PENGENDALIAN VEKTOR
Oleh :
Puji dan rasa syukur kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat-Nya maka Laporan Kegiatan Identifikasi Tikus dalam memenuhi tugas
mata kuliah Pengendalian Vektor dapat selesai.Salam dan salawat semoga selalu tercurah
pada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Kelompok mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang
telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan Laporan
Kegiatan ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan
kepada:
1. Bapak Auly Tarmali S.KM, M.Kes(epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan Dosen Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat Veteriner.
2. Serta rekan-rekan di Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Ngudi Waluyo
yang juga telah banyak membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan Laporan
ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
materi meupun penyajiannya.Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
dalam penyempurnaan Laporan kami.
Harapannya, semoga Laporan ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi Kelompok.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi atau mengetahui ciri-ciri khas dari tikus berdasarkan
jenis dan habitatnya
2. Untuk mengetahui jenis makanan kesukaan tikus, dalam mempermudah dalam
proses trapping
3. Untuk mengetahui keberadaan atau habitat tikus
4. Untuk mengetahiu keberadaan adanya ektoparasit tikus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tikus
Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan
manusia. Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus
mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan
gangguan bagi manusia dibidang : kesehatan; pertanian; peternakan; rumah tangga.
2.2 Morfologi Tikus
Tabel 2.1 Klasisifikasi Tikus
No. Tingkatan Takson Golongan
1. Dunia Animalia
2. Phyllum (Filum) Chordata
3. Sub filum Vertebrata (Craniata)
4. Kelas Mammalia
5. Sub kelas Theria
6. Infra Kelas Eutheria
7. Ordo Rodentia
8. Sub ordo Myomorpha
9. Famili Muridae
10. Sub family Murinae
11. Genus Bandicota
Ordo Rodentia merupakan ordo dari kelas Mammalia yang terbesar karena
memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 2.000 spesies (40 %) dari 5.000 spesies
untuk seluruh kelas Mammalia. Dari 2.000 spesies Rodentia, hanya kurang lebih 150
spesies tikus yang ada di Indonesia dan hanya 8 spesies yang paling berperan
sebagai host (vektor) dari agent patogen terhadap manusia dan hama pertanian.
Delapan spesies tsb : Rattus norvegicus (tikus riol/got/selokan/kota), Rattus-
rattus diardii (tikus rumah/atap), Mus musculus (mencit rumah), Rattus
exulans (tikus ladang), Bandicota indica (tikus wirok), Rattus tiomanicus (tikus
pohon), Rattus argentiventer (tikus sawah), Mus caroli (mencit ladang).
A. Jenis-jenis tikus antara lain:
-Mencit (Mus sp.)
-Tikus rumah (Rattus rattus)
-Tikus got (Rattus norvegicus)
-Tikus sawah (Rattus argentiventer)
-Wirok (Bandicota sp.)
-Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus)
-Mencit Rumah (Mus-musculus)
-Mencit Ladang (Mus-Caroli)
-Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai “tikus”, sesungguhnya
bukanlah termasuk golongan hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa
serangga (Insectivora).Tikus rumah (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa
yang mudah dijumpai di rumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai
memanjat serta melompat. Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan
berasal dari Asia. Namun demikian, ia lalu menyebar ke Eropa melalui
perdagangan sejak awal penanggalan modern dan betul-betul menyebar pada
abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada
masa kini cenderung tersebar di daerah yang lebih hangat karena di daerah
dingin kalah bersaing dengan tikus got.
Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk
dan bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia lebih
gesit dan pemanjat ulung, bahkan berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam
atau coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna putih
atau loreng. Ukurannya biasanya 15-20 cm dengan ekor ± 20cm. Hewan ini
nokturnal dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu
beranak kapan saja, dengan anak 3-10 ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3
tahun dan menyukai hidup berkelompok.
Tabel 2.2 Morfologi Tikus
No Morfologi Tikus roil Tikus atap Mencit Tikus ladang
rumah
1. Tekstur rambut Kasar dan Agak kasar Lembut dan Lembut dan
agak halus halus
panjang
2. Bentuk hidung Kerucut Kerucut Kerucut Kerucut
terpotong
3. Bentuk badan Silindris, Silindris Silindris Silindris
membesar
kebelakang
4. Warna badan Coklat hitam Coklat hitam Coklat hitam Coklat kelabu
bagian kelabu kelabu kelabu
punggung
5. Warna badan Coklat Coklat hitam Coklat hitam Putih kelabu
bagian perut kelabu kelabu kelabu
(pucat)
6. Warna ekor Cokelat Cokelat Cokelat hitam Cokelat hitam
bagian atas hitam hitam
7. Habitat Gudang, Rumah, Rumah Sawah, ladang
selokan, gudang gudang
rumah
8. Bobot tubuh 150-600 60-300 8-30 30-85
(gr)
9. Pjg kepala + 150-250 100-210 55-100 80-150
badan (mm)
10. Panjang ekor 160-210 120-250 70-110 110-180
(mm)
11. Lebar daun 18-24 19-23 9-12 16-20
telinga (mm) (berambut)
12. Pjg tlpk kaki 40-47 30-37 12-18 22-28
blkg (mm)
13. Lebar gigi 3.5 3 1.5 2
pengerat (mm)
14. Jlh puting susu 6 (3+3) =12 5 (2+3) =10 5 (3+2) =10 4 (2+2)=8
(pasang)
I C Pm M
d. Murine typhus
Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia mooseri. Penyakit ini sangat dekat
hubungannya dengan penyakit Pes hingga mungkin sekali infeksinya terjadi
secara bersamaan, karena mempunyai vektor dan host yang sama terkenalnya
yaitu X. Cheopis dan R. r diardii (Harrison, 1962).
BAB III
PELAKSANAKAN PRAKTIKUM
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam famili Muridae. Tikus merupakan
hewan pengganggu dan merupakan vektor dari beberapa penyakit yaitu penyakit Pes
yang disebabkan oleh ektoparasit yang menempel di tubuhnya dan penyakit
Leptospirosis lewat air kencingnya. Hasil pemasangan perangkap dengan metode cage
Trap tidak banyak tikus yang tertangkap dengan umpan kepala ikan pindang, karena
berbagai faktor salah satunya perubahan pola perilaku tikus yang sensetif dengan
perubahan lingkungan. Setelah dilakukan penangkapan tikus di bawa ke Laboratorium
untuk diidentifikasi berdasarkan hasil identifikasi tikus yang tertangkap merupakan
jenis Tikus Rattus Norvegicus. Dan Untuk kegiatan penyisiran untuk mengidentifikasi
Ektoparasit dari tikus yang ditangkap tidak ditemukan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pemasangan perangkap, identifikasi dan penyisiran untuk
menemukan Ektoparasit pada tikus, dilingkungan yang dilakukan pemasangan
perangkap banyak tikus yang berkeliaran di lokasi sekitar sehingga pengendalian harus
dilakukan karena tikus merupakan vektor dari beberapa penyakit pengendalian vektor
tikus terdapat 3 jenis pengendalian yaitu Pengendalian secara Biologi, Kimia, dan
Fisika.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, (1999). Laporan Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya
dan Pengembangan Kesehatan.
Depkes, RI. (1962). Undang undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
Depkes, RI. (1989). Manual Kantor Kesehatan Pelabuhan . Jakarta : Dirjen
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No . 630 tahun 1985 tentang Organisasi dan
Mantariputra,Marjan.Dkk. 2012. Buku panduan praktik jurusan kesehatan lingkungan
edisi 1. politeknik kesehatan kementrian kesehatan kemenkes yogyakarta
jurusan kesehatan ingkungan.
pelabuhan disekitar daerah enzootik pes di Jawa Timur, Laporan
Penelitian. Jakarta : Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian
PPM&PLP.
Ristiyanto, Tuti R, Hadi. (1992). Dinamika populasi tikus dan pinjal di pelabuhan
tahun 1998/ 1999. KKP Surabaya.
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta : Depkes RI.
LAMPIRAN