabilitas
sistem keuangan, tidak hanya ditentukan oleh bank sentral, tetapi juga oleh otoritas
lainnya. Untuk pengelolaan informasi dan efektivitas kebijakan dalam stabilisasi sistem
keuangan, maka perlu adanya koordinasi antara lembaga tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas yang terlibat dalam
stabilitas sistem keuangan, dapat terhindar dari pertentangan dan dampak negatif.
Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa koordinasi sulit terjadi apabila fungsi
pengawasan & pengaturan perbankan dipisahkan dari bank sentral. Namun jika
pemisahan terpaksa harus dilakukan, maka koordinasi dapat dilakukan melalui
pembentukan Forum Stabilitas Sistem Keuangan yang beranggotakan bank sentral
(Bank Indonesia), otoritas pengawas sistem keuangan, dan pemerintah yang didukung
oleh kekuatan hukum.

2. Pemantauan

Pemantauan terhadap stabilitas keuangan penting dilakukan untuk mampu mengukur


tekanan risiko yang akan timbul, khususnya gangguan yang bersifat sistemik atau
dapat menciptakan krisis. Melalui deteksi dini ini, pencegahan terjadinya instabilitas
keuangan yang mematikan perekonomian dapat dilakukan melalui kebijakan bank
sentral maupun pemerintah. Pemantauan stabilitas keuangan merupakan tugas bank
sentral yang merupakan satu kesatuan dalam menjaga stabilitas keuangan. Ada dua
indikator utama yang menjadi target pemantauan, yakni indikator microprudential dan
indikator makroekonomi. Kedua indikator tersebut saling melengkapi sebagai aksi dan
reaksi dalam sistem keuangan dan ekonomi. Pemantauan indikator microprudential
dilakukan terhadap kondisi mikro institusi keuangan dalam sistem keuangan. Melalui
pemantauan ini dapat diketahui potensi risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit dan
rentabilitas institusi keuangan, yang dimaksudkan untuk mengukur ketahanan sistem
keuangan. Pemantauan indikator makroekonomi juga perlu dilakukan terhadap kondisi
makroekonomi domestik maupun internasional yang berdampak signifikan terhadap
stabilitas keuangan. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, selanjutnya dilakukan
analisis guna memprediksi kondisi stabilitas sistem keuangan.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Indikator Pengukuran Stabilitas Sistem Keuangan

Indikator microprudential (Agregat) Indikator makroekonomi

Kecukupan modal Pertumbuhan ekonomi

§ Rasio modal agregat § Tingkat pertumbuhan agregat

Kualitas Aset § Sektor ekonomi yang jatuh

- Bagi Kreditur BOP

§ Konsentrasi kredit secara sektoral § Defisit neraca berjalan

§ Pinjaman dalam mata uang asing § Kecukupan cadangan devisa

§ Pinjaman terhadap pihak terkait, kredit macet § Pinjaman luar negeri (termasuk
(NPL) dan pencadangannya struktur jangka waktu)

- Bagi Debitur § Term of trade

§ Komposisi dan jangka waktu


§ DER (rasio hutang thd modal), laba perusahaan
aliran modal

Manajemen Sistem Keuangan yang Sehat Inflasi

§ Pertumbuhan jumlah lembaga keuangan, dan


§ Volatilitas inflasi
lain-lain

Pendapatan dan Keuntungan Suku Bunga dan Nilai Tukar

§ ROA, ROE, dan rasio beban terhadap § Volatilitas suku bunga dan nilai
pendapatan tukar

Likuiditas § Tingkat suku bunga domestik

§ Kredit bank sentral kpd Lemb.Keu, LDR, struktur § Stabilitas nilai tukar yang
jangka waktu aset dan kewajiban berkelanjutan

Sensitivitas terhadap risiko pasar § Jaminan nilai tukar

§ Risiko nilai tukar, suku bunga dan harga saham Efek menular

Sistem Penetapan Kurs

Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok:

A. Free Float (Mengambang Bebas)

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas
tergantung kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi,
pertumbuhan ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs
mata uang negara yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau
penghargaan terhadap variable tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah.
Sistem mengambang bebas juga disebut sebagai clean float.

B. Float yang dikelola(Managed Float)

Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs


cukup tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float,
dilakukan melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.

Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar
batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi:

a) Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan
menjaga stabilasisasi kurs agar perubahan atau pergerakan kurs tetap teratur.
b) Menunda kurs (leaning against the wind). Melalui cara ini bank sentral melakukan
intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek
yang cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
c) Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging). Melalui cara ini Bank Sentral
melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.

Perjanjian zona target tertentu

Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata
uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau
batas bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.

Dikaitkan dengan mata uang lain

Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya
terhadap mata uang lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata
uang negara tetangga.

Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain

Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang


lainnya. Basket, kelompok, atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
uang partner dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
portofolio yang mereka buat sendiri.

Dikaitkan dengan indikator tertentu

Dua negara, Chili dan Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator
tertentu, seperti kurs riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner
dagang mereka yang penting.

Sistem kurs tetap

Di bawah sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs
secara resmi. Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif
untuk menjaga kurs yang telah ditetapkan tersebut.

Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi
negara tersebut, devaluasi atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain
devaluasi adalah :

 pinjaman asing
 pengetatan
 pengendalian harga dan upah
 pembatasan aliran modal keluar

Cara Melakukan Transaksi Internasional

Adapun cara untuk melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat


peminjaman internasional antara lain sebagai berikut:

a. Pembayaran dengan surat wesel dagang (Commercial Bill of Exchange atau


Commercial draft atau Trade Bill)
Surat wesel dagang adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara eksportir menarik
surat wesel atas importir sejumlah harga barang-barang beserta biaya-biaya
pengirimannya.
Dalam surat wesel tersebut harus dilampiri dokumen-dokumen berupa:

 faktur (invoice),
 konosemen atau surat muatan (bill of lading),
 daftar isi barang (packing list),
 surat keterangan asal barang (certificate of origin),

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 surat keterangan pabean,
 surat asuransi (insurence).

Cara pembayaran semacam ini sekarang masih banyak digunakan dalam lalu lintas
pembayaran internasional. Dengan surat wesel, apabila eksportir membutuhkan uang
sebelum jatuh tempo, maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain, yang kelak akan
menukarkannya kepada importir setelah wesel itu jatuh tempo.

b. Kompensasi pribadi
kompensasi pribadi adalah adalahcara pembayaran dengan mengalihkan penyelesaian
utang piutang pada seorang penduduk dalam satu negara tempat penduduk tersebut
tinggal.
Cara pembayaran ini digunakan di Indonesia sekitar tahun 1960-an, namun sekarang
sudah tidak banyak lagi digunakan dalam perdagangan internasional.

c. Pembayaran tunai
Pembayaran tunai atau pembayaran di muka adalah pembayaran yang dilakukan
dengan menggunakan uang tunai atau cek, yang dilakukan bersama-sama dengan
surat pesanan atau menunggu diterimanya kabar bahwa barang yang telah dipesan
dikapalkan oleh eksportir. Cara pembayaran ini mempunyai risiko yang besar.
d. Pembayaran dengan letter of kredit
Letter of credit atau commercial letter of credit adalah surat yang dikeluarkan oleh bank
atas permintaan pembelian sejumlah barang di mana bank sendiri yang mengakseptir
(menyetujui) dan membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Transaksi yang menggunakan fasilitas L/C terdiri atas:

 L/C biasa, artinya L/C dimana seorang importir bisa langsung membayar sesuai
dengan harga barang melalui bank yang ditunjuk
 Merchant L/C, artinya L/C dimana seorang importir dapat memasukkan barang
terlebih dahulu dengan melakukan pembayaran sebagian, sedangkan sisanya
dibayar kemudian.
 Indutrial L/C, artinya impor banang-barang industri atau barang modal secara
cepat dan tidak dipakai untuk barang konsumsi.
 Red Clause L/C, artinya L/C yang mencantumkan instruksi kepada Advising Bank
(bank yang ditunjuk) untuk melaksanakan pembayaran sebagian dari jumlah L/C
kepada eksportin sebelum mengapalkan barang-barang ekspor.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Usance L/C, artinya L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan tenggang
waktu tertentu, misalnya 1 bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah
penunjukan dokumen.

e. Pembayaran Kemudian atau Rekening Terbuka (Open Account)


Pembayaran kemudian atau rekening terbuka adalah cara membiayai transaksi
perdagangan internasional di mana eksportir mengirimkan barang kepada importir
tanpa adanya dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran. Pembayaran dilakukan
setelah barang laku dijual atau satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal
pengiriman, sesuai dengan penjanjian yang disepakati bersama. Sistem ini sangat
membantu pengimpor melakukan transaksi perdagangan, akan tetapi berisiko besar
bagi pengekspor.
f. Pembayaran dengan Konsinyasi (Consign 4311`ment)
Pembayararan secara konsinyasi dilakukan setelah barang yang dikirim sudah terjual
seluruhnya atau sebagian. Metode ini biasanya dilakukan kepada orang yang telah
dikenal dengan baik. Jadi, barang yang akan dijual merupakan barang titipan untuk
jangka waktu tertentu dan pembayaran dengan termin waktu. Untuk memperkecil
risiko penjual, sebaiknya menggunakan jasa bank dalam pengiriman dokumen
penagihan dan bonded warehouse untuk penitipan barangnya. Apabila barang sudah
terjual, pembeli membayar kepada bank sejumlah uang atas nilai barang dan sebagai
gantinya bank akan menyerahkan delivery instruction kepada bonded warehouse
untuk mengeluarkan barangnya.

Fenomena Aktual Ekonomi internasional

Fenomena yang terjadi saat ini khususnya di kawasan asean adalah


penyatuan mata uang di antara Negara asean, atau pencanangan mata uang tunggal.
Hal tersebut di lakukan kerena mengingat adanya keberhasilan kawasan ekonomi
eropa memberlakukan kebijakan mata uang bersama.Dari sisi ekonomi jika
sekelompok negara ternyata memiliki mata uang yang berkorelasi sangat erat, maka
secara implisit kelompok negara tersebut dapat menggabungkan mata uangnya.

Dengan kata lain negara tersebut dapat melepaskan kekuasaan moneternya


dan memberikan kepada suatu badan supra nasional (dalam wadah ekonomi
bersama).Salah satu contoh yang paling sukses dari proses penggabungan ini adalah
keberadaan European Monetary Union, (EMU) dan mata uang tunggal dengan
European Central Bank (ECB) sebagai bank sentralnya. Namun demikian proses

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kearah penggabungan moneter sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Treaty Of
Rome (1957) dapat dikatakan titik tolak yang meletakkan dasar atau fase yang harus
ditempuh dalam rangka pembentukan komunitas ekonomi Eopa.Salah satu studi
penting yang melakukan penelitian terhadap kesiapan prasyarat optimum current area
atau OCA di ASEAN dan perbandingan versus Uni Eropa dilakukan oleh Bayoumi dan
Mauro. Mereka berpendapat bahwa negara-negara ASEAN telah mencapai level yang
sama dengan Uni Eropa sebelum traktat Maastricth 1991 pada beberapa aspek.

Aspek tersebut adalah:

1. Perdagangan intra wilayah (yang diukur oleh share perdagangan internal


terhadap GDP).
2. Komposisi perdagangan berdasarkan type produk. Dengan berlangsungnya
transisi ekonomi, negara-negara di wilayah ini (kecuali Singapura) memiliki
tendensi sebagai Negara manufaktur.
3. Pola goncangan ekonomi. Meskipun dampak goncangan adalah lebih besar di
ASEAN tetapi kecepatan pemulihan lebih tinggi di wilayah ini. Dengan demikian
dapat dikatakan hasil bersih dari pola goncangan ekonomi semacam ini adalah
cenderung netral.

Namun demikian mereka juga menemukan beberapa faktor yang dianggap dapat
mengurangi daya tarik penyatuan moneter bagi wilayah ASEAN. Faktor-faktor ini
adalah:

a) Diversifikasi budaya dan system politik di ASEAN cenderung lebih tinggi


dibandingkan Uni Eropa
b) Diversifikasi perdagangan yang signifikan.

Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean

Heterogenitas kultur masyarakat di kawasan asean

Masyarakat asean terdiri dari berbagai etnis, ras, budaya, bahasa, serta adat
istiadat yang berbeda-beda antar berbagai Negara, bahkan dalam satu lingkup negara
pun masih terdapat heterogenitas masyarakat di dalahnya, seperti yang terjadi di
indonesia. Hal tersebut menjadi salah satu penghambat penerapan mata uang tunggal di
kawasan asean, dari hal tersebut kemngkinan akan terjadi permasalahan di dalamnya,
diantaranya konflik-konflik kerena latarbalakang yang berbeda-beda.

Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan asean

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


14 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan asean
terutama yang terdapat di Negara-negara seperti indonesia, Timor leste, dan Negara lain
yang masih tergolong Negara berkembang menjadi salah satu penghambat dari
peneapan mata uang tunggal di kawasan asean. Karna faktor pendidikan sangat
domonan dalam melakukan transformasi-transformasi di sebuah kawasan atau Negara.

Kondisi dan letak geografis kawasan asean

Kondisi serta letak geografis Negara-negara di kawasan asean yang terdiri dari
ribuan pulau yang masing-masing di pisahkan oleh laut, menjadikan arus mobilitas, baik
dari segi ekonomi maupun social agak terganggu. Karena keberhasilan arus mobolitas
sebuah kawasan faktor yang utama di dukung oleh akses lalulintas ekonomi yang baik,
serta mudah di jangkau.hal tersebut menjadi salah stu masalah dalam memberlakukan
penerapan mata uang tunggal asean.

Kondisi keamanan yang belum setabil

Konflik-konflik yang terjadi di kawasan asean baik konflik horizontal.vertikal, maupun


diagonal yang terjadi di dalam Suatu Negara atau sengketa antar Negara belum dapat di
minimalisir secara optimal oleh pemerintah masing-masing Negara di kawasan asean,

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


15 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DaftarPustaka
1. Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2021.

2. Suroso, P.C., Perekonomian Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia,


Jakarta, 2017.

3. Djojohdikusumo, Soemitro, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi


Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 2013.

4. Sjahrir, “Kemiskinan, Keadilan dan Kebersamaan”, Makalah pada Kongres


Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Ke-14, Medan, 2016.

5. Sutjipto, E. “Suatu Ikhtisar Lembar Pengajaran Wawasan Nusantara”, dalam


Bunga Rampai Wawasan Nusantara I, LEMHANAS, 2017.

6. Santoso, Budi, “Dinamika dan Pertumbuhan Ekonomi rakyat dalam Perspektif


Strategi Pembangunan”, dalam Daya Saing Perekonomian Indonesia
Menyongsong Era Pasar Bebas, Diterbitkan dalam rangka Dies Natalis
Universitas Trisakti ke-31, Media Ekonomi Publising (MEP).2017

7. Tambunan, Tulus T.H., Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, 2016.

8. Kartili, J.A., Prof. Dr., Sumber Daya Alam, untuk pembangunan nasional, Ghalia
Indonesia, Jakarta 2013.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


16 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2021 Nama Mata Kuliah dari Modul
17 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2021 Nama Mata Kuliah dari Modul
18 Dr.Zulfitri,MS,MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai