2.2.1. Agama
Agama pada masyarakat pesisir (nelayan) agama merupakan salah satu
faktor kuat yang menyetir suatu tatanan yang ada di dalam masyarakat. Tuntunan
agama meresap hingga ke setiap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Tuntunan
agama merupakan nilai yang menjadi landasan dari norma. Lalu, apa hubungan
nilai ini dengan ciri khas suatu daerah dalam kaitannya dengan penangkapan ikan?
Pengaruh agama memiliki peran yang besar dalam tata cara penangkapan ikan di
beberapa daerah di indonesia. Di dalam agama islam, hari jumat merupakan hari
suci dimana umat muslim terutama pria melaksanakan ibadah sholat jumat.
3. Suku Mandar
Nelayan Mandar memiliki ritual laut, yang terkait dengan
penghidupannya di laut, kepercayaannya terhadap penguasa alam semesta
(Allah swt), alam gaib dan hal-hal yang membahayakan di laut. Tuhan dan
alam gaib menjadi pusat dari pelaksanaan ritual. Nabi khidir
direpresentasikan sebagai penguasa laut. Tujuan utama dari ritual nelayan
mandar adalah untuk mendapatkan rezeki yang memadahi, perlindungan
dari tuhan agar terhindar dari bahaya laut (kawao, badai, hantu laut dan
sebaginya). Demikian juga untuk mendapatkan barokah dari allah swt.
Ritual dibagi 3: ritual konstruksi (ritual pembuatan perahu hingga
penurunan awal perahu ke laut). Ritual produksi (ritual sebelum
melaksanakan pekerjaan melaut). Ritual distribusi (berupa upacara
syukuran hasil tangkapan dan ritual syukuran awal bulan ramadhan).
4. Suku lamalera
Suku lamalera adalah suku yang menetap di kabupaten lembata,
nusa tenggara timur. Ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan
setempat yakni:
- Bito berue merupakan suatu sistim kepercayaan ritual yang
dilakukan oleh nelayan setempat sebelum menggunakan
sampan/juku baru. Acara ini biasanya dilakukan di pantai dengan
menggunakan bahan-bahan seperti ayam jantan yang jenggernya
masih utuh. Jengger ayam dipotong oleh tua adat laut (aho male) ,
lalu darahnya dioles disekeling sampan/juku baru.
- Lepa nua dewe sistim kepercayaan ritual ini dilakukan untuk
melepas pukat yang ukurannya kecil yang dalam bahasa setempat
disebut noro. Jenis pukat ini merupakan alat tangkap tradisional
masyarakat setempat untuk menangkap ikan serdin dan tembang
biasanya pada musim-musim tertentu selalu muncul diperairan laut
daerah setempat dalam jumlah yang sangat banyak.
- Bruhu brito merupakan suatu tradsi oleh masyarakat nelayan
setempat sebelum melepas pukat baru untuk menangkap jenis ikan
selain tembang.
- Tula lou wate upacara ini merupakan tradisi dalam memberi makan
kepada leluhur di laut dengan maksud memanggil ikan agar ikan
dapat berkumpul dan memberikan hasil tangkapan yang banyak.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendekatan pemberdayaan sistim kepercayaan diharapan akan terjadi
perubahan dasar perilaku sosial yang berkaitan dengan perilaku konservasi
sumberdaya pesisir dan laut. Perubahan tersebut hanya dapat terlaksana apabila
secara penuh didasarkan pada kesadaran, keiklasan dan kesungguhan semua pihak
yang terlibat (stakeholders) dalam proses mobilisasi sosial.
Peluang sistim kepercayaan merupakan pranatara-pranatara social budaya
dan jaringan sosial yang dimiliki oleh masyarakat pesisir dan nelayan. Potensi ini
sebagai modal sosial budaya (cultural capital) yang berharga yang memiliki
peranan dalam memobilisasi perubahan perilaku sosial secara sadar dan keiklasan
kearah yang lebih baik dalam kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
alamlaut dan pesisir.
3.2. Saran
Untuk mengetahui sistim kepercayaan masyarakat di pesisir dalam
penegelolaan sumber daya laut maka harus dilakukan dengan benar- benar teliti
sehingga apa yang menjadi tujuan dan harapan kita dapat tercapai dengan baik.