Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERILAKU GAYA HIDUP

DIKALANGAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA KIP KULIAH


DI UIN RADEN FATAH PALEMBANG

LATAR BELAKANG

Dalam usaha membantu pelajar atau mahasiswa yang memiliki latar


belakang ekonomi rendah, pemerintah dalam hal ini berupaya memberikan
bantuan berupa beasiswa. Beasiswa sendiri adalah bantuan keuangan yang
diberikan kepada pelajar atau mahasiswa yang digunakan untuk keberlangsungan
pendidikan yang ditempuh sehingga menghindari kemungkinan pelajar atau
mahasiswa yang putus sekolah atau drop out. Dalam observasi awal peneliti,
pernyataan tersebut banyak dibenarkan oleh mahasiswa penerima beasiswa yang
mengungkapkan bahwa, “dengan adanya beasiswa yang diberikan oleh
pemerintah membuat saya yang semulanya tidak ingin melanjutkan kuliah dengan
alasan ekonomi orang tua merasa terbantu dan tertarik untuk melanjutkan kuliah
dengan bantuan beasiswa”.

Ada berbagai macam jenis beasiswa pendidikan, namun beasiswa yang


banyak diminati oleh kalangan mahasiswa saat ini adalah beasiswa KIP Kuliah.
Beasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar) Kuliah merupakan salah satu beasiswa
pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa oleh pemerintah mulai tahun 2021
yang mana semulanya merupakan perkembangan dari program Bidikmisi yang
sudah ada sejak tahun 2010. Umumnya yang kita tahu bahwa beasiswa KIP
Kuliah ini hanya berada pada lingkup kampus di bawah naungan Kemendikbud
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan) saja. Namun, Kemenag (Kementrian
Agama) dalam hal ini mewakili kampus dengan standarisasi keagamaan seperti
STAIN, IAIN dan UIN juga memberikan mahasiswanya peluang untuk bisa
mendapatkan beasiswa KIP Kuliah ini yang juga dulunya bernama Bidikmisi.
Beasiswa KIP Kuliah memberikan peluang besar kepada para peminatnya karena
syarat dan cara mendaftarnya yang lebih mudah dibandingkan jenis beasiswa
lainnya apalagi jika sudah memiliki kartu KIP (Kartu Indonesia Pintar).

Namun, pemberian dana beasiswa yang diterima oleh mahasiswa penerima


beasiswa KIP Kuliah saat ini menjadi banyak sorotan dari berbagai pihak karena
banyaknya isu yang beredar bahwa adanya ketidaktepatan sasaran dana beasiswa
KIP Kuliah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya salah satu temuan audit yang
dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015: 227) bahwa
“ternyata banyak dari mahasiswa yang memalsukan data agar berkas yang
diajukan diterima, hal ini kami ketahui saat observasi langsung kelokasi”.

Pemberian beasiswa KIP Kuliah yang tidak tepat sasaran salah satunya
dapat dilihat dari gaya hidup yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Gaya hidup
sendiri dapat didefinisikan sebagai pola hidup dalam menghabiskan waktu serta
uang (Engel, Blackwell & Miniard, 1994: 383). Dalam menggunakan uang dan
menghabiskan waktunya, mahasiswa sering kali didasarkan pada hasrat
keinginannya saja bukan memenuhi kebutuhan. Hal ini tidak terkecuali pada
mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah sehingga rentan memiliki gaya hidup
konsumtif yang cenderung tinggi apalagi jika pihak universitas tidak meminta
rincian pengeluaran dana beasiswa yang diberikan.

Mahasiswa sebagai penerima beasiswa umumnya dinilai sebagai mahasiswa


dengan latar belakang ekonomi yang kurang mampu, namun berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan pada tahun 2014 di Institut Teknologi
Sepuluh November Surabaya (ITS) menyatakan bahwa sebagian mahasiswa
bidikmisi gaya hidupnya cenderung menyukai hal-hal yang mengarah pada gaya
hidup konsumtif, dana beasiswa tidak digunakan untuk kebutuhan kuliah
melainkan hanya untuk menyenangkan diri sehingga dana beasiswa rentan
digunakan untuk hal-hal yang kurang efektif.

Gaya hidup konsumtif juga dapat dilihat sekilas di kalangan mahasiswa


penerima beasiswa KIP Kuliah di UIN Raden Fatah Palembang. Berdasarkan
observasi awal yang telah dilakukan, penggunaan dana beasiswa sangatlah
beragam. Misalnya, membeli barang-barang mewah dan jenis gaya hidup
konsumtif lainnya. Selain itu, terdapat beberapa mahasiswa yang senang pergi ke
tempat-tempat hiburan seperti karaoke atau sekedar makan di café. Namun hanya
dengan melihat secara sekilas keadaan tersebut belum mampu membuktikan
keadaan mahasiswa penerima beasiswa yang lain. Maka dari itu perlu
diadakannya penelitian.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai bagaimana gaya hidup konsumtif mahasiswa penerima beasiswa
KIP Kuliah serta adakah perbedaan gaya hidup antar mahasiswa penerima
beasiswa KIP Kuliah di kampus UIN Raden Fatah Palembang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan jenis pendekatan


kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti menganalisis data dengan variabel
mandiri, tidak dihubungkan atau dibandingkan dengan variabel lain. Adapun
subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa penerima Beasiswa KIP (Kartu
Indonesia Pintar) Kuliah, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang
angkatan tahun 2022 sebanyak 177 responden. Dalam penelitian ini yang menjadi
objek penelitian adalah gaya hidup mahasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar)
Kuliah, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang. Data yang
didapat pada penelitian ini yaitu melalui data primer yang mana diambil dengan
teknik pengumpulan data berupa angket untuk mengetahui data tentang gaya
hidup mahasiswa penerima beasiswa. Angket yang digunakan telah dilakukan uji
validitas dan reabilitas. Angket skala prioritas dan gaya hidup dinyatakan reliable
karena masing-masing nilai koefisien alpha cronbach sebesar 0,636 dan 0,791
(lebih dari 0,6). Sedangkan untuk teknik analisis data peneliti menggunakan
teknik analisis statistik deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Alokasi Penggunaan Dana Beasiswa Mahasiswa Penerima KIP
Kuliah
Skala prioritas kebutuhan mahasiswa beasiswa KIP Kuliah
dapat menjadi gambaran kebutuhan manakah yang dinilai lebih
penting dan didahulukan yang harus dipenuhi. Skala prioritas
kebutuhan mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah dapat dilihat
pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram Skala Prioritas Kebutuhan Mahasiswa
Penerima Beasiswa KIP Kuliah
Anggapan responden terhadap kebutuhan yang harus
dipenuhi pada skala 1 menunjukkan tidak penting, skala 2
menunjukkan kurang penting, skala 3 menunjukkan cukup penting,
skala 4 menunjukkan penting dan skala 5 menunjukkan sangat
penting. Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa kebutuhan
yang dianggap paling penting dan harus didahulukan adalah
kebutuhan makan dan minum, disusul dengan pemenuhan
kebutuhan perkuliahan, kebutuhan ketiga yang dianggap paling
penting selanjutnya adalah kebutuhan transportasi, kemudian
kebutuhan kos/kontrakan menduduki posisi keempat karena hampir
50% mahasiswa memilih untuk menyewa kamar kos/kontrakan
agar lebih dekat dengan kampus. Selanjutnya kebutuhan
komunikasi, fashion, dan hiburan dapat dipenuhi setelah keempat
kebutuhan sebelumnya terpenuhi.

Alokasi penggunaan dana dapat dilihat dari rata-rata


konsumsi mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah dalam waktu
satu bulan yang dialokasikan untuk berbagai macam kebutuhan.
Tabel 1 merupakan rata-rata konsumsi mahasiswa penerima
beasiswa KIP Kuliah dalam waktu satu bulan.
Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Mahasiswa Bidikmisi dalam
Waktu Satu Bulan

No Jenis Kebutuhan Rata-rata Persentase


Pengeluaran
1 Makan dan minum Rp. 359.571 40%
2 Transportasi Rp. 115.232 13%
3 Perkuliahan Rp. 108.729 12%
4 Kos/kontrakan Rp. 131.811 15%
5 Komunikasi Rp. 54.288 6%
6 Hiburan Rp. 40.339 5%
7 Fashion Rp. 54.463 6%
8 Lainnya Rp. 26.215 3%
Total Rp. 890.647 100%

Dari tabel 1 menunjukkan rata-rata konsumsi mahasiswa


penerima beasiswa KIP Kuliah sebagian besar dialokasikan untuk
makanan dan minuman sebesar Rp 359.571 setiap bulannya atau
40% dari total biaya hidup. Alokasi paling besar berikutnya adalah
kos/kontrakan sebesar Rp 131.811 setiap bulannya atau 15%,
alokasi untuk transportasi sebesar Rp 115.232 setiap bulannya atau
13% dari total biaya hidup, dan alokasi untuk biaya perkuliahan
sebesar Rp 108.729 setiap bulannya atau 12% dari total biaya
hidup.

2. Gaya Hidup Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Kuliah


Data variabel gaya hidup diperoleh melalui kuesioner
(angket) yang terdiri dari 14 butir pernyataan dan jumlah responden
sebanyak 177 orang. Berdasarkan data variabel gaya hidup tersebut
diperoleh nilai mean ideal sebesar 42 dan standar deviasi ideal
sebesar 9,33. Dari hasil tersebut, kemudian dilakukan
pengkategorian untuk variabel gaya hidup. Hasil pengkategorian
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Kategorisasi Variabel Gaya Hidup

No Kategori Banyaknya Persentase


. responden
1 Tinggi 51,33 ≤ X 0 0%
2 Sedang 32,66 ≤ X < 51,33 36 20%
3 Rendah X < 32,66 141 80%
Jumlah 177 100%
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa dari 177 responden,
tidak ada satu orang pun yang mempunyai gaya hidup dengan
kategori tinggi, sebanyak 36 responden (20%) mempunyai gaya
hidup konsumtif dengan kategori sedang, dan sebanyak 141 orang
(80%) mempunyai gaya hidup konsumtif dengan kategori rendah.

B. PEMBAHASAN
1. Alokasi Penggunaan Dana Beasiswa Mahasiswa Penerima KIP
Kuliah

Dilihat dari rata-rata konsumsi selama satu bulan di setiap


jenis kebutuhan yang digolongkan menjadi delapan jenis kebutuhan
mahasiswa diantaranya kebutuhan makanan dan minuman,
transportasi, biaya perkuliahan, kos/kontrakan, komunikasi,
hiburan, fashion, dan kebutuhan lainnya diperoleh data bahwa
alokasi paling besar digunakan untuk makanan, kos/kontrakan,
transportasi, dan perkuliahan. Dari kedua komponen biaya saja
berupa makanan dan kos/kontrakan sudah mencapai 50 persen,
sisanya baru digunakan untuk kebutuhan lainnya. Pemenuhan
kebutuhan paling tinggi adalah kebutuhan makanan dan
kos/kontrakan. Dua kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer
yang setiap hari harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Hafidh, Nurseto, & Ngadiyono (2013) bahwa alokasi dana
beasiswa bidikmisi paling besar adalah untuk kebutuhan makanan
dan kos/kontrakan.

Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini juga


menunjukkan bahwa secara rata-rata kebutuhan biaya hidup lebih
tinggi daripada bantuan beasiswa KIP Kuliah yaitu sekitar Rp
288.924 setiap bulannya. Jumlah inilah yang masih harus
ditanggung dari sumber lain selain beasiswa KIP Kuliah misalnya
dari orang tua, keluarga, wali atau dengan bekerja.
Empat urutan alokasi dana terbesar yaitu pada kebutuhan
makanan, kos/kontrakan, transportasi dan biaya perkuliahan. Hal
ini sesuai dengan rata-rata konsumsi secara keseluruhan.

2. Gaya Hidup Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP Kuliah

Dari data yang diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa


penerima beasiswa KIP Kuliah memiliki gaya hidup konsumtif
dalam kategori rendah. Dengan didasari indikator pengukuran gaya
hidup konsumtif, dapat diartikan bahwa mahasiswa beasiswa KIP
Kuliah yang memiliki gaya hidup konsumtif rendah dalam
menggunakan uangnya cenderung lebih mementingkan kebutuhan
daripada keinginan. Selain itu, dalam menghabiskan waktunya
mahasiswa beasiswa KIP Kuliah tidak selalu bahkan cenderung
tidak pernah melakukan kegiatan konsumtif, seperti berbelanja di
mall, wisata kuliner dan menonton di bioskop setiap bulan serta
cenderung tidak memiliki minat dalam mengikuti mode/fashion
sesuai perkembangan zaman. Hal ini sesuai dengan latar belakang
mahasiswa beasiswa KIP Kuliah yang merupakan mahasiswa
kurang mampu secara ekonomi, karena dana/ uang yang dimiliki
terbatas.

Selain itu, mahasiswa bidikmisi yang memiliki gaya hidup


konsumtif yang berbeda menunjukkan konsumsi yang berbeda
pula. Hal ini dilihat dari rata-rata konsumsi mahasiswa bidikmisi
yang memiliki gaya hidup konsumtif sedang lebih tinggi daripada
mahasiswa bidikmisi yang memiliki gaya hidup konsumtif rendah.
Hal ini terjadi karena dengan semakin tingginya gaya hidup
konsumtif seseorang yang ditunjukkan dengan aktivitas, minat dan
pendapat seseorang maka uang yang digunakan untuk konsumsi
pun semakin besar hingga kebutuhannya dapat terpenuhi.

Gaya hidup konsumtif ada kaitannya dengan aktivitas, minat


dan pendapat seseorang dalam mengalokasikan uangnya. Misalnya
meluangkan waktu untuk berbelanja, mengikuti mode/fashion, dan
membeli barang yang kurang diperlukan. Hal ini sudah dituangkan
dalam butir pernyataan kuesioner (angket) penelitian ini. Setiadi
(2010:10-14) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan dalam mengkonsumsi adalah gaya hidup
yang dimiliki. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Indriani (2015: 93) bahwa ketika
mahasiswa mempunyai gaya hidup cenderung konsumtif maka
akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi mahasiswa tersebut.

KESIMPULAN

Gaya hidup konsumtif mahasiswa penerima beasiswa sebagian besar


masuk dalam kategori rendah sebesar 80 %, kategori sedang sebesar 20% dan
tidak ada satu orang pun yang memiliki gaya hidup tinggi. Jika didasarkan dengan
indikator pengukuran gaya hidup konsumtif, dapat diartikan bahwa mahasiswa
penerima beasiswa KIP Kuliah yang memiliki gaya hidup konsumtif rendah
dalam menggunakan uangnya cenderung lebih mementingkan kebutuhan daripada
keinginan. Selain itu, dalam menghabiskan waktunya mahasiswa penerima
beasiswa tidak selalu bahkan cenderung tidak pernah melakukan kegiatan
konsumtif, seperti berbelanja di mall atau makan di café sesuai perkembangan
zaman saat ini. Hal ini sesuai dengan latar belakang mahasiswa penerima
beasiswa yang merupakan mahasiswa kurang mampu secara ekonomi, karena
dana atau uang yang terbatas.

Anda mungkin juga menyukai