Anda di halaman 1dari 36

PENERAPAN MULTI MODEL PEMBELAJARAN (SMART SOLUTION

dan PROBLEM SOLVING) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI


BELAJAR PADA PESERTA DIDIK di LEMBAGA BIMBINGAN
BELAJAR PRIMAGAMA KOTA MALANG”.

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Bagus Dwi Prasetyo
150534607510

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
NOVEMBER 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan bangsa ditentukan oleh seberapa besar kualitas sumber daya


manusia (SDM) yang dimilikinya. Kualitas SDM dipengaruhi oleh mutu
pendidikan sebagai pemasok SDM. Peningkatan kualitas SDM Indonesia
dicapai dengan berbagai usaha, salah satunya adalah melalui jalur pendidikan.
Peran SDM berkualitas sangat strategis dalam pembangunan / pengembangan
wilayah. SDM berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya
suatu daerah/ wilayah.
Pengembangan SDM di Indonesia melalui tiga jalur utama, yaitu
pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir. Jalur pendidikan merupakan
pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Jalur pelatihan dan pengembangan karir merupakan jalur suplemen dan
komplemen terhadap pendidikan. Arah pembangunan SDM di Indonesia
ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara komprehensif meliputi
aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi, serta
profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai
religius sesuai dengan agamanya.
Pendidikan memegang peranan strategis dan menentukan kehidupan
bangsa Indonesia pada masa yang akan datang. Pendidikan adalah suatu usaha
atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan
maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Jenis
pendidikan yang kita kenal di dalam masyarakat, yaitu pendidikan formal dan
pendidikan nonformal.
Implementasi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20
tahun 2003, Pemerintah meyelenggarakan Program Pendidikan Nasional yang
dilakukan melalui dua jalur, yaitu pendidikan Sekolah yang diselenggarakan
secara berjenjang dan berkesinambungan, Pendidikan Luar Sekolah secara
informal dilaksanakan melalui pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus-
kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang kita kenal dengan
pendidikan persekolahan. Sedangkan pendidikan non-formal adalah aktivitas
pendidikan di luar pendidikan formal, dilakukan secara mandiri, terorganisir,
dan sistematis, untuk melayani peserta didik tertentu dalam mencapai tujuan
belajarnya. Pendidikan formal dan pendidikan non-formal sering dihadapkan
secara berlawanan.
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilakukan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan non-
formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian oleh Lembaga yang ditunjukkan oleh pemerintah
dengan mengacu pada standart nasional pendidikan. Sasaran pendidikan non-
formal adalah warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan sebagai
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.
Pendidikan non-formal memiliki peranan sangat penting yang berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan ketrampilan fungsional, pengembangan sikap dan kepribadian
profesional. Bentuk pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan
dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
berfungsi mengembangkan kemampuan peserta didik.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan satuan pendidikan non-formal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil
pendidikan non-formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Pemerintah yang mengacu pada standart nasional pendidikan.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, ketrampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk
mengembangkan diri, atau melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi.
Kursus dan pelatihan merupakan satuan pendidikan non-formal yang
sangat diminati masyarakat saat ini. Lembaga bimbingan belajar banyak
diminati banyak peserta didik untuk menambah ilmu pengetahuan dan menjadi
penyokong pendidikan formal. Lembaga bimbingan belajar berfungsi sebagai
pendampingan pada proses belajar mengajar dalam upaya mengatasi kesulitan
belajar peserta didik.
Dalam penelitian ini Lembaga bimbingan belajar yang akan diteliti yaitu
Lembaga bimbingan belajar Primagama di Kota Malang. Primagama termasuk
Lembaga bimbingan belajar yang banyak diminati. Lembaga bimbingan
belajar Primagama yang akan diteliti ini menggunakan beberapa model
pembelajaran yang sangat mendukung prestasi belajar peserta didik beberapa
diantaranya yaitu Smart Solution dan Problem Solving. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan peserta didik dan sekaligus membantu persoalan yang
dihadapi peserta didik secara langsung, maka Lembaga bimbingan belajar
Primagama memfokuskan orientasi pengajarannya sebagai pendamping belajar
peserta didik, dengan esensi layanan Smart Solution dan Problem Solving
(pemecahan masalah).
Berdasarkan latar belakang tersebut menarik minat peneliti untuk
mengungkapkan mengenai penerapan penggunaan model belajar Smart
Solution dan Problem Solving. Yang dikembangkan oleh Lembaga bimbingan
belajar Primagama dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Adapun judul penelitian ini adalah: “Penerapan Multi Model
Pembelajaran (Smart Solution dan Problem Solving) Terhadap Peningkatan
Prestasi Belajar Pada Peserta Didik di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama
Kota Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan sebagai berikut:


“Bagaimanakah Penerapan Multi Model Pembelajaran terhadap Peningkatkan
Prestasi Belajar Peserta Didik di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Kota
Malang?

C. Tujuan
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan Penerapan Multi Model
Pembelajaran terhadap Peningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik di
Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Kota Malang.

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang salah satu satuan
Pendidikan Luar Sekolah melalui Lembaga bimbingan belajar, merupakan
bahan pertimbangan dalam menambah ilmu pengetahuan selain bidang
formal.
2. Bagi Pendidikan Luar Sekolah
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi pengembangan
Lembaga bimbingan belajar sebagai satuan Pendidikan Luar Sekolah.
3. Bagi Lembaga
Diharapkan dapat menambah masukan bagi Lembaga bimbingan
belajar dalam usaha peningkatan kualitas dan mutu Lembaga agar terus
berkembang.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
Lembaga bimbingan belajar yang berfokus pada peserta didik, sebagai
satuan Pendidikan Luar Sekolah.

E. Definisi Operasional dan Keterbatasan Penelitian


Definisi operasional ini bertujuan untuk membatasi masalah-masalah
penelitian serta menghindari kekeliruan penafsiran antara penulis dengan
pembaca dalam mendefinisikan istilah yang terdapat dalam penelitian ini.
1. Definisi Operasional
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu prestasi
dan belajar. Prestasi adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari
kerja keras atau usaha, sedangkan belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku karena ada pengaruh yang diberikan oleh
pendidik. Jadi, prestasi belajar merupakan sesuatu yang didapatkan
melalui proses belajar, baik didapatkan di sekolah, lingkungan sosial
maupun di keluarga.
b. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan oleh seorang
pendidik dalam menjalankan proses berlajar mengajar. Model
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran
dan para guru dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Hal ini
sesuai yang dikemukan oleh Suprijono (2010:46), “Model pembelajaran
ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas”.
Model pembelajaran yang digunakan di Lembaga bimbingan
belajar Primagama kota Malang yaitu:
1. Model Pembelajaran Smart Solution
Smart Solution merupakan konsep pembelajaran yang
membuat peserta didik mudah memahami materi pelajaran sekaligus
mampu menjawab soal-soal dengan cepat. Model pembelajaran
Smart Solution mampu membuat peserta didik ketagihan belajar dan
terhindar dari perasaan tertekan.
2. Model Pembelajaran Problem Solving
Model pembelajaran problem solving adalah model
pembelajaran yang memberi peluang mahasiswa untuk
memecahkan masalah yang diberi oleh dosen secara mandiri
sehingga mampu memperoleh konsep dan kemudian mampu
menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk memecahkan
masalah dalam bentuk lainnya (Djamarah & Zain, 2010).
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya berkisar pada penerapan multi model
pembelajaran dengan melihat pada aspek peningkatan prestasi belajar
peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran di Lembaga bimbingan
belajar Primagama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Luar Sekolah

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah


a. Menurut Hamojoyo mengungkapkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah
adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar
sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing
individu, kelompok, dan masyarakat. Agar memiliki sikap dan cita-cita
sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materiil,
sosial dan mental dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial.
(dalam Kamil, 2009:14)
b. Menurut Philips H. Combs mengungkapkan bahwa Pendidikan Luar
Sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir dan
diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun
merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan
untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan belajar. (dalam Joesoef, 2004:50)
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Luar
Sekolah adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar pendidikan formal
untuk warga belajar guna meningkatkan kesejahteraan sosial.

2. Satuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS)


Satuan Pendidikan Luar Sekolah adalah wahana untuk melaksanakan
program-program belajar dalam usaha menciptakan suasana menujang
perkembangan peserta didik dalam kaitannya dengan perluasan wawasan
peningkatan ketrampilan dan kesejahteraan keluarga. (Endah Agustin,
2011: 9-10)
Bentuk-bentuk kegiatan Pendidikan Luar Sekolah menurut Soelaiman
Joesoef (2004:59) meliputi :
a) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Pusat kegiatan belajar terdapat di dalam masyarakat luas seperti
pesantren, perpustakaan, gedung kesenian, toko, rumah ibadat, kebun
percobaan dan lain sebagainya.
b) Pusat Pemagangan
Pusat pemagangan adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar
yang merupakan pusat kegiatan kerja atau bengkel sehingga peserta
didik dapat belajar dan bekerja.
c) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan pada anak
usia pra sekolah (0-6 tahun).
d) Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan adalah suatu program alternatif Pendidikan Luar
Sekolah yang setara dengan pendidikan Sekolah atau formal.
e) Pendidikan Keaksaran Fungsional
Keaksaraan fungsional adalah pengembangan dari program Pendidikan
Luar Sekolah untuk memberantas buta huruf.
f) Kursus
Kursus adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari
aktivitas belajar yaitu terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan
demikian, belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam
diri individu. Sebaliknya bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu,
maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan untuk
mencapai suatu perubahan dalam diri individu menuju perkembangan
pribadi seutuhnya (Margareta Kudmas, 2004:28).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994), hasil dari belajar dapat
dilihat dari perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang
nantinya akan membentuk pribadi individu kearah kedewasaan. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cronbach, yaitu “learning is show
by a change behavior as result of experience”.
Slameto (1994), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Margareta
Kudmas, 2004:28).
Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu
dan dari yang tahu menjadi lebih tahu (lebih paham atau lebih mengerti)
(Dian Kurniawati, 2007: 10).
Jadi belajar merupakan usaha perubahan tingkah laku yang terjadi
pada dirinya (individu). Perubahan tingkah laku itu merupakan
pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian sebagai
suatu pola baru dan berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Kesimpulan belajar adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri
individu untuk memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami
atau latihan.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu prestasi dan
belajar. Prestasi adalah perolehan atau sesuatu yang diperoleh dari kerja
keras atau usaha, sedangkan belajar merupkan suatu proses perubahan
tingkah laku karena ada pengaruh yang diberikan oleh pendidik. Jadi,
prestasi belajar merupakan sesuatu yang didapatkan melalui proses
belajar, baik didapatkan di sekolah, lingkungan sosial maupun di keluarga.
Prestasi belajar menurut Bloom (dalam Thobrani, 2013:23) mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
a) Domain kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi.
b) Domain afektif mencakup sikap menerima, memberika respon,
menilai, organisasi dan karakterisasi.
c) Domain psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,
social, manajerial dan intelektual.
Setelah menelusuri uraian diatas maka dapat dipahami mengenai
makna kata “prsetasi” dan ”belajar” prestasi pada dasarnya adalah hasil
yang diperoleh dari suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam
diri individu yakni perubahan tingkah laku dengan demikian dapat diambil
pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini prestasi belajar adalah
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu sebagai hasil dan aktivitas dalam belajar. (dalam Bahri,
1994: 23)
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang
terdapat dalam diri peserta didik (faktor intern), dan faktor yang terdiri
dari luar peserta didik (faktor ekstern).
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri
individu itu sendiri, yaitu kecedersan / intelegensi, bakat, minat dan
motivasi.
a. Kecerdasan / Intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
William Stern mengatakan bahwa kecerdasan/ intelegensi
adalah suatu kapasitas yang bersifat umum (general capacity)
daripada individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap
situasi yang baru atau suatu masalah yang dihadapi. (dalam
Nurkancana dan Sumartana, 1983:171)
Tidak seperti yang diungkapkan oleh William, Thordike
lebih menitik beratkan kecerdasan/ intelegensi sebagai
kesanggupan untuk mengadakan respon yang baik sesuai
dengan fakta yang dihadapi.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa kecerdasan/
intelegensi tidak hanya suatu kapasitas yang bersifat umum
untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi tetapi juga
mengadakan respon sesuai dengan fakta yang dihadapi.
b. Bakat / Aptitude
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki
seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Menurut Crow and
Crow mengatakan bahwa “bakat (aptitude) adalah suatu kualitas
yang nampak pada tingkah laku manusia pada suatu lapangan
keahlian tertentu seperti musik, seni pengarang, kecakapan
dalam matematika, keahlian dalam bidang mesin, atau keahlian-
keahlian lainnya”. (dalam Nurkancana dan Sumartana,
1983:200)
Jadi bakat merupakan suatu kualitas keahlian tingkah laku
yang dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan.
c. Minat / Intrest
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan beberapa kegiatan atau aktivitas yang sering
dilakukan. Secara sederhana minat diartikan suatu keinginan
memposisikan diri pada pencapaian pemuasan kebutuhan psikis
maupun jasmani. Minat merupakan daya pendorong bagi kita
untuk melakukan apa yang kita inginkan (Surya, 2004: 7).
Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan
penting dalam belajar, karena minat ini merupakan suatu
kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan
perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau kegiatan
tertentu. Dengan demikan, minat merupakan faktor yang sangat
penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa (Susanto, 2013:
66).
d. Motivasi / Motivation
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang
terdapat. Dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang
terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya
dengan cara tertentu. Adapun Greenbreg menyebutkan bahwa
motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan
memantapkan prilaku arah suatu tujuan.
Motivasi ada dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan
(b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya
kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar
diri seseorang peserta didik yang menyebabkan peserta didik
tersebut melakukan kegiatan belajar.
Jadi, motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan). (Dalam Djaali, 2008:101)

2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yang sifatnya di luar diri peserta didik, yaitu aspek
keluarga, aspek sekolah dan aspek masyarakat.
a. Aspek Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam
masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Minat
belajar peserta didik bisa dipengaruhi oleh keluarga seperti cara
orang tua mendidik, suasana rumah, dan keadaan ekonomi
keluarga. Akan diuraikan sebagai berikut :
1) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya / peserta didik. Hal ini dipertegas
oleh Sutjipto Wirowidjojo yang menyatakan bahwa keluarga
adalah Lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Jika
orang tua tidak memperhatikan anaknya (acuh tak acuh
terhadap belajar anaknya) seperti tidak mengatur waktu
belajar, tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak
memperhatikan apaka anaknya belajar atau tidak, semua ini
berpengaruh pada semangat belajar anaknya, bisa jadi
anaknya tersebut malas dan tidak bersemangat belajar.
Maka hasil yang didapatkan pun tidak memuaskan
bahkan mungkin gagal dalam studinya.Mendidik anak tidak
baik jika terlalu dimanjakan dan juga tidak baik jika
mendidik terlalu keras. Untuk itu, perlu adanya bimbingan
dan penyuluhan yang tetunya melibatkan orang tua yang
sangat berpean penting akan keberhasilan bimbingan
tersebut. (Candra Purwanto, 2010:29)
2) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan adalah situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga,
dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh,
ramai tidak memberi ketenangan kepada anaknya yang
belajar. Biasanya ini terjadi pada keluarga yang besar dan
terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang,
rebut, sering cekcok bisa menyebabkan anak bosan di rumah
dan sulit berkonsentrasi dalam belajarnya.
Dan akibatnya anak tidak bersemangat dan bosan
belajar, karena terganggu oleh hal-hal tersebut.Untuk
memberikan motivasi yang mendalam pada anak-anak perlu
diciptakan suasana rumah yang tenang, tentram dan penuh
kasih sayang supaya anak dapat betah di rumah dan bisa
berkonsentrasi dalam belajarnya.
3) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga dalam kegiatan belajar,
seorang anak sangat memerlukan sarana prasarana atau
fasilitas-fasilitas belajar seperti buku, alat-alat tulis dan
sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat terpenuhi jika keluarga
mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak dapat
dijangkau oleh keluarga dapat menjadi faktor penghambat
dalam belajar. Tapi jika memungkinkan untuk mencukupi
fasilitas tersebut, maka penuhilah fasilitas tersebut, agar anak
lebih bersemangat dan senang belajar.

b. Aspek Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar peserta
didik mencakup metode mengajar, kurikulum, dan pekerjaan
rumah. Ketiga faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui
dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat
belajar peserta didik. Jika metode mengajar tutor kurang baik
dalam artian tutor kurang menguasai materi-materi, kurang
persiapan, tutor tidak menggunakan variasi dalam
menyampaikan pelajaran alias monoton, semua ini bisa
berpengaruh tidak baik bagi semangat belajar peserta didik.
Menurut Sanjaya (2011: 174) pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala
terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana
pembelajaran.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat belajar
peserta didik tutor hendaknya menggunakan metode
mengajar yang tepat, efisien dan efektif yakni dengan
dilakukannya ketrampilan variasi dalam menyampaikan
materi sehingga prestasi peserta didik dapat meningkat pula.
2. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada peserta didik, kegiatan itu sebagian besar
adalah menyajikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang
seharusnya disajikan itu sesuai dengan kebutuhan bakat dan
cita-cita peserta didik. Kurikulum dapat dianggap tidak baik
apabila kurikulum terlalu padat, di atas kemampuan peserta
didik, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian peserta
didik.
Adanya kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan-
kebutuhan peserta didik, akan meningkatkan semangat,
minat belajar peserta didik sehingga peserta didik
mendapatkan hasil belajar yang sangat memuaskan.
3. Pekerjaan Rumah
Pekerjaan rumah yang terlalu banyak yang dibebankan
kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah. Merupakan
kegiatan yang sangat pokok bagi peserta didik yang masih
bersekolah, akan tetapi peserta didik akan merasa cepat
bosan karena peserta didik tidak memiliki kesempatan untuk
melakukan kegiatan yang lain. Untuk menghindari
kebosanan tersebut seharusnya tutor janganlah terlalu banyak
memberikan tugas rumah / pekerjaan rumah (PR), berilah
kesempatan peserta didik untuk melakukan kegiatan yang
lain, agar menghindari peserta didik merasa bosan dan lelah
dengan belajar.

c. Aspek Masyarakat
Masyarakat juga berpengaruh terhadap minat belajar
peserta didik, berikut ini beberapa faktor masyarakat yang bisa
mempengaruhi minat belajar peserta didik, yakni :
1. Kegiatan dalam masyarakat
Di samping belajar, anak juga mempunyai kegiatan-
kegiatan lain selain di Sekolah, misalnya karang taruna,
menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut
dilakukan dengan berlebihan, dapat menurunkan semangat
belajar anak, karena sudah terlanjur senang dalam organisasi
atau kegiatan dalam masyarakat, dan perlu diingatkan tidak
semua kegiatan di masyarakat berdampak baik bagi anak.
Jadi, orang tua hendaknya membatasi kegiatan peserta
didik dalam masyarakat agar tidak mengganggu belajarnya,
dan orang tua juga mengikut sertakan anaknya pada kegiatan
yang mendukung semangat belajarnya seperti mengikuti
kursus yang berguna untuk menunjang prestasi belajarnya.
2. Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul peserta didik
lebih cepat masuk dalam jiwa anak jika teman bergaulnya
baik akan berpengaruh baik terhadap diri peserta didik,
begitu pula sebaliknya. Jika teman bergaulnya jelek pasti
akan mempengaruhi sifat yang jelek pada diri peserta didik.
Sebaiknya orang tua memperhatikan pergaulan anak-
anaknya, jangan sampai anaknya berteman dengan anak yang
memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan, usahakan agar
peserta didik memiliki teman bergaul yang baik yang bisa
memberikan semangat belajar yang baik.
Tugas dan peran orang tua hanya mengontrol dari
belakang jangan terlalu dan jangan terlalu dibebaskan, yang
bijaksana saja. Agar peserta didik tidak terganggu dan
terhambat belajarnya. Untuk itu usahakan lingkungan di
sekitar kita itu baik, agar dapat memberi pengaruh yang
positif terhadap anak / peserta didik, sehingga anak terdorong
untuk bersemangat belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan
membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan
sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya
dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu,
apabila seorang peserta didik bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan
besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya,
sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
(Candra Purwanto, 2010:33)

C. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan oleh seorang pendidik
dalam menjalankan proses berlajar mengajar. Model pembelajaran berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktifitas belajar mengajar. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh
Suprijono (2010:46), “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut
Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa peserta didik
belajar dengan optimal. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran
harus memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas
dan media yang tersedia, serta kondisi tutor itu sendiri. Perencanaan
pembelajaran sangat penting untuk membantu tutor dan peserta didik dalam
mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran. Model pembelajaran
sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif.
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran akhir dari setiap kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sebuah keluaran (output) yang
dapat dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar. Tujuan
pembelajaran memiliki tiga dimensi yaitu kognitif, afektif, psikomotorik.
Ketiganya menggambarkan perubahan perilaku peserta didik sebagai akibat
dari kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran dapat menjadi “keyword” (kata
kunci) dalam pemikiran strategi pembelajaran karena seluruh aktivitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta didik bersama tutor, senantiasa
berorientasi pada tujuan. (dalam Zuriah dan Sunaryo 2009:15)

Model Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini :

a) Model Pembelajaran Smart Solution


1. Pengertian Model Pembelajaran Smart Solution
Smart Solution merupakan konsep pembelajaran yang membuat
peserta didik mudah memahami materi pelajaran sekaligus mampu
menjawab soal-soal dengan cepat. Model pembelajaran Smart Solution
mampu membuat peserta didik ketagihan belajar dan terhindar dari
perasaan tertekan. Mereka tidak akan terbebani saat belajar. Dalam
mengerjakan soalpun, peserta didik dapat mudah memahami serta
mengerjakannya dengan cepat dan jitu. Kalau perlu peserta didik
menyusun rumus dan mengerjakan soal dengan rumus ciptaan sendiri.
2. Lima konsep dalam Smart Solution yaitu:
a. Pembelajaran yang telah teruji (qualified solution).
b. Pembelajaran yang mudah/ gampang dipahami (innovative
solution).
c. Penyelesaian soal yang akurat (keen solution).
d. Penggabungan konsep dengan pembelajaran di Sekolah (creative
solution).
e. Pembelajaran untuk semua jenjang (universal solution).
Smart Solution akan menumbuhkan kreativitas peserta didik dalam
mengerjakan soal. Mereka juga mampu mandiri dalam menciptakan
berbagai cara belajar.
Ketika sebagian besar Lembaga Pendidikan Luar Sekolah atau
Lembaga bimbingan belajar mengedepankan cara-cara praktis
menyelesaikan soal-soal sulit dengan cara yang mudah, dengan apapun
namanya, maka Primagama sebagai Lembaga yang memiliki jaringan
paling besar ini mengambil langkah mengembangkan strategi model
pembelajarannya dengan menggunakan konsep REC (Remedial,
Enrichment, Consulting).
a. Remedial (program perbaikan) adalah program pengulangan
pelajaran yang ada di Sekolah. Bentuknya adalah melanjutkan
pelajaran teori yang ada di Sekolah dan menyelesaikan soal latihan
secara cepat dan benar (yang di Primagama disebut Smart Solution).
Program Remedial atau Smart Solution sangat berguna bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar di Sekolah.
b. Enrichment (program pengayaan) adalah program yang memberikan
pengayaan tentang bentuk-bentuk soal pada level yang paling sulit.
Karena tuntutan tingkat pemahamannya terhadap landasan teorinya
memang belum ada di kurikulum Sekolah. Salah satu bentuk Smart
Solution di Primagama yaitu pengayaan (enrichment atau main
maping) dilakukan tiap satu bulan sekali dengan memberikan tes
evaluasi (try out). Setelah memberikan tes evaluasi dan mengetahui
nilai dari peserta didik para tutor akan mengevaluasi kembali,
dengan mengelompokkan secara terpisah yang berhasil dalam tes,
dan memberikan remidi, kelas tambahan bagi peserta didik yang
nilai atau hasil tesnya kurang. Agar peserta didik lebih maksimal
dalam melakukan proses pembelajaran di Lembaga bimbingan
belajar Primagama.
c. Consulting (program konsultasi) adalah program layanan konsultasi
meliputi layanan kesulitan belajar dalam aspek akademik maupun
dalam aspek psikologis. Dalam layanan yang berdimensi psikologis
juga tersedia tentang pengenalan bakat dan potensi diri lainnya.
Tidak jarang peserta didik kesulitan belajar juga disebabkan oleh
perbedaan yang jauh antara pelajaran yang diberikan dengan bakat
yang dimilikinya, antara bakat dengan minat yang dipunyainya,
antara karakter tutor dengan peserta didik, antara kepekaan belajar
peserta didik dengan tutor. Consulting dalam Primagama berarti
Problem Solving.
Smart solution lebih banyak digunakan untuk pelajaran menghitung
seperti pelajaran matematika yang sangat sulit dibentuk menjadi lebih
mudah dengan rumus yang sederhana dan pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) sebagai pelajaran menghafal yang sangat rumit dikemas
menjadi menghafal dengan konsep yang mudah diingat.
3. Secara terminologis Smart Solution berarti :
a. (S) Simple yang berarti membuat belajar dan penyelesaian soal-soal
yang dirasa sulit menjadi mudah diselesaikan.
b. (M)Mind yang berarti menyelesaikan soal-soal dengan
menggunakan rumus-rumus yang mudah diingat.
c. (A) Apllicable yang berarti dapat dan dengan mudah rumus-rumus
tersebut diterapkan untuk penyelesaian soal.
d. (R) Rational yang berarti penyelesaian soal-soal dengan masuk akal
dan tetap sesuai dengan konsep dasar.
e. (T) Trick yang berarti cara penyelesaian yang cepat dan mudah
sekaligus cerdas.
Jadi pengertian tentang Smart Solution adalah program pengulangan
pelajaran yang ada di Sekolah. Bentuknya adalah melanjutkan pelajaran
teori yang ada di Sekolah dan menyelesaikan pekerjaan rumah atau soal
latihan secara cepat dan benar.

b) Model Pembelajaran Problem Solving


1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving
Pengertian tentang Problem Solving atau pemecahan masalah
menurut Sukoriyanto (2001) adalah proses dari menerima tantangan dan
usaha-usaha untuk menyelesaikan sampai memperoleh penyelesaian.
Sedangkan pembelajaran penyelesaian masalah merupakan tindakan
tutor dalam mendorong peserta didik agar menerima tantangan dari
pertanyaan bersifat menantang dan mengarahkan peserta didik agar
dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut (Heni Susilowati, 2007:17).
Pada model ini titik beratnya terdapat pada pemecahan masalah
secara rasional, logis, benar, dan tepat tekanannya pada proses
pemecahan masalah dengan penentuan alternatif yang berguna saja.
Model ini baik untuk melatih kesanggupan peserta didik dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya,
mengingat tidak ada manusia yang dapat terlepas dari kesulitan atau
masalah yang harus diselesaikan secara rasional.
“Para peserta didik berusaha memecahkan masalah secara kreatif
dengan melakukan beberapa hal dibawah ini:
1. Berpikir kritis.
2. Membuktikan kebenaran dari suatu informasi.
3. Menghasilkan alternatif lain yang masuk akal.
4. Memperkirakan hasil.
Jadi, tutor mengajar peserta didiknya tidak hanya mengaplikasikan
kumpulan persatuan untuk mengatasi suatu masalah secara terstruktur
tetapi menghimbau para peserta didik untuk memecahkan masalah
menurut pengetahuan dan hipotesisnya sendiri”. (Jordan, Elizabeth A.
and Marion J. Porath. 2006:234)
2. Tujuan Pembelajaran Problem Solving
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran Problem Solving
adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003), sebagai
berikut:
a. Mencari cara pemecahan masalah untuk meningkatkan kepercayaan
pada diri sendiri.
b. Kemampuan akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
peserta didik.
c. Potensi intelektual peserta didik meningkat.
d. Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan
melalui proses melakukan penemuan.
e. Mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah secara rasional.
f. Dalam memecahkan masalah dapat dilakukan secara individual
maupun secara bersama-sama.
g. Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
(Heni Susilowati, 2007:18)
3. Manfaat Pembelajaran Problem Solving
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan model Problem Solving
(pemecahan masalah) antara lain:
a. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan rasional.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan analitis.
c. Mengembangkan sikap toleransi terhadap orang lain serta sikap hati-
hati dalam mengemukakan pendapat.
d. Memberikan pengalaman proses dalam menarik kesimpulan bagi
peserta didik.
4. Alasan Penggunaan Pembelajaran Problem Solving
a. Model Problem Solving ini dapat membiasakan peserta didik
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
b. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta
didik secara kreatif dan menyeluruh.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving
Langkah-langkah tutor di dalam memberikan pembelajaran
Problem Solving yaitu:
a. Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
b. Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
c. Menentukan strategi penyelesaian.
d. Menyelesaikan masalah.
 Kelebihan:
a. Mendidik peserta didik untuk berpikir secara sistematis.
b. Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang
dihadapi.
c. Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
d. Mendidik peserta didik percaya diri sendiri.
 Kelemahan:
a. Memerlukan waktu yang cukup banyak.
b. Peserta didik yang pandai akan mendominasi dalam diskusi
sedang peserta didik yang kurang pandai menjadi pasif sebagai
pendengar saja (Heni Susilowati, 2007:19-20).
Model pembelajaran Problem Solving digunakan pada Lembaga
bimbingan belajar Primagama Kutai karena berperan sebagai aspek
pemecahan masalah di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Fungsi
model Problem Solving adalah untuk memotivasi peserta didik agar mau
menerima tantangan dan membimbing peserta didik dalam proses
pemecahannya. Problem Solving yang digunakan Lembaga bimbingan
belajar Primagama Malang merupakan tantangan untuk menyelesaikan
masalah sampai memperoleh penyelesaian.
Model pembelajaran Problem Solving digunakan oleh Lembaga
bimbingan belajar Primagama Malang dirasa efektif bagi semua peserta
didik. Karena masalah yang dihadapinya di Sekolah dapat diselesaikan
secara bersama di Lembaga bimbingan belajar Primagama ini.

D. Hubungan Model Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar di Lembaga


Bimbingan Belajar Primagama
Menurut Sardiman “belajar akan mengubah tingkah laku, oleh sebab itu
aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam belajar
mengajar”. Belajar adalah sutau aktivitas yang sadar akan tujuan untuk
mencapai suatu perubahan dalam diri individu menuju perkembangan pribadi
seutuhnya (Margareta Kudmas, 2004:28).
Melalui berbagai aktivitas dalam belajar, seorang peserta didik akan dapat
mencapai prestasi belajar yang baik. Selama proses belajar mengajar tutor
harus memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memupuk semangat
peserta didik untuk belajar, supaya prestasi belajar peserta didik terarah. Pada
akhirnya peserta didik dapat mendisiplinkan diri sehingga akan memperoleh
prestasi belajar yang maksimal.
Model pembelajaran yang diberikan oleh Lembaga bimbingan belajar
merupakan peranan yang penting sehingga berpengaruh akan meningkatnya
prestasi peserta didik. Model pembelajaran yang menekankan pada proses dari
menerima tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikan masalah sampai
memperoleh penyelesaian terhadap suatu masalah sehingga suatu masalah
dapat teratasi. Keaktifan belajar peserta didik selama proses pembelajaran
menjadi salah satu faktor yang penting dalam mencapai prestasi belajar yang
optimal.
Jadi, satuan program Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya prestasi belajar peserta didik
melalui model pembelajaran yang Lembaga bimbingan belajar miliki yaitu
Smart Solution dan Problem Solving.

E. Kerangka Berpikir Penelitian

Penerapan
Model Pembelajaran 1. Pemahaman
Belajar

Input / Proses Output /


Peserta Didik Kelulusan Dampak

2. Prestasi
Metode Belajar
Belajar
Smart Solution &
Problem Solving
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pengertian Metode Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);
disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini
lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;
disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan
analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari
pada generalisasi. (dalam Sugiyono, 2009:1)
Menurut Bogdan dan Taylor dan Moleong (2005) Fokus penelitian
adalah permasalahan sosial yang berhubungan dengan manusia, maka
digunakan penelitian kualitatif. “Metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Menurut Miles dan Huberman (1992) Jenis penelitian deskriptif
kualitatif merupakan deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh serta
memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup
setempat.
Dalam penelitian deskriptif ada upaya mencatat, menganalisa, dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang digambarkan dalam himpunan
informasi penelitian, sehingga diperoleh gambar latar penelitian. Karenanya
pada suatu penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan
pengujian hipotesis. (Army Aulia Anandane, 2009 : 43)
Penelitian deskriptif kualitatif adalah usaha penelitian dengan
mengumpulkan data secara ilmiah yang wajar oleh manusia sebagai
instrument utamanya, (Sanafiah Faisal, 1990). Data tersebut lebih bersifat
deskriptif yang menelaah proses-proses terjadinya keadaan dan atau
peristiwa serta menemukan makna esensial dibalik tingkah laku manusia
yang dianalisis secara induktif. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti
dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam
lingkup pikiran orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang
banyak dan bermanfaat.
Jadi penelitian deskriptif kualitatif bertujuan menemukan pola-pola
yang dapat dijadikan teori, penelitian kualitatif mempunyai setting alami,
berarti suatu peristiwa yang di pelajari sangat tergantung dari setting dan
konteksnya.
2. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Berdasarkan karakteristik dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif,
yaitu:
a. Dilakukan dengan kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan
peneliti adalah instrumen kunci.
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekan pada angka.
c. Penelitian kualitatif lebih menekan pada proses daripada produk atau
outcome.
d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
e. Penelitian kualitatif lebih menekan makna (data dibalik yang teramati).
(dalam Sugiyono, 2009:9)

B. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah tutor / tenaga pengajar dan peserta
didik di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah model pembelajaran Smart Solution dan
Problem Solving terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik di
Lembaga bimbingan belajar Primagama.

D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini disebut dengan subyek penelitian. Beberapa
orang yang dianggap memiliki cukup informasi tentang fokus penelitian
disebut informan pokok, yakni narasumber teknis dan penyelenggara pelatihan.
Subyek penelitian adalah para peserta didik kelas X SMKN1 MALANG yang
melakukan proses belajar di Lembaga bimbingan belajar Primagama.
Menurut Pauline V Young 1982 dalam Ali (2006: 57-58), ada dua sumber data
yaitu:
1. Sumber-sumber data dokumenter (Documentary Sources) yaitu sumber-
sumber data yang berupa tulisan-tulisan, naskah-naskah.
2. Sumber-sumber data lapangan (Field Sources) adalah data yang berupa
orang-orang yang dapat dimintai informasinya, atau informan, termasuk
key persons, yaitu orang-orang yang dianggap tahu benar seluk-beluk
keadaan tempat penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, data primer yang bersumber pada manusia, berupa
informal verbal dan tindakan atau perilaku subjek penelitian mengenai peserta
didik yang melakukan proses belajar di Lembaga Bimbingan Belajar.
Responden dan informan yang terdapat pada penelitian ini ditentukan melalui
subjek penelitian.
Selain data primer, peneliti juga mengumpulkan data sekunder melalui
studi dokumentasi berupa catatan-catatan, maupun dokumen resmi dan tak
resmi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan model pembelajaran
dan keterkaitan mengenai Lembaga bimbingan belajar yang berguna dalam
rangka memberikan informasi terhadap fokus penelitian.
Untuk mendapatkan data tentang penelitian, maka subjek penelitian
dipilih secara purposif (sesuai dengan tujuan). Seperti yang dikatakan Nasution
dalam Surdayat (2008: 79) bahwa ‘penelitian kualitatif umumnya mengambil
informan (subyek penelitian) secara purposive sampling’. Sampel purposif
yaitu sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain
penelitian (Nasution, 2006: 98).

E. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Lembaga bimbingan belajar Primagama
Kota Malang. Pertimbangan dalam lokasi ini adalah:
1. Lokasi tersebut merupakan salah satu instansi Lembaga bimbingan belajar
yang bergerak pada pendidikan non-formal yang banyak diminati di wilayah
tersebut.
2. Dengan mengadakan penelitian pada suatu tempat diharapkkan peneliti
tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh data yang diperlukan.

F. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan.
Maka metode yang digunakan peneliti untuk memperoleh data, peneliti
menggunakan beberapa metode, yaitu metode kuisioner, metode wawancara,
metode observasi, metode dokumentasi :
1. Metode Kuisioner
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan peneliti
menyebarkan kuisioner, yaitu memberikan sekumpulan pertanyaan kepada
peserta didik secara tertulis yang berkaitan dengan masalah-masalah di
Lembaga bimbingan belajar Primagama. Dari metode kuisioner data tentang
“Penerapan Multi Model Pembelajaran terhadap Peningkatkan Prestasi
Belajar Peserta Didik di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama”.
2. Metode Wawancara
Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai berikut. “a
meeting of two persons to exchange information and idea through question
and responses, resulting in communication and joint construction of
meaning about a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (dalam Sugiyono,2009:
72)
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti.
3. Metode Observasi
Marshall (1995) menyatakan bahwa, “throught observation, the
researcher lern about behavior and the meaning attached to those
behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
dari berperilaku tersebut. (dalam Sugiyono,2009: 64)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian, untuk menggali data tentang
penerapan model pembelajaran di Lembaga bimbingan belajar.
Observasi dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh data yang
lengkap dan rinci melalui pengamatan yang seksama, dengan observasi
peneliti mengamati kegiatan-kegiatan, orang-orang, karakteristik fisik,
situasi sosial dan apa yang terjadi di tempat itu.
4. Metode dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan atau gambar. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, sketsa dan lain-lain.
(dalam Sugiyono,2009: 82)
Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam metode ini Peneliti
mengumpulkan data-data tentang kurikulum, portofolio, dan catatan lainnya
yang berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan.
G. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu: data reduction, data display, dan conclusion
drawing / verification. (dalam Sugiyono,2009: 91)
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Dimana data
harus dirampingkan, dipilih mana yang penting, disederhanakan, dan
diabstraksikan. Dengan demikian dalam reduksi ini ada proses living in dan
living out. Maksudnya, data yang terpilih adalah living in dan data yang
terbuang (tidak terpakai) adalah living out. (dalam Sugiyono,2009: 92-93)
2. Data Display ( Penyajian Data )
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanalan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. “ looking at displays help us
to understand what is happening and to do some thing-further analysis or
caution on that understanding” Miles and Huberman (1984).
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent
form of display data for qualitative research data in the past has been
narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam
mendisplaykan data, huruf besar, huruf kecil dan angka disusun ke dalam
urutan sehingga strukturnya dapat diahami. (dalam Sugiyono,2009: 95)
3. Coclussion Drawing / Verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Simpulan adalah
intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat terakhir yang
berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh
berdasarkan pada uraian sebelumnya atau yang diperoleh berasarkan
metode berpikir induktif atau deduktif.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahas masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. (dalam
Sugiyono,2009: 99)

H. Kriteria Keabsahan Data


Kegunaan langkah pengabsahan data adalah untuk meningkatkan derajat
kepercayaan data sehingga hasil penelitian benar-benar dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
Derajat kepercayaan data dapat dibuktikan dengan dimilikinya
kredibilitas temuan beserta interpretasinya. Hal ini dapat dicapai dengan
mengusahakan agar temuan dan penafsirannya sesuai dengan hal yang
sebenarnya dan berusaha agar temuan hasil penelitian dapat diterima dan
disetujui oleh subjek penelitian.
1. Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, trangulasi, menggunakan bahan referensi, dan
mengadakan member check.
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini
berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk
rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga
tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Dalam perpanjangan
pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah
data yang telah diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar
atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan
data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan
dapat diakhiri.
Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas
melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau
dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat
keterangan perpanjangan ini akan dilampirkan dalam laporan penelitian.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan,
maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang
telah ditemukan itu salah atau tidak. Meningkatkan ketekunan maka,
peneliti dapat memberikan deskrisi data yang akurat dan sistematis
tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi berbagai buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Teknik triangulasi ini mencoba menggabungkan beberapa teknik
pengumpulan data dan sumber data yang ada yaitu observasi, wawancara,
dan dokumentasi dengan sumber data manusia maupun non manusia.
Triangulasi yang digunakan adalah:
1. Triangulasi sumber, dimana peneliti mengecek derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat pengumpul
data yang sama kepada sumber yang berbeda. Membandingkan apa
yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan
orang secara pribadi dll.
2. Triangulasi teknik atau metode, dimana peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Wawancara secara terbuka, observasi partisipasi,
dan dokumentasi tentang penerapan model pembelajaran yang
digunakan dalam Lembaga bimbingan belajar.
Teknik triangulasi metode dan sumber digunakan untuk memperoleh
kevalidan beberapa informasi tentang penerapan model pembelajaran
pada pendidikan nonformal di Lembaga bimbingan belajar Primagama.
Hal ini dilakukan dengan: membandingkan data hasil pengamatan atau
observasi dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen yang diperoleh dari studi atau metode
dokumentasi.
d. Mengunakan Bahan Referensi
Referensi disini sebagai pendukung untuk membuktikan data yang
telah ditemukan peneliti. Misalkan foto dan data administrasi lainnya
yang mendukung. Referensi dikumpulkan dengan metode dokumentasi.
e. Mengadakan Member Check
Member Check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan Member Check adalah agar
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan
sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Melakukan verifikasi terhadap data, interpretasi dan simpulan
dengan para partisipan selama penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan
dengan meminta mereka untuk mereview hasil penelitian yang ada. Para
informan yang terlibat dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dan
pandangan mereka terhadap data yang telah dikumpulkan oleh peneliti.
Yang dilakukan dalam kegiatan ini dengan memperlihatkan dan
membacakan garis besar hasil wawancara kepada seseorang atau
beberapa orang yang terlibat untuk dipelajari dan diminta pendapatnya,
dan memberikan laporan tertulis mengenai hasil wawancara yang telah
dilakukan untuk dibaca dan diperbaiki bila ada yang salah atau ditambah
jika ada yang kurang.
Member check dilakukan dengan cara mendatangi seseorang atau
beberapa orang informan untuk memperlihatkan data dan informasi yang
telah ditulis dalam format catatan lapangan dan garis besar hasil
wawancara. Mereka diminta untuk memberikan tanggapan, menambah,
atau mengurangi hal-hal yang kurang sesuai dengan apa yang dimaksud
oleh informan. Selanjutnya peneliti akan mengubah dan memperbaiki
sesuai dengan apa yang disarankan dan diinginkan.
DAFTAR RUJUKAN

Suprijono. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Djamarah, S. B. & Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kamil, Mustofa. 2009. Pendidikan Non Formal. Bandung : Alfabeta.
Joesoef, Soelaiman. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Endah, Agustin (2011). Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah
Perkembangan, Falasafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Penerbit
Falah Production.
Thobrani, 2013. Prestasi Belajar. Jakarta : Kencana.
Bahri, Syaiful Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Surya, Hendra. 2004. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2011. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Zuriah, Nurul dan Hari Suryano. 2009. Inovasi Model Pembelajaran
Demokratis Berspektif Gender. Malang: UMM Press.
Jordan, Elizabeth A. and Marion J. Porath. 2006. Educational psycholog a
Problem-Based Approach. Pearson Education, Inc: USA.

Anda mungkin juga menyukai