Percepatan
Penurunan Stunting melalui
Tri Dharma Perguruan Tinggi
Oleh Pakar dan Praktisi Perguruan Tinggi
i
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah merampungkan
buku
“Praktik Baik Percepatan Penurunan Stunting Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi”
ini. Semoga upaya yang kita lakukan mendapatkan ridho dari Tuhan Yang Maha Esa
dan memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia.
ii
Kata Pengantar
Ketua Forum Rektor Indonesia
iii
pada pemerintah daerah dalam menyukseskan Program Nasional Percepatan
Penurunan Stunting.
iv
Kata Pengantar
Ceo Global Tanoto Foundation
Penurunan prevalensi stunting tersebut tidak lepas dari komitmen dan kepemimpinan
pemerintah dalam menanggulanginya, dan dari semua pihak, baik pemerintah, swasta,
organisasi-non-pemerintah, yang telah bahu-membahu bekerja-sama menghadapi
masalah stunting ini. Bapak Presiden Joko Widodo bahkan telah memberikan
amanat bagi kita semua, untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 14% di tahun
2024. Memang ini bukanlah tugas yang mudah. Namun kita harus mengupayakan
dengan segala tenaga untuk mencapainya, demi anak-anak kita di Indonesia dan
untuk kemajuan bangsa kita.
Target itu hanya akan dapat dicapai jika seluruh lintas sektor di jajaran pemerintah,
swasta – termasuk dunia usaha – serta masyarakat luas bekerja sama. Tanoto
Foundation yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto
mempunyai komitmen untuk berkontribusi dalam program percepatan penurunan
stunting melalui kerjasama dengan semua pemangku kepentingan baik itu
Pemerintah maupun Lembaga-lembaga non pemerintah.
Upaya yang telah kami lakukan di antaranya: (1) kerja sama dengan kantor Setwapres;
(2) bermitra dengan Kemensos dalam menyusun modul pelatihan yang telah
dilatihkan kepada 14.399 pendamping sosial PKH (Program Keluarga Harapan) dan
membuat model aksi pengubahan perilaku dengan Politeknik Kesejahteraan Sosial;
(3) bersama pemerintah daerah dan Yayasan Cipta menyusun dan melaksanakan
strategi lokal pencegahan stunting; (4) bekerja sama dengan World Bank di mana
kami telah berhasil juga menggandeng Bill & Melinda Gates Foundation untuk
memerangi stunting di Indonesia, serta tentu kerja sama dengan BKKBN.
v
Praktik Baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
mengajak kita untuk melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat karena di kalangan masyarakat masih banyak yang belum mengerti
mengenai stunting. Bahkan termasuk pihak-pihak di dalam perguruan tinggi, baik
itu dosen maupun mahasiswa. Oleh karena itu, kita semua diajak untuk memberikan
pemahaman mengenai stunting dan cara menanganinya. Stunting merupakan
tantangan bagi Indonesia yang harus kita selesaikan. Namun, masih belum cukup
penelitian dan praktik baik pencegahan stunting yang didokumentasikan dan dibagi
sebagai bahan pembelajaran. Kita semua perlu melihat bagaimana dan di mana kita
bisa melaksanakan penelitian-penelitian yang tepat sasaran dan menyebarluaskan
hasil penemuannya. Tri Dharma perguruan tinggi mengajak kita semua untuk terjun
ke masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kepentingan
masyarakat agar segera terbebas dari stunting.
Dengan semangat kemitraan, Tanoto Foundation sigap untuk bekerja sama dengan
Bapak Ibu untuk mencapai tujuan kita semua: Prevalensi Stunting di Indonesia 14%
di tahun 2024.
vi
Tentang Tanoto Foundation
Tanoto Foundation
Jl. MH Thamrin No. 31, Jakarta 10230
Indonesia
vii
Daftar Isi
Latar Belakang
43 Kolaborasi Pemerintah Daerah
Gambaran Umum Program Kabupaten/Kota Serta Desa dan
Pendampingan
Upaya Menjamin Keberlanjutannya
Keterlibatan Stakeholders
Implementasi Tri Dharma Perguruan Latar Belakang
Tinggi dalam Pendampingan Proses Pendampingan
Hasil Pendampingan Upaya Menjaga Keberlanjutan
Kesimpulan Kegiatan Pendampingan
57 Pendampingan Universitas
Rekomendasi
Hasanuddin
di Kabupaten Banggai
viii
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
A. Latar Belakang
Tahun 2018 Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) mempunyai
prevalensi stunting tertinggi (56,8%) di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI bekerjasama
dengan Universitas Nusa Cendana melakukan pendampingan
dalam rangka percepatan penanggulangan stunting. Pendampingan
tersebut dilaksanakan sejak bulan April sampai dengan Desember
2018.
C. Keterlibatan Stakeholders
Kegiatan pendampingan melibatkan berbagai pihak antara lain:
1
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
Rangkaian
kegiatan
sosialisasi
program
bersama
stakeholders
terkait
2
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
E. Hasil Pendampingan
1. Penguatan landasan hukum tingkat kabupaten antara lain :
a. Peraturan Bupati Timor Tengah Utara nomor 38 Tahun
2019 tentang Integrasi Intervensi Penurunan Stunting di
Kabupaten Timor Tengah Utara;
b. Peraturan Bupati Timor Tengah Utara nomor 60 tahun 2019
tentang Peran Desa dalam Intervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi di Kabupaten Timor Tengah Utara;
c. Surat Keputusan Bupati Timor Tengah Utara nomor 162/
KEP/HK/VI/2019 tentang Pembentukan Tim Teknis
Percepatan Penurunan (SATGAS) Stunting Kabupaten Timor
Tengah Utara;
2. Penguatan landasan hukum tingkat kecamatan tentang surat
keputusan satuan tugas stunting tingkat kecamatan antara lain :
a. Kecamatan Miomaffo Barat (SK nomor 05/Tahun 2019);
b. Kecamatan Biboki Anleu (SK nomor 07/KEP/BA/2019);
3
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
4
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kegiatan
monitoring dari
implementasi
penurunan
stunting di desa
5
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
Grafik 1. Trend
Prevalensi
Stunting
6
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kegiatan Rukom
menanam bibit
sayur mayur
untuk konsumsi
keluarga
7
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
8
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
Penandatangan
komitmen
dengan
stakeholders
yang terlibat
9
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
10
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dosen dan
mahasiswa
membantu
pemerintah desa
menerapkan
manajemen data
11
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
12
Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
H. Rekomendasi :
1. Perlu dilakukan Langkah pendampingan setiap kabupaten lokus
perlu demi pencapaian hasil yang lebih konkrit dan terstruktur
baik.
13
2. Dapat diimplementasikan untuk kabupaten/kota lainnya, baik
parsial maupun menyeluruh
3. Mampu menstimulasi gagasan untuk mengembangkan cara
kegiatan kebijakan yang lebih kreatif inovatif.
4. Memodifikasi cara praktik yang telah dilakukan sebelumnya
sehingga dapat menemukan karya baru terbaik.
14
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta
A. Latar Belakang
Kabupaten Kulon Progo mulai ditetapkan menjadi Kabupaten
prioritas sejak tahun 2017 berdasarkan hasil Riskesdas (Riset
Kesehatan Dasar) tahun 2013 yang menunjukkan Kabupaten Kulon
Progo memiliki prevalensi balita stunting sebesar 26.31% dan tingkat
kemiskinan cukup tinggi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 20.30%. Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2017 menunjukkan bahwa
Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk seluruh usia 5-18 tahun masih
di bawah rata-rata Provinsi DIY dan relatif rendah dibandingkan
kabupaten/kota lainnya.
15
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
wcv
Refreshing atau
Pelatihan Ulang
Kader dengan
Metode EMO-
DEMO
16
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta
C. Keterlibatan Stakeholders
Kegiatan pendampingan melibatkan berbagai pihak antara lain :
17
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
E. Hasil Pendampingan
1. Penggunaan bahan-bahan lokal dalam contoh resep MP-ASI
meningkatkan pemahaman Ibu terhadap penyusunan MP-ASI
dan meningkatkan kualitas MP-ASI yang diberikan.
18
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta
Kader sedang
mengukur
panjang badan,
anak kurang
dari 3 tahun
19
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
20
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta
Implementasi
Metode EMO-
DEMO untuk
menyampaikan
pesan gizi oleh
kader kepada
ibu balita
dalam kegiatan
posyandu
G. Rekomendasi
Berdasarkan data baseline ini dapat ditarik beberapa rekomendasi
untuk upaya konvergensi di tingkat desa. Pemerintah desa perlu
didorong untuk menambahkan anggaran yang ditujukan untuk
penguatan motivasi kader posyandu dan standarisasi sarana dan
prasarana. Mengingat sifat keterlibatan kader posyandu secara
21
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
Kegiatan
Monitoring
dan Evaluasi
di Tingkat
Kabupaten
22
Provinsi Jawa Barat
A. Latar Belakang
Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi
permasalahan mendasar dalam pembangunan manusia Indonesia.
Berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun
2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,7%.
Artinya setiap 1 dari 4 anak Indonesia mengalami kekurangan gizi
dalam jangka waktu yang lama. Pemerintah Indonesia mempunyai
komitmen yang sangat tinggi dalam masalah stunting, Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting merupakan wujud komitmen pemerintah dalam
mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14
persen pada tahun 2024.
B. Tujuan Program
Aksi Pengubahan Perilaku Cegah Stunting bertujuan:
23
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
Warga desa
menjadi Duta
Perubahan
pencegahan
stunting desa
menunjukkan
makanan gizi
seimbang dan
poster hasil
kelompoknya
24
Provinsi Jawa Barat
No Kegiatan Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt
1 Kajian Strategi
Pengubahan
Perilaku Pencegahan
Stunting di
Kabupaten Garut
3 Workshop Praktik
Baik Pencegahan
Stunting
4 Penyusunan
Kurikulum, Pedoman
Pengabdian
Masyarakat dan
Pedoman Aksi
Hanting
5 Workshop tentang
Kurikulum, Pedoman
Pengabdian
Masyarakat dan
Pedoman Aksi
Hanting
6 Pelaksanaan Aksi
Hanting
7 Pembuatan produk
Praktik Baik Aksi
Hanting
8 Pelaporan
25
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
26
Provinsi Jawa Barat
27
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
Saat ini sudah ada 231 mahasiswa dari program studi Pekerjaan
Sosial yang mengikuti mata kuliah tersebut di semester ganjil.
Dengan mengikuti perkuliahan tersebut mahasiswa memahami
dan dapat membuat desain rencana aksi pengubahan perilaku
pencegahan stunting
2. Pengabdian Masyarakat
Kegiatan pengabdian masyarakat berkaitan dengan
pengubahan perilaku pencegahan stunting telah dilakukan oleh
8 dosen dan 8 mahasiswa di desa Gedepangrango Kecamatan
Kadudampit Kabupaten Sukabumi dan Desa Maruyung
Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung.
28
Provinsi Jawa Barat
Kegiatan
pengabdian
masyarakat
dosen dan
mahasiswa
bersama kader
desa
29
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
Kegiatan Dosen
Kegiatan Mahasiswa
Kelas Aksi Hanting Desa
Hari Pertama
• Pembukaan Mahasiswa bersama perwakilan pemerintah
• Pretest desa melakukan asesmen/pemetaan
• Membangun suasana permasalahan stunting di desa, dengan
• Materi seputar stunting melakukan:
• Materi Membangun Perilaku Pencegahan
• Observasi kondisi lingkungan terkait
Stunting (MPPS):
sanitasi dan air bersih
1. Pengantar dan Pentingnya
• Observasi perilaku dan praktik
Pengubahan Perilaku, Prinsip dan
pencegahan stunting di masyarakat
Tahapan
• Identifikasi populasi kelompok primer
2. Pemetaan dan asesmen kebutuhan
kegiatan Kegiatan dilakukan melalui studi
dokumentasi di desa/kelurahan atau pihak
lain yang relevan
Hari Kedua
• Materi Membangun Perilaku Pencegahan • Asesmen lanjutan sesuai target grup ibu
Stunting (MPPS): hamil; ibu menyusui/memiliki bayi usia
1. Memfasilitasi Kampanye 0-6 bulan; pengasuh anak usia diatas 6
2. Edukasi Pengubahan Perilaku bulan sd 2 tahun; remaja) per RW
3. Pengelolaan Pendanaan dan • Menentukan RW target perubahan
Advokasi Penganggaran • Mengidentifikasi Duta Perubahan
4. Merancang Evaluasi Kegiatan sesuai kelompok sasaran di setiap RW
5. Penyusunan Rencana Aksi (Tindak sebanyak 5 orang dan merencanakan
Lanjut) kegiatan Aksi Cegah Stunting
• Post test
Hari Ketiga
Dosen, pemerintah desa dan para kader Dosen, mahasiswa dan Duta Perubahan
PKK mendiskusikan dan menyusun bersama masyarakat melaksanakan Aksi
komitmen Aksi Pencegahan Stunting Desa Cegah Stunting sesuai kelompok sasaran.
sebagai komitmen bersama untuk di tindak
lanjuti pada saat rembuk stunting desa.
30
Provinsi Jawa Barat
Kegiatan Dosen
Kegiatan Mahasiswa
Kelas Aksi Hanting Desa
Hari Keempat
Dosen, mahasiswa, pemerintah desa dan masyarakat mengikuti rangkaian kegiatan di
desa:
• Evaluasi kegiatan Aksi Hanting
• Pemasangan poster komitmen Aksi Pencegahan Stunting Desa
• Sosialisasi Rencana Tindak Lanjut Aksi Hanting Desa
Kader
memetakan
kondisi desa
saat mengikuti
Kelas Aksi
Hanting Desa
31
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
Hasil pre/post
test kader
peserta Kelas
Aksi Hanting
Desa di 8 desa
mitra
Duta Ibu Hamil • Edukasi makanan bergizi dan praktik pengolahan makanan
sehat bagi ibu hamil
• Kampanye kelas ibu hamil
• Membuat bahan edukasi dan kampanye tentang perilaku
positif (leaflet, poster, media sosial)
32
Provinsi Jawa Barat
Duta Perubahan
kelompok
sasaran ibu
menyusui
melakukan
edukasi dan
pemasangan
poster di
beberapa lokasi
strategis desa
33
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
F. Kesimpulan
Sesuai prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi, Politeknik Kesejahteraan
Sosial telah menghasilkan model aksi pengubahan perilaku
masyarakat dalam mendukung percepatan pencegahan stunting,
yaitu: 1)memasukan dalam kurikulum untuk pengajaran kepada
mahasiswa Pekerjaan Sosial yang akan bekerja dalam pengubahan
perilaku masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial,
serta praktikum: 2) penelitian dan publikasi jurnal: 3) Pengabdian
masyarakat.
34
Sulawesi Selatan
A. Pendahuluan
Prevalensi stunting pada anak Balita di Provinsi Sulawesi Selatan
masih cukup tinggi. Data Riskesdas (Riset Kesehatan) Tahun 2018
memperlihatkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan menempati urutan
keempat tertinggi (35,6%, rata-rata nasional 30,8%) di Indonesia.
Pada tahun 2019 ditetapkan dua kabupaten di wilayah Sulawesi
Selatan sebagai daerah lokus yaitu Kabupaten Enrekang dan Bone.
Untuk mempercepat penurunan stunting, pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi, bekerja sama
dengan perguruan tinggi yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin serta Jurusan Gizi, Poltekes Kementerian
Kesehatan, Makassar, melakukan program inovasi yang disebut
dengan Gammra’na, yaitu program pendampingan keluarga oleh
tenaga profesi gizi di desa lokus.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan umum:
Menurunkan prevalensi stunting pada Balita dan meningkatkan
partisipasi masyarakat di desa lokus dalam program
penanggulangan stunting.
35
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
2. Tujuan khusus:
1. Menurunkan prevalensi stunting dan masalah gizi lainnya di
daerah lokus melalui pendekatan keluarga;
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
melalui pendampingan kepada keluarga yang memiliki ibu hamil
dan anak umur 0-23 bulan (1000 Hari Pertama Kehidupan);
3. Meningkatkan cakupan penerimaan intervensi gizi spesifik baik
program yang telah tersedia maupun intervensi yang disediakan
oleh perguruan tinggi.
Gambar 1.
Prevalensi
stunting pada
Anak Baduta
di Kabupaten
Enrekang
dan Bone
dalam periode
Agustus sampai
Desember 2020.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan di 2 Kabupaten Lokus yang ditetapkan sejak
tahun 2019 yaitu Kabupaten Enrekang dan Bone yang masing-
masing memiliki 30 dan 40 desa lokus. Kabupaten Enrekang
adalah kabupaten yang menjadi daerah lokus stunting sejak tahun
2018 sedangkan Kabupaten Bone menjadi daerah lokus sejak
tahun 2018. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi stunting di
dua kabupaten ini adalah 42,7% dan 37,3% berturut-turut untuk
Kabupaten Enrekang dan Bone. Desa lokus pada umumnya terletak
36
Sulawesi Selatan
2. Petugas Pendamping
Petugas Pendampingan Gizi adalah alumni program studi gizi
yang berasal dari Diploma 3 dan Diploma 4 dari Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Makassar dan Sarjana Gizi yang berasal dari
Program Studi S1 Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin. Mereka diseleksi berdasarkan kemampuan dan
ketrampilan yang mereka miliki.
3. Tahap Kegiatan
Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk kegiatan ini:
37
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
4. Model Pendampingan
Pendampingan dimulai setelah satu bulan petugas berada di desa
lokus yaitu pada bulan Agustus sampai Desember. Pada bulan
pertama, petugas fokus pada pengambilan data dasar dan proses
pembauran dengan warga masyarakat, khususnya para kader
38
Sulawesi Selatan
Gambar 2.
Prevalensi KEK
pada ibu hamil
di Kabupaten
Enrekang
dan Bone
dalam periode
Agustus sampai
Desember 2020.
39
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
D. Evaluasi Kegiatan.
Hasil pengukuran awal pada anak Baduta di 70 desa lokus
memperlihatkan bahwa angka kejadian kekurangan gizi kronis
(stunting) lebih tinggi di Kabupaten Enrekang dibandingkan dengan
Kabupaten Bone (22,67% berbanding 19,0%). Sebaliknya untuk
angka kejadian kekurangan gizi akut (wasting) jauh lebih tinggi di
Kabupaten Bone dibanding Kabupaten Enrekang (5,6% berbanding
0,93%). Berdasarkan data yang ada di setiap desa, para petugas
melakukan upaya pendampingan.
40
Sulawesi Selatan
41
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
E. Kesimpulan
Pelaksanaan pendampingan keluarga dilakukan oleh alumni
program studi gizi dari Diploma 3, Diploma 4, dan Sarjana Gizi, yang
merupakan kerjasama Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
dan Perguruan Tinggi (Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas dan
Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes di Makassar) telah memberikan
pembelajaran yang besar. Keterlibatan perguruan tinggi yang terkait
dengan pemenuhan gizi para anggota keluarga yang beresiko
terjadinya stunting telah dilakukan dengan baik namun belum
cukup untuk dapat memberikan penurunan yang lebih maksimal.
Alumni dari Program Studi baik Diploma maupun Sarjana Gizi yang
menetap di desa lokus menghadapi tantangan yang tidak sedikit
khususnya berada di daerah yang jauh terpencil atau terisolir. Belum
lagi, perbedaan budaya dan bahasa yang membuat komunikasi
terhambat sehingga hasilnya tidak maksimal. Ke depan, faktor-faktor
budaya dan bahasa dapat diminimalisir melalui penempatan petugas
yang sesuai asal daerah serta pengenalan budaya sejak awal saat
pelatihan petugas.
Aktivitas dari petugas pendamping gizi (Pappadeceng Gizi) umumnya terkait dengan
konseling gizi, penyuluhan gizi, praktek pembuatan MPASI yang berkualitas, kelas ibu hamil,
kelas ibu Baduta, dan termasuk pemantauan pertumbuhan anak (berat badan) yang dilakukan
setiap bulan.
42
Kolaborasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta Desa dan Upaya Menjamin Keberlanjutannya
A. Latar Belakang
Mengapa perlu Kolaborasi dengan Pemda Kab/Kota Lokus
Stunting?Ada dua istilah yang perlu disamakan bahasa terlebih dulu
yaitu kata kolaborasi dan istilah stunting. Kolaborasi berarti terdapat
aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama
dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-
masing (bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama,
pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap
pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya
tujuan bersama. (Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan
Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hlm.156.)
1 Disampaikan pada acara Simposium Nasional 2021 tentang Praktik Baik Percepatan
Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi , Forum Rektor se Indonesia dan BKKBN,
26 Oktober 2021
43
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
44
Kolaborasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta Desa dan Upaya Menjamin Keberlanjutannya
B. Proses Pendampingan
1. Langkah awal membangun komitmen
Komitmen adalah pilar nomor 1 dari 5 pilar strategi nasional dan
upaya manajerial pemerintah daerah dalam percepatan penurunan
prevalensi stunting yang diimplementasikan melalui 8 aksi
konvergensi. Komitmen dalam suatu organisasi pemerintah daerah
(pemerintahan kabupaten atau kota) diartikan sebagai suatu sikap
yang harus dimiliki oleh partner kerja untuk menerima kehadiran
perguruan tinggi dalam mendampingi pemerintah kabupaten
dalam pencegahan dan penurunan stunting yang diawali dengan
adanya MOU antara Rektor Universitas Andalas dengan Bupati
dan dilanjutkan dengan adanya Surat Perjanjian Kerja Sama antara
Dekan Fakultas dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Dinas lain terkait.
45
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
46
Kolaborasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta Desa dan Upaya Menjamin Keberlanjutannya
47
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
48
Kolaborasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta Desa dan Upaya Menjamin Keberlanjutannya
Hasil dari edukasi gizi kepada para ibu yang dilakukan meningkatkan
kesadaran para ibu akan pentingnya menyediakan makanan
seimbang dan para ibu memahami cara menyiapkan makanan
seimbang dengan biaya murah dan berbahan pangan lokal untuk
dapat dipraktekkan di keluarga masing-masing. Keberlanjutan
kegiatan ini disiapkan pertemuan dengan anggota pokja Posyandu
Desa dengan membuat Rencana Tindak Lanjut dan pada hari
terakhir diminta Pokjanal (Kelompok Kerja Operasional) Posyandu
desa yang dipimpin oleh Ketua PKK desa untuk mempresentasikan
rencana tindak lanjut dan diberikan masukan dan saran agar
dilaksanakan dan bila memerlukan pendanaan diharapkan dapat
disediakan dari dana desa.
49
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
50
Kolaborasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta Desa dan Upaya Menjamin Keberlanjutannya
51
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
52
Kolaborasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta Desa dan Upaya Menjamin Keberlanjutannya
53
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
54
Kolaborasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta Desa dan Upaya Menjamin Keberlanjutannya
55
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
56
Kabupaten Banggai
Awal 2012, Indonesia secara resmi diterima sebagai salah satu dari
beberapa negara dalam kerangka kerja internasional yang dikenal
dengan “The Global Movement of Scaling up Nutrition” yang
dimotori oleh Sekjen PBB (Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa) pada saat itu yakni Ban Ki-Moon. Salah satu dari komponen
multi helix dalam implementasi Global Movement tersebut di
Indonesia, di bawah koordinasi Kementerian PPN/Bappenas adalah
komponen akademisi atau perguruan tinggi. Perguruan Tinggi mulai
diikutsertakan dalam implementasi Global Movement berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 dengan konsep dasar
yang disebut Seribu Hari Pertama Kehidupan atau yang kemudian
lebih dikenal dengan singkatan 1000 HPK. Bersamaan waktunya
dengan itu, Universitas Hasanuddin meneruskan kerangka kerja
Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi di bidang riset yang antara
lain mendorong bahkan mensyaratkan setiap pengajar terutama
profesor untuk mengembangkan Peta Jalan Penelitian. Saya
memilih untuk mengembangkan Peta Jalan Penelitian dengan topik
“Penyelamatan 1000 HPK” melalui skema professorship. Skema
professorship adalah sebuah skema penelitian yang mengikutkan 1
atau 2 orang mahasiswa S3, diperkuat oleh beberapa mahasiswa S2
yang bekerja bersama-sama dalam sebuah area penelitian dengan
berbagai topik yang saling mendukung dan melengkapi.
57
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
pada saat itu, H. M. Sofyan Mile, SH, MH. Bupati Sofyan bertindak
sebagai moderator seminar sehari penuh. Diikuti hari kedua dengan
workshop dan pelatihan tenaga kesehatan oleh Prof. Dr. Soekirman
dan Dr. Abbas Jahari sebagai langkah awal reposisi Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu). Team UNHAS (Universitas Hasanuddin) plus,
atas arahan Prof. Sokekirman memilih pendekatan reposisi dengan
keyakinan bahwa Posyandu yang menjadi modal dasar pemantauan
pertumbuhan anak telah bergeser posisinya jauh dari khittahnya.
Hasil Semiloka 2 hari mendorong inovasi pertama Kabupaten
Banggai yakni Posyandu Pra-Konsepsi. Dari diskusi intensif pada
hari pertama semiloka, disimpulkan bahwa jika ingin menyelamatkan
1000 HPK, maka pencegahan harus dimulai dari tahap pra-konsepsi.
Inovasi Posyandu 1000 HPK adalah murni aksi positif dan inovatif
jajaran Kabupaten Banggai sendiri.
58
Kabupaten Banggai
disaksikan oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. DR. Dr. Nila F, Moeloek,
SpM(K) di ruangan Senat Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kerangka Pikir
59
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
60
Kabupaten Banggai
61
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
62
Kabupaten Banggai
63
Praktik baik Percepatan Penurunan Stunting melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi
64