Anda di halaman 1dari 27

PERENCANAAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN KESEHATAN

MASYARAKAT
DI DESA SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Brilian Prasetya N (020116A008)
2. Devi Purnama Sari (020116A009)
3. Devi Rosi Liana (020116A010)
4. Fatma Hidayah (020116A014)
5. Febrina Maya Z (020116A015)
6. Lulu Luthfiya (020116A017)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan unsur yang penting dalam kesejahteraan hidup, baik
penanganan kelompok atau masyarakat luas yang sangat dipengaruhi oleh
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan,
penghasilan, lapangan kerja, pendidikan, kebebasan beragama, kesempatan
untuk mengembangkan daya cipta dan sebagainya. Mengingat sangat luasnya
keterkaitan dan ketergantungan kesehatan dengan hampir semua segi
kehidupan, perkembangan berbagai pemikiran tentang determinan atau
penentu, atau faktor utama yang dianggap berpengaruh pada kesehatan
masyarakat (Budioro, 2000).
Menurut H.L.Blum (1981), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh
empat faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Dari keempat faktor tersebut perilaku adalah faktor yang paling menentukan
atau kontribusinya lebih besar, sebab disamping berpengaruh langsung
terhadap kesehatan juga mempunyai pengaruh tidak langsung melalui faktor
lingkungan fisik buatan manusia, sosial budaya, serta faktor fasilitas kesehatan
(Notoatmodjo. S & Sarwono. S, 1984). Maka untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal adalah merubah perilaku individu atau masyarakat
kepada hal-hal yang positif secara terencana.
Masalah kesehatan dari waktu ke waktu senantiasa berubah, pada
umumnya cenderung menuju ke derajat yang baik. Upaya untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat antara lain melalui pembangunan di bidang
kesehatan yang bertujuan menigkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal (Depkes RI, 1992).
Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks, yang tidak bisa
lepas dari berbagai faktor di luar bidang kesehatan. Tindakan atau upaya yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada pada masyarakat
seharusnya melibatkan atau mengikutsertakan peran dari sektor lain di luar
kesehatan. Penyelesaian masalah yang terjadi pada masyarakat akan dapat
berhasil dengan baik jika dilakukan penyusunan dan pelaksanaan program
yang baik pula.
Pendidikan kesehatan masyarakat (PKM) merupakan suatu bentuk upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat dengan pendekatan pendidikan.
Agar kegiatan PKM dapat mencapai hasil yang optimal maka diperlukan suatu
perencanaan dan evaluasi yang baik.
Lawrence Green (1980) mengembangkan model pendekatan untuk
membuat perencanaan dan evaluasi. Pendekatan tersebut untuk mendiagnosa
faktor-faktor penting penyebab terjadinya masalah kesehatan masyarakat dan
menetapkan intervensi yang akan dilakukan guna mengatasi atau mencegah
terjadinya masalah baru. Hal ini sangat penting dilakukan karena suatu
program yang disusun tanpa prosedur dan tahap-tahap yang mendukung tidak
akan berjalan dengan baik dan hasilnya pung tidak akan sesuai dengan
harapan.
Maka dalam perencanaan PKM digunakan kerangka kerja PRECEDE-
PROCEED dari Lawrence Green dalam membantu menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan yang ada di Desa Sumowono, Kabupaten Semarang.
Perencanaan tersebut dilakukan agar intervensi yang akan dilakukan dapat
tepat pada sasaran dengan efektif dan efisien.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Membuat perencanaan PKM dengan menerapkan kerangka kerja
PRECEDE-PROCEED pada masyarakat di Desa Sumowono, Kabupaten
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan kerangka pikir dalam menelusuri faktor-faktor penyebab
terjadinya masalah yang dihadapi masyarakat Desa Sumowono
Kabupaten Semarang;
b. Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah yang ada di Desa
Sumowono, Kabupaten Semarang.
c. Membuat objective goal secara benar pada tahap diagnosa perilaku dan
diagnosa pendidikan di Desa Sumowono Kabupaten Semarang;
d. Menentukan strategi pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan di Desa Sumowono, Kabupaten Semarang.
e. Menetapkan rencana intervensi baik jenis maupun urutan kegiatan serta
jadwal kegiatan rencana intervensi yang telah ditetapkan di Desa
Sumowono, Kabupaten Semarang.
f. Melakukan evaluasi pada setiap intervensi di Desa Sumowono,
Kabupaten Semarang.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Geografis
Desa Sumowono mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Utara : Desa Bumen
2. Selatan : Desa Lanjan
3. Timur : Desa Mendongan
4. Barat : Desa Jubelan
Desa Sumowono memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.262 jiwa (
laki-laki, 1.646 dan perempuan, 1.616) dengan jumlah kepala keluarga 1.045
KK yang terbagi menjadi 5 Dusun yaitu,
No. Dusun RW RT
1. Dusun Nyampuran 2 5
2. Dusun Karang Wetan 1 2
3. Dusun Sumowono 2 4
4. Dusun Sawah Gondang 1 2
5. Dusun Kenteng 1 2
Jumlah 7 15

B. Demografi
Karakteristik penduduk Desa Sumowono adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Penduduk Menurut Usia
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penduduk Desa Sumowono Menurut Usia
No Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Presentase (%)
1 0-4 213 6,5
2 5-9 225 7,0
3 10-14 247 7,5
4 15-19 248 7,6
5 20-24 252 7,8
6 25-29 237 7,2
7 30-34 276 8,4
8 35-39 260 8,0
9 40-44 256 7,9
10 45-49 235 7,2
11 50-54 248 7,7
12 55-59 209 6,5
13 60-64 129 4,0
14 65-69 88 2,7
15 70-74 47 1,0
16 ≥75 92 3,0
Jumlah 3.262 100,0
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
tertinggi pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 276 penduduk
atau 8,4%. Dan penduduk terendah terdapat pada kelompok usia 70-74
tahun yaitu sebanyak 1,0% atau 47 penduduk.
2. Karakteristik Penduduk Menurut Pendidikan ( Bagi Umur 5 tahun keatas)
Tabel 2. Penduduk menurut pendidikan ( Bagi Umur 5 tahun keatas) di
Desa Sumowono
No Jenis Pendidikan Frekuensi Presentase(%)
1 Tidak Sekolah/Blm 678 2,0
Sekolah
2 Belum Tamat SD 76 2,0
Sederajat
3 Tamat SD Sederajat 1009 31,0
4 SLTP Sederajat 521 16,0
5 SLTA Sederajat 704 21,0
6 Diploma I/II 6 0,8
7 Akademi/D3/Sarjana 76 2,0
8 Diploma IV/Strata I 189 6,0
9 Strata II 3 0,1
10 Strata III 0 0,0
Jumlah 3.262 100,0

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dari 3.262 jumlah


penduduk terdapat 1.009 penduduk tamat SD Sederajat.
3. Karakteristik jumlah penduduk menurut mata pencaharian penduduk Desa
Sumowono
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Penduduk Desa Sumowono Menurut
Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
1 Belum/Tidak Bekerja 697 21,0
2 Mengurus Rumah Tangga 125 4,0
3 Pelajar/Mahasiswa 465 14,0
4 Pensiun 61 2,0
5 Pegawai Negeri Sipil 102 3,0
6 TNI 4 0,2
7 Kepolisian RI 9 0,3
8 Perdagangan 133 4,0
9 Petani/Pekebun 264 8,0
10 Karyawan/Swasta 208 6,0
11 Karyawan BUMN 4 0,2
12 Karyawan BUMD 1 0,2
13 Karyawan Honorer 3 0,2
14 Buruh Harian Lepas 203 6,0
15 Buruh Tani/Perkebunan 1 0,2
16 Pembantu Rumah Tangga 1 0,2
17 Seniman 1 0,2
18 Pendeta 2 0,2
19 Guru 39 1,2
20 Dokter 2 0,2
21 Perawat 3 0,2
22 Pedagang 6 0,2
23 Wiraswasta 926 28,1
24 Lainnya 2 0,2
Jumlah 3.262 100,0

Berdasarkan data diatas penduduk desa sumowono menurut mata


pencaharian banyak yang bermata pencaharian wiraswasta, tetapi masih
banyak juga penduduk yang belum atau tidak bekerja yaitu sebanyak 21%,
dan yang masih banyak juga penduduk yang bermata pencaharian sebagai
buruh harian lepas yaitu sebanyak 203 penduduk.
4. Karakteristik Penduduk Menurut Agama
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi penduduk sumowono menurut agama
Presentase
No Agama Frekuensi
(%)
1 Islam 3.009 92,0
2 Kristen 164 5,0
3 Katholik 80 2,4
4 Budha 9 0,6
Jumlah 3.262 100,0

Berdasarkan data diatas Jumlah penduduk di desa sumowono


menurut agama, penduduk desa sumowono mayoritas beragama Islam
yaitu sebanyak 92%.
C. Gambaran Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang ada berdasarkan data dari Puskesmas
Sumowono didapatkan daftar penyakit tertinggi, yaitu:
No. Penyakit Jumlah Presentase (%)
1. ISPA 10.112 34,0
2. Hipertensi 3.373 11,2
3. Influenza 2.927 10,0
4. Penyakit otot 2.161 7,1
5. Dermatitis dan Exzema 2.044 7,0
6. Arthritis 1.974 7,0
7. Sakit kepala 1.728 6,0
8. Penyakit lambung dan 1.272 4,2
Duodenum
9. Thypoid 1.144 4,0
10. Diare 764 2,5
11. Karies gigi 764 2,5
12. DM 714 2,3
13. Chepalgia 690 2,3
Jumlah 30.031 100,0
BAB II
ANALISIS SITUASI

1. Distribusi Frekuensi ASI Eksklusif Di Desa Sumowono


No Asi Frekuensi Presentase (%)
1. Ya 84 65,6
2. Tidak 44 34,4
Jumlah 128 100,0

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa perilaku pemberian


ASI eksklusif di desa Sumowono mayoritas telah memberikan ASI sebanyak
65,5%, akan tetapi masih ada perilaku tidak memberikan ASI eksklusif
sebanyak 34,4%.

2. Distribusi Frekuensi Pengolahan Sampah Di Desa Sumowono


No Pengolahan sampah Frekuensi Presentase (%)
1. Di bakar 246 40,6
2. Di buang di kebun 86 14,3
3. Di kumpulan di TPA 273 45.1
Jumlah 605 100,0

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa pengolahan sampah di


desa Sumowono telah mengolah dengan cara di bakar sebanyak 40,6%,
dibuang di kebun 14,3%, dan dikumpulkan di TPA 45,1%.

3. Distribusi Frekuensi Tempat Merokok Di Desa Sumowono

No Tempat Merokok Frekuensi Presentase (%)


1. Dalam Rumah 122 33,3
2. Luar Rumah 130 35,5
3. Dalam dan Luar 114 31,2
Jumlah 366 100,0

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tempat merokok di


desa Sumowono yang didalam rumah sejumlah 33,3%, di luar rumah 35,5%,
di dalam dan luar 31,2%.
4. Distribusi pengetahuan membuka jendela di Desa Sumowono

No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


1. Tahu 591 91,8
2. Tidak Tahu 53 8,2
Jumlah 644 100,0

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa masyarakat di


desa Sumowono yang tahu akan pentingnya membuka jendela adalah
sebesar 91,8% dan yang tidak tahu sejumlah 8,2%.
BAB III
PELAKSANAAN KERANGKA KERJA PRECEDE

Tahapan kerangka kerja PRECEDE dalam menganalisa permasalahan


yang ada di Desa Sumowono Kabupaten Semarang meliputi tahap diagnosa
sosial, diagnosa epidemiologi, diagnosa perilaku, diagnosa pendidikan, penetapan
strategi pendidikan dan diagnosa administratif serta evaluasi.
A. Diagnosis Sosial
Diagnosis social merupakan tahap awal daro kerangka PRECEDE untuk
menentukan masalah quality of life. Dari data Desa Sumowono yang diperoleh
di temukan masalah quality of life sebagai berikut,
1. Tingkat Pendidikan Rendah
Dari data Demografi Desa Sumowono ditemukan jumlah penduduk
tamat SD sebanyak 31%, diikuti dengan jumlah penduduk tamat SLTP
sederajat sejumlah 16% . Jika dilihat dari presentase penduduk tamat SD
dan Tamat SLTP masih ada yang tidak mengikuti program pemerintah
wajib belajar 9 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan di
Desa Sumowono tergolong rendah.
2. Banyak masyarakat yang belum bekerja dan penghasilan rendah
Dari data Demografi Desa Sumowono dapat dilihat jumlah
penduduk yang belum bekerja atau tidak bekerja yaitu sebanyak 21,0%
penduduk, menjadi buruh harian yaitu sebanyak 6,0%% penduduk, Petani
sebanyak 8,0% penduduk, karyawaan swasta 6,0% penduduk.
Penetapan atau penentuan prioritas masalah yang berasal dari
quality of life dengan menggunakan metode Delbecq. Metode Delbecq
yaitu teknik penentuan prioritas dengan pemberian bobot yang berkisar
antara 0-10 dengan kriteria-kriteria berikut :
a. Besar masalah yaitu jumlah kelompok penduduk yang ada dan
kemungkinan terkena masalah
b. Kegawatan masalah yaitu kecenderungan tingginya angka morbiditas
dan mortalitas dari waktu ke waktu
c. Ketersediaan dana yaitu jumlah atau besar dana yang diperlukan untuk
mengatasi masalah
d. Kemudahan yaitu tersedianya sumber daya (tenaga, sarana/prasarana,
waktu serta cara / metode dan teknologi dalam penyelesaian atau
masalah)
Tabel1. Penetapan Prioritas Masalah Diagnosa Sosial Masyarakat Desa
Sumowono Tahun 2016

No Alternatif Kriteria Bobot Maksimum JML Skala


Masalah Besar Kegawatan Ketersediaan Kemudahan Prioritas
Masalah Dana
Bobot rata-rata (8) (8) (9) (8)
1. tingkat 56 40 72 64 232 I
pendidikan
masih relatif
rendah
2. Banyak 40 40 45 56 181 II
masyarakat
yang belum
bekerja dan
penghasilan
rendah

Berdasarkan tabel 1. Hasil brain storming dengan kelompok dapat


diambil prioritas masalah quality of life yang terdapat di Desa Sumowono
adalah Tingkat Pendidikan.
B. Diagnosis Epidemiologi
Diagnosis epidemiologi adalah penelusuran masalah-masalah
kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari diagnosis social yang telah
diperioritaskan. Dari masalah Pendapatan Rendah yang telah ditetapkan
sebagai perioritas masalah Quality of life pada tahap diagnosis social.
1. Faktor-faktor kesehatan :
1. ISPA
Infeksi yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung,
trakea (pipa pernapasan) atau paru-paru. ISPA juga dapat menyerang
pada balita,faktor penyebab terjadinya ISPA antara lain status
imunisasi, jenis kelamin, usia, perilaku merokok dalam rumah,
Pemberian ASI eksklusif, kebiasan masyarakat membakar sampah
dilingkungan rumah, perilaku membuka jendela setiap hari .
Dari data diatas dapat diketahui bahwa persentase penderita
ISPA di Desa Sumowono yaitu, 34,0%. Menurut hasil analisis situasi
di Desa Sumowono didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif di
Desa Sumowono perilaku yang tidak memberikan ASI eksklusif masih
ada, pengelolahan sampah di Desa Sumowono masih banyak dikelola
dengan dibakar dimana asap pembakaran Sampah tersebut dapat
berpengaruh pada pernafasan, dan perilku meroko pada masyarakat
sumowono masih banyak merokok di dalam rumah dan diluar rumah
dimana perilaku merokok merupakan salah satu faktor penyebab ISPA.
2. Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi medis kronis degan tekanan darah
diarteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus
bekerja keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah. Faktor yang menyebabkan hipertensi antara lain, usia,
pengkonsumsian garam, kolestrol, obesistas, pengkonsumsian
makanan yang kurang, merokok.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa persentase penderita
Hipertensi di Puskesmas Sumowono yaitu, 33,6%. Menurut analisis
situasi di Desa Sumowono bahwa perilaku merokok di Desa
Sumowono, dimana merokok merupakan salah satu faktor dari
Hipertensi.
3. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus influenza yang mudah menular. Faktor yang
dapat menyebabkan influenza antara lain, merokok, tidak mencuci
tangan dengan benar, penggunaan masker wajah yang salah, asap
pembakaran sampah.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa persentase penderita
Influenza di Puskesmas Sumowono yaitu, 11,2%. Menurut analisis
situasi di Desa Sumowono, bahwa perilaku mencuci tangan dengan
sabun di Desa Sumowono masih kurang, dan masih ada yang mencuci
tangan di dalam ember.
2. Faktor-faktor non kesehatan:
a. Tingkat pendidikan
b. Jenis pekerjaan
c. Lingkungan tidak sehat
Dari faktor-faktor kesehatan yang sudah diketahui, kemudian
ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan penilaian skoring
(range 1-10). Penilaian skoring mengunakan enam pertimbangan
sebagai berikut :
a. Bagaimana dampaknya baik terhadap kematian, kesakitan,
absentisme, biaya rehabilitasi, dll. (makin besar dampaknya skor
makin tinggi)
b. Apakah kelompok ibu-ibu dan anak-anak mempunyai risiko.
c. Apakah ada cara untuk mengatasi masalah tersebut baik preventif
maupun kuratif. (makin rendah cara mengatasinya skor makin
tinggi)
d. Masalah yang belum pernah disentuh atau terlupakan untuk
diintervensi. (apabila belum pernah, skor makin tinggi)
e. Masalah yang mempunyai daya ungkit tinggi dalam meningkatkan
status kesehatan (makin mempunyai daya ungkit skor makin
tinggi)
f. Apakah merupakan prioritas daerah / nasional (bila merupakan
prioritas masalah daerah/ nasional, skor makin tinggi.
Tabel 2. Prioritas Masalah Diagnosa Epidemiologi Masyarakat Desa
Sumowono Tahun 2015

No Masalah Faktor Penentu Jumlah Prioritas


Kesehatan A B C D E F Masalah
1 ISPA 8 9 6 7 8 8 46 I
2 Hipertensi 9 8 7 5 7 7 43 II
3 Influenza 7 7 6 7 7 6 40 III

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh prioritas masalah dengan


pemberian scoring kelompok didapatnya prioritas utama masalah
kesehatan masyarakat di Desa Sumowono Kabupaten Semarang
adalah penyakit ISPA dengan jumlah skor 46.

C. Diagnosis Perilaku
Diagnosis perilaku adalah penelusuran masalah-masalah perilaku dan
lingkungan yang dapat menjadi penyebab masalah kesehatan yang
diprioritaskan. Pada diagnosa perilaku ini akan menelusuri faktor-faktor
penyebab ISPA ( yang menjadi prioritas masalah), baik faktor perilaku
maupun non perilaku yaitu sebagai berikut,
Faktor penyebab Preventif Curative
1. Faktor perilaku
a. Adanya anggota keluarga yang 
merokok
b. Perilaku membuka jendela rumah 
c. Pengolahan sampah dengan dibakar 

2. Faktor Non Perilaku


a. Daya tahan tubuh rendah 
b. Kemampuan bakteri menginfeksi 

Dari faktor-faktor penyebab ISPA pada tabel diatas dapat


dilihat adanya faktor perilaku yang lebih kearah preventive. Faktor
perilaku yang lebih kearah preventive kemudian dianalisis menurut
pentingnya masalah tersebut (importance) dan kemudahan dalam
melakukan perubahan (changeability).
Tabel 3. Aspek Importance dan Changeability Faktor Perilaku
Masyarakat di Desa Sumowono Tahun 2016
Changeability Importance
Penting Tidak penting
Dapat diubah a. perilaku dalam anggota
keluarga ada yang
merokok
b. perilaku membuka
jendela
c. Perilaku pengolahan
sampah dengan dibakar
Tidak dapat diubah Daya tahan tubuh Kemampuan bakteri
menginfeksi
Berdasarkan kriteria pada tabel diatas didapatkan faktor
perilaku yang akan diintervensi adalah perilaku merokok pada anggota
keluarga, perilaku membuka jendela, , Perilaku kebiasaan membuka
ventilasi.
Langkah selanjutnya dalam diagnosa perilaku adalah pengembangan
objective goal dari prioritas perilaku yang sudah ditetapkan dengan
memperhatikan 4 W 1 H (who, what, where, when dan how much) dan unsur
SMART (specific, measurable, achievable, reasonable dan tangible) yaitu
sebagai berikut :
a. Who ( siapa ) yang diharapkan merubah perilakunya ?
Ibu yang memiliki Balita Desa Sumowono sehingga dapat mencegah
dan meminimalisir faktor resiko terjadinya ISPA
b. What ( apa ) perilaku apa yang diharapkan tercapai ?
Perilaku ibu yang memiliki balita tentang ISPA, perilaku tentang
membuka jendela rumah setiap pagi, dan perilaku merokok pada
anggota keluarga, sehingga dapat mencegah dan meminimalisir faktor
resiko terjadinya ISPA
c. Where ( Dimana ) dimana masalah itu terjadi ?
Masalah terjadi di Desa Sumowono Kabupaten Semarang.
d. When ( Kapan ) perilaku tersebut dapat dicapai ?
Perilaku tersebut dapat tercapai setelah dilakukannya intervensi
yaitu akhir Bulan Juli
e. How much ( berapa ) banyak orang yang diharapkan berubah
perilakunya ?
Orang yang diharapkan berubah perilaku adalah sebesar 90%.
Dari data sebelumnya didapatkan bahwa intervensi perilakunya sebesar
75%.
Objective Goal :
Pada akhir bulan Juli 2016 sebanyak 90% Ibu-ibu yang memiliki
balita di Desa Sumowno Kabupaten Semarang telah melakukan/membuka
jendela, perilaku anggota keluarga yang merokok, perilaku pengolahan
sampah, dan perilaku pemberian ASI eksklusif.
D. Diagnosis Pendidikan
Diagnosa pendidikan adalah suatu tahap untuk menelusuri atau
mencari faktor-faktor penyebab terjadinya masalah perilaku yang telah
diprioritaskan.
1. Identifikasi faktor penyebab timbulnya perilaku
Faktor yang mempengaruhi perilaku dikelompokkan menjadi tiga sebagai
berikut:
1. Faktor Predisposing, yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari
atau memotivasi untuk terjadinya perilaku tersebut, antara lain :
1) Kurangnya pengetahuan Ibu tentang ISPA
2) Kurangnya kesadaran ibu tentang pentingnya membuka jendela
rumah tiap hari
3) Kebiasaan Merokok anggota keluarga didalam rumah
2. Faktor Enabling, yaitu faktor yang memungkinakan untuk terjadinya
perilaku. Kelompok faktor pemungkin meliputi :
1) ketersedian pelayanan kesehatan
2) Penyuluhan tentang pengetahuan ISPA dan penyuluhan tentang
kebersihan lingkungan oleh tenaga kesehatan.
3. Faktor Reinforcing, yaitu faktor yang memperkuat atau memperlunak
untuk terjadinya perilaku yang memberikan ganjaran, insentif atau
hukuman atas dasar perilaku dan berperan menetap atau lenyapnya
perilaku itu,
1) Peran ibu tentang kesehatan lingkungan
2) Penekanan tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan oleh
tenaga kesehatan .
3) Adanya dukungan dari keluarga untuk memotivasi dalam Kebersihan
lingkungan rumah
4) Adanya contoh keteladanan dari teman-teman sebaya dan orang tua
dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
5) Adanya dukungan dan motivasi dari kader kesehatan maupun instansi
sekolah dan Puskesmas2
Penentuan faktor yang paling dominan dan perlu ditangani
(Priority Among Categories)
Tabel 4 Priority Among Categories
Faktor
Predisposing Enabling Reinforcing
Nama
kelompok
Billy 4 4 3
Devi 4 4 5
Rosi 4 4 5
Fatma 5 4 4
Febriana 4 4 3
Lulu’ 5 5 4
Jumlah 26 25 24

Kriteria nilai untuk faktor penentu diatas adalah :


1 = sangat tidak berperan
2 = tidak berperan
3 = kurang berperan
4 = berperan
5 = sangat berperan
Dari penentuan priority among categories didapatkan faktor yang
paling dominan dan perlu dibenahi terlebih dahulu adalah faktor
predisposing, yaitu
1. Kurangnya pengetahuan Ibu tentang ISPA
2. Kurangnya kesadaran ibu tentang pentingnya membuka jendela rumah
tiap hari
3. Kebiasaan Merokok anggota keluarga didalam rumah
4. Kebiasaan pengolahan sampah dengan dibakar
Penentuan faktor yang diprioritaskan untuk diintervensi (priority
within category) dengan menganalisa melalui “ importance dan
changeability”.
Tabel 3.6. Aspek Importance dan Changeability Priority Within
Categories di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang Tahun 2009
Changeability Importance
Penting Tidak penting
Dapat diubah 1. Kurangnya pengetahuan
Ibu tentang ISPA
Tidak dapat diubah 1. Kurangnya kesadaran ibu
tentang pentingnya
membuka jendela rumah
tiap hari
2. Kebiasaan Merokok
anggota keluarga
didalam rumah
3. Kebiasaan pengolahan
sampah dengan dibakar

Berdasarkan kriteria diatas didapatkan faktor predisposisi yang


akan diintervensi adalah kurangnya pengentahuan ibu tentang ISPA
Penentuan Objective Goal
Objective goal dari diagnosa pendidikan dengan memenuhi syarat 4 W 1 H
dan memperhatikan unsur SMART (spesific, measurable, archieavable,
reasonable, dan tangible) yaitu sebagai berikut :
a. who : Ibu yang memiliki Balita Desa Sumowono
b. what : peningkatan pengetahuan Ibu tentang ISPA
c. where : Desa Sumowono Kabupaten Semarang
d. when : Akhir bulan April 2018
e. how much : 90% Ibu telah meningkat pengetahuannya tentang
ISPA
Objective Goal
Pada akhir bulan April 2018 sebanyak 90% Ibu di Desa Sumowno
Kabupaten Semarang telah meningkat pengetahuannya tentang ISPA.
Penetapan Metode dan Strategi Pendidikan
1. Focus group discussion (FGD)
Focus group discussion (FGD) adalah suatu proses
pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok (Irwanto 1998). FGD dilaksanakan pada 2
April 2016 pukul 20.00-21.30 WIB di rumah bapak lurah Desa
Sumowono. FGD dihadiri oleh 7 orang selama 1,5 jam. Dari hasil
FGD yang dilaksanakan didapatkan hasil yang sama dengan prioritas
masalah. Hasil priorotas masalah yang didapatkan adalah peningkatan
pengetahuan tentang ISPA pada ibu yang memiliki balita. Melalui
FGD tersebut didapatkan hasil intervensi yaitu penyuluhan tentang
pengetahuan ISPA, penyuluhan tentang perilaku merokok, penyuluhan
tentang pengolahan sampah. Disepakati pada pelaksanaan FGD bahwa
intervensi akan dilaksanakan di balai desa Sumowono, pada tanggal 28
April 2016 pukul 16.00 WIB dengan mengundang ibu-ibu yang
memiliki balita di desa Sumowono.
2. Penyusunan rencana strategi dan operasional
Merupakan fase dimana untuk metode-metode yang akan
digunakan dipilih. Pemilihan metode ini, tergantung pada objective
goals yang telah dibuat pada fase diagnosa pendidikan.
No Metoda Sasaran Materi Pelaksana Media/Al Tempat
(PJ) at
1. Ceramah Ibu-ibu 1. Pengertian ISPA 1. Via 1. LCD Balai Desa
dan yang 2. Faktor yang 2. Rosi 2. Lapto Sumowono
Tanya memiliki mempengaruhi p
Jawab balita di terjadinya ISPA 3. Slide
Desa 3. Dampak ISPA
Sumowono 4. Cara Pencegahan
ISPA
2. Pembagia Ibu-ibu 1. Pengertian ISPA 1. Devi Leatflet Balai Desa
n leaflet yang 2. Faktor 2. Luluk
memiliki yangmempengaru
balita di hi terjadinya ISPA
Desa 3. Dampak ISPA
Sumowono 4. Cara Pencegahan
ISPA
3. Pemasang Masyarakat Bertuliskan pesan 1. Fatma 1.MMT 1. Balai Desa
an MMT di Desa tentang waspada 2. Billy 2. Setiap RW di
Suwowono ISPA Desa
Suwowono
E. Diagnosis Administrasi
Diagnosa administratif yaitu penetapan intervensi yang akan
dilaksanakan. Untuk dapat mencapai hal tersebut diatas perlu dilakukan tahap-
tahap analisa sebagai berikut :
1. Within Program Analysis
Kegiatan PKM untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang
ISPA di Dusun Sumowono Desa Sumowono, Intervensi tersebut
diletakkan pada program pengabdian masyarakat oleh mahasiswa
Universitas Ngudi Waluyo. Pendanaan yang digunakan berasal dari
Subsidi Kampus dan Kas Mahasiswa.
2. Within Organizational Analysis
Kegiatan PKM akan dilakukan dengan kerjasama lintas program yaitu
Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
3. Inter Organizational Analysis
Kegiatan PKM akan dilakukan dengan mangadakan kerjasama dengan
sektor lain yaitu Perangkat desa, Bidan Desa dan Kader Posyandu.

Setelah menganalisa ketiga tahap tersebut kemudian dibuat rencana jadwal


kegiatan intervensi dengan menetapkan jenis dan urutan kegiatan serta rencana
intervensi. Jenis dan urutan kegiatan (Pert Analysis) :
1. Sarana dan Prasaran, sumber/dana
Rencana anggaran untuk kegiatan FGD dan Intervensi adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.32 Anggaran untuk Kegiatan FGD dan Intervensi
PEMASUKAN
1. Subsidi Kampus 800.000
Kas Mahasiswa 187.000
Total 987.000
PENGELUARAN
No Nama Barang Banyak Harga Jumlah
Perlengkapan
1. Buku 1 pak 34.000 34.000
2. Kardus Snak 50 500 25.000
3. Plastik Parsel 10 1.000 10.000
4. Kertas Payung 1 2.000 2.000
5. Bollpoint 4 pak 8.000 32.000
6. Map 1pak 15.000 15.000
7. Plastik Snack 1 pak 6.000 6.000
8. Solasi 1 2.000 2.000
9. Isi Staples 2 4.000 8.000
10. Cutter 1 6.000 6.000
11. Kenang-Kenangan 1 pcs 65.000 65.000
Jumlah 250.000
Konsumsi
1. Snack FGD 10 8.000 80.000
2. Snack Intervensi 150 1.000 150.000
3. Gula 2kg 12.000 24.000
4. The 3 6.000 18.000
5. Ganti Transport 3 20.000 60.000
Jumlah 332.000
Souvenir
1. Botol Minuman 12 10.000 120.000
2. MMT 4 35.000 140.000
3. Leaflet 35 5.000 175.00
Jumlah 335.000
Undangan dan Buku Panduan
1. Tinta 1 35.000 35.000
2. Hvs 1 rim 35.000 35.000
Jumlah 70.000
Total 987.000

2. Alokasi Waktu
Alokasi Waktu Menurut PERT
Tabel 2. Alokasi Waktu Kegiatan Praktik Belajar Lapangan di dusun
Sumowono Desa Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2016
Minggu Pertama Minggu Kedua Minggu
Ketiga
1) Pengambilan data 1) FGD Pembuatan
Laporan
2) Pembuatan rencana kegiatan 2) Pelaksanaan nIntervensi
3) Evaluasi tiap kegiatan

3. Jadwal Kegiatan
Pembuatan Jadwal Kegiatan dilakukan dengan memperhatikan :
a. Kegiatan
b. Sasaran
c. Pelaksanaan
d. Waktu Pelaksanaan
e. Tempat Kegiatan
f. Indikator Keberhasilan
Tabel 3. Jadwal Kegiatan IntervensiUpaya Peningkatan Pengetahuan Ibu
tentang ISPA di Dusun Sumowono Desa Sumowono Kabupaten
Semarang tahun 2016
No Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Indikator
Keberhasilan
1. Ceramah Ibu-ibu 28 Balai Desa 75% peserta
dan tanya yang April Sumowono yang datang
jawab memiliki 2016 berpartisipasi
balita jam aktif dalam
13:00 kegiatan
penyuluhan
2. Pembagian Ibu-ibu 28 Balai Desa 75% peserta
leaflet yang April Sumowono yang datang
memiliki 2016 berpartisipasi
balita jam aktif dalam
13:00 kegiatan
penyuluhan
3. Evaluasi Pelaksana 28 Balai Desa 85% peserta
April Sumowono yang
2016 diundang
jam hadir
13:00

F. Evaluasi
Evaluasi dapat diartikan untuk membandingkan antara hasil yang dicapai
dengan hasil yang diharapkan (direncanakan). Manfaat evaluasi yaitu member
masukan kepada para perencana dalam membuat re planning, karena dalam
melaksanakan evaluasi dapat pula diketahui adanya faktor pendorong dan
penghambat terlaksananya kegiatan dan memperbaiki metode monitoring.
Evaluasi merupakan proses pemeriksaan terhadap ketercapaian suatu
program. Merupakan tahapan terpenting yang harus dibuat perencanaannya.
Evaluasi ini menunjuk pada Objektif Goal dan indikator keberhasilan yang
telah dibuat. Ada tiga tingkat evaluasi yang akan dilaksanakan yaitu evaluasi
proses, evaluasi dampak dan evaluasi hasil.
1) Evaluasi proses
Proses adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan aktifitas suatu
program yang dirancang untuk menghasilkan perubahan –perubahan
perilaku individu masyarakat. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Tabel 1. Rencana Evaluasi Proses Kegiatan
No Pelaksanaan Metode Waktu Indikator
Kegiatan
1 Jumlah sasaran Mengisi daftar hadir Segera setelah 50%
yang datang pelaksanakan sasaran
saat kegiatan kegiatan hadir
2 Ketepatan Pembandingan rencana Segera setelah Tidak tepat
rencana dengan waktu dengan realisasi pelaksanakan waktu
realisasi kegiatan kegiatan (lebih 10
kegiatan menit dari
waktu yang
telah
ditentukan)
3 Ketersediaan Cheek list Sebelum Tersedia
sarana dan pelaksanaan saat
prasarana kegiatan pelaksanaan
kegiatan

Evaluasi proses merupakan kegiatan intervensi PKM (Pendidikan


Kesehatan Masyarakat) yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan yaitu:
1. Dalam penyuluhan pada tanggal 28 april 2016 di Desa Sumowono.
Jumlah peserta yang hadir berjumlah 25 orang dari 30 sasaran.
Indikator berdasarkan jumlah kehadiran sudah melebihi indikator
keberhasilan sebesar 50%.
2. Ketepatan waktu rencana dengan realisasi kegiatan penyuluhan pada
ibu-ibu yang memiliki balita dilaksanakan pukul 16.10 WIB dan
berakhir pada pukul 17.30 WIB.
3. Dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana, semua sarana dan
prasarana yang dibutuhkan tersedia dengan baik. Maka dilihat dari
indikator ini pelaksanaan dikatakan berhasil.
2) Evaluasi Dampak
Dampak adalah efek spesifik pada indvidu sebagai hasil dari aktifitas
program. Evaluasi dampak dirancang untuk menentukan apakah metode
dan aktifitas yang digunakan oleh program mengakibatkan perubahan
yang diinginkan secara cepat. Evaluasi dampak berkaitan dengan objective
goal yang dicapai pada tahap diagnosis perilaku dan diagnosis pendidikan.
Jadi objective goal nya adalah pada akhir bulan juli 2016 sebanyak 90%
ibu-ibu yang memiliki balita merubah kurangnya pengetahuan tentang
ISPA, perilaku anggota keluarga yang merokok didalam rumah, perilaku
pengolahan sampah, perilaku pemberian ASI Eksklusif, perilaku membuka
jendela.
Tabel 2. Rencana Evaluasi Dampak Kegaiatan
No. Objective Metode Waktu Indikator
Goal
1. Diagnosis Ceramah Segera Pada Akhir
Pendidikan Tentang setelah kegiatan
pengertian Intervensi intervensi
ISPA, faktor- sebanyak 90%
faktor yang ibu-ibu yang
menyebabkan memiliki balita di
ISPA, Desa Sumowono
pencegahan telah telah
ISPA, meningkatkan
Pengobatan pengetahuannya
ISPA tentang ISPA.
2. Diagnosis Observasi Setiap 3 Sudah dapat
Perilaku bulan dilihat
sekali perkembangannya
setelah
pelaksaan
kegiatan

3) Evaluasi Hasil
Hasil adalah efek bahwa program pada individu dari waktu ke waktu.
Evaluasi hasil merupakan evaluasi yang paling sukar diantara ketiga
evaluasi tersebut.
Evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap masalah pokok awal
perencanaan akan diperbaiki dan dirasakan baik oleh petugas maupun
petugas kesehatan yaitu masalah kesehatan ( diagnosis epidemiologi dan
diagnosis social).
Tabel 3. Rencana Evaluasi Hasil Kegiatan
Diagnosis
Epidemiologi dan Metode Waktu Indikator
Diagnosis Sosial

Kejadian ISPA Focus Grup April 2016 Menurunkan angka


Discusion Kejadian ISPA yang
(FGD) disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan
tentang ISPA, Perilaku
anggota keluarga yang
merokok didalam rumah,
perilaku pengolahan
sampah dengan dibakar,
perilaku membuka jendela
DAFTAR PUSTAKA

Heri D. J. Maulana .2009. Promosi Kesehatan. EGC: Jakarta diakses di


http://books.google.co.id pada tanggal 21 April 2018.
Tambayaong, Jan.2000.Patofisologi.EGC:Jakarta. http://books.google.co.id pada
tanggal 21 April 2018.
L.Gunawa. 2001. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Kanisius: Yogyakarta.
http://books.google.co.id pada tanggal 22 April 2018.
Profil Kesehatan Puskesmas Sumowono. 2014. Profil Kesehatan Puskesmas
Sumowono. Sumowono. ( Didapatkan dari Laporan PBL Prodi Kesehatan
Masyarakat tahun 2016)
Data kependudukan Desa Sumowono. 2014. Data Topografi dana Demografi
Kependudukan Desa Sumowono. Sumowono. (Didapatkan dari Laporan
PBL Prodi Kesehatan Masyarakat tahun 2016)

Anda mungkin juga menyukai