MONETER INTERNASIONAL
KELOMPOK 7
1. IRMA HUTAGALUNG (7211240006)
2. MONALISA LUMBANTOBING
(72123540001)
PENGERTIAN SISTEM MONETER
INTERNASIONAL
Sistem moneter adalah sistem yang bertujuan menjaga dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi
yang rendah dan stabil. Unsur-unsur dari hubungan moneter muncul di
dunia kuno dalam bentuk tagihan (promissory notes), tapi pertukaran
uang dikembangkan di Eropa abad pertengahan. Sistem moneter dunia
pertama dibentuk di sebuah konferensi di Paris pada tahun 1867, di
mana standar emas diadopsi. Emas diakui sebagai satu-satunya bentuk
uang dunia. Bagi setiap national currency kadar emas secara hukum
tetap, dengan kata lain paritas emas. Pada bank pertukaran mata uang
untuk emas sedang berlangsung secara bebas. Setiap negara yang
termasuk dalam sistem ini seharusnya memiliki cadangan emas untuk
menyediakan fungsi normal dari peredaran mata uang nasional.
Keterbatasan cadangan emas dunia yang telah ditentukan keniscayaan
krisis mulai selama Perang Dunia Pertama. Bank menghentikan
pertukaran uang kertas untuk emas dan meningkatkan emisi mata uang
untuk menutupi pengeluaran militer.
Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan
pembayaran antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal
ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam skala internasional akan
sedikit lebih rumit. Pembayaran yang tidak seimbanga antar negara dapat
diselesaikan melalui financing perubahan kebijakan domestik untuk
menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk
melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan
nilai tukar mata uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang
terpenting dalam sistem moneter internasional adalah tersedianya alat
atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaran
internasional
SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM
MONETER INTERNASIONAL
1. Sistem Standar Emas (1876-1913)
Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris.
Pemerintah Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas.
Perkembangan industri yang terjadi di Inggris serta perdagangan
duniayang makin berkembang pada abad 19 menambah kepercayaan
dunia terhadap emas. Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya
tambang emas di Amerika dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian
tersebut sistem standar emas merupakan suatu sistem yang dipakai
olehbanyak negara semenjak 1970 hingga perang dunia pertama.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata
uang fiat, nilai mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap
kemauan pemerintah menjaga integritas menjaga mata uang tersebut.
Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan. Pemerintah kadang
tergoda menerbitan uang baru, karena biaya produksi penerbitan
tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar emas, nilai
matauang didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya
menambah jumlah uang yang beredar , karena suplai uang dibatasi oleh
suplai emas.
Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga
selama negara-negara di dunia memakai emas sebagai
standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan
tidak akan terjadi di dalam situasi semacam itu.
Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta
depresi dunia(1931-1934) negara-negara di Eropa
dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem
moneter Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini
menimbulkan kurang kepercayaan dunia terhadap
pounsterling yang masih dikaikan dengan emas.
Ponsterling makin lama makin lemah
posisinya. Kelemahan ini ditambah
keharusan Inggris untuk memberi bantuan kepada
Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan
standaremas dan pounsterlling jatuh nilainya, diikuti
oleh dolar Amerika.
2. Periode Perang Dunia (1914-1994)
Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua
perang dunia secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan
keuangan internasional. Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang
sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika Serikat, yang kembali ke
standar emas dalam tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu usaha
dilakukan untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi runtuh
tahun 1991 pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul dengan
periode persaingan Devaluasi, ketika negara-negara
mencoba untuk mengekspor pengangguran mereka (kebijakan
mengemis tetangga mereka). Tarif ,kuota dan pengawasan nilai tukar
juga meluas, dengan akibat volume perdagangan dunia berkurang
hampir setengahnya. Kecenderungan devlasioner dapat diatasi
sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai kembali untuk perang
dunia II
3. Sistem Semenjak 1973
Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara
kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc
Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan
pernawaran. Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut
melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi
fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya apabila negara mengalami defisit
dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik. Untuk
mencegah hal ini bank Central menjual valuta asing. Demikian juga
apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank sentral membeli valuta
asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sistem kurs demikian di
sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di mana
bank Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing.
Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya
dengan dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata
uang yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang
peranan penting dalam lalu lintas pembayaran internasional.Pembayaran
luar negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh Bank
Sentral, serta catatan-catatan statistik Dana Moneter Internasional dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang Dolar.
KETERKAITAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL DENGAN SISTEM
MONETERYANG DIANUT DI INDONESIA