Dalam Pasal 31Ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan”,maksudnya setiap warga negara Indonesia dari Sabang sampai
Merauke berhak mendapat kesempatan yang sama untuk mengenyam bangku
pendidikan.Beberapa tahun belakangan, pemerintah Indonesia berupaya agar pemerataan
pendidikan di tanah air terwujud.Namun,itu bukanlah hal yang mudah, mengingat ada banyak
faktor yang menjadi hambatan dalam terciptanya pemerataan pendidikan yang baik terutama
bagi desa-desa 3T (terpencil,terluar,dan terisolir).Adapun faktor-faktor tersebut yaitu:
1. Kurangnya pembangunan infrastruktur
2. Kurangnya tenaga pengajar
3. Kurangnya komunikasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
4. Kurangnya sekolah-sekolah yang bermutu
5. Kurangnya akses teknologi
6. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya pendidikan
7. Keterbatasan biaya
Selaras dengan faktor-faktor di atas,kita dapat mengambil contoh dari saudara setanah air
kita yang berada di Papua terkhusus di pedalaman Papua.Mengutip dari Wikipedia,pulau
yang dihuni oleh sekitar 2,8 juta jiwa ini memiliki letak geografis yang bervariasi sehingga
mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata dan sulitnya menjangkau
antardaerah.Banyak anak Papua yang harus berjalan kaki kiloan meter untuk sampai ke
sekolah mereka.Belum cukup sampai disitu,keadaan mereka diperparah oleh buruknya
infrastruktur jalan yang ada.Mereka harus merelakan sepatu mereka kotor karena lumpur saat
mereka melewati jalan yang belum diaspal.Lalu setibanya di sekolah,mereka disuguhi oleh
pemandangan sarana dan prasarana yang jauh dari kata layak bahkan kekurangan tenaga
pengajar kerap terjadi.Terkadang akibat kesulitan-kesulitan ini,banyak anak-anak di Papua
memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih bekerja.Mungkin kata ‘miris’ tepat jika
disandingkan dengan kondisi anak-anak Papua saat ini ,berbanding terbalik dengan semua
kemudahan akses dan kenyamaan yang kita dapatkan di kota.Lalu apakah ini pemerataan
pendidikan yang sesungguhnya?