Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN VEKTOR

“Pemasangan Perangkap, Pemeriksaan(Identifikasi), dan Penyisiran Tikus


(Penangkapan Ektoparasit)”

Oleh :

1. Alman Putra (020116A003)


2. Bilqis Fikrotul Uliya (020116A007)
3. Eka Radiyani Oktavia (020116A012)
4. Fatma Hidayah (020116A014)
5. Lulu’ Luthfiya (020116A017)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur kelompok panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat-Nya maka Laporan Kegiatan Identifikasi Tikus dalam memenuhi tugas
mata kuliah Pengendalian Vektor dapat selesai.Salam dan salawat semoga selalu tercurah
pada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Kelompok mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang
telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan Laporan
Kegiatan ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan
kepada:

1. Bapak Auly Tarmali S.KM, M.Kes(epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan Dosen Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat Veteriner.
2. Serta rekan-rekan di Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Ngudi Waluyo
yang juga telah banyak membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan Laporan
ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
materi meupun penyajiannya.Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
dalam penyempurnaan Laporan kami.

Harapannya, semoga Laporan ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi Kelompok.

Ungaran, 08Desember 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Vektor penyakit merupakan hewan yang membawa patogen yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, seperti nyamuk, tikus dan lainnya. Tikus
hewan yang memiliki habitat dengan manusia dengan area yang tidak jauh dengan
aktivitas dan tempat tinggal manusia, pola perilaku tikus tinggal ditempat yang kotor
sehingga banyak patogen yang hidup dalam tubuh tikus, dengan habitat yang dekat
dengan manusia tersebut maka kemungkinan penularan cukup tinggi.
Tikus merupakan hewan pengerat yang mengganggu kehidupan manusia dan
juga dapat menularkan penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh tikus dilakukan
secara tidak sengaja seperti halnya kuman yang menempel di badan tikus, kutu yang
hidup di kulit dan penyakit yang ada di dalam pencernaan tikus. Hewan ini
merupakan hewan yang menjijikkan menurut manusia disebabkan karena
perilakunya yang mengganggu dan bau yang dihasilkan oleh beberapa jenis tikus.
Tikus dapat dijadikan indikator kesehatan dan baiknya manajemen suatu tempat.
Semisal rumah sakit yang ada beberapa diantaranya hidup banyak tikus. Kebersihan,
kenyamanan, dan kesehatan rumah sakit tersebut terganggu akibat adanya vektor ini.
Selain itu di restoran kelas dunia, kebersihan dapurnya dari adanya tikus menjadi hal
penting dan menjadi tolok ukur manajemen dalam restoran tersebut. Beberapa
penyakit yang bisa disebabkan oleh tikus seperti Leptospirosis, Hanta Virus dan
lainnya.Sehingga pencegahan dan pengendalian harus dilakukan agar tidak
menginfeksi manusia.
Tikus yang selama ini kita tahu selalu membawa masalah kemudian dengan
melakukan praktikum penangkapan dan identifikasi tikus ini diharapkan kita nanti
mampu untuk mengetahui informasi tentang tikus yang lebih mendalam. Sehingga
kita bisa melakukan pengendalian terhadap tikus yang dapat menyebabkan masalah-
masalah kesehatan dan juga masalah-masalah gangguan yang dilakukan oleh tikus.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat dirumuskan rumusan masalah
bagaimana pemasangan perangkap, penangkapan, identifikasi tikus dan penyisiran
dalam menemukan pinjal tikus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi atau mengetahui ciri-ciri khas dari tikus berdasarkan
jenis dan habitatnya
2. Untuk mengetahui jenis makanan kesukaan tikus, dalam mempermudah dalam
proses trapping
3. Untuk mengetahui keberadaan atau habitat tikus
4. Untuk mengetahiu keberadaan adanya ektoparasit tikus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tikus
Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan
manusia. Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus
mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan
gangguan bagi manusia dibidang : kesehatan; pertanian; peternakan; rumah tangga.
2.2 Morfologi Tikus
Tabel 2.1 Klasisifikasi Tikus
No. Tingkatan Takson Golongan

1. Dunia Animalia
2. Phyllum (Filum) Chordata
3. Sub filum Vertebrata (Craniata)
4. Kelas Mammalia
5. Sub kelas Theria
6. Infra Kelas Eutheria
7. Ordo Rodentia
8. Sub ordo Myomorpha
9. Famili Muridae
10. Sub family Murinae
11. Genus Bandicota

Ordo Rodentia merupakan ordo dari kelas Mammalia yang terbesar karena
memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 2.000 spesies (40 %) dari 5.000 spesies
untuk seluruh kelas Mammalia. Dari 2.000 spesies Rodentia, hanya kurang lebih 150
spesies tikus yang ada di Indonesia dan hanya 8 spesies yang paling berperan
sebagai host (vektor) dari agent patogen terhadap manusia dan hama pertanian.
Delapan spesies tsb : Rattus norvegicus (tikus riol/got/selokan/kota), Rattus-
rattus diardii (tikus rumah/atap), Mus musculus (mencit rumah), Rattus
exulans (tikus ladang), Bandicota indica (tikus wirok), Rattus tiomanicus (tikus
pohon), Rattus argentiventer (tikus sawah), Mus caroli (mencit ladang).
A. Jenis-jenis tikus antara lain:
-Mencit (Mus sp.)
-Tikus rumah (Rattus rattus)
-Tikus got (Rattus norvegicus)
-Tikus sawah (Rattus argentiventer)
-Wirok (Bandicota sp.)
-Tikus Pohon (Rattus Tiomanicus)
-Mencit Rumah (Mus-musculus)
-Mencit Ladang (Mus-Caroli)
-Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai “tikus”, sesungguhnya
bukanlah termasuk golongan hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa
serangga (Insectivora).Tikus rumah (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa
yang mudah dijumpai di rumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai
memanjat serta melompat. Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan
berasal dari Asia. Namun demikian, ia lalu menyebar ke Eropa melalui
perdagangan sejak awal penanggalan modern dan betul-betul menyebar pada
abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada
masa kini cenderung tersebar di daerah yang lebih hangat karena di daerah
dingin kalah bersaing dengan tikus got.
Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk
dan bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia lebih
gesit dan pemanjat ulung, bahkan berani “terbang”. Warnanya biasanya hitam
atau coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna putih
atau loreng. Ukurannya biasanya 15-20 cm dengan ekor ± 20cm. Hewan ini
nokturnal dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu
beranak kapan saja, dengan anak 3-10 ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3
tahun dan menyukai hidup berkelompok.
Tabel 2.2 Morfologi Tikus
No Morfologi Tikus roil Tikus atap Mencit Tikus ladang
rumah
1. Tekstur rambut Kasar dan Agak kasar Lembut dan Lembut dan
agak halus halus
panjang
2. Bentuk hidung Kerucut Kerucut Kerucut Kerucut
terpotong
3. Bentuk badan Silindris, Silindris Silindris Silindris
membesar
kebelakang
4. Warna badan Coklat hitam Coklat hitam Coklat hitam Coklat kelabu
bagian kelabu kelabu kelabu
punggung
5. Warna badan Coklat Coklat hitam Coklat hitam Putih kelabu
bagian perut kelabu kelabu kelabu
(pucat)
6. Warna ekor Cokelat Cokelat Cokelat hitam Cokelat hitam
bagian atas hitam hitam
7. Habitat Gudang, Rumah, Rumah Sawah, ladang
selokan, gudang gudang
rumah
8. Bobot tubuh 150-600 60-300 8-30 30-85
(gr)
9. Pjg kepala + 150-250 100-210 55-100 80-150
badan (mm)
10. Panjang ekor 160-210 120-250 70-110 110-180
(mm)
11. Lebar daun 18-24 19-23 9-12 16-20
telinga (mm) (berambut)
12. Pjg tlpk kaki 40-47 30-37 12-18 22-28
blkg (mm)
13. Lebar gigi 3.5 3 1.5 2
pengerat (mm)
14. Jlh puting susu 6 (3+3) =12 5 (2+3) =10 5 (3+2) =10 4 (2+2)=8
(pasang)

R.norvegicus, R.rattus dan M.musculus mempunyai distribusi geografi yg


menyebar diseluruh dunia sehingga disebut sebagai hewan kosmopolit. Sisanya
hanya sekitar Asia dan Asia Tenggara saja. Tikus wirok, tikus riul, tikus sawah dan
mencit ladang termasuk hewan terestrial yg dicirikan dengan ekor relatif pendek
thdp kepala dan badan serta tonjolan pada telapak kaki yg relatif kecil dan halus.
Tikus pohon, tikus rumah (atap), tikus ladang dan mencit rumah termsuk hewan
arboreal yg dicirikan dgn ekor yg panjang serta btonjolan pd telapak kai yg besar dan
kasar.
Salah satu ciri terpenting dari Ordo Rodentia (hewan pengerat) adalah
kemampuannya untuk mengerat benda-benda yg keras. Maksud mengerat untuk mengurangi
pertumbuhan gigi serinya terus menerus. Pertumbuhan gigi seri yg terus menerus
disebabkan oleh tidak adanya penyempitan pada bagian pangkalnya sehingga terdapat celah
yg disebut diastema. Diastema berfungsi untuk membuang kotoran yg ikut terbawa dgn
pakannya masuk kedalam mulut. Rodentia tidak mempunyai gigi taring, sehingga ada cekah
antara geraham dan gigi seri (diastema).
Rumus gigi tikus :
1 0 0 3
------------- ---- x 2, jumlahnya 16
1 0 0 3

I C Pm M

Ket : I (incisiva) = gigi seri


C (canina) = gigi taring
Pm (pre-molar) = gigi geraham depan
M (molar) = gigi geraham belakang
Kerabat dekat tikus : bajing, landak, marmut, kelinci serta tikus putih dan
mencit putih ( telah kehilangan pigmen-albino). Cecurut dan tupai bukan kerabat
tikus tetapi mirip tikus. Penyakit yang ditularkan melalui tikus : Pes (plague),
Salmonellosis, Leptospirosis, Murine Typhus, Rickettsial pox, Lassa, Rodent-borne
Haemorrhagic Fevers, Lymphocytic choriomeningitis, Rabies, Rat-bite fever,
Trichinosis.
Dalam pengendalian tikus dibutuhkan pengetahuan dasar untuk
pengendalian tikus dan metode pengendalian. Pengetahuan dasar untuk pengendalian
tikus meliputi Identifikasi, Biologi dan perilaku tikus, Tanda keberadaan tikus,
Rodentisida, Resistensi tikus terhadap rodentisida, Bahaya rodentisida bagi manusia.
Metode pengendalian tikus meliputi : Sanitasi, Kultur teknis, Fisik mekanis, Biologis
atau hayati, serta Kimiawi.
Dengan telah dapatnya kita mengenal tikus maka belum cukuplah
pengetahuan kita kalau tidak dilengkapi dengan bahaya ataupun pengaruh-pengaruh
yang dapat ditimbulkannya. Tikus dapat manimbulkan permasalahan dalam
kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Tikus dapat manimbulakn berbagai gangguan dan kerugian, antara lain dalah
1. Menimbulkan karugian ekonomi karena tikus memakan bahan-bahan makanan
yang dihasilkan manusia.
2. Menimbulkan kerusakan pada perabot rumah tangga dan juga kerusakan pada
bangunan atau gudang penyimpanan bahan makanan.
3. Dibidang kesehatan tikus-tikus tersebut berperan sebagai tuan rumah perantara
untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai Rodent – borne diseases.

2.3 Penyakit-Penyakit Yang Tergolong Rodent Borne Diseases, Adalah :


a. Penyakit Pes (Plague)
Di dalam siklus penyakit ini tikus berperan sebagai “host”. Epizootic
umumnya terjadi pada Rattus rattus diardii (Politzer, 1954). Apabila tikus
banyak yang mati, pinjal yang dalam hidupnya memerlukan darah kemudian
pindah ke manusia. Bila pinjal-pinjal tersebut mengandung baksil per
yaitu Yersinia (Pasteurella) pestis, maka bisa menular kepada manusia. Pes
pada manusia disebut pes bubo ”bubonic plague” dan disamping itu ada pula
yang disebut pes paru-paru ”pneumonic plague atau lung plague” dan pes
septichaemia – ”septichaemic plague”. Bila pes bubo ini dibiarkan saja (tidak
diobati), bisa menjalar ke paru-paru, timbullah pes paru-paru skunder
(secondary lung plague) yang sangat ditakuti, karena bisa menular melalui
udara. Pes inilah yang biasanya menyebabkan epidemi dan menimbulkan
banyak korban. Pada keadaan yang luar biasa dimana baksil pes telah meracuni
seluruh pembuluh darah, bisa menyebabkan pes septichaemi. Penderita bisa
meninggal secara tiba-tiba dalam keadaan yang sangat mengerikan. Mungkin
inilah yang menyebabkan kenapa penyakit pes zaman dahulu disebut ”penyakit
setan atau black death”. Sebelum penyakit pes tersebut pindah ke manusia
melalui perantaraan pinjal tikus (Xenophsylla spp, Nosopsyllus fasciatus, dan
pinjal tikus lainnya) dari ”host”nya yang terkenal (di Indonesia) yaitu R.r diardi.
Di dalam tubuh tikus penyakit pes tersebut dapat bersiklus secara abadi pada
tubuh beberapa jenis binatang lainnya (”rodent”). Penyakit pes yang abadi pada
berjenis-jenis binatang pengerat di alam terbuka yang umumnya jauh dari
kehidupan manusia disebut “sylvatic plague” atau “campestral plague” Tempat-
tempat di alam dimana binatang mengerat selalu mengandung bibit penyakit
disebut “foci” (jamak) atau ”focus” (tunggal). Mengetahui sumber dan
pergerakan penyakit-penyakit tersebut ke manusia sangat menarik bagi para
“epidemiologist” sedangkan mengetahui jenis-jenis binatang yang terlibat
beserta situasi habitatnya sangat menarik bagi para “mammalogist” dan “animal
ecologist”. Pekerjaan untuk mengetahui dimana ada foci tersebut disebut “foci
detection” dan data yang diperoleh sangat berguna untuk melakukan program
pemberantasan penyakit pes. Inilah salah satu kegunaan dari binatang pengerat
tersebut, disamping sebagai binatang percobaan di laboratorium juga digunakan
dalam evaluasi kegiatan di lapangan (melakukan pooling test).
b. Leptospirosis
Penyakit ini di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda banyak menimpa
pekerja-pekerja pada tempat-tempat penggalian tanah, terutama tanah-tanah
yang lembab ataupun yang berair, seperti misalnya got-got dan tambang-
tambang. Pada saat itu tikus yang menularkan penyakit ini adalah R. novergicus.
Dengan adanya sistem adanya ”trapping” yang meluas ditemukan banyak R.
exulans yang terjangkit Leptospirosis. Di Malaysia ”host” yang terkenal
adalah R. novergicus dan R. argentiventer (Harrison, 1962). Leptospira
berkembang biak pada ginjal tikus. Kemudian Leptospira ini dikeluarkan
melalui urine dan akan tetap hidup untuk beberapa waktu lamanya di tanah yang
lembab/basah ataupun di air. Penularan kepada manusia terjadi melalui selaput
lendir atau luka di kulit. Pada dewasa ini penyakit tersebut sudah tidak begitu
kelihatan lagi namun diduga penyakit tersebut masih berkembang biak terus di
hutan diantararodentia liar.
c. Scrub typhus
Seperti halnya pada penyakit pes, ” scrub typhus” tidak hanya melibatkan
tikus. Penyakit ini disebabkan oleh Rickettsia yang hidup pada salah satu vektor
(”mite”) yang bernama Trombicula akamushi atau T. deliensis (Harrison, 1962).
Di Malaysia sudah diketahui bahwa vektor penyakit ini hidup pada R.
Argentiventer sedangkan di Singapura yang biasa dikenal sebagai ”host”
adalah R.r diardi. Kedua jenis Trombiculaini pada stadium dewasa hidup bebas
di tanah, tetapi stadium larvanya hidup dari darah tikus.
Bila seekor Trombicula mengidap Rickettsia, maka panyakit ini akan
berkembang biak dan terbawa pada telur dan anak-anaknya. Larva yang baru
diteteskan dalam keadaan lapar dapat mencari host baru, mungkin saja larvanya
yang membawaRickettsia ini mengisap darah manusia kerena tidak menemukan
tikus. Pada waktu ituRickettsia ditularkan pada manusia yang akhirnya
menderita penyakit Scrub typhus.

d. Murine typhus
Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia mooseri. Penyakit ini sangat dekat
hubungannya dengan penyakit Pes hingga mungkin sekali infeksinya terjadi
secara bersamaan, karena mempunyai vektor dan host yang sama terkenalnya
yaitu X. Cheopis dan R. r diardii (Harrison, 1962).
BAB III
PELAKSANAKAN PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanakan


Hari/tanggal : Jum’at, 30 Oktober 2018
Waktu : 13.00 WIB - Selesai
Tempat : Gedung G laboratorium Prodi kesehatan masyarakat Universitas
Ngudi Waluyo
3.2 Jenis kegiatan
Penangkapan dan pengamatan pinjal pada tikus
3.3 Alat dan Bahan
1. Timbangan
2. Baskom
3. Sikat
4. Perangkap tikus
5. Racun tikus
6. Plastik hitam
7. Pipet tetes
3.4 Metode Kerja
Pada pengamatan pinjal tikus ini , metode yang digunakan adalah metode
visual,dimana survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pinjal .
3.5 Cara Kerja
1 TRAPPING
a. Cuci perangkap yang akan di pakai menggunakan ditergen atau air panas
agar bau dari bekas tikus sebelumnya tidak terbawa. Gunakan perangkap
tikus hidup (cage trap )
b. Pasang beberapa tempat ( sesuai kaidah sampling) dengan menggunakan
umpan berdasarkan data predibiting ( sembarang ). Waktu dpemasangan
di lakukan pada sore hari.
c. Pada hari berikutnya, semua perangkap di ambil. Pisahkan perangkap
yang ada tikusnya dan perangkap yang kosong.
d. Tikus yang tertangkap di bawa ke laboratoriun untuk di identifikasi.
2. IDENTIFICATION
a. Perangkap yang sudah ada tikusnya di masukkan pada kantong plastik,
kemudian kantong di ikat rapat
b. Ambil chloroform dengan spuit, kemudian suntikan kedalam Kantong plastik
tersebut
c. Diamkan beberapa saat hingga tikus mati, kemudian kantong di buka, dengan
mulut kantong tidak berhadapan dengan kita.
d. Perangkap di keluarkan dari kantong plastik, dan tikus yang mati juga di
keluarkan dari perangkap.
e. Lakukan penyisiran terhadap tikus tersebut, untuk mendapatkan ektoparasit.
f. Ektoparasit yang di peroleh, dimasukkan pada botol yang di berikan
pengawet ( misal : alcohol ), untuk mengidentifikasi pada waktu yang lain.
g. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan dan pengukuran terhadap tikus tersebut
sesuai dengan kunci identifikasi.
h. Interprestasi data di atas, sesuai dengan kunci identifikasi, atau mencocokkan
pada table diskripsi tikus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan prakikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Trapping
Untuk trapping/penjebakan dilakukan di Gedanganak, pada tanggal 30
Oktober 2018. Pembagian perangkap sesuai yang disediakan oleh Prodi.
Perangkap di pasang di Kos Pujangga. Sedangkan Umpan yang di pakai
adalah kepala ikan pindang.
Pada pemasangan perangkap tikus kali ini di kos pujangga tidak terdapat
tikus yang tertangkap. Keseluruhan jumlah perangkap adalah 2 buah,trapping
diletakkan dalam rumah dan diluar rumah. Pembagian kelompok
identifikasipun terdapat 4 kelompok dengan hanya satu tikus per kelompok.
2 Identifikasi
WARNA BULU
No M PINJAL SPESIES
ATAS BAWAH
Coklat
Putih Ratus nurvegicus
1. 4 ‒ Tua
Kelabu (Tikus Got)
Kelabu

Keterangan : M ( Mammae ) = Jumlah puting susu


B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapat yaitu penjebakan dan
identifikasi tikus di desa Gedanganak, pada tanggal 30 Oktober 2018 didapatkan 1
(satu) ekor tikus dan kemudian diidentifikasi. Hasil identifikasi tikus pada praktikum
kali ini adalah sebagai berikut :
1. Berat 250 gram
2. Jenis tikus yang didapatkan yaitu tikus got
3. Jumlah puting susu (M) ada 4 buah.
4. Untuk warna bulu di bagi menjadi 2 bagian yaitu bagian atas dan bawah,
untuk warna atas didapati warna coklat tua kelabu dan warna bagian bawah
berwarna putih kelabu.
Dari ciri-ciri yang telah didapat dari kunci identifikasi di dapatilah spesies
Tikus Got (Rattus nurvegious). Dalam penyajian data praktikum ini, sebelumnya
telah dilakukan beberapa persiapan yaitu, Persiapan pertama untuk menyiapkan
alat dan bahan yang digunakan , perisiapan kedua melakukan pemasangan trap,
dan persiapan ketiga pengambilan trap sekaligus melakukan identifikasi tikus.
Kemudian saat pemasangan trap yang dilakukan memiliki beberapa kendala
diantaranya adalah sulitnya melakukan penangkapan tikus , pada saat
pemasangan trap untuk umpan yang digunakan dari mahasiswa bervariasi.
Namun, seharusnya dilakukan dahulu Pre Bitting untuk mendapatkan hasil
maksimal umpan mana yang mudah dikenali tikus dan disenangi tikus sehingga
penangkapan tikus keberhasilannya dapat meningkat. Karena tikus memiliki
perilaku mengenali makanannya dahulu sehingga apabila makanan tidak dikenali
tidak akan dimakan tikus sampai habis. Karena sulit melakukan Penangkapan
tikus dengan umpan, maka kami menangkap tikus secara manual atau dengan
tangan.
Tikus yang telah didapat dan dibawa ke laboratorium kemudian dimatikan
dengan chloroform di dalam plastik memiliki sedikit kendala, dengan sekalian
dimasukannya alat trap, sehingga alat trap dapat melubangi sisi plastik dan
proses mematikan tikus dapat terhambat. Setelah itu penyisiran dilakukan, tidak
ditemukan ektoparasit dikarenakan banyak hal, mungkin karena tikus yang
didapatkan dalam keadaan bersih atau tidak terdapat ektoparasit.
Pengendalian Tikus perlu di lakukan apabila populasi tikus banyak dan
mengganggu kehidupan manusia sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Ada
beberapa cara untuk mengendalikan tikus diantaranya :
1. Pengendalian secara Biologi
Dengan menggunakan musuh alami dari tikus sendiri seperti ular,
burung hantu, elang, kucing dan hewan pemakan tikus lain. Dengan
pengendalian secara biologi, populasi tikus yang tinggi dapat ditekan dengan
menjaga kelestarian hewan dalam rantai makanan yaitu hewan pemangsa
tikus.
2. Pengendalian secara Kimia
Pengendalian secara kimia ini sebenarnya kurang bagus dalam
prakteknya, karena berhubungan dengan bahan kimia yaitu dengan
menggunakan racun tikus (rodentisida) yang dapat mempengaruhi
lingkungan sekitar. Hal ini tidak boleh dilakukan sembarangan mengingat
masih banyak hewan yang dapat memakan racun ini. Selain itu, sisa tikus
yang mati karena telah memakan racun dapat menimbulkan masalah baru
semisal bangkai tikus yang mati di tempat yang sulit dijangkau.
3. Pengendalian secara Fisika
Ada sebuah cara unik yang dilakukan untuk mengusir dan
mengendalikan tikus yaitu dengan menggunakan gelombang ultrasonik.
Gelombang ultrasonik yang dipancarkan akan mengganggu tikus sehingga
tikus takut kemudian menjauh. Hal ini dapar terjadi karena pendengaran tikus
yang tajam sehingga tikus sangat sensitif. Untuk kemudian waktu
pengendalian ini masih perlu dilakukan peningkatan yaitu melakukan variasi
gelombang sehingga tikus tidak datang lagi.
4. Pengendalian dengan cara lainya
a. Memperhatikan sanitasi dan higinitas lingkungan sehingga tikus tidak
dapat hidup atau tinggal
b. Menggunakan tempat sampah yang tertutup untuk mencegah tikus
masuk
c. Mendesain kembali bangunan agar tidak dapat dimasuki tikus dan
agar tikus tidak dapat bersarang

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam famili Muridae. Tikus merupakan
hewan pengganggu dan merupakan vektor dari beberapa penyakit yaitu penyakit Pes
yang disebabkan oleh ektoparasit yang menempel di tubuhnya dan penyakit
Leptospirosis lewat air kencingnya. Hasil pemasangan perangkap dengan metode cage
Trap tidak banyak tikus yang tertangkap dengan umpan kepala ikan pindang, karena
berbagai faktor salah satunya perubahan pola perilaku tikus yang sensetif dengan
perubahan lingkungan. Setelah dilakukan penangkapan tikus di bawa ke Laboratorium
untuk diidentifikasi berdasarkan hasil identifikasi tikus yang tertangkap merupakan
jenis Tikus Rattus Norvegicus. Dan Untuk kegiatan penyisiran untuk mengidentifikasi
Ektoparasit dari tikus yang ditangkap tidak ditemukan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pemasangan perangkap, identifikasi dan penyisiran untuk
menemukan Ektoparasit pada tikus, dilingkungan yang dilakukan pemasangan
perangkap banyak tikus yang berkeliaran di lokasi sekitar sehingga pengendalian harus
dilakukan karena tikus merupakan vektor dari beberapa penyakit pengendalian vektor
tikus terdapat 3 jenis pengendalian yaitu Pengendalian secara Biologi, Kimia, dan
Fisika.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, (1999). Laporan Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya
dan Pengembangan Kesehatan.
Depkes, RI. (1962). Undang undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
Depkes, RI. (1989). Manual Kantor Kesehatan Pelabuhan . Jakarta : Dirjen
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No . 630 tahun 1985 tentang Organisasi dan
Mantariputra,Marjan.Dkk. 2012. Buku panduan praktik jurusan kesehatan lingkungan
edisi 1. politeknik kesehatan kementrian kesehatan kemenkes yogyakarta
jurusan kesehatan ingkungan.
pelabuhan disekitar daerah enzootik pes di Jawa Timur, Laporan
Penelitian. Jakarta : Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian
PPM&PLP.
Ristiyanto, Tuti R, Hadi. (1992). Dinamika populasi tikus dan pinjal di pelabuhan
tahun 1998/ 1999. KKP Surabaya.
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta : Depkes RI.
LAMPIRAN

Gambar tikus setelah diberikan Chlorofrom Gambar penimbangan tikus

Gambar identifikasi tikus


Gambar saat pemberian chloroform pada
tikus

Pemasangan trapping didalam rumah


Pemasangan umpan pada trepping
Pemasangan trapping diluar rumah

Anda mungkin juga menyukai