Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS PAMULANG

PERTEMUAN KE-2
SISTEM MONETER INTERNASIONAL

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sistem moneter internasional, anda diharapkan
mampu :
1.1. Memahami pengertian sistem moneter internasional internasional
1.2. Mengetahui sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional
1.3. Memahami mekanisme penetapan/penenetuan kurs
1.4. Memahami bagaimana cara untuk melakukan pembayaran internasional

B. URAIAN MATERI

1. PENGERTIAN SISTEM MONETER INTERNASIONAL


Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu
negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebutdisebut
sebagai sistem moneter internasional. Sistem moneter
internasional menunjukkan seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan
mekanismeyang menentukan tingkat dimana suatu mata uang diitukarkan dengan
mata uangl a i n.(Sha pi ro, 1992). Si ste m ke uanga n i nt erna si onal da ri
se ja ra hnya te la h mengalami begitu banyak perkembangan dan transformasi
dari masa ke masa.Perkembangan i ni diseba bkan oleh adan ya perubahan
ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing masa. Jika
dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran
antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal ataupunkebijakan
fiskal dan moneter, dalam skala internasional akan sedikit lebih rumit. Pe m ba ya ra n
ya n g t i da k se im ba ng a nta r ne ga ra dapat di se le sa i ka n m el al ui financing,
perubahan kebijakan domestik untuk menggeser pola perdagangan daninvestasi,
melalui kontrol devisa untuk melakukan penjatahan pasokan devisa,atau dengan

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 1


UNIVERSITAS PAMULANG

cara membiarkan nilai tukar mata uang berubah sesuai situasi dankondisi.
Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter internasional adalahtersedianya
alat atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaraninternasional.\

2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SISTEM MONETER


INTERNASIONAL

2.1 Sistem Standar Emas (1876-1913)


Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di
Inggris.Pemerintah Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas.
Perkembanganindustri yang terjadi di Inggris serta perdagangan dunia yang makin
berkembang pada abad 19 menambah kepercayaan dunia terhadap emas.
Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika
dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar emas merupakan
suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970 hingga perang dunia
pertama.

Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang


lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar
mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus
menjaga persediaan emas yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah
negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata
uang bisa ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam
jangka panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam
jangka panjang.

Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat, nilai
mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah menjaga
integritas menjaga mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan.
Pemerintah kadang tergoda menerbitan uang baru, karena biaya produksi penerbitan
tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 2


UNIVERSITAS PAMULANG

pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar ,
karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas.

Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia
memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan
terjadi di dalam situasi semacam itu.

Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934) negara-
negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem moneter
Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan kurang kepercayaan dunia
terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan emas. Ponsterling makin lama makin
lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan Inggris untuk memberi bantuan
kepada Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan standar emas dan pounsterlling
jatuh nilainya, diikuti oleh dolar Amerika.

2.2 Periode Perang Dunia (1914-1994)


Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua perang dunia
secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan internasional.
Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika
Serikat, yang kembali ke standar emas dalam tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu
usaha dilakukan untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi runtuh tahun 1991
pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul dengan periode persaingan Devaluasi,
ketika negara-negara mencoba untuk mengekspor pengangguran mereka (kebijakan
mengemis tetangga mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas,
dengan akibat volume perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya.
Kecenderungan devlasioner dapat diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai
kembali untuk perang dunia II.

2.3 Periode Kurs Tetap


Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua
negara menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui emas, tetapi tidak diharuskan
memenuhi konverbilitas mata uang mereka dalam emas. Negara anggota diminta
MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 3
UNIVERSITAS PAMULANG

menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dan bersedia menjaga kurs tersebut.
IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan.
Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberpa minggu dalam bulan Maret 1973.
Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs
yang ditentukan oleh kekuatan pasar.

2.4 Post Bretton Woods


Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang
dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara.
Konferensi tersebut bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter. Dua
tahun setelah konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi
sistem tersebut. .
Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam
lalu lintas pembayaran Internasional. Peranan dolar ini timbul setelah perang dunia II,
dusebabkan saat itu terjadi kekurangan dolar. Negara-negara Eropa yang sangat
memerlukan uang /dana untuk memulihkan keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber
adalah Amerika Serikat, sehingga dolar banyak diminta. Konsekuensinya, emas menjadi
tergeser oleh dolar. Sebab, disamping memiliki tenaga beli yang kuat di Amerika,
reserves dalam bentuk dolar akan membelikan penghasilan bunga. Dengan semakin
pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan perbandingan mata uangnya
terhadap dolar, yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan dengan emas.
DMI beranggotakan 134 negara, diantaranya 10 negara maju mempunyai posisi yang
sangat kuat di dalam mengambil keputusan. Setiap anggota memperoleh jatah/quota,
yang harus dibayar 25% dengan emas dan sisanya 75% dengan mata uangnya. Besarnya
quota menentukan hak suaranya serta jumlah pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI.
Dana pertama DMI dengan sendirinya 25% terdiri dari emas dan 75% berbagai mata
uang negara anggota. Pinjaman diberikan kepada dalam mata uang negara lain yang
harus di tukar dengan mata uang negara peminjam.

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 4


UNIVERSITAS PAMULANG

2.5. Sistem semenjak 1973


Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap
dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc Perancis, dan Swiss
berfluktuas tergantung dari permintaan dan pernawaran. Sering juga penguasa moneter
negara-negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk
mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya apabila negara mengalami defisit
dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah hal ini
bank Central menjual valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam neraca
pembayaran, bank sentral membeli valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan
kurs. Sisitem kurs demikian di sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari
“clean” floatt di mana bank Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam pasar
valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan
Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara
mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten
krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang
menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.
Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya dengan dolar
Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata uang yang mengambang.
Namun demikian Dolar masih memegang peranan penting dalam lalu lintas pembayaran
internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh
Bank Sentral, serta catatan-catatan statistik Dana Moneter Internasional dan Perserikatan
Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang Dolar.

3. SISTEM PENETAPAN KURS


Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok:
3.1 Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung
kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan
ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara
yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap variable

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 5


UNIVERSITAS PAMULANG

tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas juga disebut
sebagai clean float.

3.2 Float yang dikelola(Managed Float)


Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup
tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan
melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar
batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi:
a) Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan
menjaga stabilasisasi kurs agar perubahan atau pergerakan kurs tetap teratur.
b) Menunda kurs (leaning against the wind). Melalui cara ini bank sentral melakukan
intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang
cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
c) Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging). Melalui cara ini Bank Sentral
melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.

3.3 Perjanjian zona target tertentu


Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya
secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas
bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.

3.4 Dikaitkan dengan mata uang lain


Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya
terhadap mata uang lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata
uang negara tetangga.

3.5 Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain


Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya.
Basket, kelompok, atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang
partner dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
portofolio yang mereka buat sendiri.

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 6


UNIVERSITAS PAMULANG

3.6 Dikaitkan dengan indikator tertentu


Dua negara, Chili dan Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator
tertentu, seperti kurs riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner
dagang mereka yang penting.

3.7 Sistem kurs tetap


Di bawah sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara
resmi. Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk
menjaga kurs yang telah ditetapkan tersebut.

Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi
negara tersebut, devaluasi atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain
devaluasi adalah :
1. pinjaman asing
2. pengetatan
3. pengendalian harga dan upah
4. pembatasan aliran modal keluar

4. CARA MELAKUKAN TRANSAKSI INTERNASIONAL


Adapun cara untuk melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat
perdagangan dan peminjaman internasional antara lain sebagai berikut:
a. Pembayaran dengan surat wesel dagang (Commercial Bill of Exchange atau
Commercial draft atau Trade Bill)
Surat wesel dagang adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara eksportir menarik
surat wesel atas importir sejumlah harga barang-barang beserta biaya-biaya
pengirimannya.

Dalam surat wesel tersebut harus dilampiri dokumen-dokumen berupa:


- faktur (invoice),
- konosemen atau surat muatan (bill of lading),

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 7


UNIVERSITAS PAMULANG

- daftar isi barang (packing list),


- surat keterangan asal barang (certificate of origin),
- surat keterangan pabean,
- surat asuransi (insurence).

Cara pembayaran semacam ini sekarang masih banyak digunakan dalam lalu lintas
pembayaran internasional. Dengan surat wesel, apabila eksportir membutuhkan uang
sebelum jatuh tempo, maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain, yang kelak akan
menukarkannya kepada importir setelah wesel itu jatuh tempo.

b. Kompensasi pribadi
Kompensasi pribadi adalah adalahcara pembayaran dengan mengalihkan penyelesaian
utang piutang pada seorang penduduk dalam satu negara tempat penduduk tersebut
tinggal. Cara pembayaran ini digunakan di Indonesia sekitar tahun 1960-an, namun
sekarang sudah tidak banyak lagi digunakan dalam perdagangan internasional.

c. Pembayaran tunai
Pembayaran tunai atau pembayaran di muka adalah pembayaran yang dilakukan
dengan menggunakan uang tunai atau cek, yang dilakukan bersama-sama dengan surat
pesanan atau menunggu diterimanya kabar bahwa barang yang telah dipesan dikapalkan
oleh eksportir. Cara pembayaran ini mempunyai risiko yang besar.

d. Pembayaran dengan letter of credit


Letter of credit atau commercial letter of credit adalah surat yang dikeluarkan oleh
bank atas permintaan pembelian sejumlah barang di mana bank sendiri yang
mengakseptir (menyetujui) dan membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Transaksi yang menggunakan fasilitas L/C terdiri atas:
- L/C biasa, artinya L/C dimana seorang importir bisa langsung membayar sesuai
dengan harga barang melalui bank yang ditunjuk
- Merchant L/C, artinya L/C dimana seorang importir dapat memasukkan barang
terlebih dahulu dengan melakukan pembayaran sebagian, sedangkan sisanya dibayar
kemudian.
MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 8
UNIVERSITAS PAMULANG

- Indutrial L/C, artinya impor banang-barang industri atau barang modal secara cepat
dan tidak dipakai untuk barang konsumsi.
- Red Clause L/C, artinya L/C yang mencantumkan instruksi kepada Advising Bank
(bank yang ditunjuk) untuk melaksanakan pembayaran sebagian dari jumlah L/C
kepada eksportin sebelum mengapalkan barang-barang ekspor.
- Usance L/C, artinya L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan tenggang waktu
tertentu, misalnya 1 bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah penunjukan
dokumen.\

e. Pembayaran Kemudian atau Rekening Terbuka (Open Account)


Pembayaran kemudian atau rekening terbuka adalah cara membiayai transaksi
perdagangan internasional di mana eksportir mengirimkan barang kepada importir tanpa
adanya dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran. Pembayaran dilakukan setelah
barang laku dijual atau satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal pengiriman, sesuai
dengan penjanjian yang disepakati bersama. Sistem ini sangat membantu pengimpor
melakukan transaksi perdagangan, akan tetapi berisiko besar bagi pengekspor.

f. Pembayaran dengan Konsinyasi (Consign 4311`ment)


Pembayararan secara konsinyasi dilakukan setelah barang yang dikirim sudah terjual
seluruhnya atau sebagian. Metode ini biasanya dilakukan kepada orang yang telah
dikenal dengan baik. Jadi, barang yang akan dijual merupakan barang titipan untuk
jangka waktu tertentu dan pembayaran dengan termin waktu. Untuk memperkecil risiko
penjual, sebaiknya menggunakan jasa bank dalam pengiriman dokumen penagihan
dan bonded warehouse untuk penitipan barangnya. Apabila barang sudah terjual,
pembeli membayar kepada bank sejumlah uang atas nilai barang dan sebagai gantinya
bank akan menyerahkan delivery instruction kepada bonded warehouse untuk
mengeluarkan barangnya.

5. FENOMENA AKTUAL EKONOMI INTERNASIONAL

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 9


UNIVERSITAS PAMULANG

Fenomena yang terjadi saat ini khususnya di kawasan asean adalah penyatuan mata
uang di antara Negara asean, atau pencanangan mata uang tunggal. Hal tersebut di
lakukan kerena mengingat adanya keberhasilan kawasan ekonomi eropa memberlakukan
kebijakan mata uang bersama.Dari sisi ekonomi jika sekelompok negara ternyata
memiliki mata uang yang berkorelasi sangat erat, maka secara implisit kelompok negara
tersebut dapat menggabungkan mata uangnya.

Dengan kata lain negara tersebut dapat melepaskan kekuasaan moneternya dan
memberikan kepada suatu badan supra nasional (dalam wadah ekonomi bersama).Salah
satu contoh yang paling sukses dari proses penggabungan ini adalah
keberadaan European Monetary Union, (EMU) dan mata uang tunggal dengan European
Central Bank (ECB) sebagai bank sentralnya. Namun demikian proses kearah
penggabungan moneter sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Treaty Of Rome
(1957) dapat dikatakan titik tolak yang meletakkan dasar atau fase yang harus ditempuh
dalam rangka pembentukan komunitas ekonomi Eopa.Salah satu studi penting yang
melakukan penelitian terhadap kesiapan prasyarat optimum current area atau OCA di
ASEAN dan perbandingan versus Uni Eropa dilakukan oleh Bayoumi dan Mauro.
Mereka berpendapat bahwa negara-negara ASEAN telah mencapai level yang sama
dengan Uni Eropa sebelum traktat Maastricth 1991 pada beberapa aspek.

Aspek tersebut adalah:


1. Perdagangan intra wilayah (yang diukur oleh share perdagangan internal terhadap
GDP).
2. Komposisi perdagangan berdasarkan type produk. Dengan berlangsungnya transisi
ekonomi, negara-negara di wilayah ini (kecuali Singapura) memiliki tendensi sebagai
Negara manufaktur.
3. Pola goncangan ekonomi. Meskipun dampak goncangan adalah lebih besar di
ASEAN tetapi kecepatan pemulihan lebih tinggi di wilayah ini. Dengan demikian
dapat dikatakan hasil bersih dari pola goncangan ekonomi semacam ini adalah
cenderung netral.

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 10


UNIVERSITAS PAMULANG

Namun demikian mereka juga menemukan beberapa faktor yang dianggap dapat
mengurangi daya tarik penyatuan moneter bagi wilayah ASEAN. Faktor-faktor ini
adalah :
a) Diversifikasi budaya dan system politik di ASEAN cenderung lebih tinggi
dibandingkan Uni Eropa
b) Diversifikasi perdagangan yang signifikan.

Meskipun US, Jepang dan Zona Eropa adalah rekan dagang utama, namun proporsi
masing-masing adalah heterogen. Hal ini berimplikasi Pergerakan Bersama Mata Uang
ASEAN 4 Periode 1997-2005: Suatu Aplikasi Teori Optimal Currency Area Dengan
Menggunakan Model Vector Error Correction bahwa setiap negara ASEAN memiliki
suatu goncangan spesifik pada level tertentu.
Disini ditunjukkan divergennya arah keterkaitan mata uang ASEAN terhadap salah
satu mata uang utama dunia. Singapura,Malaysia dan Philipina misalnya, lebih cocok
masuk sebagai blok USD. Sedangkan Indonesia dan Thailand cenderung kepada blok
JPY. Hasil ini mengkonfirmasi temuan empiris Frankel dan Wei (1994), Kim dan Ryou
(2001) dan Alesina et al (2002) bahwa permasalahan yang dihadapi dalam penyatuan
keuangan Negara-negara ASEAN adalah tidak adanya suatu mata uang anchor yang
tunggal bagi mata uang negara ASEAN tersebut.

Dari sisi institusi, aktivitas ditingkat ofisial tentang keberadaan OCA dapat dikatakan
langka. Beberapa lembaga kerjasama regional telah ada diwilayah ini, misalnya ASEAN,
AFTA dan SEACEN, ASEAN misalnya bahkan telah berdiri sejak 1967.

Namun demikian diskursus mengenai suatu kerjasama regional yang lebih erat
melalui kerjasama moneter (dan mata uang bersama) baru terdengar pasca krisis
keuangan Asia 1997. Era sebelum ini suatu kerjasama moneter yang lebih serius
tampaknya terkendala oleh keberadaan rezim nilai tukar yang heterogen diwilayah Asia
(Wilson, 2002).

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 11


UNIVERSITAS PAMULANG

Tahun 1997, Jepang menawarkan ide Asian Monetary Fund (AMF). Hal ini
merupakan wujud dari kesadaran terhadap perlunya suatu dana emergency yang siap
digunakan ketika dibutuhkan.

Tampaknya ini juga merupakan reaksi kecewa terhadap sikap lamban IMF dalam
mengatasi krisis Asia. Ide ini memperoleh resistensi keras dari IMF (dan stake holder
utamanya, sehingga akhirnya gagal diwujudkan. Sebagai pengganti, dalam kerangka
ASEAN+3 suatu kesepakatan dalam hal penyediaan dana emergency diwujudkan dalam
bentuk pejanjian swap. Inisiatif ini dikenal sebagai Chiang Mai Initiatives. Dari forum ini
tampaknya terlihat adanya perkembangan kearah suatu instrument obligasi Asia. Dari
sisi upaya penyatuan mata uang, negara-negara diwilayah ini terlihat jauh lebih kaku
Meskipun dibawah Hanoi Plan Action dibulan Desember 1998, pemimpin wilayah
ASEAN sepakat untuk memulai suatu studi kelayakan atas adopsi mata uang bersama.
Namun baru Januari 2001, suatu proyek resmi untuk penelitian ini dimulai (Wilson,
2002). Proyek ini dikenal dengan nama Kobe Research Project. Meskipun ditingkat
pengambil kebijakan arah penyatuan moneter adalah bergerak lamban, pra kondisi bagi
negara Asia sebenarnya telah ada. Eichengreen dan Bayoumi (1996) dalam suatu
studinya berkesimpulan bahwa wilayah Asia Timur telah memenuhi persyaratan standar
OCA serta telah memiliki kesiapan yang sama dengan wilayah zona Eropa. Bayoumi dan
Mauro

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2010 (1999) juga mengusulkan hal
yang serupa, namun dengan mesyaratkan perlunya suatu komitmen politik untuk
memastikan bahwa proyek ini akan berhasil. Proposal lainnya dapat dilihat misalnya
Wilson (2002), Mundel (2003), dan Branson dan Healy (2005). Syarat dan kondisi
teoritis dimana penyatuan mata uang adalah menguntungkan merupakan subyek dari
teori Optimum Currency Area (OCA). Teori OCA modern secara komprehensif
diuraikan oleh Robert Mundell (1961) dalam seminal paper nya yang berjudul A Theory
Of Optimum Currency Areas.

Secara ringkas teori tersebut menguraikan bahwa sekelompok negara dapat


memperoleh manfaat yang lebih besar dengan melepaskan penggunaan mata uang sendiri
MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 12
UNIVERSITAS PAMULANG

dan (secara bersama) mengadopsi mata uang lain atau menerapkan rezim nilai tukar tetap
(khususnya antar mata uang negara anggota OCA.

Manfaat yang lebih besar ini dapat terjadi karena berbagai hal misalnya signifikannya
transaksi perdagangan internal anggota OCA, mobilitas faktor produksi yang tinggi,
korelasi siklus bisnis. Dalam kondisi ini manfaat yang diperoleh dengan tetap
menggunakan mata uang sendiri (berupa seignorage dan independensi kebijakan
moneter) lebih kecil dari manfaat yang diperoleh dari penyatuan mata uang (berupa biaya
transaksi yang rendah, stabilitas dan kredibilitas kebijakan). Untuk mencapai optimalitas
wilayah mata uang bersama perlu dipenuhi beberapa karakteristik tertentu. Karakteristik
ini menunjukkan kondisi yang diperlukan agar manfaat OCA yang diperoleh para
anggotanya dapat maksimal. dibawah ini merangkum karakteristik OCA dimaksud
(Mongeli, 2002).
Pada satu dekade belakangan ini berkembang suatu pemikiran kontemporer didalam
teori OCA. Berbeda dengan pola pemikiran sebelumnya dimana wilayah moneter
bersama akan optimal jika negara-negara anggotanya memenuhi syarat karakteristik
OCA, Frankel dan Rose (1998), justru berpendapat sebaliknya: karakteristik OCA adalah
bersifat endogen. Dengan kata lain sekelompok negara dapat saja tidak memenuhi satu-
lebih karakteristik OCA.

5.1. Persyaratan Optimum Currency Area


1. Fleksibilitas harga dan upah
2. Mobilitas faktor produksi
3. Integrasi pasar keuangan
4. Tingkat keterbukaan ekonomi
5. Diversifikasi produksi dan konsumsi
6. Kesamaan tingkat inflasi
7. Integrasi fiscal
8. Integrasi politis

5.2. Karakteristik OCA Persyaratan Untuk OCA

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 13


UNIVERSITAS PAMULANG

Fleksibilitas harga dan upah didalam dan diantara negara OCA memperkecil
penyesuaian nilai tukar apabila terjadi kejutan. Mobilitas faktor produksi, termasuk
tenaga kerja, antar negara OCA memperkecil penyesuaian harga factor produksi dan nilai
tukar terhadap kejutan Integrasi finansial dalam bentuk mobilitas modal (FDI,
portfolio investment, pinjaman) antar negara OCA memungkinkan penyesuian kejutan
melalui aliran modal. Keterbukaan ekonomi antara negara OCA yang tinggi akan
memperbesar transmisi harga internasional ke harga domestik.

Keberagaman tenaga kerja, sektor ekonomi dan produksi antar negaraOCA


memperkecil penyesuaian Term Of Trade Kesamaan inflasi (dalam arti rendah dan
stabil) antar negara OCA mendorong stabilitas term of trade dan menyeimbangkan
current account. Sistem transfer fiskal antar negara OCA memungkinkan distribusi dana
ke negara yang membutuhkan. Kemauan politik memperkuat kepatuhan komitmen
bersama, kerjasama berbagai kebijakan ekonomi, dan hubungan kelembagaan antar
Negara OCA.

5.3 Manfaat dan Biaya Integrasi Ekonomi


1. Peningkatan efisiensi mikro karena penggunaan uang yang lebih luas.
2. Perbaikan stabilitas makro dan pertumbuhan karena stabilitas harga dan
Akses dana yang lebih besar dari integrasi finansial.
3. Positive externality dari biaya transaksi dan cadangan devisa yang lebih
rendah serta koordinasi kebijakan yang lebih efektif.

6. FAKTOR PENGHAMBAT NON EKONOMI PENERAPAN MATA


UANG TUNGGAL DI ASEAN

6.1 Heterogenitas kultur masyarakat di kawasan asean


Masyarakat asean terdiri dari berbagai etnis, ras, budaya, bahasa, serta adat istiadat
yang berbeda-beda antar berbagai Negara, bahkan dalam satu lingkup negara pun masih
terdapat heterogenitas masyarakat di dalahnya, seperti yang terjadi di indonesia. Hal
tersebut menjadi salah satu penghambat penerapan mata uang tunggal di kawasan asean,

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 14


UNIVERSITAS PAMULANG

dari hal tersebut kemngkinan akan terjadi permasalahan di dalamnya, diantaranya


konflik-konflik kerena latarbalakang yang berbeda-beda.

6.2 Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan asean


Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan asean terutama
yang terdapat di Negara-negara seperti indonesia, Timor leste, dan Negara lain yang
masih tergolong Negara berkembang menjadi salah satu penghambat dari peneapan
mata uang tunggal di kawasan asean. Karna faktor pendidikan sangat domonan dalam
melakukan transformasi-transformasi di sebuah kawasan atau Negara.

6.3 Kondisi dan letak geografis kawasan asean


Kondisi serta letak geografis Negara-negara di kawasan asean yang terdiri dari ribuan
pulau yang masing-masing di pisahkan oleh laut, menjadikan arus mobilitas, baik dari
segi ekonomi maupun social agak terganggu. Karena keberhasilan arus mobolitas
sebuah kawasan faktor yang utama di dukung oleh akses lalulintas ekonomi yang baik,
serta mudah di jangkau.hal tersebut menjadi salah stu masalah dalam memberlakukan
penerapan mata uang tunggal asean.

6.4 Kondisi keamanan yang belum setabil


Konflik-konflik yang terjadi di kawasan asean baik konflik horizontal.vertikal,
maupun diagonal yang terjadi di dalam Suatu Negara atau sengketa antar Negara belum
dapat di minimalisir secara optimal oleh pemerintah masing-masing Negara di kawasan
asean, contohnya konflik yang terjadi di Filipina Antara pemerintah flipin, Indonesia,
Myanmar, Thailand, serta Kamboja. Faktor tersebut menjadi salah satu penghambat
penerapan mata uang tunggal di Asean.

C. LATIHAN SOAL/TUGAS

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 15


UNIVERSITAS PAMULANG

1. Apa yang anda ketahui mengenai sejarah dan perkembangan sistem moneter
internasional?

2. Sebutkan cara untuk melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat


perdagangan dan peminjaman internasional !

3. Apa pengertian dari Leter of Credit (L/C) dantransaksi apa saja yang menggunakan
fasilitas L/C tersebut ?

4. Aspek apa saja bahwa negara-negara ASEAN telah mencapai level yang sama dengan
Uni Eropa sebelum traktat Maastricth 1991

5. Apa faktor penghambat non ekonomi dalam penerapan mata uang tunggal di Asean ?

D. DAFTAR PUSTAKA

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL 16

Anda mungkin juga menyukai