ABSTRAK
Pengetahuan tentang manajemen nyeri perlu diberikan pada pasien untuk mengurangi
rasa sakit dan nyeri yang dirasakan. Masalah yang peneliti temukan di lapangan
bahwa masih banyak pasien yang tidak mengetahui cara mengurangi nyeri yang
timbul baik pada saat sebelum minum obat nyeri atau pada waktu tunggu minum obat
selanjutnya dengan tindakan mandiri (nonfarmakologi). Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien
tentang manajemen nyeri di ruang rawat inap bedah RSUD Solok tahun 2018.
Jenis Penelitian ini adalah pra eksperimen dengan design one group pretest postest,
penelitian ini telah dilakukan pada bulan April s/d Agustus tahun 2018 dengan jumlah
populasi sebanyak 225 orang dan jumlah sampel sebanyak 16 orang dengan tehnik
pengambilan sampel accidental sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan
lembar kuesioner dan data diolah dan dianalisa secara univariat dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji t paired dengan derajat kemaknaan p
<0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan yaitu 4,6 dengan standar deviasi 1,25. Nilai rata-rata
pengetahuan responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan yaitu 8,3 dengan
standar deviasi 0,70 dan diketahui bahwa adanya pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan tentang manajemen nyeri dengan pvalue 0,000 (p<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
pasien tentang manajemen nyeri. Diharapkan kepada kepala ruangan bedah RSUD
Solok untuk lebih memotivasi dan membimbing perawat pelaksana dalam
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien yang mengalami nyeri memakai
media seperti leaflet yang memudahkan pasien mengingat kembali.
vi
COLLEGE OF HEALTH SCIENCES SYEDZA SAINTIKA PADANG STUDY
PROGRAM OF NURSING
Script, August 2018
WANTI SEPTIANI
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan
Pasien Tentang Manajemen Nyeri Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok
Tahun 2018”
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Vino Rika Novia, M.Kep.
pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan dengan penuh
Skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Syamsul Amar MS, sebagai Ketua Yayasan STIKes Syedza Saintika
Padang.
2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep. MM, sebagai Ketua STIKes Stedza Saintika
Padang
3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep sebagai Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKes
5. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep sebagai Penguji I Skripsi di STIKes Syedza Saintika
viii
6. Ibu Ns. Ratna Indah Sari Dewi,M.Kep sebagai Penguji II Skripsi di STIKes
Syedza Saintika
8. Teristimewa kepada Keluarga Besar, Suami dan Anakku yang tercinta, Orang Tua,
Ayah dan Ibu Mertua yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta doa
Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikan yang telah diberikan
Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu
peneliti berharap dengan sennag hati menerima usul, saran dan kritikan demi
sempurnanya Skripsi ini dimasa yang akan datang. Semoga Skripsi ini dapat
berguna bagi kita semua khususnya bagi peneliti sendiiri, akhirnya peneliti
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
x
G. Kerangka Konsep......................……………………………………....45
H. Analisis Data ........................................................................................44
I. Hipotesis Penelitian ...............................................................................46
J. Defenisi Operasional .............................................................................47
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ................................................................................54
B. Analisa Bivariat ..................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ganchart
Lampiran 5. Kuesioner
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh klien merupakan penyebab stress, frustasi dan gelisah yang akan menyebabkan
klien mengalami gangguan tidur, cemas dan tidak nafsu makan serta di tunjukkan
Dampak yang terjadi bila nyeri tidak teratasi akan menstimulasi respon stress
yang merugikan dan mempengaruhi sistem jantung dan imun. Ketika inpuls nyeri di
transmisikan tegangan otot meningkat seperti halnya pada vasokontriksi lokal. Iske-
mia pada tempat yang sakit akan menyebabkan stimulasi lebih jauh dari reseptor
nyeri. Bila impuls yang menyakitkan ini menjalar secara sentral maka aktivitas sim-
patis diperberat yang akan meningkatkan kebutuhan miokardium dan konsumsi oksi-
Segala bentuk nyeri akan disertai reaksi emosional tertentu oleh pasien salah
satunya yaitu cemas. Cemas atau a nsietas merupakan suatu respons antisipasi ter-
hadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai ancaman terhadap
perannya dalam hidup. Nyeri yang dirasakan akan menyebabkan pasien merasa tidak
nyaman, sulit tidur, penurunan nafsu makan dan keadaan emosi yang tidak stabil serta
1
huan pasien tentang bagaimana cara mengatasi nyeri yang dirasakan. Maka dari itu
penting sekali bagi perawat khususnya untuk memberikan edukasi melalui pendidi-
Pemberian tindakan untuk mengurangi nyeri yang di rasakan oleh pasien dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu pengurangan nyeri dengan farmakologis dan pengu-
mengkaji nyeri, memonitor nyeri yang dirasakan klien, memberikan tindakan pengu-
mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen nyeri (Brunner &
Suddart, 2015)
keluhan nyeri dan skala nyeri pasien terlebih dahulu, jika keluhan nyeri berada pada
skala nyeri ringan dan sedang maka tidak perlu diberikan analgesik. Namun jika
pasien merasakan nyeri dengan skala nyeri hebat maka perlu dikolaborasikan dengan
mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat dan pasien yaitu segala tindakan
Manajemen nyeri adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa
sakit dan nyeri yang dirasakan. Baik itu nyeri fisiologis ataupun nyeri yang dikare-
nakan adanya proses insisi atau pembedahan. Pendidikan kesehatan tentang pelaksa-
naan manajemen nyeri yang dapat dilakukan meliputi pengkajian skala nyeri, inten-
2
sitas nyeri serta keluhan pasien terhadap nyeri tersebut, pastikan pasien mendapatkan
analgesik yang tepat, gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima ten-
tang pengalaman nyeri dan respon nyeri pasien, ajarkan klien melaksanakan mana-
jemen nyeri secara non farmakologis seperti hypnosis, distraksi, tehnik relaksasi dan
imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai
efek positif tertentu. Sedangkan pada tehnik relaksasi dipercaya dapat menurunkan
nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Sementara itu pada
metode distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
dan dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme
tervensi yang akan dijalankan dan menjawab pertanyaaan yang membuat klien kha-
watir. Pendidikan kesehatan merupakan intervensi yang harus dilakukan oleh perawat
sebagai orang terdekat pasien selama proses perawatan. Sebaiknya rumah sakit
mempunyai protap terkait dengan penyuluhan pada pasien untuk mendukung ber-
banyak, hanya saja diperlukan pengetahuan dan sikap serta motivasi yang positif un-
tuk menjalankannya. Pendidikan kesehatan atau informasi yang harus diberikan pada
tehnik relaksasi tarik nafas dalam dan batuk efektif, terapi musik, senam jari dan pen-
3
galihan fikiran), nutrisi, menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protein bila
pasien tidak alergi) dan mobilisasi dini pasien (SOP RSUD Solok, 2014).
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Agung (2016) tentang pengaruh pelaksa-
naan pendidikan kesehatan manajemen nyeri terhadap penurunana skala nyeri pasien
pengaruh pendidikan kesehatan manajemen nyeri terhadap penurunan skala nyeri pa-
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di RSUD Solok pada tanggal 6 Juni
2018 diketahui bahwa dari 10 ruang rawat inap di RSUD Solok jumlah pasien yang
mengalami keluhan nyeri terbanyak terdapat di ruang rawat inap bedah, kebidanan
dan THT. Diruang rawat inap bedah jumlah pasien yang dirawat periode bulan
Januari s/d Mei yaitu sebanyak 225 orang dengan rata-rata jumlah pasien setiap
Hasil survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 6 Juni tahun 2018 melalui
wawancara dan observasi terhadap 10 orang pasien yang di rawat di ruang rawat inap
bedah RSUD Solok, 7 orang pasien terlihat meringis kesakitan dengan skala nyeri
sedang dan ringan, pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan hilang timbul dan
pasien pada umumnya tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi nyeri yang
dirasakan, selama ini pasien hanya bergantung pada obat yang diberikan oleh dokter
dan perawat saja dan pasien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi nyeri yang
mengatakan bahwa jika sedang mengalami nyeri, pasien menjadi sulit tidur dan nafsu
4
makan berkurang dan pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti pergi ke kamar
mandi ataupun sekedar jalan di sekitar tempat tidur, pasien mengatakan nyeri yang
dialami sedikit berkurang setelah minum obat nyeri yang diberikan oleh perawat
ataupun dokter di ruangan dan pasien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi
Berdasarkan survey di atas maka peneliti telah melakukan suatu penelitian ten-
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
pasien tentang manajemen nyeri di ruangan bedah RSUD Solok tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
5
c. Diketahui perbedaan pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri sebelum dan
2018.
D. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi perawat di ruang rawat inap bedah RSUD Solok untuk
nyeri sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien dan meningkatkan mutu pela-
ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa menjadi
acuan bagi dosen dan mahasiswa dalam melakukan manajemen nyeri dalam proses
pelaksanaan pendidikan kesehatan manajemen nyeri dan menjadi reverensi dan data
6
Peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan ter-
hadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri. Penelitian ini telah dilakukan di
ruang rawat inap bedah RSUD Solok pada tanggal 1-2 Agustus Tahun 2018.
Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan survey awal pada umumnya pasien tidak
(nonfarmakologi). Populasi pada penelitian ini adalah pasien di ruang rawat inap be-
dah RSUD Solok yang berjumlah 225 orang dengan perencanaan jumlah sampel
pendidikan kesehatan dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penge-
tahuan. Jenis penelitian ini bersifat onegroup pretest posttest dengan tehnik pengam-
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan do-
2. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (Know)
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh
karena tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
2) Memahami (Comprehension)
8
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan ya untuk menjelaskan
materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi
3) Analisis (Analysis)
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
mengelompokkan.
4) Aplikasi (Aplication)
5) Sintesis (Syntesis)
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan formulasi baru dari
6) Evaluasi (Evaluation)
9
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
(2010), yaitu :
1) Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah
dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk me-
2) Informasi
3) Budaya
10
4) Pengalaman
sudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin
5) Sosial Ekonomi
sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga (No-
toatmodjo, 2010).
mennayakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.
a. Rendah ≤ 50%
11
B. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
rangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain mulai dari indi-
vidu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat.
yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak
menjadi :
Sementara itu menurut Wong (1974) dikutip dalam Suliha (2011) tujuan dari
12
a) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
c) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan peru-
d) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
gori yaitu :
a) Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dan menjadi sasaran langsun atas upaya melakukan
b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder terdiri atas tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyara-
kat. Diberikannya pendidikan kesehatan kepada kelompok ini akan dapat mem-
c) Sasaran Tertier
13
Adalah para pembuat keputusan, pengambil kebijakan misalnya
aspek promotif dimana sasaran pada aspek ini adalah masyarakat yang ada dalam
Aspek preventif terdiri dari pencegahan primer dimana sasarannya adalah masyara-
kat yang beresiko terpapar berbagai penyakit atau terganggu akan kesehatannya,
kronik sementara itu pencegahan tertier sasarannya adalah penderita yang baru
Menurut Notoadmojo (2012) agar mencapai suatu hasil yang optimal, materi
juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan. Untuk
sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasa-
14
Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru, atau membina
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih jadi lebih efektif.
b) Interview (wawancara)
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada beberapa macam metode
a. Kelompok besar
Apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, antara lain ceramah dan
seminar.
a) Ceramah
berpendidikan rendah.
b) Seminar
15
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu bentuk penyajian dari satu ahli atau
beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya disebut kelompok
kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :
a) Diskusi Kelompok
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah kurang lebih 5 menit maka
16
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
anggota kelompok.
akan diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak dengan kelompok lain dan
kesimpulannya.
peran tersebut.
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.
ditujukan kepada masyarakat. Berikut ini ada beberapa contoh metode untuk
17
b. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan melalui media elektronik,
terjadinya proses belajar pada dirinya. Tujuan penggunaan media adalah untuk
mempunyai arti yang sangat penting, sebab ketidakjelasan bahan yang akan
(Suiraoka, 2012).
a. Media Cetak
1) Booklet : digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tuli-
2)Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan ataupun
keduanya.
4)Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar ba-
lik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar
18
5) Rubrik/tulisan-tulisan : pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu
b. Media Elektronik
1)Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pi-
dengan pesan-pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media papan di sini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada ken-
19
Segala bentuk nyeri akan disertai reaksi emosional tertentu oleh pasien
salah satunya yaitu cemas. Cemas atau ansietas merupakan suatu respons an-
tisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai ancaman
terhadap perannya dalam hidup. Nyeri yang dirasakan akan menyebabkan pasien
merasa tidak nyaman, sulit tidur, penurunan nafsu makan dan keadaan emosi yang
tidak stabil serta pasien merasa kesulitan unruk berkonsentrasi. Perasaan ini
dirasakan. Maka dari itu penting sekali bagi perawat khususnya untuk memberikan
(Samsjoehidayat, 2015)
1) Nyeri
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri
(Brunner & Suddarth, 2015) Nyeri bersifat subjektif dan tidak ada individu yang
mengalami nyeri yang sama. Perawat perlu 12 mencari pendekatan yang paling
efektif dalam upaya pengontrolan nyeri (Potter & Perry, 2006). Nyeri dapat
disebabkan oleh berbagai stimulus seperti mekanik, termal, kimia, atau elektrik
pada ujung-ujung saraf. Perawat dapat mengetahui adanya nyeri dari keluhan
pasien dan tanda umum atau respon fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri.
Sewaktu nyeri biasanya pasien akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat,
berkeringat, napas lebih cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah
20
2) Klasifikasi Nyeri
Menurut Mubarak dan Chayatin (2012) ada beberapa klasifikasi nyeri yaitu:
a. Nyeri Perifer
Menurut (Potter & Perry, 2010) nyeri ini ada tiga macam yaitu :
1) Nyeri superfisial
kulit dan mukosa. Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri bi-
asanya terasa sebagai sensasi yang tajam. Contoh penyebab nyeri super-
2) Nyeri viseral
Nyeri viseral adalah nyeri yang muncul akibat stimulus dari reseptor
nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks. Nyeri 13 bersifat difus dan
langsung lebih lama daripada nyeri superfisial. Nyeri dapat terasa tajam,
3) Nyeri Alih(referred)
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh
dari penyebab nyeri. Contoh dari penyebab nyeri alih adalah infark mio-
kard yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri dan bahu kiri.
b. Nyeri Sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak dan
thalamus.
21
c. Nyeri Psikogenik
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak me-
nyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Gejala yang terjadi ti-
ba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak me-
nyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang 14 aktual atau poten-
sial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Gejala yang ter-
jadi yaitu timbul secara tiba – tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan
hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat di-
3) Persepsi Nyeri
menentukan awitan, durasi dan rangkaian nyeri. Awitan nyeri yang berat dan
mendadak lebih mudah di kaji daripada nyeri bertahap atau ketidaknyamanan rin-
gan. Walaupun nyeri bersifat objektif dan di pengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
nyeri dapat di ukur dengan skala intensitas nyeri. Skala intensitas nyeri yang di
22
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada nyeri Nyeri tidak tertahankan
Dari skala nyeri di atas, tingkatan nyeri dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Menurut Potter & Perry (2010) individu merupakan penilai terbaik dari
nyerinya yang dialaminya dan karenannya harus diminta untuk menggambarkan dan
1. Intensitas nyeri
Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal ( misal-
nya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat atau sangat hebat ; atau 0-10 : 0 = tidak
2. Karakteristik nyeri, termasuk letak (untuk area dimana nyeri pada berbagai or-
bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri), dan kualitas
23
3. Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang bergerak,
pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas) dan apa yang dipercaya pasien
4. Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari- hari (misalnya tidur, nafsu
makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan ak-
tivitas-aktivitas santai). Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri
5. Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai masalah yang luas,
seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra
diri.
6. Skala analogi visual (VAS). Skala analogi visual sangat berguna dalam mengkaji
cm, dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk
menunjuk titik pada garis yang menunjukan letak nyeri terjadi disepanjang
rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan ‘tidak ada’ atau ‘tidak nyeri’
sedangkan ujung kanan biasa menandakan ‘berat’ atau ‘nyeri yang paling buruk’
dibuat pasien pada garis dari ‘tidak ada nyeri’ diukur dan ditulis dalam centime-
ter.
Menurut Potter dan Perry (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri
seseorang yaitu
a. Usia
24
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri, khu-
b. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespon terhadap
nyeri. Tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor – faktor bio-
kimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memper-
c. Perhatian
menurun. Konsep ini merupakan salah satu 15 yang perawat terapkan sebagai
ing dan massase. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada
stimulus yang lain, maka perawat dapat menempatka nyeri pada kesadaran pe-
rifer.
d. Kebudayaan
tasi nyeri, individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima
oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
25
Cara individu mengekspresikan nyeri merupakan sifat kebudayaan. Beberapa
e. Makna nyeri
man nyeri dan cara seseorang beadaptasi terhadap nyeri. Individu akan mem-
nya, seorang wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda
dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan.
makna nyeri.
f. Ansietas
perawatan intensif maka rasa cemas tersebut dapat menimbulkan suatu masa-
lah penatalaksanaan nyeri yang serius nyeri yang tidak kunjung hilang sering-
g. Keletihan
26
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahka dapat terasa lebih
berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu peri-
ode tidur yang lelap di banding pada akhir hari yang melelahkan.
h. Pengalaman sebelumnya
but akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah indi-
jenis nyeri yang akan dialami dan metode yang mengurangi nyeri tersebut.
i. Gaya koping
koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. penting untuk memahami
27
Indivdu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan atau perlin-
dungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai
klien akan meminimalkan rasa kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada
keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien semakin ter-
tekan. Kehadiran orangtua sangat penting terutama bagi anak-anak yang se-
5) Penatalaksanaan Nyeri
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri
tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya perawat
dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak pasien dan anggota tim
kologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan tersebut bukan
28
rangi resepsi dan persepsi nyeri yang dapat digunakan pada keadaan perawatan
akut, perawatan tersier dan pada keadaan perawatan restorasi (Potter d& Perry,
4) Mengkaji pengaruh nyeri yang dialami pasien pada tidur, selera makan, ak-
menjadi berat
29
Menurut Susanti (2012) perawat mengkaji nyeri pasien untuk me-
rencanakan tindakan apa yang harus diberikan selanjutnya untuk pasien yaitu
b. Penatalaksanaan Farmakologi
tikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan (Potter & Perry, 2010).
1) Analgesik
nyeri (Potter & Perry, 2006). Ada tiga jenis analgesik menurut Potter dan Perry
banyakan NSAID bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi tranmi-
nyeri ringan dan sedang seperti nyeri yang terkait dengan artritis rheumatoid, 21
narkotik atau opiat Analgesik narkotik atau opiat umumnya diresepkan untuk
nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi dan nyeri maligna. Obat
ini bekerja pada sistem saraf pusat c) Obat tambahan (adjuvan) atau koanalge-
sik Adjuvan seperti sedatif, anticemas dan relaksan otot meningkatkan control
nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri seperti depresi
30
2) Analgesik Dikontrol Pasien (ADP)
Sistem pemberian obat yang disebut ADP merupakan metode yang aman
untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri post operasi dan nyeri traumatik.
6) Komplikasi Nyeri
Menurut Potter dan Perry (2010) efek nyeri pada klien/pasien ada tiga yaitu:
a. Efek fisiologis/fisik
otonom. Saat awitan nyeri akut maka denyut jantung, tekanan darah dan frekuen-
si pernapasan meningkat (Potter & Perry, 2010). Respon fisik timbul akibat im-
puls nyeri yang ditransmisikan oleh medula spinalis menuju batang otak dan
imbulkan respon yang serupa dengan respon tubuh terhadap stres (Tamsuri,
2012).
c. Efek perilaku
31
merasa tidak nyaman, nyeri yang berat secara serius dapat menghambat per-
1) Fase antisipasi
Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting dan fase ini
klien juga diajarkan untuk mengatasi nyeri jika terapi yang dilakukan ku-
2) Fase sensasi
(Tamsuri, 2012).
Fase ini terjadi ketika kurang atau berhentinya rasa nyeri. Jika
seseorang merasakan nyeri yang berulang maka respon akibat akan menjadi
nyeri dan mengurangi rasa takut apabila nyeri menyerang (Tamsuri, 2012).
d. Respon psikologis
terjadi. Klien yang mengartikan nyeri sebagai suatu yang negatif akan men-
imbulkan suasana hati sedih, berduka, tidak berdaya, marah, dan frustasi. Hal ini
32
berbalik dengan klien yang menganggap nyeri sebagai pengalaman yang positif
karena mereka akan menerima rasa nyeri yang dialami (Tamsuri, 2012).
7) Manajemen Nyeri
a) Tehnik Relaksasi
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang
yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat dan
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan
nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati
dan lambat bersama setiap inhalasi (hirup, dua, tiga) dan ekshalasi (hembusan
Pada saat perawat mengajarkan tehnik ini akan sangat membantu bila
menhitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Nafas yang lambat,
berirama juga dapat digunakan sebagai tehnik distraksi. Tehnik relaksasi juga
yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang
terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri (Brunner & Suddarth,
2015)
b) Imajinasi Terbimbing
33
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Sebagai contoh imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat
mental rileksasi dan kenyamanan. Setiap kali menghirup nafas pasien harus
kali nafas dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan (Brunner &
Suddarth, 2015)
sekitar 5 menit tiga kali sehari. Beberapa hari praktik mungkin diperlukan
sebelum intensitas nyeri dikurangi. Banyak pasien mulai mengalami rileks dari
imajinasi terbimbing saat pertama kali mereka mencobanya. Myeri mereda dapat
tambahan dari bentuk pengobatan yang telah terbukti sampai riset telah
c) Distraksi
Distraksi memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selai pada nyeri dapat
menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang
34
bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang
kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri
akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi
dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Peredaan nyeri secara umum
Banyaknya modalitas sensori yang dipakai dan minat individu dalam stimuli.
efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Brunner &
Suddarth, 2015)
pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor
tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat
pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot (Brunner &
Suddarth, 2015)
35
kulit dan menggunakan panas dingin adalah berdasarkan mekanisme ini (Brunner
Terapi es dingin dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif
memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja
denngan menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam bidang reseptor yang sama
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera terjadi. Saat es
diletakkan diatas lutut segera setelah pembedahan dan selama 4 hari pasca
tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas ataupun es harus digunakan
dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit
36
C. Kerangka Teori
Nyeri
37
Pendidikan Kesehatan
Manajemen Nyeri
Imajinasi terbimbing
Kompres panas atau
dingin
Pengetahuan Pasien
Sumber : Notoatmodjo, (2010), Brunner & Suddarth, (2015), Potter & Perry (2010)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pra eksperimen
dengan desain one group pretest posttest. (Notoatmodjo, 2012). Kelompok subjek
38
diukur pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan manajemen nyeri(pre
Tabel 4.1
Tabel Design Penelitian
O1 X O2
Keterangan :
Penelitian ini telah dilakukan di ruang rawat inap bedah RSUD Solok mulai
dari penyusunan proposal pada bulan Maret s/d Juli 2018 dan dan dilakukan
1. Populasi
39
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti di se-
seluruh pasien yang di rawat di ruang rawat inap bedah RSUD Solok dengan
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
sebagai berikut :
(t-1) (r-1) ≥ 15
(1-1) (r-1) ≥ 15
r≥15 + 1
r≥16
Keterangan :
40
Jadi besaran sampel ynag di perlakukan sebanyak 16 orang berdasarkan
kriteria yang digunakan yaitu kriteria inklusi dan eksklusi yang berarti
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi :
D. Etika Penelitian
dari STIKes Syedza Saintika untuk melakukan penelitian terkait dengan pengaruh
rawat inap bedah RSUD Solok. Rekomendasi penelitian yang di peroleh dari
STIKes Syedza Saintika di teruskan kebagian Diklat RSUD Solok yang menjadi
41
lokasi penelitian. Setelah diperoleh perizinan maka penelitian di lakukan di ruang
rawat inap bedah RSUD Solok. Adapun etika dalam penelitian ini adalah:
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan
dari penelitian yang dilaksanakan. Bila responden menolak maka peneliti tidak
2. Kerahasian (confidentiality)
3. Self Determination
penelitian.
kerugian dan manfaat keikut sertaan responden pada penelitian ini. Manfaat
menjadi responden dalam penelitian ini antara lain dapat menilai dan
42
bermanfaat bagi pasien dan menjadi masukan bagi perawat untuk memberikan
kesehatan.
5. Veracity (Kejujuran)
6. Keadilan ( Justice )
memerlukan setiap orang dengan moral yang benar dan pantas serta
pengumpulan data (kuesioner) yang isi, tetapi hanya memberikan kode tertentu
1. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
43
Data sekunder pada penelitian ini didapatkan melalui ruang medical rec-
ord tentang jumlah pasien sebanyak 225 orang selama periode bulan Januari s/d
Adapun teknik pengumpulan data antara lain mendapat surat penelitian dari
kampus STIKes Syedza Saintika dan RSUD Solok, kemudian peneliti melakukan
a. Peneliti menyiapkan lembar kuesioner sebagai alat ukur dalam proses penelitian
b. Peneliti menunggu pasien yang mengalami nyeri diruang rawat inap bedah
c. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang telah di tetapkan di jadikan sebagai
perlakuan yaitu pada tanggal 1 Agustus dengan 8 orang responden, dan tanggal
44
F. Langkah Pengolahan Data
sebagai berikut :
ada yang belum terisi maka peneliti lakukan wawancara ulang dan jika semua
item telah terisi maka peneliti lakukan wawancara pada responden berikutnya.
pengetahuan di beri nilai 1 jika jawaban benar dan diberi nilai 0 jika jawaban
salah.
bali hasil entry data dalam master tabel dan hasil di lembaran kuesioner apakah
45
ada kesalahan kode atau ketidak lengkapan dan sebagainya jika ada kemudian
e. Tabulating (tabulasi)
benar ke dalam master tabel maka langkah selanjutnya yang peneliti lakukan
G. Kerangka Konsep
hadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri di ruang rawat inap bedah
RSUD Solok tahun 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Konsep
Pengaruh Penddikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Tentang
Manajemen Nyeri
Variabel Independen Variabel Dependen
Pendidikan Pengetahuan Pasien
Kesehatan
H. Analisis Data
1. Analisa Univariat
46
dengan jenis datanya. Untuk data numeri digunakan nilai mean atau rata-rata,
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variable yang
(Uji T)
Saphiro Wilk (sampel < 50). bila ilai P> 0,005, maka didapatkan data
berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang dignakan adalah uji parametrik
yaitu uji Paired T-Test, dengan derajat kepercayaan 95% atau tingkat
kemaknaan yang digunakan dengan batsan 0,05 sehingga jika P<0,05 maka
secara statistik bermakna, jika nilai p>0,05 maka hasil hubungan tersebut
I. Hipotesis Penelitian
47
J. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Rumah sakit umum daerah Solok (RSUD Solok) merupakan rumah sakit
umum tipe B yang menjadi rumah sakit rujukan wilayah bagian selatan Sumatra
barat (RSUD Sawahlunto, RSUD Sungai Dareh, RSUD Muaro labuh dan pusk-
rawat inap dan 1 ruang VVIP dan 10 ruang rawat jalan (poli) yang terdiri dari poli
49
anak, poli kebidanan, poli bedah, poli neurologi, poli THT, Poli Mata, Poli Jiwa,
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018
No Karakteristik Kategori F %
Responden
1 Umur Dewasa Awal (20-30 tahun) 3 18,8
Dewasa Tengah (31-45 tahun) 6 37,5
Dewasa Akhir (46-59 th) 5 31,2
Lansia (≥60 th) 2 12,5
2 Jenis Kelamin Laki-Laki 7 43,8
Perempuan 9 56,2
3 Pendidikan SD 5 31,2
SMP 5 31,2
SMA 4 25,0
PT 2 12,5
4 Pekerjaan IRT 5 31,2
Wiraswasta 3 18,8
PNS 1 6,2
Petani 7 43,8
JUMLAH 16 100
kurang dari sebagian 6 orang (37,5%) responden dalam kategori umur dewasa
tengah, dan lebih dari sebagian 9 orang (56,2%) berjenis kelamin perempuan,
2. Analisa Univariat
50
Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi setiap
kesehatan dan variabel dependen pada penelitian ini adalah pengetahuan pasien
standar deviasi adalah 1,25. Skor terendah adalah 3 dan skor tertinggi adalah
51
standar deviasi adalah 0,70. Skor terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah
3. Analisa Bivariat
Tabel 4.4
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Tentang
Manajemen Nyeri di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok
Tahun 2018
Pengetahuan Mean Std 95% confidence t Df P
Tentang Deviation interval of the value
Manajemen difference
Nyeri Lower Upper
Pretest dan -3.625 1.31 -4.323 -2.926 -11,06 15 0,000
Postest
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa selisih rata-rata pengetahuan
adalah -3.625 dan standar deviasi 1,31. Hasil uji statistik t-test didapatkan nilai
52
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
standar deviasi adalah 1,25. Skor terendah adalah 3 dan skor tertinggi adalah 7
53
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Enawati (2017)
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan do-
orang tersebut, semakin tinggi pendidikan yang dimiliki maka akan semakin
luas wawasan yang didapat dan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki
(Efendi, 2009)
terbimbing dan cara melakukan kompres hangat dan dingin untuk mengurangi
54
nyeri. Kurangnya pengetahuan responden ini dilatarbelakangi oleh pendidikan
pengetahuan seseorang terhadap suatu objek atau subjek diluar dirinya. Maka
dari itu dengan pendidikan pasien yang rendah sebaiknya perawat melakukan
manajemen nyeri.
mengurangi nyeri, lebih dari sebagian (69%) responden tidak mengetahui cara
imajinasi terbimbing dan tidak mengetahui cara melakukan kompres hangat dan
dingin untuk mengurangi nyeri. Lebih dari sebagian (62%) responden tidak
mengetahui terapi untuk mengurangi nyeri dan lebih dari sebagian (56%)
responden tidak mengetahui cara mengurangi nyeri. Maka dari itu penting
55
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden
standar deviasi adalah 0,70. Skor terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah 9
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprianti
akukan oleh perawat sebagai orang terdekat pasien selama proses perawatan.
tentang manajemen nyeri yang telah dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Agustus di
ruang rawat inap bedah RSUD Solok dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang
dengan sampel yang berbeda. Hal ini dikarenakan keadaan ruangan dan kondisi
56
dengan satu kali perlakuan maka dari itu peneliti melakukan dua kali perlakuan
dengan jumlah sampel yang berbeda sesuai dengan kondisi dan keadaan yang
mengurangi nyeri dan tehnik distraksi dan cara mengurangi nyeri dengan
kompres dingin dan hangat serta dengan cara imajinasi terbimbing. Hal ini
penting dilakukan untuk memenuhi salah satu peran perawat sebagai edukator
nyeri dan cara melakukan tehnik distraksi serta mayoritas (94%) responden
mengetahui cara melakukan kompres dingin dan hangat serta cara melakukan
tehnik distraksi. Lebih dari sebagian (88%) responden mengetahui apa yang
dimaksud dengan manajemen nyeri dan terapi untuk mengurangi nyeri, lebih
dari sebagian (81%) responden tidak mengetahui salah satu cara mengurangi
nyeri. Hal ini dapat terlihat bahwa ada perubahan tingkat pengetahuan pasien
57
B. Analisa Bivariat
adalah -3.625 dan standar deviasi 1,31. Hasil uji statistik t-test didapatkan nilai
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2017)
Segala bentuk nyeri yang dirasakan oleh pasien akan disertai reaksi emosion-
al tertentu oleh pasien salah satunya yaitu cemas. Cemas atau ansietas merupakan
suatu respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien
sebagai ancaman terhadap perannya dalam hidup. Nyeri yang dirasakan akan me-
nyebabkan pasien merasa tidak nyaman, sulit tidur, penurunan nafsu makan dan
keadaan emosi yang tidak stabil serta pasien merasa kesulitan unruk berkonsentra-
si. Perasaan ini dikarenakan ketidaktahuan pasien tentang bagaimana cara menga-
tasi nyeri yang dirasakan. Maka dari itu penting sekali bagi perawat khususnya un-
58
Salah satu tanggung jawab perawat paling dasar adalah melindungi
resepsi dan persepsi nyeri yang dapat digunakan pada keadaan perawatan akut,
perawatan tersier dan pada keadaan perawatan restorasi (Potter d& Perry, 2010).
responden lebih mudah dalam memahami dan mengingat kembali materi yang
59
BAB VI
A. Kesimpulan
1,25.
60
2. Nilai rata-rata pengetahuan responden tentang manajemen nyeri sesudah
0,70
B. Saran
dan lainnya supaya membantu pasien untuk mencegah timbulnya nyeri yang
61
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dan data
62
DAFTAR PUSTAKA
Medika
Nama :.....................................................
Umur :.....................................................
Alamat :.....................................................
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan akan
dirahasiakan.
Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat di gunakan sebagai mana
mestinya.
(..............................………)
Lampiran 3
Kepada Yth,
Bapak / Calon Responden
Di Tempat,
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang:
Nama : Wanti Septiani
Nim :1602143
Manajemen Nyeri Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu sebagai
Responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
Peneliti
(Wanti Septiani)
Lampiran 4
KISI-KISI KUESIONER
I. Identitas Responden
Nama Inisial :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Penelitian :
% Jawaban Betul 56 38 44 19 50 56 69 31 31 75
% Jawaban Salah 44 62 56 81 50 44 31 69 69 25
Mean 4.6875
Standar Deviasi 1.25000
Posttest
Jenis Pendi. Peker Pengetahuan Manajemen Nyeri Sesudah
No Inisial Umur Skor %
Kelamin dikan Jaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Tn. C 26 L SD Tani 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80
2 Tn. D 65 L SMP Tani 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
3 Ny. S 31 P PT PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80
4 Ny. M 36 P SMP RT 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 70
5 Ny. W 24 P SMP Tani 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80
6 Tn. H 32 L SMA Tani 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
7 Ny. N 43 P SMP IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
8 Tn. H 48 L SD RT 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80
9 Tn. A 56 L SD Tani 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90
10 Ny. Y 51 P SMA Wiraswasta 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70
11 Tn. D 48 L SMA Tani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
12 Ny. T 45 P SD RT 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80
13 Ny. S 62 P SMA Wiraswasta 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80
14 Ny. W 23 P SMP RT 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90
15 Tn. S 34 L SD Tani 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80
16 Ny. H 49 P PT Wiraswasta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
Jumlah Jawaban Betul 14 14 13 16 15 16 15 11 10 9 133
% Jawaban Salah 12 12 19 0 6 0 6 31 37 44
Mean 8.3125
Standar Deviasi 0.70415
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“MANAJEMEN NYERI “
OLEH :
WANTI SEPTIANI
NIM : 1602143
B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen nyeri.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tehnik relaksasi
b. Menjelaskan tehnik imajinasi terbimbing
c. Menjelaskan distraksi
d. Menjelaskan kompres panas dan dingin
C. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab
D. Media
Flip chart dan leaflet. infocus
E. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Hari/Tgl/Jam
Penyuluhan Kesehatan Kesehatan keluarga
Kamis 2 1. Pembukaan Mengucapkan salam. Pasien dan keluarga
Agustus 2018 (5 menit) membalas salam.
Pukul 09.30 – Menyebutkan nama dan Pasien dan keluarga
10.00 WIB asal. menerima kehadiran
mahasiswa dengan baik.
Menjelaskan tujuan. Pasien dan keluarga
memahami tujuan dengan
baik.
Mengkaji tingkat Pasien dan keluarga
pengetahuan Pasien dan berpartisipasi dalam
keluarga tentang nyeri. diskusi awal.
A. Manajemen Nyeri
a) Tehnik Relaksasi
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang menunjukkan
sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat dan berirama.
hati dan lambat bersama setiap inhalasi (hirup, dua, tiga) dan ekshalasi
Pada saat perawat mengajarkan tehnik ini akan sangat membantu bila
menhitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Nafas yang lambat,
berirama juga dapat digunakan sebagai tehnik distraksi. Tehnik relaksasi juga
Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan
Menurut Potter & Perry tehnik relaksasi yang dapat dilakukan pada
pasien seperti terapi atau tekhnik nafas dalam guna mengurangi atau
mengontrol rasa nyeri yang di rasa datang tiba-tiba dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Posisi senyaman mungkin
Pejamkan mata
Hirup nafas perlahan dari hidung
Tahan 1-2 detik
Hembuskan perlahan dari mulut
b) Imajinasi Terbimbing
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
bayangan mental rileksasi dan kenyamanan. Setiap kali menghirup nafas pasien
nyaman. Setiap kali nafas dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan
terbimbing selama sekitar 5 menit tiga kali sehari. Beberapa hari praktik
dapat berfungsi hanya sebagai tambahan dari bentuk pengobatan yang telah
terbukti sampai riset telah menunjukkan teknik ini efektif (Brunner &
Suddarth, 2015)
terbimbing adalah :
Posisi nyaman
yang dirasakan
c) Distraksi
perhatian pada nyeri akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi
selain nyeri. Peredaan nyeri secara umum meningkat dalam hubungan langsung
lainnya
Terapi es dingin dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang
kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas
bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam bidang reseptor yang
memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
terjadi. Saat es diletakkan diatas lutut segera setelah pembedahan dan selama 4
pemanas tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas ataupun es
luka terbuka)
DAFTAR PUSTAKA