Anda di halaman 1dari 114

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


Skripsi, 24 Agustus 2018
WANTI SEPTIANI

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Tentang


Manajemen Nyeri di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018

xii + 60 halaman + 5 Tabel + 2 Bagan + 11 Lampiran

ABSTRAK

Pengetahuan tentang manajemen nyeri perlu diberikan pada pasien untuk mengurangi
rasa sakit dan nyeri yang dirasakan. Masalah yang peneliti temukan di lapangan
bahwa masih banyak pasien yang tidak mengetahui cara mengurangi nyeri yang
timbul baik pada saat sebelum minum obat nyeri atau pada waktu tunggu minum obat
selanjutnya dengan tindakan mandiri (nonfarmakologi). Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien
tentang manajemen nyeri di ruang rawat inap bedah RSUD Solok tahun 2018.
Jenis Penelitian ini adalah pra eksperimen dengan design one group pretest postest,
penelitian ini telah dilakukan pada bulan April s/d Agustus tahun 2018 dengan jumlah
populasi sebanyak 225 orang dan jumlah sampel sebanyak 16 orang dengan tehnik
pengambilan sampel accidental sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan
lembar kuesioner dan data diolah dan dianalisa secara univariat dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji t paired dengan derajat kemaknaan p
<0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan yaitu 4,6 dengan standar deviasi 1,25. Nilai rata-rata
pengetahuan responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan yaitu 8,3 dengan
standar deviasi 0,70 dan diketahui bahwa adanya pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan tentang manajemen nyeri dengan pvalue 0,000 (p<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
pasien tentang manajemen nyeri. Diharapkan kepada kepala ruangan bedah RSUD
Solok untuk lebih memotivasi dan membimbing perawat pelaksana dalam
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien yang mengalami nyeri memakai
media seperti leaflet yang memudahkan pasien mengingat kembali.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan


Daftar Bacaan : 17 (2008-2017)

vi
COLLEGE OF HEALTH SCIENCES SYEDZA SAINTIKA PADANG STUDY
PROGRAM OF NURSING
Script, August 2018
WANTI SEPTIANI

The Influence of Health Education on Patients' Knowledge of Pain Management


in the Surgical Inpatient Room of Solok Hospital in 2018

xii + 60 pages + 5 Tables + 2 Charts + 11 Attachments

ABSTRACT

Knowledge of pain management needs to be given to patients to reduce pain and


pain. The problem that researchers found in the field that there are still many
patients who do not know how to reduce pain that arises both at the time before
taking pain medication or at the waiting time to take the next medication with an
independent (non-pharmacological) action. The purpose of this study was to see the
effect of health education on patient knowledge about pain management in Solok
Hospital inpatient room in 2018.
This type of research was pre-experiment with one group pretest posttest design, this
study was conducted in April to August 2018 with a population of 225 people and a
total sample of 16 people with accidental sampling technique. Data collection using
questionnaire sheets and data were processed and analyzed univariately in the form
of frequency distribution and bivariate tables with paired t test with significance level
of p <0.05.
The results showed that the average value of respondents' knowledge before being
given health education was 4.6 with a standard deviation of 1.25. The average value
of respondents' knowledge after being given health education is 8.3 with a standard
deviation of 0.70 and it is known that there is an influence of health education on
knowledge about pain management with a value of 0.000 (p <0.05).
It can be concluded that there is an influence of health education on patient
knowledge about pain management. It is expected that the head of the Solok Hospital
Hospital room to motivate and guide the nurses in providing health education to
patients who experience pain using media such as leaflets that allow patients to
recall.

Keywords: Knowledge, Health Education


Reading List: 17 (2008-2017)

vii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan

Karunia-Nya serta kesehatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan Skripsi

ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

Pasien Tentang Manajemen Nyeri Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok

Tahun 2018”

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Vino Rika Novia, M.Kep.

sebagai pembimbing I dan ibu Ns. Tiurmaida Simandalahi, M.Kep sebagai

pembimbing II yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan dengan penuh

kesabaran dan meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam pembuatan

Skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Syamsul Amar MS, sebagai Ketua Yayasan STIKes Syedza Saintika

Padang.

2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd.Kep. MM, sebagai Ketua STIKes Stedza Saintika

Padang

3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep sebagai Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKes

Syedza Saintika Padang

4. Ibu Drg. Ernoviana, M.Kes sebagai Direktur RSUD Solok

5. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep sebagai Penguji I Skripsi di STIKes Syedza Saintika

viii
6. Ibu Ns. Ratna Indah Sari Dewi,M.Kep sebagai Penguji II Skripsi di STIKes

Syedza Saintika

7. Bapak/Ibu Pengajar Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang

yang telah memberikan kemudahan pada peneliti dalam menyusun dan

menyelesaikan Skripsi ini

8. Teristimewa kepada Keluarga Besar, Suami dan Anakku yang tercinta, Orang Tua,

Ayah dan Ibu Mertua yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta doa

dalam menyelesaikan Skripsi penelitian ini.

Terimakasih atas bantuan motivasi sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan,

meskipun banyak hambatan dan kendala dalam penelitian dan penyusunannya.

Semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikan yang telah diberikan

kepada peneliti sehingga terlaksananya penelitian Skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu

peneliti berharap dengan sennag hati menerima usul, saran dan kritikan demi

sempurnanya Skripsi ini dimasa yang akan datang. Semoga Skripsi ini dapat

berguna bagi kita semua khususnya bagi peneliti sendiiri, akhirnya peneliti

ucapkan terima kasih.

Padang, Agustus 2018

Peneliti

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


PERNYATAAN PERSETUJUAN ...............................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..............................................iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................vi
DAFTAR ISI .................................................................................................viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
BAGAN ............................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Ruang Lingkup Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengetahuan ......................................................................................... 8
B. Pendidikan Kesehatan ...........................................................................12
C. Kerangka Teori .....................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian 40
C. Populasi dan Sampel .............................................................................40
D. Etika Penelitian ................…………………………………………....41
E. Tehnik Pengumpulan Data …………………………………………....43
F. Tehnik Pengolahan Data ……………………………………………...44

x
G. Kerangka Konsep......................……………………………………....45
H. Analisis Data ........................................................................................44
I. Hipotesis Penelitian ...............................................................................46
J. Defenisi Operasional .............................................................................47

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Lokasi Penelitian ...............................................................50
B. Hasil Penelitian ...................................................................................50

BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ................................................................................54
B. Analisa Bivariat ..................................................................................58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................61
B. Saran ..................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional 47


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 49
Karakteristik Responden di Ruang Rawat Inap
Bedah RSUD Solok Tahun 2018

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Responden Berdasarkan 50


Pengetahuan Responden tentang
Manajemen Nyeri Sebelum Di Berikan
Pendidikan Kesehatan di Ruang Rawat
Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Responden Berdasarkan 51
Pengetahuan Responden tentang
Manajemen Nyeri Sebelum Di Berikan
Pendidikan Kesehatan di Ruang Rawat
Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018
Tabel 4.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap 52
Pengetahuan Responden Tentang
Manajemen Nyeri di Ruang Rawat Inap
Bedah RSUD Solok Tahun 2018

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori...................................................................................37

Bagan 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................44

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ganchart

Lampiran 2. Inform Concent

Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Kisi-Kisi Kuesioner

Lampiran 5. Kuesioner

Lampiran 6. Master Tabel

Lampiran 7. Hasil Olahan Data SPSS

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dari STIKes Syedza Saintika

Lampiran 9. Surat Izin Balasan RSUD Solok

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 11. Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri di definisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri yang dirasakan

oleh klien merupakan penyebab stress, frustasi dan gelisah yang akan menyebabkan

klien mengalami gangguan tidur, cemas dan tidak nafsu makan serta di tunjukkan

dengan ekspresi wajah yang tegang (Tamsuri, 2012)

Dampak yang terjadi bila nyeri tidak teratasi akan menstimulasi respon stress

yang merugikan dan mempengaruhi sistem jantung dan imun. Ketika inpuls nyeri di

transmisikan tegangan otot meningkat seperti halnya pada vasokontriksi lokal. Iske-

mia pada tempat yang sakit akan menyebabkan stimulasi lebih jauh dari reseptor

nyeri. Bila impuls yang menyakitkan ini menjalar secara sentral maka aktivitas sim-

patis diperberat yang akan meningkatkan kebutuhan miokardium dan konsumsi oksi-

gen yang lebih besar (Tamsuri, 2012)

Segala bentuk nyeri akan disertai reaksi emosional tertentu oleh pasien salah

satunya yaitu cemas. Cemas atau a nsietas merupakan suatu respons antisipasi ter-

hadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai ancaman terhadap

perannya dalam hidup. Nyeri yang dirasakan akan menyebabkan pasien merasa tidak

nyaman, sulit tidur, penurunan nafsu makan dan keadaan emosi yang tidak stabil serta

pasien merasa kesulitan unruk berkonsentrasi. Perasaan ini dikarenakan ketidakta-

1
huan pasien tentang bagaimana cara mengatasi nyeri yang dirasakan. Maka dari itu

penting sekali bagi perawat khususnya untuk memberikan edukasi melalui pendidi-

kan kesehatan yang difokuskan dalam mengatasi nyeri. (Samsjoehidayat, 2015)

Pemberian tindakan untuk mengurangi nyeri yang di rasakan oleh pasien dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu pengurangan nyeri dengan farmakologis dan pengu-

rangan nyeri dengan cara non farmakologis. Tindakan nonfarmakologis meliputi

mengkaji nyeri, memonitor nyeri yang dirasakan klien, memberikan tindakan pengu-

rangan nyeri, memberikan tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi,

mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen nyeri (Brunner &

Suddart, 2015)

Intervensi farmakologis dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter

terlebih dahulu. Sebelum pemberian analgesik sebaiknya perawat menanyakan

keluhan nyeri dan skala nyeri pasien terlebih dahulu, jika keluhan nyeri berada pada

skala nyeri ringan dan sedang maka tidak perlu diberikan analgesik. Namun jika

pasien merasakan nyeri dengan skala nyeri hebat maka perlu dikolaborasikan dengan

dokter untuk pemberian analgesik. Tindakan non farmakologis dilakukan untuk

membantu mengurangi masalah pasien yang mengalami nyeri dengan tindakan

mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat dan pasien yaitu segala tindakan

keperawatan yang berkaitan dengan manajemen nyeri (Brunner& Suddarth, 2015)

Manajemen nyeri adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa

sakit dan nyeri yang dirasakan. Baik itu nyeri fisiologis ataupun nyeri yang dikare-

nakan adanya proses insisi atau pembedahan. Pendidikan kesehatan tentang pelaksa-

naan manajemen nyeri yang dapat dilakukan meliputi pengkajian skala nyeri, inten-

2
sitas nyeri serta keluhan pasien terhadap nyeri tersebut, pastikan pasien mendapatkan

analgesik yang tepat, gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima ten-

tang pengalaman nyeri dan respon nyeri pasien, ajarkan klien melaksanakan mana-

jemen nyeri secara non farmakologis seperti hypnosis, distraksi, tehnik relaksasi dan

terapi es dan panas serta imajinasi terbimbing (Tamsuri, 2012)

Manajemen nyeri dengan imajinasi terbimbing adalah dengan menggunakan

imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai

efek positif tertentu. Sedangkan pada tehnik relaksasi dipercaya dapat menurunkan

nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Sementara itu pada

metode distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri

dan dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme

yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif lainnya. (Brunner&Suddarth, 2015)

Pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi mengenai penyakit serta in-

tervensi yang akan dijalankan dan menjawab pertanyaaan yang membuat klien kha-

watir. Pendidikan kesehatan merupakan intervensi yang harus dilakukan oleh perawat

sebagai orang terdekat pasien selama proses perawatan. Sebaiknya rumah sakit

mempunyai protap terkait dengan penyuluhan pada pasien untuk mendukung ber-

jalannya program pendidikan kesehatan (Brunner & Suddart, 2015)

Dalam pelaksanaannya pendidikan kesehatan tidaklah memerlukan waktu yang

banyak, hanya saja diperlukan pengetahuan dan sikap serta motivasi yang positif un-

tuk menjalankannya. Pendidikan kesehatan atau informasi yang harus diberikan pada

pasien yang mengalami nyeri adalah melakukan manajemen nyeri (mengajarkan

tehnik relaksasi tarik nafas dalam dan batuk efektif, terapi musik, senam jari dan pen-

3
galihan fikiran), nutrisi, menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protein bila

pasien tidak alergi) dan mobilisasi dini pasien (SOP RSUD Solok, 2014).

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Agung (2016) tentang pengaruh pelaksa-

naan pendidikan kesehatan manajemen nyeri terhadap penurunana skala nyeri pasien

di RSUD Pringsewu Lampung Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh pendidikan kesehatan manajemen nyeri terhadap penurunan skala nyeri pa-

da pasien di RSUD Pringsewu Lampung Selatan.

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di RSUD Solok pada tanggal 6 Juni

2018 diketahui bahwa dari 10 ruang rawat inap di RSUD Solok jumlah pasien yang

mengalami keluhan nyeri terbanyak terdapat di ruang rawat inap bedah, kebidanan

dan THT. Diruang rawat inap bedah jumlah pasien yang dirawat periode bulan

Januari s/d Mei yaitu sebanyak 225 orang dengan rata-rata jumlah pasien setiap

bulannya sebanyak 45 orang.

Hasil survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 6 Juni tahun 2018 melalui

wawancara dan observasi terhadap 10 orang pasien yang di rawat di ruang rawat inap

bedah RSUD Solok, 7 orang pasien terlihat meringis kesakitan dengan skala nyeri

sedang dan ringan, pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan hilang timbul dan

pasien pada umumnya tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi nyeri yang

dirasakan, selama ini pasien hanya bergantung pada obat yang diberikan oleh dokter

dan perawat saja dan pasien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi nyeri yang

timbul diantara waktu minum obat selanjutnya dengan tindakan mandiri

(nonfarmakologi) sementara itu 3 orang lainnya mengalami nyeri berat, pasien

mengatakan bahwa jika sedang mengalami nyeri, pasien menjadi sulit tidur dan nafsu

4
makan berkurang dan pasien tidak bisa melakukan aktifitas seperti pergi ke kamar

mandi ataupun sekedar jalan di sekitar tempat tidur, pasien mengatakan nyeri yang

dialami sedikit berkurang setelah minum obat nyeri yang diberikan oleh perawat

ataupun dokter di ruangan dan pasien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi

nyeri yang timbul kembali diantara waktu minum obat selanjutnya.

Berdasarkan survey di atas maka peneliti telah melakukan suatu penelitian ten-

tang pengaruh pelaksanaan pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien

tentang manajemen nyeri di ruangan bedah RSUD Solok tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti telah melakukan penelitian

tentang pengaruh pelaksanaan pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasien

tentang manajemen nyeri di ruangan bedah RSUD Solok tahun 2018.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pelaksanaan pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

pasien tentang manajemen nyeri di ruangan bedah RSUD Solok tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui nilai rata-rata pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri sebelum

diberikan pendidikan kesehatan di ruangan bedah RSUD Solok tahun 2018.

b. Diektahui nilai rata-rata pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri sesudah

diberikan pendidikan kesehatan di ruangan bedah RSUD Solok tahun 2018.

5
c. Diketahui perbedaan pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan di ruangan bedah RSUD Solok tahun

2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Solok

Sebagai masukan bagi perawat di ruang rawat inap bedah RSUD Solok untuk

melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang manajemen

nyeri sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien dan meningkatkan mutu pela-

yanan yang berkualitas di rumah sakit.

2. Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Syedza Saintika)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa menjadi

acuan bagi dosen dan mahasiswa dalam melakukan manajemen nyeri dalam proses

belajar mengajar di mata kulian keperawatan medikal bedah.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang

pelaksanaan pendidikan kesehatan manajemen nyeri dan menjadi reverensi dan data

pembanding dalam melakukan penelitian yang terkait dengan pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri.

E. Ruang Lingkup Penelitian

6
Peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan ter-

hadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri. Penelitian ini telah dilakukan di

ruang rawat inap bedah RSUD Solok pada tanggal 1-2 Agustus Tahun 2018.

Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan survey awal pada umumnya pasien tidak

mengetahui bagaimana cara mengatasi nyeri yang timbul secara mandiri

(nonfarmakologi). Populasi pada penelitian ini adalah pasien di ruang rawat inap be-

dah RSUD Solok yang berjumlah 225 orang dengan perencanaan jumlah sampel

penelitian sebanyak 16 orang. Variabel independen pada penelitian ini adalah

pendidikan kesehatan dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penge-

tahuan. Jenis penelitian ini bersifat onegroup pretest posttest dengan tehnik pengam-

bilan sampel menggunakan accidental sampling. Data yang peneliti dapatkan

kemudian akan diolah menggunakan uji t dan dianalisa menggunakan analisa

univariat dan bivariat.

BAB II

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan do-

main yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan

didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni tahu, memahami, ap-

likasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Tingkat Pengetahuan

1) Tahu (Know)

Tahu (know) ialah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh

karena tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, mengarahkan, mendefenisikan, dan menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

8
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan ya untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan

terhadap objek yang dipelajari.

3) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

meggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan

mengelompokkan.

4) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengeluarkan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata (sebenarnya).

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada. suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan formulasi baru dari

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

9
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

bedasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2012).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2010), yaitu :

1) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah

dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk me-

nyelesaikan hal-hal baru tersebut.

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

memberikan pengetahuan yang jelas terutama tentang cara perawatan yang

benar dan tepat.

3) Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, ka-

rena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai dengan tidaknya

dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

10
4) Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, mak-

sudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin

banyak (bertambah tua)

5) Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan

dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang di miliki

harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan ke

sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga (No-

toatmodjo, 2010).

4. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

mennayakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.

Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikanrumusan kalimat pertanyaan

menurut tahapan pengetahuan. Menurut Riyanto (2013) pengetahuan seseorang

dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yaitu :

a. Rendah ≤ 50%

b. Tinggi jika >50%

11
B. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang

yang diubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat.

(Suliha, 2012). Menurut Setiawaty (2011) pendidikan kesehatan merupakan se-

rangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain mulai dari indi-

vidu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat.

Sama halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan

yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak

faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidi-

kan dan perubahan perilaku yang diharapkan.

2. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan secara umum dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku

individu/masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat di perinci lebih lanjut

menjadi :

a) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat

b) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat

c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada

Sementara itu menurut Wong (1974) dikutip dalam Suliha (2011) tujuan dari

pendidikan kesehatan adalah :

12
a) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatan dirinya, keselamatan lingkungan dan masyarakat sekitar

b) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah jadinya sakit

mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan

ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit

c) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan peru-

bahan-perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif

d) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana

caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatan

yang formal. (Suliha, 2012)

3. Sasaran pendidikan kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan menurut Setiawaty (2011) terdiri dari 3 kate-

gori yaitu :

a) Sasaran Primer

Adalah sasaran utama dan menjadi sasaran langsun atas upaya melakukan

pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan.

b) Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder terdiri atas tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyara-

kat. Diberikannya pendidikan kesehatan kepada kelompok ini akan dapat mem-

percepat penerimaan informasi kesehatan kesehatan sehingga perubahan per-

ilaku kesehatan yang diharapkan dapat tercapai.

c) Sasaran Tertier

13
Adalah para pembuat keputusan, pengambil kebijakan misalnya

pemerintah, pejabat dan pengusaha. (Setiawaty, 2011)

Menurut Suliha (2012) sasaran pendidikan kesehatan mengacu pada sasaran

individu, kelompok dan masyarakat.

4. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Menurut Setiawaty (2011) ruang lingkup pendidikan kesehatan terdiri dari

aspek promotif dimana sasaran pada aspek ini adalah masyarakat yang ada dalam

rentang sehat sehingga perlu dipertahankan status kesehatannya. Sementara itu

Aspek preventif terdiri dari pencegahan primer dimana sasarannya adalah masyara-

kat yang beresiko terpapar berbagai penyakit atau terganggu akan kesehatannya,

pencegahan sekunder sasarannya adalah para penderita yang mengalami penyakit

kronik sementara itu pencegahan tertier sasarannya adalah penderita yang baru

sembuh dari sakitnya.

5. Metode dan Cara pemberian Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012) agar mencapai suatu hasil yang optimal, materi

juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan. Untuk

sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasa-

ran individual. Ada 3 macam metode pendidikan kesehatan, yaitu :

a. Metode Pendidikan Individual (perorangan)

14
Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru, atau membina

seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku. Dasar

digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan perilaku tersebut. Bentuk

pendekatan ini, antara lain :

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih jadi lebih efektif.

b) Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada beberapa macam metode

kelompok tersebut, yaitu:

a. Kelompok besar

Apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, antara lain ceramah dan

seminar.

a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

berpendidikan rendah.

b) Seminar

15
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu bentuk penyajian dari satu ahli atau

beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya

dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya disebut kelompok

kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain :

a) Diskusi Kelompok

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-

pancingan yang berupa pertanyaan sehubungan dengan topik yang dibahas.

Sehingga terciptalah diskusi kelompok.

b) Curah Pendapat (brain stroming)

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu

masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan.

Tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,

sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa

pun. Setelah semuanya mengemukaan pendapat, baru tiap anggota boleh

berkomentar dan akhirnya terbentuklah diskusi.

c) Bola Salju (snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian

dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah kurang lebih 5 menit maka

tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah

tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah

16
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan

demikian seterusnya sehingga akhimya akan terjadi diskusi dari seluruh

anggota kelompok.

d) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang kemudian

akan diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak dengan kelompok lain dan

masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya

kesimpulan dari tiap kelompok tersebut didiskusikan kembali dan dicari

kesimpulannya.

e) Memainkan Peran (role play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu. Setelah

mendapatkan peran mereka masing-masing, mereka kemudian memainkan

peran tersebut.

f) Permainan Simulasi (simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.

Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam bentuk permainan.

3. Metode Pendidikan Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Berikut ini ada beberapa contoh metode untuk

pendekatan massa, yaitu :

a. Ceramah Umum (public speaking).

17
b. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan melalui media elektronik,

baik televisi maupun radio.

c. Simulasi contohnya seperti dialog antara pasien dengan perawat.

d. Billboard biasanya dipasang di tempat-tempat umum dan diisi dengan pesan-pesan

atau informasi – informasi kesehatan.

6. Media Pendidikan Kesehatan

Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat

merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada dirinya. Tujuan penggunaan media adalah untuk

mempermudah sasaran memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Kehadiran media

mempunyai arti yang sangat penting, sebab ketidakjelasan bahan yang akan

disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara

(Suiraoka, 2012).

a. Media Cetak

1) Booklet : digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tuli-

san maupun gambar.

2)Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan ataupun

keduanya.

3)Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4)Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar ba-

lik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar

peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan

dengan gambar tersebut.

18
5) Rubrik/tulisan-tulisan : pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu

masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster : merupakan suatu bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum,

atau di kendaraan umum.

7) Foto : digunakan untuk mengungkapkaninformasi-informasi kesehatan.

b. Media Elektronik

1)Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pi-

dato/ceramah, TV, quiz, atau cerdas cermat.

2) Radio : bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, ceramah.

3)Video Compact Disc (VCD)

4) Slide : digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.

5) Film strip : digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

c. Media Papan (Bill Board)

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi

dengan pesan-pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media papan di sini juga

mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada ken-

daraan umum (bus/taksi) (Notoadmojo, 2012)

7. Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri

19
Segala bentuk nyeri akan disertai reaksi emosional tertentu oleh pasien

salah satunya yaitu cemas. Cemas atau ansietas merupakan suatu respons an-

tisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai ancaman

terhadap perannya dalam hidup. Nyeri yang dirasakan akan menyebabkan pasien

merasa tidak nyaman, sulit tidur, penurunan nafsu makan dan keadaan emosi yang

tidak stabil serta pasien merasa kesulitan unruk berkonsentrasi. Perasaan ini

dikarenakan ketidaktahuan pasien tentang bagaimana cara mengatasi nyeri yang

dirasakan. Maka dari itu penting sekali bagi perawat khususnya untuk memberikan

edukasi melalui pendidikan kesehatan yang difokuskan dalam mengatasi nyeri.

(Samsjoehidayat, 2015)

1) Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri

adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan

(Brunner & Suddarth, 2015) Nyeri bersifat subjektif dan tidak ada individu yang

mengalami nyeri yang sama. Perawat perlu 12 mencari pendekatan yang paling

efektif dalam upaya pengontrolan nyeri (Potter & Perry, 2006). Nyeri dapat

disebabkan oleh berbagai stimulus seperti mekanik, termal, kimia, atau elektrik

pada ujung-ujung saraf. Perawat dapat mengetahui adanya nyeri dari keluhan

pasien dan tanda umum atau respon fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri.

Sewaktu nyeri biasanya pasien akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat,

berkeringat, napas lebih cepat, pucat, berteriak, menangis, dan tekanan darah

meningkat (Wahyuningsih, 2014).

20
2) Klasifikasi Nyeri

Menurut Mubarak dan Chayatin (2012) ada beberapa klasifikasi nyeri yaitu:

a. Nyeri Perifer

Menurut (Potter & Perry, 2010) nyeri ini ada tiga macam yaitu :

1) Nyeri superfisial

Nyeri superfisial adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan pada

kulit dan mukosa. Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri bi-

asanya terasa sebagai sensasi yang tajam. Contoh penyebab nyeri super-

fisial adalah jarum suntik dan luka potong kecil/ laserasi.

2) Nyeri viseral

Nyeri viseral adalah nyeri yang muncul akibat stimulus dari reseptor

nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks. Nyeri 13 bersifat difus dan

dapat menyebar ke beberapa arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya ber-

langsung lebih lama daripada nyeri superfisial. Nyeri dapat terasa tajam,

tumpul atau unik tergantung organ yang terlibat.

3) Nyeri Alih(referred)

Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh

dari penyebab nyeri. Contoh dari penyebab nyeri alih adalah infark mio-

kard yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri dan bahu kiri.

b. Nyeri Sentral

Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak dan

thalamus.

21
c. Nyeri Psikogenik

1) Nyeri Akut

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak me-

nyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial

atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Gejala yang terjadi ti-

ba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

dapat diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015).

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak me-

nyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang 14 aktual atau poten-

sial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Gejala yang ter-

jadi yaitu timbul secara tiba – tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan

hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat di-

antisipasi atau diprediksi dan berlangsung >3 bulan (NANDA, 2015).

3) Persepsi Nyeri

Menurut Brunner & Suddarth (2015) perawat mengajukan pertanyaan untuk

menentukan awitan, durasi dan rangkaian nyeri. Awitan nyeri yang berat dan

mendadak lebih mudah di kaji daripada nyeri bertahap atau ketidaknyamanan rin-

gan. Walaupun nyeri bersifat objektif dan di pengaruhi oleh banyak faktor, tetapi

nyeri dapat di ukur dengan skala intensitas nyeri. Skala intensitas nyeri yang di

gunakan pada penelitian ini antara lain :

Visual Analog Scale (VAS)

22
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada nyeri Nyeri tidak tertahankan

Dari skala nyeri di atas, tingkatan nyeri dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

Nyeri ringan :1–4

Nyeri sedang :5–6

Nyeri Berat :7–9

Nyeri tidak tertahankan : 10

Menurut Potter & Perry (2010) individu merupakan penilai terbaik dari

nyerinya yang dialaminya dan karenannya harus diminta untuk menggambarkan dan

membuat tingkatnya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri indi-

vidual dalam beberapa cara antara lain :

1. Intensitas nyeri

Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal ( misal-

nya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat atau sangat hebat ; atau 0-10 : 0 = tidak

ada nyeri, 10 = nyeri sangat hebat )

2. Karakteristik nyeri, termasuk letak (untuk area dimana nyeri pada berbagai or-

gan), durasi (menit,jam,hari,bulan), irama (terus menerus, hilang timbul,periode

bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri), dan kualitas

(nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit, nyeri seperti digencet)

23
3. Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang bergerak,

pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas) dan apa yang dipercaya pasien

dapat membantu mengatasi nyerinya.

4. Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari- hari (misalnya tidur, nafsu

makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan ak-

tivitas-aktivitas santai). Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri

kronis dengan depresi.

5. Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai masalah yang luas,

seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra

diri.

6. Skala analogi visual (VAS). Skala analogi visual sangat berguna dalam mengkaji

intensitas nyeri. Skala tersebut adalah berbentuk garis horizontal sepanjang 10

cm, dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk

menunjuk titik pada garis yang menunjukan letak nyeri terjadi disepanjang

rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan ‘tidak ada’ atau ‘tidak nyeri’

sedangkan ujung kanan biasa menandakan ‘berat’ atau ‘nyeri yang paling buruk’

untuk menilai hasil,sebuah penggaris diletakkan disepanjang garisdan jarak yang

dibuat pasien pada garis dari ‘tidak ada nyeri’ diukur dan ditulis dalam centime-

ter.

4) Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri

seseorang yaitu

a. Usia

24
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri, khu-

susnya pada anak – anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang

ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak

dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

b. Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespon terhadap

nyeri. Tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor – faktor bio-

kimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memper-

hatikan jenis kelamin.

c. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri mempengaruhi

persepsi nyeri, perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang

meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun. Konsep ini merupakan salah satu 15 yang perawat terapkan sebagai

terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimb-

ing dan massase. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada

stimulus yang lain, maka perawat dapat menempatka nyeri pada kesadaran pe-

rifer.

d. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu menga-

tasi nyeri, individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima

oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

25
Cara individu mengekspresikan nyeri merupakan sifat kebudayaan. Beberapa

kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah.

Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan

demikian, hal ini mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiate endogen dan

sehingga terjadilah persepsi nyeri.

e. Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengala-

man nyeri dan cara seseorang beadaptasi terhadap nyeri. Individu akan mem-

persepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda, apabila nyeri tersebut

memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Misal-

nya, seorang wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda

dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan.

Derajat dan 16 kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan

makna nyeri.

f. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat

perhatian didalam suatu lingkungan berteknologi tinggi, misalnya unit

perawatan intensif maka rasa cemas tersebut dapat menimbulkan suatu masa-

lah penatalaksanaan nyeri yang serius nyeri yang tidak kunjung hilang sering-

kali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.

g. Keletihan

26
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila

keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahka dapat terasa lebih

berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu peri-

ode tidur yang lelap di banding pada akhir hari yang melelahkan.

h. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu terse-

but akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.

Apabila individu mengalami nyeri, dengan jenis yang berulang-ulang, tetapi

kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah indi-

vidu tersebut menginterpretasikan 17 sensasi nyeri. Perawat harus melakukan

upaya untuk mempersiapkan klien dengan menerangkan secara jelas tentang

jenis nyeri yang akan dialami dan metode yang mengurangi nyeri tersebut.

i. Gaya koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, bagian sebagian atau kese-

luruhan. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk mengembangkan

koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. penting untuk memahami

sumber-sumber koping klien selama ia mengalami nyeri. Sumber-sumber sep-

erti berkomunikasi dengan keluaraga pendukung, melakukan latihan atau

menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya

mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu

j. Dukungan keluarga dan sosial

27
Indivdu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan atau perlin-

dungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai

klien akan meminimalkan rasa kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada

keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien semakin ter-

tekan. Kehadiran orangtua sangat penting terutama bagi anak-anak yang se-

dang mengalami nyeri.

5) Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan nyeri atau tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri

yaitu terdiri dari penatalaksanaan non – farmakologi dan farmakologi

a. Penatalaksanaan non farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi menurut Bangun dan Nur’aeni (2013),

merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri

tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya perawat

dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak pasien dan anggota tim

kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode un-

tuk menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas keperawatan non farmakolo-

gi yang dapat membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarma-

kologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan tersebut bukan

merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2011).

Salah satu tanggung jawab perawat paling dasar adalah melindungi

klien/pasien dari bahaya. Ada sejumlah terapi nonfarmakologi yang mengu-

28
rangi resepsi dan persepsi nyeri yang dapat digunakan pada keadaan perawatan

akut, perawatan tersier dan pada keadaan perawatan restorasi (Potter d& Perry,

2010). Penatalaksanaan non farmakologi terdiri dari intervensi perilaku kognitif

yang meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi 19 terbimbing,

hypnosis dan sentuhan terapeutik (massage) (Tamsuri, 2012).

Menurut Nursing Intervention and Classification/NIC (2013) peran perawat

dalam penatalaksanaan nyeri adalah:

1) Mengkaji nyeri seperti lokasi, karakteristik, durasi nyeri, frekuensi nyeri,

kualitas nyeri, intensitas nyeri dan faktor penyebab nyeri

2) Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3) Menanyakan pengetahuan pasien tentang nyeri

4) Mengkaji pengaruh nyeri yang dialami pasien pada tidur, selera makan, ak-

tivitas, perasaan, hubungan, peran pada pekerjaan dan pola tanggungjawab

5) Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama

nyeri akan dirasakan dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

6) Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ru-

angan, pencahayaan dan kebisingan

7) Melakukan penanganan non-farmakologi seperti relaksasi, terapi music,

guided imagery, terapi akupresur, terapi aktivitas dan massage

8) Mengajarkan prinsip dari manajemen nyeri

9) Menggunakan teknik pengontrolan nyeri/ antisipasi sebelum nyeri berubah

menjadi berat

10) Melakukan penanganan farmakologi yaitu pemberian analgesic.

29
Menurut Susanti (2012) perawat mengkaji nyeri pasien untuk me-

rencanakan tindakan apa yang harus diberikan selanjutnya untuk pasien yaitu

dengan menggunakan instrumen OPQRSTUV (onset, proviking, quality, re-

gion, severity, treatment, understanding, value).

b. Penatalaksanaan Farmakologi

Keputusan perawat dalam penggunaan obat-obatan dan penatalaksanaan

klien/pasien yang menerima terapi farmakologi membantu dalam upaya memas-

tikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan (Potter & Perry, 2010).

1) Analgesik

Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri.

Perawat harus mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk menghilangkan

nyeri (Potter & Perry, 2006). Ada tiga jenis analgesik menurut Potter dan Perry

(2006) yaitu: a) Non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Ke-

banyakan NSAID bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi tranmi-

si dan resepsi stimulus nyeri. NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan

nyeri ringan dan sedang seperti nyeri yang terkait dengan artritis rheumatoid, 21

prosedur pengobatan gigi, prosedur bedah minor dan episiotomi b) Analgesik

narkotik atau opiat Analgesik narkotik atau opiat umumnya diresepkan untuk

nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi dan nyeri maligna. Obat

ini bekerja pada sistem saraf pusat c) Obat tambahan (adjuvan) atau koanalge-

sik Adjuvan seperti sedatif, anticemas dan relaksan otot meningkatkan control

nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri seperti depresi

dan mual. Sedatif seringkali diresepkan untuk penderita nyeri kronik.

30
2) Analgesik Dikontrol Pasien (ADP)

Sistem pemberian obat yang disebut ADP merupakan metode yang aman

untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri post operasi dan nyeri traumatik.

Klien/pasien menerima keuntungan apabila ia mampu mengontrol nyeri (Potter

& Perry, 2010).

6) Komplikasi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2010) efek nyeri pada klien/pasien ada tiga yaitu:

a. Efek fisiologis/fisik

Apabila klien/pasien merasakan nyeri perawat harus mengkaji tanda vital,

melakukan pemeriksaan fisik dan mengobservasi 22 keterlibatan system saraf

otonom. Saat awitan nyeri akut maka denyut jantung, tekanan darah dan frekuen-

si pernapasan meningkat (Potter & Perry, 2010). Respon fisik timbul akibat im-

puls nyeri yang ditransmisikan oleh medula spinalis menuju batang otak dan

thalamus menyebabkan terstimulasinya sistem saraf otonom sehingga akan men-

imbulkan respon yang serupa dengan respon tubuh terhadap stres (Tamsuri,

2012).

c. Efek perilaku

Banyak klien/pasien tidak mampu mengungkapkan secara verbal mengenai

ketidaknyamanan, hal ini dikarenakan mereka tidak mampu berkomunikasi.

Merintih, mendengkur dan menangis merupakan contoh vokalisasi yang

digunakan untuk mengekspresikan nyeri. Sifat nyeri menyebabkan seseorang

31
merasa tidak nyaman, nyeri yang berat secara serius dapat menghambat per-

ilaku atau gaya hidup seseorang (Potter dan Perry, 2010).

Efek perilaku seseorang terhadap nyeri digambarkan dalam tiga fase:

1) Fase antisipasi

Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting dan fase ini

memungkinkan seseorang untuk memahami nyeri yang dirasakan. Klien

belajar untuk mengendalikan emosi (kecemasan) sebelum nyeri muncul dan

klien juga diajarkan untuk mengatasi nyeri jika terapi yang dilakukan ku-

rang efektif (Tamsuri, 2012).

2) Fase sensasi

Sensasi nyeri akan terjadi ketika seseorang merasakan nyeri. Banyak

perilaku yang ditunjukkan individu ketika mengalami nyeri seperti me-

nangis, menjerit, meringis, meringkukkan badan, dan bahkan berlari-lari

(Tamsuri, 2012).

3) Pasca nyeri (Fase Akibat)

Fase ini terjadi ketika kurang atau berhentinya rasa nyeri. Jika

seseorang merasakan nyeri yang berulang maka respon akibat akan menjadi

masalah. Perawat diharapkan dapat membantu klien untuk mengontrol rasa

nyeri dan mengurangi rasa takut apabila nyeri menyerang (Tamsuri, 2012).

d. Respon psikologis

Respon ini berkaitan dengan pemahaman seseorang terhadap nyeri yang

terjadi. Klien yang mengartikan nyeri sebagai suatu yang negatif akan men-

imbulkan suasana hati sedih, berduka, tidak berdaya, marah, dan frustasi. Hal ini

32
berbalik dengan klien yang menganggap nyeri sebagai pengalaman yang positif

karena mereka akan menerima rasa nyeri yang dialami (Tamsuri, 2012).

7) Manajemen Nyeri

a) Tehnik Relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan

merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang

menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Tehnik relaksasi

yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat dan

berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan

nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati

dan lambat bersama setiap inhalasi (hirup, dua, tiga) dan ekshalasi (hembusan

dua, tiga) (Brunner & Suddarth, 2015)

Pada saat perawat mengajarkan tehnik ini akan sangat membantu bila

menhitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Nafas yang lambat,

berirama juga dapat digunakan sebagai tehnik distraksi. Tehnik relaksasi juga

tindakan pereda nyeri noninvasif lainnya mungkin memerlukan latihan sebelum

pasien menjadi terampil menggunakannya. Hampir semua orang dengan nyeri

kronis mendapatkan manfaat dari metode-metode relaksasi. Periode relaksasi

yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang

terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri (Brunner & Suddarth,

2015)

b) Imajinasi Terbimbing

33
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam

suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

Sebagai contoh imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat

terdiri atas menggabungkan nafas berirama lambat dengan suatu bayangan

mental rileksasi dan kenyamanan. Setiap kali menghirup nafas pasien harus

membayangkan energi penyembuh dialirkan kebagian yang tidak nyaman. Setiap

kali nafas dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan (Brunner &

Suddarth, 2015)

Imajinasi terpadu diharapkan agar efektif, dibutuhkan waktu yang banyak

untuk menjelaskan tekniknya dan waktu untuk pasien mempraktikkannya.

Biasanya pasien diminta untuk mempraktikkan imajinasi terbimbing selama

sekitar 5 menit tiga kali sehari. Beberapa hari praktik mungkin diperlukan

sebelum intensitas nyeri dikurangi. Banyak pasien mulai mengalami rileks dari

imajinasi terbimbing saat pertama kali mereka mencobanya. Myeri mereda dapat

berlanjut selama berjam-jam setelah imajinasi digunakan. Pasien harus

diinformasikan bahwa imajinasi terbimbing dapat berfungsi hanya sebagai

tambahan dari bentuk pengobatan yang telah terbukti sampai riset telah

menunjukkan teknik ini efektif (Brunner & Suddarth, 2015)

c) Distraksi

Distraksi memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selai pada nyeri dapat

menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang

34
bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang

kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri

akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi

diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol

desenden yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke

otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima

dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Peredaan nyeri secara umum

meningkat dalam hubungan langsung dengan partisipasi aktif individu.

Banyaknya modalitas sensori yang dipakai dan minat individu dalam stimuli.

Karenanya stimuli penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih

efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Brunner &

Suddarth, 2015)

d) Stimulasi dan Masase Kutaneus

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum sering dipusatkan

pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor

tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat

mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat

pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot (Brunner &

Suddarth, 2015)

Teori gate control bertujuan menstimulasi serabut-serabut yang

mentransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls

nyeri. Beberapa strategi penghilang nyeri nonfarmakologis termasuk menggosok

35
kulit dan menggunakan panas dingin adalah berdasarkan mekanisme ini (Brunner

& Suddarth, 2015)

e) Terapi Es dan Panas

Terapi es dingin dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif

pada beberapa keadaan. Namun begitu keefektifannya dan mekanisme kerjanya

memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja

denngan menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam bidang reseptor yang sama

seperti pada cedera. Terpai es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat

sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera terjadi. Saat es

diletakkan diatas lutut segera setelah pembedahan dan selama 4 hari pasca

operasi kebutuhan analgesik menurun sekitar 50%. Penggunaan panas

mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan

kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.

Namun demikian menggunakan panas kering dengan lampu pemanas tampak

tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas ataupun es harus digunakan

dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit

(Brunner & Suddarth, 2015)

36
C. Kerangka Teori

Stimulus Mekanik Stimulus Termal Stimulus Kimia Stimulus Elektrik

Nyeri

Keletihan Ansietas Kurangnya Perhatian

37
Pendidikan Kesehatan

Manajemen Nyeri

Terapi Farmakologis Terapi Nonfarmakologis

Analgesik Distraksi Tehnik Masase


Relaksasi

Imajinasi terbimbing
Kompres panas atau
dingin

Pengetahuan Pasien

Sumber : Notoatmodjo, (2010), Brunner & Suddarth, (2015), Potter & Perry (2010)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pra eksperimen

dengan desain one group pretest posttest. (Notoatmodjo, 2012). Kelompok subjek

38
diukur pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan manajemen nyeri(pre

test). Kemudian diukur kembali pengetahuan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan (post test) untuk mengetahui perubahan pada pengetahuan diberikannya

pendidikan kesehatan. Rancangan penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4.1
Tabel Design Penelitian

Pre test Perlakuan Post Test

O1 X O2

Keterangan :

O 1 : Observasi pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri sebelum

diberikan pendidikan kesehatan.

X : Pelaksanaan pendidikan kesehatan manajemen nyeri

O2 : Observasi pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri sesudah

diberikan pendidikan kesehatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di ruang rawat inap bedah RSUD Solok mulai

dari penyusunan proposal pada bulan Maret s/d Juli 2018 dan dan dilakukan

penelitian pada tanggal 1-2 Agustus tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

39
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti di se-

but populasi penelitian (Notoatmodjo,2012). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh pasien yang di rawat di ruang rawat inap bedah RSUD Solok dengan

jumlah periode Januari – Mei 2018 adalah sebanyak 225 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Rumus penelitian

eksperimen sederhana untuk rancangan acak lengkap atau kelompok menurut

Supranto (2007) yaitu :


(t-1) (r-1) ≥ 15

Berdasarkan rumus tersebut dapat dilihat besaran sampel tiap kelompok

sebagai berikut :

(t-1) (r-1) ≥ 15

(1-1) (r-1) ≥ 15

r≥15 + 1

r≥16

Keterangan :

t= Banyak kelompok perlakuan

r= Besaran sampel (replikasi)

40
Jadi besaran sampel ynag di perlakukan sebanyak 16 orang berdasarkan

rumus diatas sampel yang diperlukan sebanyak 16 orang. Tehnik pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik accidental sampling dengan 2

kriteria yang digunakan yaitu kriteria inklusi dan eksklusi yang berarti

menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi

karena berbagai hal seperti :

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia menjadi responden

b. Pasien yang bisa mobilisasi

c. Bisa berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

2. Kriteria Eksklusi :

a. Pasien dengan keadaan anastesi penuh

b. Pasien yang mengalami nyeri berat

c. Pasien dengan keadaan umum kurang baik

d. Pasien yang sedang mengalami perawatan khusus

D. Etika Penelitian

Dalam proses penelitian, terlebih dahulu peneliti memulai dengan perizinan

dari STIKes Syedza Saintika untuk melakukan penelitian terkait dengan pengaruh

pendidikan kesehatan manajemen nyeri terhadap pengetahuan pasien di ruang

rawat inap bedah RSUD Solok. Rekomendasi penelitian yang di peroleh dari

STIKes Syedza Saintika di teruskan kebagian Diklat RSUD Solok yang menjadi

41
lokasi penelitian. Setelah diperoleh perizinan maka penelitian di lakukan di ruang

rawat inap bedah RSUD Solok. Adapun etika dalam penelitian ini adalah:

1. Lembaran persetujuan (Informed consent)

Peneliti memberikan lembaran persetujuan dan emnjelaskannya kepada

responden yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta

manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan

dari penelitian yang dilaksanakan. Bila responden menolak maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati hak –hak calon responden.

2. Kerahasian (confidentiality)

Peneliti menjaga kerahasiaan dari informasi yang diperoleh selama penelitian.

Informasi yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan

dalam penelitian. Peneliti juga menjamin hak-hak responden dalam penelitian

dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dari responden dalam penelitian.

3. Self Determination

Bersedia atau tidaknya pasien menjadi responden untuk mengikuti kegiatan

penelitian.

4. Balancing harm and Benefience

Peneliti mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

responden tentang manajemen nyeri. Memperhatikan juga keseimbangan antara

kerugian dan manfaat keikut sertaan responden pada penelitian ini. Manfaat

menjadi responden dalam penelitian ini antara lain dapat menilai dan

mempraktekkan tentang manajemen nyeri sehingga hasil yang ada menjadi

42
bermanfaat bagi pasien dan menjadi masukan bagi perawat untuk memberikan

pelayanan yang lebih optimal lagi khususnya dalam bentuk pendidikan

kesehatan.

5. Veracity (Kejujuran)

Peneliti menyampaikan informasi yang benar dan tidak merupakan suatu

kebohongan selama proses penelitian.

6. Keadilan ( Justice )

Penelitian ini memperhatikan prinsip keadilan,dalam memenuhinya peneliti

memerlukan setiap orang dengan moral yang benar dan pantas serta

memberikan hak kepada setiap responden.

7. Tanpa nama (Anonymity)

Penelitian ini tidak mencantumkan nama asli responden pada lembaran

pengumpulan data (kuesioner) yang isi, tetapi hanya memberikan kode tertentu

demi menjaga kerahasiaan identitas responden.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer pada penelitian ini didapatkan melalui wawancara langsung

kepada pasien di ruang rawat inap bedah RSUD Solok.

b. Data Sekunder

43
Data sekunder pada penelitian ini didapatkan melalui ruang medical rec-

ord tentang jumlah pasien sebanyak 225 orang selama periode bulan Januari s/d

Mei tahun 2018 di ruang rawat inap bedah RSUD Solok.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data antara lain mendapat surat penelitian dari

kampus STIKes Syedza Saintika dan RSUD Solok, kemudian peneliti melakukan

penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Peneliti menyiapkan lembar kuesioner sebagai alat ukur dalam proses penelitian

b. Peneliti menunggu pasien yang mengalami nyeri diruang rawat inap bedah

RSUD Solok kemudian peneliti orientasikan terhadap tujuan penelitian.

c. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang telah di tetapkan di jadikan sebagai

responden penelitian dan dianjurkan menandatangani lembar persetujuan

(inform concern) yang di ajukan oleh peneliti.

d. Setelah inform consent di tanda tangani, maka peneliti mengkaji pengetahuan

responden tentang manajemen nyeri dengan melakukan wawancara sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri.

e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri sebanyak 2 kali

perlakuan yaitu pada tanggal 1 Agustus dengan 8 orang responden, dan tanggal

2 Agustus dengan 8 orang responden.

f. Setelah memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri maka

peneliti kembali mengkaji pengetahuan responden tentang manajemen nyeri

dengan menggunakan wawancara memakai kuesioner yang ada.

g. Memberikan ucapan terimakasih dan pujian pada responden

44
F. Langkah Pengolahan Data

Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan komputer dengan tahap

sebagai berikut :

a. Editing (Pemeriksaan data)

Peneliti melakukan pengecekan kembali pada lembar kuesioner, jika masih

ada yang belum terisi maka peneliti lakukan wawancara ulang dan jika semua

item telah terisi maka peneliti lakukan wawancara pada responden berikutnya.

b. Coding ( Pengkodean data)

Setelah semua kuesioner telah dipastikan terisi semua, selanjutnya peneliti

memberikan kode pada tiap item di kuesioner. Untuk variabel dalam

pengetahuan di beri nilai 1 jika jawaban benar dan diberi nilai 0 jika jawaban

salah.

c. Entri data (memasukkan data)

Setelah semua item diberi kode, langkah selanjutnya yang peneliti

lakukan adalah memasukkan masing-masing kode ke dalam master tabel.

d. Cleaning ( Pembersihan Data)

Kemudian langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah melihat kem-

bali hasil entry data dalam master tabel dan hasil di lembaran kuesioner apakah

45
ada kesalahan kode atau ketidak lengkapan dan sebagainya jika ada kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

e. Tabulating (tabulasi)

Setelah dipastikan semua hasil di lembaran observasi terentry dengan

benar ke dalam master tabel maka langkah selanjutnya yang peneliti lakukan

adalah mengelompokkan sesuai dengan kategori pada masing-masing variabel

dan karakteristisk reponden.

G. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan ter-

hadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri di ruang rawat inap bedah

RSUD Solok tahun 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1
Kerangka Konsep
Pengaruh Penddikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Tentang
Manajemen Nyeri
Variabel Independen Variabel Dependen
Pendidikan Pengetahuan Pasien
Kesehatan

H. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung

46
dengan jenis datanya. Untuk data numeri digunakan nilai mean atau rata-rata,

median dan standar devisiasi (Notoatmodjo,2012).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variable yang

diduga berhubungan dan berkorelasi (Notoatmodjo,2012). Analisis bivariat

dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri.

(Uji T)

Sebelum dilakukan analisa bivariat, dilakukan uji normalitas data yaitu

Saphiro Wilk (sampel < 50). bila ilai P> 0,005, maka didapatkan data

berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang dignakan adalah uji parametrik

yaitu uji Paired T-Test, dengan derajat kepercayaan 95% atau tingkat

kemaknaan yang digunakan dengan batsan 0,05 sehingga jika P<0,05 maka

secara statistik bermakna, jika nilai p>0,05 maka hasil hubungan tersebut

dikatakan tidak bermakna.

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian berdasarkan variabel diatas adalah :

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen nyeri terhadap pengetahuan

pasien di ruang rawat inap bedah RSUD Solok

47
J. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala


Operasional ukur
Pengetahuan Segala infor- Kuesioner Wawancara Nilai rata-rata Ratio
tentang masi yang yang
manajemen diketahui oleh didapatkan
nyeri pasien tentang waktu
pendidikan penelitian
kesehatan ten- yaitu 4,6 dan
tang mana- 8,3
jemen nyeri
seperti :
a. Distraksi
b. Tehnik
relaksasi
c. Kompres
dingain atau
air hangat
d. Imajinasi
terbimbing

Pendidikan Suatu pem- - - - -


Kesehatan berian infor-
manajemen masi tentang
nyeri cara mengatasi
nyeri yang
dirasakan
seperti :
a. Distraksi
b. Tehnik
relaksasi
c. Kompres
dingain atau
air hangat
d. Imajinasi
terbimbing

48
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah sakit umum daerah Solok (RSUD Solok) merupakan rumah sakit

umum tipe B yang menjadi rumah sakit rujukan wilayah bagian selatan Sumatra

barat (RSUD Sawahlunto, RSUD Sungai Dareh, RSUD Muaro labuh dan pusk-

esmas-puskesmas di sekitar daerah kota Solok. RSUD Solok memiliki 10 ruang

rawat inap dan 1 ruang VVIP dan 10 ruang rawat jalan (poli) yang terdiri dari poli

49
anak, poli kebidanan, poli bedah, poli neurologi, poli THT, Poli Mata, Poli Jiwa,

Poli Penyakit Dalam, Poli Paru dan Poli Jantung.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018

No Karakteristik Kategori F %
Responden
1 Umur Dewasa Awal (20-30 tahun) 3 18,8
Dewasa Tengah (31-45 tahun) 6 37,5
Dewasa Akhir (46-59 th) 5 31,2
Lansia (≥60 th) 2 12,5
2 Jenis Kelamin Laki-Laki 7 43,8
Perempuan 9 56,2
3 Pendidikan SD 5 31,2
SMP 5 31,2
SMA 4 25,0
PT 2 12,5
4 Pekerjaan IRT 5 31,2
Wiraswasta 3 18,8
PNS 1 6,2
Petani 7 43,8
JUMLAH 16 100

Berdasarkan tabel 4.1 di ketahui bahwa dari seluruh responden terdapat

kurang dari sebagian 6 orang (37,5%) responden dalam kategori umur dewasa

tengah, dan lebih dari sebagian 9 orang (56,2%) berjenis kelamin perempuan,

kurang dari sebagian 5 orang (31,2%) responden berpendidikan SD-SMP dan

kurang dari sebagian 7 orang (43,8%) responden bekerja sebagai petani.

2. Analisa Univariat

50
Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi setiap

variabel, dimana variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan

kesehatan dan variabel dependen pada penelitian ini adalah pengetahuan pasien

tentang manajemen nyeri

1) Pengetahuan Responden Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan


Manajemen Nyeri
Tabel 4.2
Nilai Rata-Rata Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum
Di Berikan Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri di
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018
Pengetahuan Sebelum Mean SD Min-Max N

Pretest 4,68 1,25 3-7 16

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden

sebelum diberikan pendidikan kesehatan manajemen nyeri yaitu 4,68 dengan

standar deviasi adalah 1,25. Skor terendah adalah 3 dan skor tertinggi adalah

7 di ruang rawat inap bedah RSUD Solok tahun 2018.

2) Pengetahuan Responden Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan


Manajemen Nyeri
Tabel 4.3
Nilai Rata-Rata Responden Berdasarkan Pengetahuan Sesudah
Di Berikan Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri di
Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018
Pengetahuan Sesudah Mean SD Min-Max n

Postest 8,31 0,70 7-9 16

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden

sesudah diberikan pendidikan kesehatan manajemen nyeri yaitu 8,31 dengan

51
standar deviasi adalah 0,70. Skor terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah

9 di ruang rawat inap bedah RSUD Solok tahun 2018.

3. Analisa Bivariat

Tabel 4.4
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien Tentang
Manajemen Nyeri di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok
Tahun 2018
Pengetahuan Mean Std 95% confidence t Df P
Tentang Deviation interval of the value
Manajemen difference
Nyeri Lower Upper
Pretest dan -3.625 1.31 -4.323 -2.926 -11,06 15 0,000
Postest
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa selisih rata-rata pengetahuan

tentang manajemen nyeri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

adalah -3.625 dan standar deviasi 1,31. Hasil uji statistik t-test didapatkan nilai

p=0,000 berarti pada α = <0,05, terlihat ada pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri di ruang bedah RSUD

Solok tahun 2018.

52
BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Pengetahuan Pasien Tentang Manajemen Nyeri Sebelum diberikan


Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden

sebelum diberikan pendidikan kesehatan manajemen nyeri yaitu 4,68 dengan

standar deviasi adalah 1,25. Skor terendah adalah 3 dan skor tertinggi adalah 7

di ruang rawat inap bedah RSUD Solok tahun 2018.

53
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Enawati (2017)

yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan manajemen nyeri

terhadap pengetahuan pasien di ruang bedah RSUD Tarakan Medan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan pasien sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah 4,85.

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan do-

main yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan

didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni tahu, memahami, ap-

likasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pengetahuan seseorang sangatlah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

orang tersebut, semakin tinggi pendidikan yang dimiliki maka akan semakin

luas wawasan yang didapat dan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki

dan sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang maka semakin rendah

pula kemampuan seseorang untuk memahami pengetahuan yang didapat

(Efendi, 2009)

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan responden yang mempunyai nilai

rata-rata di bawah 4,6 dikarenakan responden tidak mengetahui cara

mengurangi nyeri, responden tidak mengetahui mengetahui cara imajinasi

terbimbing dan cara melakukan kompres hangat dan dingin untuk mengurangi

54
nyeri. Kurangnya pengetahuan responden ini dilatarbelakangi oleh pendidikan

pasien yang diketahui bahwa (31,2%) responden memiliki pendidikan SD-SMP

dimana faktor pendidikan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek atau subjek diluar dirinya. Maka

dari itu dengan pendidikan pasien yang rendah sebaiknya perawat melakukan

pendidikan kesehatan untuk menambah pengetahuan responden tentang

manajemen nyeri.

Berdasarkan analisa kuesioner dilapangan diketahui bahwa dari seluruh

responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang manajemen nyeri

dikarenakan sebagian besar (81%) responden tidak mengetahui cara

mengurangi nyeri, lebih dari sebagian (69%) responden tidak mengetahui cara

imajinasi terbimbing dan tidak mengetahui cara melakukan kompres hangat dan

dingin untuk mengurangi nyeri. Lebih dari sebagian (62%) responden tidak

mengetahui terapi untuk mengurangi nyeri dan lebih dari sebagian (56%)

responden tidak mengetahui cara mengurangi nyeri. Maka dari itu penting

sekali untuk dilakukan pendidikan kesehatan mengenai manajemen nyeri yang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pasien sehingga dapat menambah

pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri dan diharapkan dapat

diaplikasikan oleh pasien sehingga dapat membantu mengurangi nyeri yang

darasakan oleh pasien.

2. Pengetahuan Pasien Tentang Manajemen Nyeri Sesudah diberikan


Pendidikan Kesehatan

55
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden

sesudah diberikan pendidikan kesehatan manajemen nyeri yaitu 8,31 dengan

standar deviasi adalah 0,70. Skor terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah 9

di ruang rawat inap bedah RSUD Solok tahun 2018.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprianti

(2015) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan manajemen nyeri

terhadap pengetahuan pasien di ruang bedah RSUD Hasannudin Makassar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan pasien

sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 0,65.

Pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi mengenai penyakit ser-

ta intervensi yang akan dijalankan dan menjawab pertanyaaan yang membuat

klien khawatir. Pendidikan kesehatan merupakan intervensi yang harus dil-

akukan oleh perawat sebagai orang terdekat pasien selama proses perawatan.

Sebaiknya rumah sakit mempunyai protap terkait dengan penyuluhan pada

pasien untuk mendukung berjalannya program pendidikan kesehatan (Brunner

& Suddart, 2015)

Menurut asumsi peneliti pengetahuan responden yang memiliki nilai rata-

rata ≥8,3 dikarenakan responden telah mendapatkan pendidikan kesehatan

tentang manajemen nyeri yang telah dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Agustus di

ruang rawat inap bedah RSUD Solok dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang

responden. Peneliti melakukan pendidikan kesehatan sebanyak 2 kali perlakuan

dengan sampel yang berbeda. Hal ini dikarenakan keadaan ruangan dan kondisi

pasien yang tidak memungkinkan untuk di kolektifkan dalam satu ruangan

56
dengan satu kali perlakuan maka dari itu peneliti melakukan dua kali perlakuan

dengan jumlah sampel yang berbeda sesuai dengan kondisi dan keadaan yang

ada dilapangan. Dengan begitu responden mengetahui bagaimana cara

mengurangi nyeri dan tehnik distraksi dan cara mengurangi nyeri dengan

kompres dingin dan hangat serta dengan cara imajinasi terbimbing. Hal ini

penting dilakukan untuk memenuhi salah satu peran perawat sebagai edukator

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini membuktikan bahwa dengan

pengetahuan dan latar belakang pendidikan yang rendah setelah diberikan

penjelasan melalui pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri maka dapat

menambah dan merubah pengetahuan responden.

Berdasarkan analisa kuesioner sesudah diberikan pendidikan kesehatan

diketahui bahwa mayoritas (100%) responden mengetahui cara mengurangi

nyeri dan cara melakukan tehnik distraksi serta mayoritas (94%) responden

mengetahui cara melakukan kompres dingin dan hangat serta cara melakukan

tehnik distraksi. Lebih dari sebagian (88%) responden mengetahui apa yang

dimaksud dengan manajemen nyeri dan terapi untuk mengurangi nyeri, lebih

dari sebagian (81%) responden tidak mengetahui salah satu cara mengurangi

nyeri. Hal ini dapat terlihat bahwa ada perubahan tingkat pengetahuan pasien

sebelum di berikan pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri dengan

tingkat pengetahuan pasien sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

manajemen nyeri. Maknanya responden mampu memahami penjelasan yang

peneliti sampaikan mengenai manajemen nyeri dan dihaapkan responden dapat

menerapkannya saat mengalami nyeri dalam kehidupan sehari-hari.

57
B. Analisa Bivariat

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa selisih rata-rata pengetahuan

tentang manajemen nyeri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

adalah -3.625 dan standar deviasi 1,31. Hasil uji statistik t-test didapatkan nilai

p=0,000 berarti pada α = <0,05, terlihat ada pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri di ruang bedah RSUD

Solok tahun 2018.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2017)

yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri

terhadap pengetahuan Pasien di Rumah Sakit Bedah Ropanasuri Padang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri dengan nilai p=0,001 (p=<0,05).

Segala bentuk nyeri yang dirasakan oleh pasien akan disertai reaksi emosion-

al tertentu oleh pasien salah satunya yaitu cemas. Cemas atau ansietas merupakan

suatu respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien

sebagai ancaman terhadap perannya dalam hidup. Nyeri yang dirasakan akan me-

nyebabkan pasien merasa tidak nyaman, sulit tidur, penurunan nafsu makan dan

keadaan emosi yang tidak stabil serta pasien merasa kesulitan unruk berkonsentra-

si. Perasaan ini dikarenakan ketidaktahuan pasien tentang bagaimana cara menga-

tasi nyeri yang dirasakan. Maka dari itu penting sekali bagi perawat khususnya un-

tuk memberikan edukasi melalui pendidikan kesehatan yang difokuskan dalam

mengatasi nyeri (Samsjoehidayat, 2015).

58
Salah satu tanggung jawab perawat paling dasar adalah melindungi

klien/pasien dari bahaya. Ada sejumlah terapi nonfarmakologi yang mengurangi

resepsi dan persepsi nyeri yang dapat digunakan pada keadaan perawatan akut,

perawatan tersier dan pada keadaan perawatan restorasi (Potter d& Perry, 2010).

Penatalaksanaan non farmakologi terdiri dari intervensi perilaku kognitif yang

meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing dan sentuhan

terapeutik (massage) (Tamsuri, 2012).

Menurut asumsi peneliti adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan menunjukkan keberhasilan pemberian pendidikan

kesehatan. Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan peneliti memakai media

elektronik, mendemonstrasikan cara mengurangi nyeri yang benar dan memakai

lembar leaflet yang peneliti sebarkan pada masing-masing responden sehingga

responden lebih mudah dalam memahami dan mengingat kembali materi yang

disampaikan terkait dengan manajemen nyeri.

59
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap 16 orang pasien yang dirawat di ruang rawat

bedah RSUD Solok, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata pengetahuan responden tentang manajemen nyeri sebelum

diberikan pendidikan kesehatan yaitu 4,68 dengan standar deviasi adalah

1,25.

60
2. Nilai rata-rata pengetahuan responden tentang manajemen nyeri sesudah

diberikan pendidikan kesehatan yaitu 8,31 dengan standar deviasi adalah

0,70

3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan pasien tentang

manajemen nyeri dengan p value = 0,000 (p=<0,05)

B. Saran

1. Bagi RSUD Solok

Diharapkan kepada kepala ruangan di ruang rawat inap bedah RSUD

Solok untuk memotivasi perawat pelaksana untuk memberikan bimbingan dan

penyuluhan kesehatan khususnya pada pasien yang mengalami nyeri dengan

tindakan non farmakologi seperti tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing, distraksi

dan lainnya supaya membantu pasien untuk mencegah timbulnya nyeri yang

lebih berat. Sebaiknya dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan lembar

leaflet dan gambar-gambar teknik manajemen nyeri supaya pasien dapat

mengingat kembali dan mempraktekkannya langsung.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada STIKes Syedza Saintika

untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memberikan penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat khususnya pada pasien yang mengalami nyeri

terkait dengan manajemen nyeri

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

61
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dan data

pembanding bagi penelitian selanjutnya tentang pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan responden tentang manajemen nyeri.

62
DAFTAR PUSTAKA

Agung Muhammad, (2016), Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan


Manajemen Nyeri Terhadap Penurunana Skala Nyeri Pasien Post Operasi
di RSUD Pringsewu Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Volume 8, Nomor
2, Desember 2014 ISSN 1410234

Aprilianti, (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri terhadap


Pengetahuan Pasien di Ruang Bedah RSUD Hasannudin Makassar.

Brunner & Suddart, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC

Enawati, (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri Terhadap


Pengetahuan Pasien di Ruang Bedah RSUD Tarakan Medan. Jurnal
Kesehatan Volume 2, Nomor 4, Desember 2017 ISSN 1710564

Nanda, (2015). Manajemen Nyeri ; Jakarta EGC

Notoatmodjo Soekidjo, (2012). Metodologi Penelitian ; Jakarta ; Rineka Cipta

Nugraha, (2006). Hubungan Pendidikan Kesehatan Dengan Penurunan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Dengan Nyeri Post Operasi Di Ruang Recoveri

Room RSUD Banyuwangi. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017

Nursalam Effendi, (2009). Pendidikan Dalam keperawatan ; Jakarta ; Salemba

Medika

Potter&Perry (2009) Fundamental of Nursing. Jakarta ; Rineka Cipta

(2010). Asuhan keperawatan perioperatif. Jakarta; Rineka Cipta

Samsjoehidayat, (2015) Keperawatan Perioperatif ; Jakarta ; EGC

Sunaryo, (2013). Psikologi Kesehatan ; Yogyakarta ; Nuha Medika

Setiawati, dkk. (2008). Pendidikan Kesehatan ; Jakarta ; Trans Info Media


Tamsuri Hidayat, (2012). Keperawatan Preoperatif ; Jakarta; Trans Info Media

Uha Suliha, (2012). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan ; Jakarta ; EGC

Walgito, (2014). Psikologi Untuk Keperawatan ; Jakarta ; Andi Offset


Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia berpartisipasi


sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Wanti Septiani,
Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang, dengan
judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri Terhadap Pengetahuan
Pasien Tentang Manajemen Nyeri Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok
Tahun 2018”

Nama :.....................................................
Umur :.....................................................
Alamat :.....................................................

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan akan
dirahasiakan.
Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat di gunakan sebagai mana
mestinya.

Yang Membuat Pernyataan

(..............................………)
Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak / Calon Responden
Di Tempat,

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang:
Nama : Wanti Septiani
Nim :1602143

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Manajemen Nyeri Terhadap Pengetahuan Pasien Tentang

Manajemen Nyeri Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Solok Tahun 2018”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu sebagai

Responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya

digunakan untuk tujuan penelitian.

Apabila Bapak/ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan

responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran kuesioner. Atas

perhatian Bapak/Ibu sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

(Wanti Septiani)
Lampiran 4

KISI-KISI KUESIONER

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


PASIEN TENTANG MANAJEMEN NYERI DI RUANG RAWAT
INAP BEDAH RSUD SOLOK TAHUN 2018
Tujuan Variabel Jumlah Jumlah Item
Pertanyaan
Untuk Pengetahuan Sebelum 10 1-10
mengetahui di Berikan Pendidikan
adanya Kesehatan
pengaruh
pendidikan
kesehatan
terhadap
pengetahuan Pendidikan Sesudah 10 1-10
pasien di Berikan Pendidikan
tentang Kesehatan
manajemen
nyeri di
ruang rawat
inap bedah
RSUD
Solok tahun
2018
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN KODE :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


PASIEN TENTANG MANAJEMEN NYERI DI RUANG RAWAT
INAP BEDAH RSUD SOLOK TAHUN 2018

I. Identitas Responden

Nama Inisial :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Penelitian :

II. Pengetahuan Pasien Tentang Manajemen Nyeri

1. Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan manajemen nyeri?


a. Cara mengurangi nyeri dengan tindakan mandiri tanpa obat
b. Cara mengurangi nyeri dengan obat
c. Cara mengurangi nyeri dengan minum jamu

2. Menurut Bapak/Ibu terapi untuk mengurangi nyeri adalah?


a. Terapi dengan menggunakan obat dan terapi tanpa obat-obatan
b. Terapi herbal dan jamu
c. Terapi dengan obat saja
3. Menurut Bapak/Ibu salah satu cara mengatasi nyeri adalah?
a. Duduk bersandar dengan kaki tidak menggantung
b. Dengan tehnik relaksasi
c. Duduk bersandar dengan kaki di silangkan
4. Menurut Bapak/Ibu selain dengan tehnik di atas, hal lain yang dapat dilakukan
untuk mengurangi nyeri adalah?
a. Mengalihkan fikiran dari nyeri
b. Terlentang atau telungkup
c. Berdiri
5. Selain hal diatas, terapi lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri
adalah?
a. Meminum jamu
b. Melakukan kompres dingin atau hangat
c. Menarik nafas dangkal dan cepat
6. Apakah yang bisa Bapak/Ibu lakukan untuk mengurangi nyeri?
a. Menerapkan tehnik distraksi
b. Tarik nafas pendek dan cepat
c. Minum obat secepat mungkin
7. Menurut Bapak/Ibu salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
nyeri dengan teknik distraksi adalah?
a. Bernafas pelan-pelan, mendengarkan lagu sambil menggerakkan
jari dan melakukan pemijatan
b. Bernafas secara cepat dan membayangkan kenangan yang buruk
c. Melakukan pemijatan pada daerah yang sakit dan bernafas secara
dangkal
8. Menurut Bapak/Ibu salah satu hal yang penting dilakukan untuk mengurangi
nyeri dengan teknik imajinasi terbimbing adalah?
a. Mengikuti arahan perawat untuk membayangkan hal yang indah
b. Membayangkan hal yang buruk
c. Merasakan nyeri secara mendalam
9. Menurut Bapak/Ibu salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
nyeri dengan teknik kompres panas dan dingin adalah?
a. Siapkan air hangat atau air es kemudian letakkan di daerah
yang nyeri
b. Siapkan air hangat dan dingin kemudian letakkan didaerah yang
tidak nyeri
c. Siapkan air panas yang diberi air es kemudian di minum
10. Menurut Bapak/Ibu salah satu yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
dengan teknik relaksasi adalah?
a. Posisi harus nyaman, hirup nafas dalam dari hidung dan
mengeluarkannya secara perlahan melalui mulut
b. Posisi harus nyaman dan bernafas seprti biasa
c. Posisi harus nyaman dan tarik nafas dari mulut dan hembuskan
dengan cepat dari hidung
ANALISA KUESIONER

1. Pengetahuan Responden Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan


NO Pertanyaan Benar Salah
f % f %

1 Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud 9 56% 7 44%


dengan manajemen nyeri

2 Menurut Bapak/Ibu terapi untuk mengurangi 6 38% 10 62%


nyeri

3 Menurut Bapak/Ibu salah satu cara mengatasi 7 44% 9 56%


nyeri

4 Selain hal diatas, terapi lainnya yang dapat 3 19% 13 81%


dilakukan untuk mengatasi nyeri

5 Selain hal diatas, terapi lainnya yang dapat 8 50% 8 50%


dilakukan untuk mengatasi nyeri

6 Apakah yang bisa Bapak/Ibu lakukan untuk 9 56% 7 44%


mengurangi nyeri

7 Menurut Bapak/Ibu salah satu cara yang dapat 11 69% 5 31%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik distraksi

8 Menurut Bapak/Ibu salah satu hal yang penting 5 31% 11 69%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik imajinasi terbimbing

9 Menurut Bapak/Ibu salah satu hal yang dapat 5 31% 11 69%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik kompres panas dan dingin

10 Menurut Bapak/Ibu salah satu yang dapat 12 75% 4 25%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik relaksasi
2. Pengetahuan Responden Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan

NO Pertanyaan Benar Salah


f % f %

1 Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud 14 88% 2 12%


dengan manajemen nyeri

2 Menurut Bapak/Ibu terapi untuk mengurangi 14 88% 2 12%


nyeri

3 Menurut Bapak/Ibu salah satu cara mengatasi 13 81% 3 19%


nyeri

4 Selain hal diatas, terapi lainnya yang dapat 16 100% 0 100%


dilakukan untuk mengatasi nyeri

5 Selain hal diatas, terapi lainnya yang dapat 15 94% 1 6%


dilakukan untuk mengatasi nyeri

6 Apakah yang bisa Bapak/Ibu lakukan untuk 16 100% 0 100%


mengurangi nyeri

7 Menurut Bapak/Ibu salah satu cara yang dapat 15 94% 1 6%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik distraksi

8 Menurut Bapak/Ibu salah satu hal yang penting 11 69% 5 31%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik imajinasi terbimbing

9 Menurut Bapak/Ibu salah satu hal yang dapat 10 63% 6 37%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik kompres panas dan dingin

10 Menurut Bapak/Ibu salah satu yang dapat 9 56% 7 44%


dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan
teknik relaksasi
MASTER TABEL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PASIEN TENTANG MANAJEMEN NYERI


DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RSUD SOLOK TAHUN 2018
Pretest
Jenis Pendi Peker Pengetahuan Manajemen Nyeri Sebelum
No Inisial Umur Skor %
Kelamin dikan Jaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Tn. C 26 L SD Tani 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 6 60
2 Tn. D 65 L SMP Tani 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 4 40
3 Ny. S 31 P PT PNS 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 40
4 Ny. M 36 P SMP RT 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 3 30
5 Ny. W 24 P SMP Tani 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 70
6 Tn. H 32 L SMA Tani 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 4 40
7 Ny. N 43 P SMP IRT 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 30
8 Tn. H 48 L SD RT 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 4 40
9 Tn. A 56 L SD Tani 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60
10 Ny. Y 51 P SMA Wiraswasta 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 40
11 Tn. D 48 L SMA Tani 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6 60
12 Ny. T 45 P SD RT 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 4 40
13 Ny. S 62 P SMA Wiraswasta 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4 40
14 Ny. W 23 P SMP RT 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 4 40
15 Tn. S 34 L SD Tani 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 6 60
16 Ny. H 49 P PT Wiraswasta 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 6 60
Jumlah Jawaban Betul 9 6 7 3 8 9 11 5 5 12 75

% Jawaban Betul 56 38 44 19 50 56 69 31 31 75

Jumlah Jawaban Salah 7 10 9 13 8 7 5 11 11 4

% Jawaban Salah 44 62 56 81 50 44 31 69 69 25
Mean 4.6875
Standar Deviasi 1.25000
Posttest
Jenis Pendi. Peker Pengetahuan Manajemen Nyeri Sesudah
No Inisial Umur Skor %
Kelamin dikan Jaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Tn. C 26 L SD Tani 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80
2 Tn. D 65 L SMP Tani 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
3 Ny. S 31 P PT PNS 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80
4 Ny. M 36 P SMP RT 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 70
5 Ny. W 24 P SMP Tani 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80
6 Tn. H 32 L SMA Tani 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
7 Ny. N 43 P SMP IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
8 Tn. H 48 L SD RT 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80
9 Tn. A 56 L SD Tani 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90
10 Ny. Y 51 P SMA Wiraswasta 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70
11 Tn. D 48 L SMA Tani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
12 Ny. T 45 P SD RT 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80
13 Ny. S 62 P SMA Wiraswasta 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80
14 Ny. W 23 P SMP RT 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90
15 Tn. S 34 L SD Tani 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80
16 Ny. H 49 P PT Wiraswasta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
Jumlah Jawaban Betul 14 14 13 16 15 16 15 11 10 9 133

% Jawaban Betul 88 88 81 100 94 100 94 69 63 56

Jumlah Jawaban Salah 2 2 3 - 1 - 1 5 6 7

% Jawaban Salah 12 12 19 0 6 0 6 31 37 44
Mean 8.3125
Standar Deviasi 0.70415
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“MANAJEMEN NYERI “

OLEH :
WANTI SEPTIANI
NIM : 1602143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Nyeri


Sub Topik : Manajemen Nyeri
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Tempat : Ruang Bedah RSUD Solok
Hari / Tanggal : 2 Agustus 2018
Waktu : Pukul 09.30 – 10.00 WIB (1 x 30 menit)

A. Latar Belakang Masalah


Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersama banyak
proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang
dibanding suatu penyakit manapun.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang
mengalami nyeri dibanding tenaga profesional perawatan kesehatan lainnya dan
perawat mempunyai kesempatan untuk menghilangkan nyeri dan efeknya yang
membahayakan. Peran pemberi perawat primer adalah untuk mengidentifikasi dan
mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri.
Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang
dilakukan baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada pasien yang
mengalami nyeri guna mengontrol atau mengurangi nyeri serta mengendalikan
rasa nyeri yang di rasa oleh pasien. Manajemen nyeri penting dilakukan dan
paling tidak harus mendapat perhatian dari petugas perawat atau petugas
kesehatan lainnya untuk mengurangi keluhan nyeri pada pasien. Pengendalian
nyeri pada dapat mengurangi keluhan serta resiko lain akibat dari nyeri.
Manajemen secara individu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan teknik
distraksi dan relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian guna
mengurangi resiko nyeri pada pasien.
Ruang rawat inap khusus bedah memiliki peranan penting untuk
menangani masalah nyeri pada pasien. Ruang Bedah RSUD Solok sebagai salah
satu ruang rawat inap bedah juga memiliki tanggung jawab dalam pemulihan
kondisi pasien. Hal ini menandakan kurangnya pengetahuan pasien ataupun
keluarga untuk menanggulangi atau kiat-kiat untuk mengatasi atau mengontrol
nyeri. Hal ini perlu diperhatikan agar nyeri pasien sedini mungkin dapat di kontrol
atau di atasi untuk penyembuhan yang seoptimal mungkin.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen nyeri.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tehnik relaksasi
b. Menjelaskan tehnik imajinasi terbimbing
c. Menjelaskan distraksi
d. Menjelaskan kompres panas dan dingin

C. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab

D. Media
Flip chart dan leaflet. infocus
E. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Hari/Tgl/Jam
Penyuluhan Kesehatan Kesehatan keluarga
Kamis 2 1. Pembukaan  Mengucapkan salam.  Pasien dan keluarga
Agustus 2018 (5 menit) membalas salam.
Pukul 09.30 –  Menyebutkan nama dan  Pasien dan keluarga
10.00 WIB asal. menerima kehadiran
mahasiswa dengan baik.
 Menjelaskan tujuan.  Pasien dan keluarga
memahami tujuan dengan
baik.
 Mengkaji tingkat  Pasien dan keluarga
pengetahuan Pasien dan berpartisipasi dalam
keluarga tentang nyeri. diskusi awal.

2. Inti a. Menjelaskan tehnik  Pasien dan keluarga


(20 enit) relaksasi mendengarkan dan
b. Menjelaskan tehnik memperhatikan dengan
imajinasi terbimbing baik.
c. Menjelaskan distraksi
d. Menjelaskan kompres  Pasien dan keluarga
panas dan dingin mengajukan pertanyaan.

3. Penutup  Mengevaluasi tujuan  Pasien dan keluarga


(5 menit) penyuluhan kesehatan. mampu
 Mengucapkan terima kasih menjawab/menjelaskan
atas perhatian yang kembali.
diberikan dan memberi  Pasien dan keluarga
salam penutup. membalas salam.
MATERI PENYULUHAN

A. Manajemen Nyeri

a) Tehnik Relaksasi

Relaksasi dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang menunjukkan

bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Tehnik relaksasi yang

sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat dan berirama.

Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan

nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam

hati dan lambat bersama setiap inhalasi (hirup, dua, tiga) dan ekshalasi

(hembusan dua, tiga) (Brunner & Suddarth, 2015)

Pada saat perawat mengajarkan tehnik ini akan sangat membantu bila

menhitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Nafas yang lambat,

berirama juga dapat digunakan sebagai tehnik distraksi. Tehnik relaksasi juga

tindakan pereda nyeri noninvasif lainnya mungkin memerlukan latihan

sebelum pasien menjadi terampil menggunakannya. Hampir semua orang

dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode-metode relaksasi.

Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan

ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan

nyeri (Brunner & Suddarth, 2015)

Menurut Potter & Perry tehnik relaksasi yang dapat dilakukan pada
pasien seperti terapi atau tekhnik nafas dalam guna mengurangi atau
mengontrol rasa nyeri yang di rasa datang tiba-tiba dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
 Posisi senyaman mungkin
 Pejamkan mata
 Hirup nafas perlahan dari hidung
 Tahan 1-2 detik
 Hembuskan perlahan dari mulut

b) Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam

suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

Sebagai contoh imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri

dapat terdiri atas menggabungkan nafas berirama lambat dengan suatu

bayangan mental rileksasi dan kenyamanan. Setiap kali menghirup nafas pasien

harus membayangkan energi penyembuh dialirkan kebagian yang tidak

nyaman. Setiap kali nafas dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan

(Brunner & Suddarth, 2015)

Imajinasi terpadu diharapkan agar efektif, dibutuhkan waktu yang

banyak untuk menjelaskan tekniknya dan waktu untuk pasien

mempraktikkannya. Biasanya pasien diminta untuk mempraktikkan imajinasi

terbimbing selama sekitar 5 menit tiga kali sehari. Beberapa hari praktik

mungkin diperlukan sebelum intensitas nyeri dikurangi. Banyak pasien mulai

mengalami rileks dari imajinasi terbimbing saat pertama kali mereka

mencobanya. Nyeri mereda dapat berlanjut selama berjam-jam setelah

imajinasi digunakan. Pasien harus diinformasikan bahwa imajinasi terbimbing

dapat berfungsi hanya sebagai tambahan dari bentuk pengobatan yang telah
terbukti sampai riset telah menunjukkan teknik ini efektif (Brunner &

Suddarth, 2015)

Langkah – langkah yang dapat dilakukan pada tehnik imajinasi

terbimbing adalah :

 Posisi nyaman

 Atur nafas dengan irama lambat

 Bayangkan atau fikirkan hal-hal yang menyenangkan

 Setiap kali menghirup nafas bayangkan energi penyembuh dialirkan

kebagian yang tidak nyaman

 Setiap kali nafas dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan

yang dirasakan

c) Distraksi

Distraksi memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selai pada nyeri

dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan

mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya.

Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit

perhatian pada nyeri akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi

terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan

menstimulasi sistem kontrol desenden yang mengakibatkan lebih sedikit

stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung

pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori

selain nyeri. Peredaan nyeri secara umum meningkat dalam hubungan langsung

dengan partisipasi aktif individu. Banyaknya modalitas sensori yang dipakai

dan minat individu dalam stimuli. Karenanya stimuli penglihatan, pendengaran


dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding

stimulasi satu indera saja (Brunner & Suddarth, 2015)

Langkah-langkah pelaksanaan tehnik distraksi :

 Atur nafas dengan irama teratur

 Melakukan tindakan yang menyenangkan bagi pasien seperti

mendengarkan musik, mengisi teka teki silang, menggambar dan

lainnya

 Alihkan fokus nyeri ke aktifitas yang dilakukan

b. Terapi Es dan Panas

Terapi es dingin dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang

efektif pada beberapa keadaan. Namun begitu keefektifannya dan mekanisme

kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas

bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam bidang reseptor yang

sama seperti pada cedera. Terpai es dapat menurunkan prostaglandin yang

memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera

terjadi. Saat es diletakkan diatas lutut segera setelah pembedahan dan selama 4

hari pasca operasi kebutuhan analgesik menurun sekitar 50%. Penggunaan

panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan

kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat

penyembuhan. Namun demikian menggunakan panas kering dengan lampu

pemanas tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi panas ataupun es

harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk

menghindari cedera kulit (Brunner & Suddarth, 2015)

Langkah-langkah terapi es dan panas


 Posisi senyaman mungkin

 Sediakan air hangat atau air dingin

 Basahkan kain ke dalam air kompres (hangat atau dingin)

 Kompres di daerah yang nyeri (tidak dianjurkan pada nyeri akibat

luka terbuka)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2010). Buku ajar fundamental keperawatan:


Konsep,proses,dan praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah


Brunner & Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.

Diperoleh dari situs http://nursepoint.blogspot.com/2007/10/kelola-nyeri-pasien-


anda.html pada hari sabtu tanggal 12 Juni 2010.

Diperoleh dari situs http://www.google.co.id/kumpulbloger/manajemen-nyeri-


pada-pasien-pasca-pembedahan.html pada hari sabtu tanggal 12 Juni
2010.

Anda mungkin juga menyukai