Anda di halaman 1dari 21

KEPIMPINAN BERFIKIR SISTEM

(SYSTEM THINKING)

Oleh :

Abdul Khohar (020116A001)


Fatma Hidayah (020116A014)
Lulu’ Luthfiya (020116A017)
Nora Filaela (020116A021)
Systems thinking
Systems thinking melihat sebuah permasalahan
setidaknya dalam tiga tingkatan: kejadian (event),
perilaku (system behavior), dan struktur (underlying
structure).
1. Berfikir Sistem Tentang Masalah Kemiskinan dan
Kelaparan

Menurut data BPS (Badan Pusat Statistika) Pada bulan


September 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Indonesia mencapai 26,58 juta orang (10,12 persen), berkurang
sebesar 1,19 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang
sebesar 27,77 juta orang (10,64 persen).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih
besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan
Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada
September 2017 tercatat sebesar 73,35 persen. Kondisi ini tidak
jauh berbeda dengan kondisi Maret 2017 yaitu sebesar 73,31
persen.
MASALAH KEMISKIAN

Permasalahan kemiskinan tetap ada dikarenakan:


 laju pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat.
 Tingkat pendidikan yang rendah
 karena kurangnya perhatian dari pemerintah itu sendiri,
 Distribusi yang kurang merata menjadi penyebab kemiskinan,
Masalah kemiskinan dibarengi dengan masalah kelaparan
menjadi satu kesatuan masalah yang sulit untuk dapat dipecahkan,
kemiskinan merupakan salah satu penyebab kelaparan dapat terjadi,
masyarakat yang jauh dari hidup sejahtera dan tidak menunjukkan
dalam keadaan yang baik, dan kondisi manusia di mana orang-
orangnya dalam keadaan kekurangan materi, sehingga dalam
hidupnya mengalami keadaan yang tidak sehat dan psikisnya tidak
dalam kondisi baik.
Solusi dalam permasalahan kemiskinan dan kelaparan

Solusi untuk permasalahan kemiskinan dan kelaparan adalah


dengan mensukseskan program Keluarga Berencana dari
pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk,
dalam bidang pendidikan diwajibkan mengikuti program
wajib belajar 9 tahun, memperluas lapangan pekerjaan agar
mengurangi angka pengangguran.
2. berfikir system tentang masalah AKB dan AKI

AKI dan AKB menggambarkan jumlah wanita


yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait
dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup
Berdasarkan evaluasi Millennium Development Goals
MDGs) pada tahun 2015, kasus kematian ibu dan bayi baru
ahir di Indonesia masih pada posisi 305 per 100.000
kelahiran. Padahal target yang dicanangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000 kelahiran.
Permasalahan AKB dan AKI di Indonesia

penyebab tertinggi kematian ibu di diakibatkan


 Perdarahan
 hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang
 keracunan kehamilan sehingga menyebabkan ibu meninggal,
 Penyebab kematian bayi baru lahir
 kehamilan di bawah usia 20 tahun
 Hamil dan bersalin di bawah usia 20 tahun sangat berisiko karena di
usia ini rahim belum siap dijadikan tempat tinggal janin dan
menjalani persalinan.
 sesak napas dan infeksi
 Buruknya kualitas pelayanan kesehatan antenatal, persalinan, dan
pascapersalinan
Solusi mengurangi AKB dan AKI

Untuk mengurangi AKI dan AKB yang utama harus dibenahi


yaitu pelayanan kesehatan antenatal, persalinan, dan pascapersalinan
karena hal tersebut merupakan penyebab utama AKI dan AKB. Untuk
mengatasi permasalahan dari faktor budaya dapat dilakukan
penyuluhan agar dapat membuka pemikiran masyarakat bahwa
wanita juga berhak menentukan sendiri proses kelahirannya.
3. Diskusi dari segi berfikir system tentang masalah Disiplin lalu
lintas

Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya melakukan penindakan berupa


tilang sebanyak 6.272.375 pada 2016.Pelanggaran lalu lintas mengalami
kenaikan pada 2017. Tahun 2017 sejumlah 7.420.000 kasus atau ada
kenaikan tren 15,47 persen.Sementara itu, pengendara yang ditegur
sepanjang tahun 2016 berjumlah 2.225.404.Mengalami kenaikan pada
2017 dengan jumlah pengendara ditegur mencapai
3.225.000.Sementara jumlah kecelakaan lalu lintas tahun 2016
berjumlah 105.374 kasus.Pada tahun 2017 jumlah 98.419 kasus atau
mengalami penurunan 7 persen.
Penyebab tidak disiplinnya lalu lintas dapat dikarenakan beberapa faktor
diantaranya, faktor dari diri sendiri yaneg merupakan bawaan dari lahir atau
keturunan dari orang tua, faktor lingkungan karena pergaulan dan pengaruh dari
teman sebaya, kurangnya cara didik dan tata tertib disekolah maupun dilingkungan
masyarakat yang kurang tegas.
Upaya untuk mengurangi permasalahan disiplin berlalu lintas yaitu harus menanamkan
kesadaran dalam setiap individu bahwa keselamatan berkendara tergantung dari
kedisiplinan setiap individu saat berkendara. Selanjutnya membatasi pergaulan dengan
perkumpulan yang tidak benar contohnya dengan kelompok geng motor yang suka
melanggar peraturan lalu lintas.

Anda mungkin juga menyukai