Anda di halaman 1dari 51

Cara Mengenal Budaya Tradisional Suku Marind di Kabupaten Merauke

OLEH : SARYANTO
UT- UPBJJ PURWOKERTO
29 Maret 2016

I. Pendahuluan
Perlu kita ketahui bahwa Irian Jaya disebut juga Papua wilyah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ( Papua NKRI ), terdiri dari dua wilayah propinsi yaitu :
1. Propinsi (Daerah Tingkat I) Papua Barat, dengan ibukota Manokwari
2. Propinsi (Daerah Tingkat I ) Papua, dengan ibukota Jayapura.
Propinsi Papua, secara administrasi memiliki beberapa kabupaten (daerah tingkat II ),
satu diantaranya adalah kabupaten Merauke.
Secara geografis kabupaten Merauke terletak di antara :
1. Sebelah Timur, merupakan Negara Papua New Guinea.
2. Sebelah Selatan, merupakan laut Arafura ( Laut antara pulau Papua dengan
Benua Australia).
3. Sebelah barat, merupakan Samudera Arafura dan Laut Banda.
4. Sebelah Utara, merupakan Gunung Jaya Wijaya.
Dengan demikian kabupaten Merauke merupakan kabupaten yang paling timur yang
berbatasan langsung dengan Negara Papua New Guinea dan paling selatan yang dibatasi laut
Arafura.
Kabupaten Merauke dihuni oleh beraneka macam suku, antara lain : a. suku Marind (
penduduk asli), b. suku Jawa, c. suku Sunda, d. suku Bugis, e. suku Ambon, f. suku Batak, g.
suku Sasak, .. . dll).
Koentjaraningrat ( 1976 : 69), mengelompokan budaya tradisional penduduk asli Irian
Jaya atas lima kelompok yaitu :
1. Kebudayaan penduduk daerah Cenderawasih,
2. Kebudayaan penduduk pulau-pulau dan dan pantai teluk Cenderawasih,
3. Kebudayaan penduduk rawa-rawa di daerah Pantai Utara
4. Kebudayaan penduduk pegunungan Jaya Wijaya,
5. Kebudayaan penduduk sungai-sungai dan rawa-rawa di daerah bagian selatan.
Berdasar pada pengelompokan kebudayaan penduduk asli Irian Jaya/ Papua di atas,
maka kebudayaan penduduk suku Marind yang secara geografis tinggal di Kabupaten Merauke,
adalah termasuk pada kelompok penduduk yang mendiami daerah lembah sungai-sungai dan
rawa-rawa daerah bagian selatan Irian Jaya/ Papua NKRI.
Mapoh merupakan bandara yang terletak di kota Merauke yang berguna sebagai
prasarana transportasi udara yang menuju ke Merauke dan berlaku sebaliknya yaitu dari
Merauke menuju ke daerah lain di Indonesia.
Prasarana transportasi darat telah dibangun di kabupaten Merauke, namun masih ter-
batas untuk prasarana transportasi darat dari pusat kota Merauke menuju ke lingkungan
kabupaten Merauke. Untuk prasarana transportasi antar kota di wilayah propinsi Papua
menggunakan fasilitas transportarsi udara.
Dengan tersedianya fasilitas transportasi udara yang aktif, baik milik perusahaan
pemerintah maupun swasta, maka untuk berkunjungan ke kota Merauke menjadi lancar.
Semakin banyak orang yang berkunjung ke merauke, maka kebudayaan penduduk suku Marind
semakin dikenal oleh suku lain.
Dalam penulisan makalah ini lebih difokuskan pada budaya suku Marind, dengan judul
sebagai berikut : Cara Mengenal Budaya Tradional Suku Marind di kabupaten Merauke .

II. Rumusan Masalah


Berdasar pada judul di atas, maka rumusan masalah yang dapat penulis susun adalah
seperti tersebut di bawah ini.
A. Bagaimana cara untuk mengenal budaya suku Marind di kabupaten Merauke?
B. Bagaimana wujud budaya tradisional suku Marind di Merauke?

III. Pembahasan
Untuk dapat mengenal budaya tradisional penduduk Marind di kabupaten Merauke ,
penulis melakukan perjalanan ke Merauke, seperti tersebut di bawah ini.
A. Kisah Perjalanan Ke Merauke Bulan Mei 2009
Berawal dari anak sulung penulis yang bernama Arif Hari Ujiono lulus test penerimaan
pegawai negeri sipil (PNS) yang diselenggarakan oleh Departemen Kehutanan dan mendapat
tugas sebagai karyawan kantor Departemen Kehutanan Taman Nasional Wasur Merauke.
Selanjutnya Arif Hari Ujiono dengan bekal membawa surat tugas berangkat ke Merauke bulan
Mei 2009.
Perjalanan Arif Hari Ujiono ke Merauke bulan Mei 2009 ditemani oleh ayahnya. Ini berarti
perjalanan ke Merauke merupakan rombongan yang terdiri dari dua orang yaitu : 1. Penulis ,
dan 2. Arif hariujiono ( anak sulung penulis)
Dengan menggunakan jasa angkutan Taksi, rombongan berangkat dari rumah
Perumnas Teluk Purwokerto, menuju ke Stasiun Kereta Api Purwokerto. Kemudian rombongan
menggunakan jasa angkutan Kereta Api Tasyaka melaju dari Purwokerto menuju Stasiun
Gambir Jakarta. Langkah berikutnya rombongan menggunakan Bus Damri dari Stasiun
Gambir menuju ke Bandara Sukarno-Hatta, Cengkareng Jakarta.
Dari bandara Sukarno Hatta ,cengkareng, Jakarta , rombongan naik pesawat Merpati,
tujuan adalah lending di Bandara Mopah Merauke, Paua. Penerbangan Pesawat Merpati
jurusan Jakarata-Merauke, transit tiga kali yaitu di Ujung Pandang, Biak, Jayapura,dan di
Merauke.
Ungkapan kata yang muncul dalam perjalanan ke Merauke : Kena apa tugas saya ke
Merauke, Jauh sekali ya Pak!. Kata-kata yang terangkai itu adalah ungkapan dari hati nurani,
ketika anak sulung saya yang bernama Arif Hari Ujiono, mendapat tugas dari Departemen
Kehutanan, karena lulus seleksi pada tes Calon Pegawai Negeri Sipil pada ta-hun 2009.
Sebagai orang tua maka untuk memotivasi anak, saya menambahkan kata-kata: Ya, itu
adalah jalan hidupmu yang harus dijalani, karena rizki setiap orang sudah ditentukan oleh Allah
Swt. Memang rizki kamu ada di Merauke, siapa tahu akan mendapat jodoh di Merauke.
Saya sangat terkesan ketika pesawat akan mendarat di bandara Mopah Merauke,
terdengar nyanyian dari Tape recorder Pesawat : Tanah airku tak akan ku lupakan; . . .
dst. Syair yang terkandung dalam nyanyian tersebut, mengingatkan kita bahwa kabuipaten
Merauke adalah merupakan bagian dari wilayah Irian Barat ( Propinsi Papua Barat dan Propinsi
Papua) yang menjadi satu wilayah NKRI, karena keberhasilan rakyat Indonesia melenyapkan
penjajahan Belanda di wiliyah Irian Barat tersebut.
Dibawah ini ditunjukkan :
GambarTugu Pendaratan Pasukan TNI Pertama di wilayah Distrik Semangga,
Kabupaten Merauke, Propinsi Papua.

Setelah rombongan tutun dari pesawat, langkah berikutnya rombongan memilih naik angkutan
Taksi dari bandara Mapoh menujuke alamat kantor Taman Nasional Wasur Departemen
Kehutanan Merauke.Taksi mengantar rombongan sampai ke halaman depan kantor, kemudian
rombongan turun.
Perjalanan rombongan ke Merauke adalah dalam rangka mengantar anak saya yang
bernama Arif karena lulus seleksi pada tes Calon Pegawai Negeri Sipil pada Departemen
Kehutanan pada tahun 2009 dan mendapat tugas kerja di kantor Taman Nasional Wasur
Merauke.
Setelah anak saya menemui bagian kepegawaian dan menunjukkan surat tugas sebagai
karyawan di kantor Taman Nasional Wasur, maka esok harinya anak saya mulai wajib masuk
kerja di kantor tersebut.
Bahkan untuk menginap di Merauke, rombongan diantar mengunakan mobil dinas kantor
menuju ke rumah kontrakan milik Pak Slamet Purwadi. Dipilih-kannya rumah kontrakan milik
Pak Slamet karena letak rumah tersebut terletak pada jalur angkutan kota dari pusat kota
Merauke melaui depan kantor Taman Nasional Wasur.
Kebetulan rumah kontrakan milik Pak Slamet masih ada yang belum dikontrak orang
atau masih kosong. Hasil kesepakatan biaya sewa kontrak rumahper bulan Rp. 300.000,-
Kondisi Rumah kontrakan cukup baik yaitu memiliki ruang tamu,dua kamar tidur, kamar mandi
dan ruang dapur untuk memasak.
Adalah lumrah dan wajar biarpun anak saya sudah dewasa, tetapi keberangkatannya ke
Merauke dalam rangka melaksanakan tugas dinas,masih diantar orang tua, sebab:
1). Anak tersebut saat itu, belum pernah merantau ke luar daerah karena jenjang pendidikan
sejak dari tingkat SD, SMP, SMTA, sampai tingkat Sarjana, diperoleh Purwokerto. Anak
tersebut adalah alumnus Fakultas Ekonmi, UNSOED Purwokerto.
2). Sebagai orang tua merasa tidak nyaman, jika membiarkan anaknya berang-
kat sendiri ke Merauke.
3). Karena berbagai pertimbangan, misal agar tidak keslitan mencari rumah
kontrakan di Merauke.
Saya adalah Staf edukatif Universitas Terbuka (UT) yang dipekerjakan di Unit Program
Belajar Jarak Jauh UT ( UPBJJ-UT) Purwokerto. Saya ijin Cuti tahunan kepada UPBJJ-UT
Purwokerto, mengambil empat hari kerja pada bulan Mei tahun 2009.
Namun pada hari ke tigadari waktu cuti, saya pamit dengan anak pertama saya yang
bertugas sebagai karyawan di Departemen Kehutanan Taman Nasional Wasur Merauke.
Selanjutnyapada hari itu juga, saya tinggalkan kota Merauke.
Dengan menggunakan pesawat Merpati, dari Bandara Mopah Merauke pulang sendiri
tujuan Jakarta. Pesawat Merpati terbang dari Merauke pukul 10.20 WIT dan pesawat mendarat
di Bandara Sukarno Hatta Jakarta pukul 24.00 WIB. Saya istirahat di Bandara , setelah sholat
subuh di Bandara selanjutnya dengan menggunakan taksi menuju Stasiun Gambir Jakarta.
Kereta api Argolawudiberangkatkan dari stasiun KA Gambir Jakarta sekitar pukul 07.00
WIB. Dengan kereta apiArgolawu itulah, saya melanjutkan perjalanan dari Jakarta menuju
Stasiun Bantarsoka Purwokerto. Kereta api Argolawu sampai di stasiun Bantarsoka Purwokerto
pukul 11.30 WIB. Akhir perjalanan sampailah ke rumah Perumnas Teluk Purwokerto,
menggunakan jasa angkutan kota jalur C sekitar pukul 12.00 WIB.
2. Kisah Perjalanan Ke Merauke Bulan Maret 2014
Mungkin hampir setiap orang tua akan sependapat, bahwa jika punya anak laki-laki yang
sudah dewasa dan mapan untuk berumah tangga, sering menanyakan kepada anaknya
tentang: Apa sudah punya pilihan calon pendamping hidup /istri? Tentu pilihan yang
diharapkan orang tua adalah mendapat jodoh yang cocok, mempunyai masa depan baik.
Kriteria yang baik menurut falsafah Jawa, berorientasi pada tiga kriteria, yaitu : Bibit, Bebet, dan
Bobot.
Terkadang orang tua yang tidak percaya pada calon pendamping hidup yang dipilih oleh
anaknya, sehingga orang tua ingin menjodohkan pada calon yang sudah dikenal oleh orang
tuanya, . . . dsb.
Perjalanan dari Purwokerto ke Merauke bulan Maret 2014, karena Arif Hari Ujiono telah
mendapatkan calon pendamping yang cocok. Sehingga kami ( orang tua) melakukan perjalanan
ke Merauke pada bulan Maret 2014, dalam rangka melaksanakan acara melamarkan/
meminangkan Arif Hari Ujiono dengan calon pendamping pilihannya yang bernama Ela
Wahyuni dari Merauke.
Saya penulis, istri bernama Reni Yuniarti ikut dalam perjalanan ke Merauke. Kami berdua
naik KA Argo Lawu melalui Stasiun Kereta Api Purwokerto, menuju Stasiun Gambir
Jakarta. Kereta api Argo Lawu berangkat dari Purwokerto pukul 10.20 WIB, sampai di Gambir
pukul 16.30 WIB .
Setelah solat Asyar di stasiun Gambir, rombongan melanjutkan perjalanan,
menggunakan Bus Damri menuju Bandara Sukarno Hata.Tepat pukul 18.30 WIB rombongan
sampai di Bandara Sukarno Hata Jakarta.
Di bandara Sukarno-Hatta, rombongan beristirahat menunggu jadwal terbang pesawat
Garuda dari Jakarta pukul 23.50 WIB. Lebih kurang 6 jam waktu terbang pesawat Garuda
menuju bandara di Jayapura. Pada pukul 07.00 WIT pesawat mendarat di Jayapura dan
sekitar 30 menit Pesawat transit di Jaya-pura. Waktu pukul 7.30 pesawat Garuda terbang dari
Jayapura menuju Merauke. Pesawat mendarat di Bandara Mapoh Merauke pukul 10.00 WIT.
Dari bandara Mapoh Merauke rombongan mengunakan taksi menuju alamat Arif di
rumah kontrakannya sebagai tempat menginap, yang berjarak lebih kurang satu km dari
Bandara. Persaudaraan Arif dengan keluarga Pak Slamet Purwadi tetap terpelihara baik,
meskipun sudah tidak menyewa rumah kontrakan milik Pak slamet.
Esok paginya, Pak Slamet dan Bu Slamet , saya dan istri, yaitu Reni Yuniarti menuju ke
rumah calon besan untuk melaksanakan acara lamaran / meminangkan Arif Hariujiono dengan
Ela Wahyuni. Sekitar pukul 12.00 WIT, ditetapkanlah kesepakatan waktu pelaksanaan
pernikahannya, yaitu tgl 10 Agustus 2014.
Sebagai PNS, saya juga ijin mengambil cuti tahunan selama empat hari kerja ke UPBJJ-
UT Purwokerto, sebelum berangkat ke Merauke. Selama tiga hari, rombongan singgah di
Merauke, selanjutnya esok harinya, kami berdua ( saya dan istri) melanjutkan perjalanan
dengan naik pesawat Lion Air Ways dari Bandara Mopah Merauke, tujuan Yogyakarta.
Pesawat Lion Air Ways take-of dari Meraukepukul 10.00 WIT,setelah terbang kurang
lebih 1,5 jam,pesawat mendarat di Jayapura untuk transit kurang lebih 15 menit , kemudian
take-of lagi tujuan Ujung Pandang. Sekitar kurang lebih 2 jam terbang, kemudian pesawat
mendarat di Ujung Pandanguntuk transit 15 menit. Selanjutnya pesawat terbang dari Ujung
Pandang, tujuan bandara Yogjakarta.
Akhirnya pesawat Lion Air Ways mendarat di Bandara Yogyakarta. Dari bandara
rombongan melanjutkan perjalanan, dengan menggunakan taksi rombongan menuju Stasiun
Kereta Api Tugu Yogyakarta.
Selanjutnya rombongan melanjutkan perjalanan menggunakan Kereta Api dari Yogjakarta
menuju Purwokerto.
3. Kisah Perjalanan Ke Merauke Bulan Agustus 2014
Kami berdua ( saya dan istri ) menyusun rencana, siapa saja yang akan diajak ke acara
pelaksanaan resepsi Pernikahan Arif Hari Ujiono dengan Ela Wahyuni di Merauke, tgl 10
Agustus 2014. Dengan pertimbangan tempat pernikahan sangat jauh yaitu di Merauke dan
transportasi menggunakan pesawat udara, maka untuk wakil dari famili saya maupun famili istri,
tidak ada yang di ajak. Kami berdua sepakat bahwa yang berangkat menghadiri acara
pelaksanaan pernikahan antara Arif dengan Ela, hanya berjumlah empat orang, yaitu : yaitu 1.
saya, 2. istri , 3. Hepi Hari Susapto ( anak nomor dua), dan 4. Hari Ady Prasetya ( Anak
bungsu).
Dengan demikian rombongan perjalanan ke Merauke bulan Agustus 2014, berjumlah
empat orang, tiga orang berangkat dari Purwokerto, satu orang berangkat dari Angkara, Turky.
Rombongan yang berangkat tanggal 7 Agustus 2014 dari Dukuhwaluh (Purwokerto ) yaitu : 1.
saya, 2. istri dan 3. Hari Ady Prasetya ( anak bungsu). Dengan naik kereta api Argo Lawu pukul
10.20 WIB dari Stasiun Kereta Api Purwokerto, sampai di Gambir Jakarat pukul 16.30
WIB.
Sedangkan anggota rombongan bernama Hepi Hari Susapto, berangkat dari Ankara tgl 6
Agustus 2014, menuju Istambul (Turky), selanjutnya dengan naik pesawat Turky Air Ways
menuju Bandara Sukarno-Hatta ( Indonesia). Pada saat itu, Hepi Hari Susapto adalah sedang
menjadi mahasiswa S1- Teknik Kimia di METU (Midle East Technical of University ) di Ankara,
Turky. Setelah ia menginap satu malam di Hotel dekat Bandara Sukarno Hata Jakarta, esok
paginya ia menuju ke Stasiun Gambir, Jakarta.
Di stasiun Gambir tanggal 7 Agustus 2014, keempat anggota rombongan bertemu yaitu :
1. Saya ( Ayah), 2. Istri ( Ibu), 3. Hepi Hari Susapto ( Anak) dan 4. Hari Ady Prasetya ( Anak).
Perlu saya jelaskan disini, bahwa keluarga kami terdiri dari : Saryanto (ayah), Reni Yuniarti (
istri), dengan tiga anak laki-laki, yaitu: 1. Arif Hari Ujiono, 2. Hepi Hari Susapto, 3. Hari Ady
Prasetya. Anak yang sulung adalah Arif Hari Ujiono, itulah yang pada tanggal 10 Agustus 2014,
yang jadi pengantin laki-laki.
Jelaslah bahwa yang hadir pada acara pernikahan anak sulung ( Arif Hari Ujiono) di
Merauke adalah orang tua ( ayah dan Ibu ) dan adik-adiknya yaitu : 1. Hepi Hari Susapto, 2.
Hari Ady Prasetya, sehingga berjumlah empat orang.
Setelah solat Asyar di stasiun Gambir, rombongan melanjutkan perjalanan. Dengan
menggunakan Bus Damri rombongan menuju Bandara Sukarno Hata.Tepat pukul 18.30
WIB rombongan sampai di Bandara Sukarno Hata Jakarta.
Sholat Mahrib dan sholat Isya di Bandara Sukarno Hata, selanjutna rombongan
menunggu jadwal terbang Pesawat Garuda.Tepat pukul 23.50 WIB rombongan naik pesawat
Garuda terbang tujuan Merauke.Pada tgl 8 Agustus 2014, pesawat mendarat di bandara
Jayapura pukul 07.00 WIT,untuk transit sekitar 30 menit.Selanjutnya pesawat Garuda terbang
dari Jayapura dengan tujuan Merauke.Sekitar pukul 10.00 WIT, pesawat Garuda mendarat di
Bandara Mapoh Merauke. Arif Hari Ujiono menjemput rombongan di Bandara Mapoh Merauke,
selanjutnya rombongan menggunakan taksi,menuju rumah kontrakan Arif Hariujiono sebagai
tempat menginap.
Esok harinya, pada tgl. 10 Agustus 2014, Pengantin laki-laki diantar oleh Pak Slamet
Purwadi beserta keluarganya, Kepala Kantor Kehutanan Taman Nasional Wasur beserta
stafnya, Keluarga Pak Saryanto, dll, berangkat dari rumah Pak Slamet menggunakan mobil
Dinas Kantor Taman Nasional Wasur menuju ke Tempat Resepsi Acara Pernikahan. Suasana
sakral ketika berlang-sung acara pernikahan antara Arif Hari Ujiono dengan Ela
Wahyuni dapat dilihat pada gambar Acara Pernikahan .
Setelah acara Pernikahan selesesai, rombongan dari Purwokerto dengan menggunakan
kendaraan mobil Dinas kantor Taman nasional Wasur,di antar ke rumah kontrakan Arif Hari
Ujiono.
Esok harinya, tanggal 11 Agustus 2014, rombongan Purwokerto dan pengantin serta
pengantin wanita, di antar ke tempat wisata yang ada di kabupaten Merauke menggunakan
mobil Dinas kantor Taman nasional Wasur, antara lain :
1. Berwisata ke wilayah Distrik Sota , Kabupaten Merauke,
2. Berwisata Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua, suatu
wiyah distrk yang merupakan tempat pendaratan pasukan TNI pertama di
Merauke untuk merebut kembali Wilayah Irian Barat dari pendudukan
pasukan Belanda ke panggkuan wilayah NKRI.
3. Berwisata Hutan Taman Nasional Wasur di Kabupaten Merauke.
Dibawah ini ditunjukkan contoh gambar foto penulis, Hepi Hari Susapto dan Hari Ady
Prasetya, yang membelakangi rumah binatang rayap/ laron. Rumah binatang rayap itu, banyak
dijumpai di hutan Taman Nasional Wasur.

4. Berwisata ke perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia degan Negara Papua


Nuigini.
Dibawah ini ditunjukkan Gambar :
a. Tugu Selamat Datang di perbatasan RI-Papua Nuigini.
Selama lima hari rombongan Purwokerto singgah di Merauke, selanjut-nya tanggal 12 Agustus
2014, rombongan dengan jumlah enam orang yaitu : a. Saryanto ( Ayah); b.Reni Yuniarti ( Ibu);
c. Arif Hariujiono ( Pengantin laki-laki); d. Ela Wahyuni ( Pengantin wanita); e. Hepi Hari
Susapto ( Anak ke dua ); dan f. Hari Ady Prasetya (Anak anak ke tiga).
Dari Bandara Mapoh Merauke pukul 10.00 WIT , rombongan naik pesawat Garuda ,
tujuan bandara Sukarno-Hata Jakarta. Pesawat Garuda mendarat di bandara Sukarno-Hata
pukul 17.00 WIB. Setelah sholat Asyar di Bandara Sukarno-Hata, rombongan melanjutkan
perjalanan menggunakan Bus Damri menuju Stasiun KA Gambir. Di Stasiun Gambir satu orang
dari rombong-an yaitu Hepi Hari Susapto menginap satu malam di Hotel di Jakarta ,untuk
melanjutkan perjalanan dengan pesawat Turky ke Ankara Turky.
Rombongan yang berjumlah lima orang berangkat pukul 21.30 dari Stasiun Gambir
melanjutkan perjalanan ( dalam Jadwal pukul 20.15 WIB) menuju ke Stasiun KA
Purwokerto.Rombongan yang berjumlah lima orang menggunakan jasa angkutan Kereta Api
Argo Lawu sampai di Stasiun KA Purwokerto tanggal 13 Agustus 2014 pukul 04.15 WIB .
Dengan menggunakan taksi rombongan menuju rumah Dukuhwaluh.
Selama sembilan hari Arif Hariujiono ( manten laki-laki); d. Ela Wahyuni ( manten wanita)
tinggal Dukuhwaluh. Mereka berdua ijin cuti dua minggu.Arif adalah karyawan Departemen
kehutanan Taman Nasional wasur, sedang Ela Wahyuni adalah karyawan Bank Danamon
Merauke.
Pada tanggal 22 Agustus 2014, rombongan ( Arif Hariujiono dan Ela Wahyuni),
pukul 10.15 WIB melanjutkan perjalanan dari Purwokerto menggunakan Kereta Api Argo Lawu
tujuan stasiun KA Gambir Jakarta. Dari Stasiun KA Gambir, perjalanan dilanjutkan ke Bandara
Sukarno- Hata.Selanjutnya rombongan dari bandara Sukarno-Hata Jakarta menggunakan
pesawat Garuda pukul 23.50 WIB, tujuan Ke Bandara Mopah Merauke.

B. Budaya Tradisional Suku Marind di Kabupaten Merauke


Kelancaran transportasi di Indonesia, berdampak positip terhadap peningkatan
kesejahteran hidup manusia. Namun banyak penduduk asli kabupaten Merauke yang hidup
dengan peralatan budaya tradisional zaman pra sejarah, dan hanya sebagian kecil penduduk
asli kabupaten Merauke yang menikmati kehidupan dengan peralatan dan fasiltas budaya
modern.
Koentjaraningrat ( 1976 : 69), mengelompokan budaya tradisional penduduk Irian Jaya
atas lima kelompok yaitu :
Kebudayaan penduduk daerah Cenderawasih,
Kebudayaan penduduk pulau-pulau dan dan pantai teluk Cenderawasih,
Kebudayaan penduduk rawa-rawa di daerah Pantai Utara
Kebudayaan penduduk pegunungan Jaya Wijaya,
Kebudayaan penduduk sungai-sungai dan rawa-rawa di daerah bagian selatan.
Berdasar pada pengelompokan kebudayaan Irian Jaya di atas, maka kebudayaan
penduduk suku Marind yang secara geografis tinggal di Kabupaten Merauke, adalah termasuk
pada kelompok penduduk yang mendiami daerah lembah sungai-sungai dan rawa-rawa daerah
bagian selatan Irian Jaya.
Kebudayaan tradisional Suku Marind, dapat dikelompokkan pada kebudayaan jaman
prasejarah. Peninggalan kebudayaan tradisional suku Marind, antara lain :
1. Pakaian dari serat kulit kayu,
2. Tas dari bahan kulit kayu ( Noken),
3. Kalung dari kulit kayu,
4. Perahu lesung,
5. Panah untuk berburu rusa, berburu Kalong ( Kelelawar besar),
6. Batang Pohon Kayu untuk menumbuk batang phon sagu, dll ( lihat gambar di bawah
ini).
Dibawah adalah gambar foto kebudayaan tradisional suku Marind
Keterangan Gambar : Perahu Lesung, batang pohon kayu, noken dan pakaian dari serat kulit
kayu.
Noken adalah tas terbuat dari serat kulit kayu, digunakan oleh suku Marind dengan cara
digantungkan pada leher, untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari ,membawa
hasil pertanian misal : Sayuran, Umbi-umbian. Noken juga digunakan untuk membawa barang-
barang dagangan. Batang pohon kayu untuk digunakan sebagai alat untuk menumbuk batang
phon sagu.
Mata pencaharian, merupakan suatu aktivitas kegiatan ekonomi manusia guna
mempertahan-kan hidupnya guna memperoleh taraf hidup yang layak. Mata pencaharian pokok
penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh lingkungan alam dan lingkungan kebudayaan.
Lingkungan alam kabupaten Merauke merupakan daerah dataran rendah yang dialiri oleh
banyak sungai dan rawa-rawa. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berupa protein hewani,
diperoleh dengan cara berburu dan menangkap ikan, kerang, kepiting, kura-kura, dan lain-
lain.
Perahu lesung, digunakan oleh suku Marind untuk mencari ikan, mencari binatang
kerang, berbagai jenis udang, kepiting, dan kura-kura. Di malam hari mereka menangkap ikan
dengan memakai perahu lesung dengan penerangan obor yang diikatkan di depan perahu
lesung. Kegiatan menangkap ikan, kerang, kepiting, kura-kura, dan lain-lain di sungai, rawa-
rawa, maupun di laut menggunakan jala buatan sendiri oleh keluarga batih ( suami, istri dan
anak-anak paling banyak tiga atau empat orang.
Kegiatan berburu hanya dilakukan oleh orang laki-laki, terutama binatang buruan rusa,
babi hutan, kanguru, burung kasuari, dan kadang-kadang binatang Ular, kelelawar besar
(Kalong), dan lain-lain. Suku Marind juga mengenal berkebun, tetapi berkebun dilakukan secara
sistem ladang. Sistem Ladang yaitu sistem pertanian yang dilakukan dengan cara membakar
hutan sebagai areal menanam ubi-ubian. Tanah untuk berkebun merupakan wilayah tertentu di
dalam hutan yang masing-masing di bawah ulayat/ marga.
Ulayat/ marga adalah sistem kelompok kerabatan berdasarkan garis keturunan. Suku
Marind memakai sistem marga patrilineal (fam)atau sistem kekerabatan garis keturunan laki-laki
( ayah).
Banyak dari tanah milik ulayat patrilineal (fam) tertentu yang telah ditanami, ditinggalkan
dan tidak digarap lagi oleh warga lain dari ulayat tersebut. Karena tanah untuk berkebun masih
dirasakan luas oleh penduduk Marind, maka tanah milik ulayat tertentu yang ditinggalkan dan
digarap oleh warga ulayat lain jarang menimbulkan konflik.
Sagu merupakan makanan pokok suku Marind, pekerjaan mencari pohon sagu di hutan
sagu milik ulayat itu merupakan tugas kaum wanita. Pohon sagu yang telah berusia antara 8 s/d
12 tahun ditebang. Selanjutnya batang pohon sagu dikupas kulitnya. Langkah selanjutnya
batang pohon sagu yang telah dikupas kulitnya dan dibersihkan, ditumbuk halus, kemudian
diperas untuk mendapatkan tepung sagu. Untuk menumbuk batang phon sagu digunakan alat
batang pohon kayu.
Hutan sagu menjadi hak milik ulayat patrilineal tertentu, yang letaknya kurang lebih tiga
sampai lima kilometer jauhnya dari desa. Setiap orang suku Marind mempunyai hak untuk
mengambil sagu di areal hutan sagu milik ulayat yang diwarisi dari ayahnya( Patrilineal).
Setiap orang Marind dapat juga mengambil sagu di hutan dimana ibunya biasannya
mengambil sagu. Bahkan boleh mengambil sagu dimana saudara laki-laki ibu biasanya
mengambil sagu. Demikian juga boleh mengambil sagu di wilayah hutan sagu dimana saudara-
saudara laki-laki dari ibu biasanya mengambil sagu. Begitu pula boleh mengambil sagu di
wilayah hutan sagu wilayah istrinya.Tepung sagu adalah sebagai bahan pembuatan bubur, atau
sebagai roti bakar.
Penduduk Marind yang semula menikmati budaya makanan pokok sagu, sekarang ada
yang beralih ke budaya makanan pokok beras. Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze,
mengatakan bahwa saat ini produksi rata-rata lahan pertanian sawah di Merauke 5,5 ton gabah
kering panen/ Ha. Luas lahan pertanian sawah produktif yang tersedia di sini baik lahan basah
maupun lahan kering 2,390 juta ha, dengan total produksi tiap tahun mencapai 30.000 ton.
KabupatenMerauke sudah mampu swasembada pangan beras, dan kelebihannya distribusikan
ke Wamena lewat transport udara Hercules TNI AU, juga ke Kabupaten Baru dan Mimika, kata
bupati Merauke.
Sebagai besar lahan pertanian padi sawah di Kabupaten Merauke diolah oleh petani
transmigran dari Jawa. Saat ini suku Marind sudah mulai ada yang bermata pencaharian
dengan cara bercocok tanam padi sawah. Dibawah ini ditunjukkan gambar anak-anak suku
Marind yang menikmati budaya modern.

Gambar : Foto Anak-anak Suku Marind di Kabupaten Merauke


DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, 1976.Manusia Dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Penerbit Saptodadi.
Saryanto, ( 11-8-2014). Photo Selamat Datang di ambil di Distrik Sota , Kab Merauke, Prop
Papua,
NKRI. Pengambil gambar : Hari Ady Prasetya.

Saryanto, ( 11-8-2014). Photo Lokasi Tugu Perbatasan antara Negara Kesatuan Republik
Indone-
sia dengan Negara Papua Nuigini.di ambil di Distrik Sota, Kab.
Merauke.Pengambil
gambar : Hari Ady Prasetya

Saryanto, ( 11-8-2014). Photo Budaya Suku Marind di Kabupaten Merauke.Merauke :


Peninggal-
an Budaya di Lokasi Bomi Sai Taman Nasional Wasur. Pengambil gambar : Hari
Ady
Prasetya

Saryanto, ( 11-8-2014). Photo Anak-anak Suku Marind di Kabupaten Merauke. Pengambil


gambar :
Hari Ady Prasetya

http://saryanto1234.blogspot.co.id/2016/04/
APLIKASI
PENGENAL
AN
BUDAYASU
KU BADUY
BERBASIS
ANDROID
Winda Yuningsih,

Sri Setyaningsih,
Lita
KarlitasariProgra
m Studi Ilmu
Komputer
Fakultas
Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan
AlamUNIVERSI
TAS PAKUAN
BOGOR
Abstrak

Suku Budaya mer
upakan salah satu
warisan Indonesia
yang harus
dilestarikan.Untuk
itu pula materi
suku
budaya masuk
dalam kurikulum
muatan lokal bagi
lembaga pendidik
an di Jawa Barat.
Namun dalam pel
aksanaannya para
peserta didik mau
punmasyarakat
umumnya tetap
merasa kesulitan
dalam
mempelajari
pengenalan suku
budayayang
mudah, praktis,
dan menarik.
Untuk itu
dibutuhkan suatu
alat bantu belajar
pengenalansuku
budaya yang
efektif. Aplikasi
berbasis android
yang dibuat
menggunakan
metodologi penge
mbangan
Multimedia Devel
opment Life Cycle
serta
menggunakan
Software
Adobe Flash CS6
untuk aplikasi
android dan
photoshop untuk
konten teks,
menu,
background,
gambar maupun
video. Pengenalan
Budaya Suku
Baduy Berbasis
Android
merupakansebuah
media
penyampaian
informasi secara
visual dengan
animasi yang
menarik
sehinggamenamba
h daya tarik calon
pengguna untuk
mempelajari
tentang
pengenalan
sebuah
suku budaya, dian
taranya monument
, kain batik, ikat k
epala (lotar), tas k
oja, senjata, sejara
h,agama, bahasa,
mata pencaharian,
peralatan hidup,
pakaian adat,
rumah adat,
perkawinan,serta
lokasi dan sistem
pemerintahan
dikemas dalam
sebuah aplikasi
pengenalan
budayasuku baduy
berbasis android.
Aplikasi ini
diharapkan dapat
membantu
pengguna
dalammempelajari
adat-istiadat suku
baduy, serta menj
adi media untuk
hiburan tentunya.
Kata Kunci

Android, Suku
Baduy,
Multimedia
Development Life
Cycle, Adobe
Flash.
PENDAHULUA
N
Android
merupakan salah
satu sistemoperasi
mobile terkenal
yang
diciptakanoleh
perusahaan
Google.
Pengertian
sistemoperasi andr
oid sendiri secara
singkatadalah
sebuah sistem
operasi
berbasislinux
yang
diperuntukkan
untuk
teleponselular (
smartphone
). Kelebihan
sistemoperasi
android sendiri
ialah
menyediakan
platform
terbuka (
open source
) bagi
para pengembang
untuk menciptaka
n berbagai jutaan
aplikasi mereka se
ndiri yangnantiny
a akan
dipergunakan
untuk berbagai ma
cam piranti berger
ak (
mobiledevices
). Baduy atau
orang
Kanekesadalah
suatu kelompok
masyarakat
adatSunda di
wilayah
Kabupaten
Lebak,Banten.
Mengenal budaya
suku baduysudah
menjadi bagian
yang sangat
pentinguntuk
menunjang
keberadaan
budaya
suku baduy yang s
emakin tersingkir
oleh perkembanga
n zaman yang sud
ahmengenal
teknologi saat ini,
sertameningkatka
n kesadaran
bahwa masih
adasekelompok
orang yang
masihmempertaha
nkan aturan adat
yangmenurut
mereka akan
mendatangkankeb
aikan dalam
kelangsungan
hidupnya.Salah
satu cara yang
dapat
digunakanadalah
dengan mengguna
kan mediainforma
si berbasis mobile,
melalui aplikasiini
pengguna dapat
memperoleh
informasimengena
i pengenalan
budaya suku
tertentusecara
rinci dalam
menunjang
keberadaanmaupu
n media promosi
bagi perkembanga
n kebudayaan
tersebut.Tujuan
penelitian ini
adalah
membuataplikasi
pengenalan
budaya suku
baduy berbasis
android.Manfaat
dari pembuatan
aplikasi iniyaitu
mengenalkan
budaya suku
baduydengan cara
lebih menarik
serta dapatdiakses
melalui
smartphone
Memberikanalter
natif cara belajar
tentang
kebudayaan
MAKALAH KEBUDAYAAN PAPUA
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH ETNOGRAPI PAPUA

DISUSUN OLEH :

NAMA: KHARIS MAULANA

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

NPM : 201584204010

UNIVERSITAS MUSAMUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TAHUN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Kebudayaan Papua ini dengan tepat waktu. Selama proses
penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan yang sangat berarti bagi kami
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai bukti-bukti peninggalan zaman prasejarah di Indonesia terutama mengenai alat-alat serpih dan
tulang. Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu, penulis
sangat menerima dengan senang hati apabila ada kritik atau saran demi kesempurnaannya makalah ini.

Merauke Oktober 2016

penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, masyarakat serta suku yang berbeda. Hal ini bisa
kita lihat dari perbedaan suku, masyarakat, ras, agama yang membentang seluas arcipelago Indonesia
dari Sabang sampai Merauke. Merupakan sebuah kesalah besar apabila kita sebagai masyarakat
Indonesia, hanya acuh dan tidak mempelajari kebudayaan-kebudayaan yang beragam yang tersapat di
Indonesia.

Penulis memilih kebudayaan masyarakat Papua, karena Propinsi Papua di Indonesia merupakan sebuah
propinsi yang unik. Propinsi yang sering kali dianggap sebelah mata oleh orang-orang karena anggapan
mereka masyarakat papua masih primitif. Namu di balik anggapan primitif itu, masyaratakat papua
merupakan salah satu masyarakat yang masih memegang teguh budayanya, budaya asli Indonesia yang
belum tercemar oleh pengaruh dari negara-negara barat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian budaya?

2. Apa saja ragam budaya yang ada di papua?

3. Bagaimana kebudayaan suku marind melaksanakan upacara wajip ?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Memenuhi tugas matakuliah etnografi papua

2. Untuk mengetahui kebudayaan papua

3. Untuk mengetahui bagaiman pesta adat wajip suku marid kimam digelar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembuatan Makalah

DAFTAR ISI

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian budaya

B. Ragam budaya Papua barat

C. Kebudayaan Papua secara umum

D. Kebudayaa masyarakat marind suku kimam

BAB III PENUTUP

A. PENUTUP

B. Saran

DAFTA PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhqayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal
manusia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Papua negeri yang elok di timur indonesia, papua di
tinggali banyak suku, dan setiap suku di papua mempunyai adat istiadat yang berbeda.
kebudayaan papua masih kebudayaan murni karena dalam kesehariannya masih menggunakan
peralatan dari batu dan masih bercocok tanam secara tradisional dan berpindah pindah.
selain adat istiadat tarian papua pun banyak ragam dan macamnya semuanya mencerminkan suku yang
ada di papua, umumnya tarian papua sangat dinamis dan mencerminkan kegembiraan.
pakain adatnya pun sangat eksotis dengan hiasan di kepala yang mencerminkan budaya papua.
bukan hanya budayanya papua juga menyimpan wisata yang luar biasa dari salju abadinya di
pegunungan jaya wijaya sampai pantai pantainya yang indah dan masih asli dan alami. jadi kalau ke
indonesia jangan lupa berkunjung juga ke papua tanah yang elak bagaikan surga , tanah yang terberkati.

B. Ragam budaya Papua barat


Adat istiadat papua barat Mengacu pada perbedaan tofografi dan adat istiadat, penduduk Papua dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok besar, masing-masing

1. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah panggung)
dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan);

2. Mengacu pada perbedaan tofografi dan adat istiadat, penduduk Papua dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok besar, masing-masing:
3. . Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak secara sederhana

1. Rumah adat

ebenarnya rumah adat provinsi Papua Barat yang asli


berasal daru suku Arfak, bernama Mod Aki Aksa (Lgkojei)
yang berarti Rumah Kaki Seribu. Rumah adat yang asli
atapnya terbuat dari daun jerami atau daun sagu dan
kayu sebagai tiangnya. Tiang-tiang yang dibuat ada yang
pendek dan ada yang tinggi, tiang tersebut berguna untuk
melindungi diri dari musuh dan ancaman orang yang
berniat jahat atau ilmu hitam.

2. Pakaian Adat Papua Barat

Pakaian adat di wilayah Papua Barat bernama pakaian adat


Serui. Tidak jauh berbeda dengan pakaian adat yang ada di
Papua, bentuk pakaiannya hampir sama baik pria dan wanita.
Model penutup badan bagian bawah serta bajunya sama.
Mereka memakai baju dan penutup badan bagian bawah
dengan bentuk yang sama. Hiasan didada dan kepala juga
mereka kenakan berupa kalung, gelang, hiasan burung
cendrawasih pada bagian kepala daln lain
sebagainya. Merupakan ciptaan baru yang tergambar pada
bentuk pakaiannya. Perlengkapan yang dikenakan pria pada
saat pernikahan biasanya pengantin pria memegang perisai
seperti panah atau tombah agar berkesan adat Papua.
3. Tari daerah Papua Barat

a. Tari Perang merupakan tari yang


melambangkan kegagahan dan kepahlawanan
masyarakat Papua.

b. Tari Suanggi merupakan tari yang


mengisahkan seorang istri yang mati akibat
korban angi-angi (jejadian).

4. Senjata Tradisional: Pisau Belati yang


terbuat dari tulang kaki burung, Panah dan
Busur. Senjata ini digunakan untuk berperang atau berburu.

5. Suku: Suku Arfak, Suku Asmat, Suku Dani, Suku Mey dan Suku Sentan

6. Lagu Daerah: Yamko Rambe Yamko, Apuse.

C. Kebudayaan Papua secara umum


1. Pakaian Tradisional

Pakaian adat Papua untuk pria dan wanita hampir sama


bentuknya. Pakaian adat itu memakai hiasan-hiasan seperti
hiasan kepala berupa bentuk burung cendrawasih, gelang,
kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai
pada pergelangan kaki. Namun ada juga masyarakat suku
pedalaman Papua yang hanya menggunakan koteka dalam
membalut tubuhnya
2. Rumah Adat

Rumah adat Papua memiliki nama Rumah


Honai, dimana bahan yang diguanakan untuk
membuat rumah Honai yaitu dari kayu dengan
dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari
jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai
mempunyai pintu yang kecil dan tidak
berjendela. Umumnya rumah Honai terdiri dari 2
lantai yang terdiri dari lantai pertama untuk
tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan
sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta
untuk mengerjakan kerajinan tangan.

3. Senjata Tradisional

Papua memiliki senjata tradisional yang digunakan untuk melawan


musuh. Seperti pisau belati papua yang terbuat dari tulang kaki
burung kasuari dan bulu burung tersebut yang menghiasi pinggiran
belati tersebut. Namun ada senjata lain yang biasanya di gunakan
yaitu busur dan panah serta lembing yang digunakan untuk berburu.

4. Budaya Tari-Tarian

Masyarakat pantai memiliki berbagai macam


budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut
dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang
didalamnya terdapat berbagai macam bentuk
gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari
Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari
Sajojo). Tarian yang biasa dibawakan oleh
masyarakat pantai maupun masyarakat
pegunungan pada intinya dimainkan atau
diperankan dalam berbagai kesempatan yang
sama seperti: dalam penyambutan tamu
terhormat, dalam penyambutan para turis asing
dan yang paling sering dimainkan adalah dalam
upacara adat. khususnya tarian panah biasanya dimainkan atau dibawakan oleh masyarakat
pegunungan dalam acara pesta bakar batu atau yang biasa disebut dengan barapen oleh masyarakat
pantai. tarian ini dibawakan oleh para pemuda yang gagah perkasa dan berani.

dengan budaya tarian Yospan maupun budaya tarian Panah yang unik, kaya dan indah tersebut para
orangtua sejak dahulu berharap budaya yang telah mereka wariskan kepada generasi berikut tidak
luntur, tidak tenggelam dan tidak terkubur oleh berbagai perkembangan zaman yang kian hari kian
bertambah maju. para pendahulu yaitu para orangtua berharap juga budaya tarian-tarian yang telah
mereka ciptakan dengan berbagai gelombang kesulitan, kesusahan dan keresahan tidak secepat
dilupakan oleh generasi berikutnya. mereka juga berharap dengan tidak adanya budaya Papua yang
kaya tersebut semakin maju, semakin dikenal baik oleh orang dikalangan dalam negeri sendiri maupun
dikenal dikalangan luar negeri dan juga semakin berkembang kearah yang lebih baik yang intinya dapat
tetap mengangkat derajat, martabat, dan harkat orang Papua.

5. Budaya Perkawinan

Perkawinan merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. dengan demikian
masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun daerah pegunungan menetapkan peraturan itu
dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan
yang tidak diinginkan. dalam pertukaran perkawinan yang di tetapkan orangtua dari pihak laki-laki berhak
membayar mas kawin seebagai tanda pembelian terhadap perempuan atau wanita

6. Bahasa

Orang Papua secara umum dibagi kedalam dua kelompok besar menurut pembagian bahasa yang
digunakan. Kedua bahasa adalah bahasa Austronesia dan bahasa Non Austronesia. Adapun bahasa-
bahasa yang masuk dalam kelompok Austronesia disebut dengan nama bahasa-bahasa Papua. Dua
bahasa ini merupakan bahasa induk yang kedalamnya tergolong bahasa-bahasa lokal yang kurang lebih
250 buah bahasa (Silzer, 1986; Penelitian Program Bahasa, Uncen, 2001) .

7. Alat Musik

Papua memiliki banyak alat musik tradisional salah satunya yaitu tifa.
Tifa merupakan salah satu alat musik pukul yang bentuknya hampir
mirip dengan gendang. Alat musik Tifa terbuat dari kayu yang mana
pada bagian tengah kayu tersebut dibuat lubang besar yang
dibersihkan. Lalu diujung salah satu kayu tersebut ditutup dengan
mengunakan kulit rusa yang telah dikeringkan yang berfungsi agar
alat musik Tifa ini bisa menghasilkan suara yang indah dan bagus

8. Makanan Khas

Makanan khas papua yaitu sagu yang di buat jadi bubur atau
yang dikenal dengan nama papeda. Masyarakat papua
biasanya menyantap papeda bersama kuah kuning, yang
terbuat dari ikan tongkol atau ikan mubara dan di bumbui
kunyit dan jeruk nipis.
9. Kerajinan Tangan

Masyarakat papua biasanya membuat kerajinan tangan yang di buat


dari bahan-bahan yang tersedia dialam. Seperti kerajinan tas yang
bernama Noken. Kerajinan ini di buat dari kulit kayu yang di anyam,
dan warna yang diguanakan berasal dari pewarna alami akar
tumbuhan dan buah-buahan. Noken ini biasa di gunakan dan di
bawah dengan menyangkutkan noken di atas kepala.

10. Sistem Mata Pencarian

Sistem mata pencaharian di papua ini amat beragam, sesuai dengan dimana masyarakat itu tinggal.

a. Penduduk pesisir pantai

Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun dan meramu sagu yang
disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota dan masyarakat luar sudah
tidak asing bagi mereka.

b. Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah

Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu dihuta disekeliling
lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok kecil. Mereka ada yang mendiami tanah
kering dan ada yang mendiami rawa dan payau serta sepanjang aliran sungai.

c. Penduduk pegunungan yang mendiami lembah

Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang kala mereka berburu dan
memetik hasil dari hutan

1. Bagaimana mayarakat adat marind suku kimam dalam melestarikan pesta budaaya dalam setiap
tahunya ?

2. Apa saja yang disajikan guna melengkapi adat tsb ?

3. Apa kegunan tanaman wati dlm pesta adat tsb ?

4. Bagaimana pakaian adat yg digunakan ?

5. Bagaimana pelaksanaa upacaya adat tsb ?

D. Kebudayaa masyarakat marind suku kimam


Diera modernisasi ini tak jarang kebudayaan kebudayaan disuatu daerah masih gencar
dipertontonkan dimuka publik .Hal ini tak lain karena minimnya kesadaran masyarakat akan warisa
leluhur tersebut ,minat anak mudapun memudar seiring kemajuan zaman.

Beda halnya dengan masyarakat papua yang masih kental akan kebudayaan mereka .ada ratusan
warisan budaya papua yang perlu mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah agar tetap lestari.

Peseta adat wajip masyarakat marind suku papua


Banyak sekali kebudayaa masyarakat yang ada di papua khususnya di merauke .salah satunya yaitu
pesta adat yang digelar khusus untuk memperingati orang yang meninggal .orang-orang marind merauke
menyebut pesta adat ini dengan nama wajip.

Pesta adat ini diperingati satu tahun sekali .tata cara pelaksanaanya dimulai dari persiapan yang
memakan waktu kurang lebih setengah bulan .hal yang pertama dilakukan ketika ada keluarga yang
berduka maka jika ingin mengelar peseta adat wajip yaitu dengan mengundang sanak sodara jauh yang
ada di desa lain dan biasanya ada 3-4 keluarga yang di undang untuk hadir dalam kegiatan peseta adat
tersebut.undangan diantar langsung oleh keluarga yang tengah berduka dengan membawa tunas kelapa
sebagai simbolik.upacara wajip lazimnya di adakan pada saat hari ke-3,7,40 dan ke-100 setelah
meninggalnya seseorang dan di gelar satu malam penuh .

Ketika hari tiba dimana upacara adat tersebut dilangsungkan maka tamu undangan berdatangan
mengadiri acara tersebut.dalam satu undangan biasanya dihadiri sebanyak 15-20 orang yang terdiri dari
anak anak sampai orang dewasa.tamu undangan langsung menari di tempat yang telah disediakan
sebagai jamuannya tamu undangan diberi tanaman tebu.

Tarian dimaksudkan sebagai penghibur bagi keluarga yang tengah berduka agar sejenak melupakan
kesedihan atas salah satu anggota keluarga yang telah tiada.tarian berlangsung kurang lebih 30 sampai
60 menit lamanya.

Sementara pakaian yang dikenakan baik laki-laki maupun perempuan sama halnya dengan pakaian
adat papua pada umumnya.namun satu hal yang berbeda dalam upacara adat disini alat music yang
digunakan sedikit berbeda .mereka menamaknnya dengan sebutan KANDARA yaitu sejenis alat music
tifa namun ukurannya lebih kecil dari pada tifa .alat music kandara terdiri dari berbagai macam ukiran
yang menghiasinya salah satunya yaitu ukiran bergelombang yang melambangkan binatang kuskus.

Adapun umbi-umbian sebagai hasil alam suku marid yang terdiri dari : ubi kayu,ubi jalar dan pisang
dalam hal ini sebagai pelengkap upacara tersebut .umbi-umbian ini disediakan khusus bagi tamu
undangan ketika mereka pulang nanti namun uniknya umbi-umbian ini dalam bentuk yang masih mentah
yang masih memmerlukanpengolah lagi.

Pesta adat ini takan lengkap tanpa kehadiran watiyang sudah siap konsumsi .wati ini awalnya sejenis
tanaman yang mereka olah menjadi sebuah minuman yang memabokan .minuman ini tak terlewatkan
setiap ada upacara adat tersebut minuman ini juga khusus bagi tamu jamuan.

Pesta adat wajib akan berlangung semalaman penuh .kemudian di pagi harinya akan ada kegiatan
sebagai acara penutupan peseta wajip yaitu penusukan daun telinga bagi anak perempuan yang masih
balita . penusukan dilakukan secara langsung dengan menggunakan daun dalam hal ini hnaya
keluaragalah yang berhak melaksanakan kegiatan tersebut dengan dilaksankanya penusukan pada daun
telingga tersebut maka pesta adat wajip itu akhirnya usai.
BAB III
PENUTUP
A. PENUTUP
Pula papua memiliki ragam budaya yang unik yang patut digali dan dilestarikan .budaya dan kesenian ini
sangat berbeda sesuai dengan jenis tempat tingglanya .umumnya orang papua mendiami 3 daerah yaitu
daerah pegunungan ,daerah pantai dan dataran rendahhal inilah yang menyebabkan terlahirnya ragam
budaya yang berbeda .

Salah satu kebudayaan yang sampai saat ini masih lestari di kabupaten merauke adalah budaya wajip
yaitu upacara adat untuk memperingati orang yang sudah meninggal.upacara ini melibatkan beberapa
komponen masyarakat yang cukup banyak dan upacara ini dilaksanakan satu hari penuh dan ditutup
dengan penusukan daun telingga anak perempuan yang masih balita.

B. Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah keterlibatan pihak pemerintah setempat dalam hal ikut andil
dalam upaya pelestarian budaya yang ada di papua agar warisan budaya nenek moyang tidak punah
karena kurangnya kepedulian dari berbagai pihak.

Anda mungkin juga menyukai