KONDISI GEOGRAFIS
1. Lokasi Absolut dan Relatif (Diky Al Khalidy)
Lokasi adalah konsep geografi terpenting, karena lokasi dapat
menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi
(Maryani, “tanpa tahun”). Konsep lokasi dapat menjawab pertanyaan dimana
(where) dan mengapa tidak di tempat lain (not anywhere). Konsep lokasi
dibagi menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut
adalah lokasi yang sudah pasti berdasarkan sistem koordinat garis lintang dan
bujur (Marhadi, “tanpa tahun”). Karena menggunakan sistem koordinat garis
lintang dan garis bujur, lokasi absolut juga dapat menunjukkan fenomena
lainnya, seperti iklim dan perbedaan waktu di daerah tersebut. Lokasi relatif
berdasarkan pada kondisi atau situasi daerah sekitarnya, dapat berupa kondisi
fisik, sosial, ekonomi, budaya dan transportasi dengan daerah sekitarnya
sehingga dapat menunjukkan posisi suatu tempat secara lokal, nasional dan
global (Maryani, “tanpa tahun”).
Kota Mataram merupakan Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
yang terdapat di Pulau Lombok, yaitu pulau yang berada diantara Pulau
Sumbawa dan Pulau Bali. Secara astronomis, Kota Mataram terletak diantara
08° 33’ LS - 08° 38’ dan 116° 04’ BT - 116° 10’ BT (Dokumen Rencana
Pembangunan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah 2015-2019). Kota
Mataram dengan luas wilayah sebesar 61,30 km2 dibatasi oleh Kabupaten
Lombok Barat pada bagian utara, timur serta selatan dan Selat Lombok pada
bagian barat. Untuk menuju Kota Mataram dari Lembar, diperlukan waktu
±20 menit perjalanan dengan jarak 20,43 km sedangkan jika dari Sesaot
membutuhkan waktu ±35 menit perjalanan dengan jarak 30 km (BPS Kota
Mataram, 2020).
2. Jabarkan Faktor Geografi (Mochamad Azis)
Faktor geografis merupakan kondisi suatu wilayah yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti iklim, geologi, geomorfologi, jenis tanah, topografi
dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut kemudian membentuk
kenampakan suatu wilayah saat ini seperti Kota Mataram. Kota Mataram yang
memiliki luas 61,30 km2 ini terbagi menjadi enam kecamatan, yaitu
Kecamatan Ampenana, Sakarbela, Mataram, Selaparang, Cakranegara dan
Sandubaya. Lokasinya yang dekat dengan pantai membuat elevasi ibukota
dari Provinsi Nusa Tenggara Barat ini hanya berkisar 0 – 75 mdpl.
Lokasi yang berdekatan dengan pantai tersebut membuat kota ini memiliki
kelembaban udara yang cukup tinggi, berkisar 76 hingga 58 persen dan suhu
udara yang relatif stabil berkisar antara 26,3 °C hingga 28,8 °C selama lima
tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh sifat air sebagai penyetabil suhu.
Curah hujan yang tinggi di Kota Mataram antara 1599.96 sampai 2834.04
mm/tahun dalam lima tahun terakhir tergolong tinggi dengan intensitas
insolasi matahari yang cukup besar antara 66,9 sampai 90 % sebab masih
berada di kawasan tropis.
Untuk jenis tanah didominasi oleh endapan aluvial seperti tanah liat dan
endapan tuff yang berasal dari material gunungapi, sebab lokasinya berada di
barat daya Gunungapi Rinjani. Material Gunung Rinjani tersebut kemudian
terbawa dan terakumulasi di Kota Mataram yang berada di tepi pantai.
Sehingga geomorfologi wilayah ini sebagian besar berupa dataran rendah
dengan kemiringan 0 sampai 2 % berupa dataran marin dan fluvial serta
dataran bergelombang dengan kemiringan 2 sampai 15 %.
B. ANALISIS POTENSI PERTANIAN
1. Luas Lahan (Theresya Yozha Delima)
Lahan adalah suatu wilayah bumi daratan yang ciri-cirinya merangkum
semua tanda pengenal (attribute) biosfer, atmosfer, tanah, geologi, topografi,
hidrologi, flora, fauna, dan hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini,
yang boleh dibilang bersifat mantap atau dapat diramalkan bersifat mendaur,
sejauh hal-hal tadi berpengaruh murad (significant) atas lahan penggunaan
oleh manusia pada masa sekarang dan masa mendatang (FAO, 1977).
Sedangkan luas adalah besaran yang menyatakan ukuran dua dimensi suatu
bagian permukaan yang dibatasi oleh kurva tertutup. Sehingga dapat diketahui
bahwa luas lahan merupakan luasan suatu areal daratan bumi yang diukur
menggunakan satuan luas (Ha, Are, M2, dan Km2).
Secara administrasi Kota Mataram memiliki luas wilayah sebesar 61,3
Km2 yang terbagi dalam 6 kecamatan. Kecamatan terluas adalah Selaparang
yaitu sebesar 10,77 Km2, disusul kecamatan Mataram dengan luas wilayah
10,76 Km2. Sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Ampenan dengan
luas 9,46 Km2. Kota Mataram memiliki iklim tropis dan terletak di dataran
rendah dan datar, sehingga dengan kondisi tersebut Kota Mataram sangat
potensial untuk tanah pertanian yang subur. Diketahui pada tahun 2015, luas
lahan pertanian Kota Mataram sebesar 2.189,87 Ha. Dengan rincian luas lahan
tanaman pangan sebesar 1.992,77 Ha, luas lahan hortikultura sebesar 144 Ha,
dan luas lahan perkebunan sebesar 53,1 Ha.
Luas lahan pertanian Kota Mataram pada tanaman pangan rata-rata 6
tahun terakhir (2015-2020) menurut data BPS adalah 1.786 Ha, dengan data
terendah pada tahun 2020 sebesar 1.513,33 Ha dan data tertinggi pada tahun
2015 sebesar 1.992,77 Ha. Sedangkan untuk lahan pertanian hortikultura rata-
rata 6 tahun terakhir (2015-2020) adalah 186 Ha, dengan data terendah pada
tahun 2018 sebesar 121 Ha dan data tertinggi pada tahun 2019 sebesar 248
Ha. Di Kota Mataram sebagian besar wilayahnya oleh penduduk
dimanfaatkan untuk lahan pertanian tanaman pangan. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya luas lahan tanaman pangan dibanding luas lahan
hortikultura dan perkebunan. Berikut ini merupakan data grafik dari luas lahan
tanaman pangan dan hortikultura Kota Mataram tahun 2015-2020:
Data Grafik Luas Lahan Tanaman Pangan
Kota Mataram Tahun 2015-2020
Data PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015-2020 (Dalam Miliar)
Tahun Jumlah
Komponen
2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, kehutanan 30967.0
22480.16 24661.77 27183.24 29088.81 30365.63 164746.65
dan perikanan 4
B. Pertambangan dan 23196.3
23822.60 26231.97 24108.62 17264.12 17809.10 132432.77
penggalian 6
C. Industri pengolahan 4064.30 4511.47 4918.19 5121.31 5464.30 5387.06 29466.63
D. Pengadaan listrik dan
60.43 73.73 90.62 97.49 106.27 112.90 541.44
gas
E. Pengadaan air 89.59 98.35 105.62 102.62 106.42 111.75 614.35
12148.3
8848.72 9892.83 10961.23 11809.06 13989.79 67649.95
F. Konstruksi 2
G. Perdagangan besar dan 18964.1
12964.61 14506.18 16387.95 17955.03 19795.66 100573.60
eceran 7
H. Transportasi dan
7654.15 8209.18 9000.93 9310.18 9646.53 6622.12 50443.09
pergudangan
I. Penyediaan akomodasi
2206.87 2503.44 2747.48 2649.61 2686.21 1924.10 14717.71
dan makan minum
J. Informasi dan
1861.11 2045.15 2303.21 2451.34 2592.59 2934.96 14188.36
komunikasi
K. Jasa keuangan dan
3181.44 3701.24 4245.90 4692.69 4840.58 5389.21 26051.06
asuransi
L. Real estat 3198.09 3498.44 3793.67 4062.77 4324.36 4381.11 23258.44
M. Jasa perusahaan 173.44 193.12 211.10 226.34 244.83 239.38 1288.21
N. Administrasi
pemerintahan,
6622.71 6991.65 7437.80 7818.22 8174.65 8785.56 45830.59
pertahanan, dan jaminan
sosial
O. Jasa pendidikan 4608.58 5152.31 5680.64 6118.46 6696.64 6888.95 35145.58
P. Jasa kesehatan dan
1835.53 2006.42 2186.85 2444.83 2679.47 2679.36 13832.46
kegiatan sosial
Q. Jasa lainnya 2001.44 2187.54 2459.70 2655.13 2899.32 2789.41 14992.54
Sumber: Badan Pusat Statistik, Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuat tabel untuk menentukan nilai LQ.
Data yang dibutuhkan adalah data sektor i disertai dengan jumlah di Kota
Mataram serta data sektor i disertai dengan jumlah di Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Berikut merupakan tabel nilai LQ dari setiap sektor
Data Nilai LQ Setiap Sektor
Jumlah berdasarkan Jumlah berdasarkan
Komponen LQ
Kota provinsi
0.13220113
3867.52 164746.65
A. Pertanian, kehutanan dan perikanan 2
0.00025641
6.03 132432.77
B. Pertambangan dan penggalian 4
1.72854803
9044.67 29466.63
C. Industri pengolahan 5
1.09208931
105 541.44
D. Pengadaan listrik dan gas 7
1.77170026
193.28 614.35
E. Pengadaan air 8
0.83976560
10088.03 67649.95
F. Konstruksi 3
2.84034128
50726.55 100573.6
G. Perdagangan besar dan eceran 8
0.66143668
5924.76 50443.09
H. Transportasi dan pergudangan 3
I. Penyediaan akomodasi dan makan 1811.05 14717.71 0.69296196
minum 2
2.43017629
6122.81 14188.36
J. Informasi dan komunikasi 4
2.34914518
10867.16 26051.06
K. Jasa keuangan dan asuransi 7
1.27519432
5266.69 23258.44
L. Real estat 3
1.99739148
456.91 1288.21
M. Jasa perusahaan 3
N. Administrasi pemerintahan,
8364.92 45830.59 1.02784006
pertahanan, dan jaminan sosial
1.38286860
8630.43 35145.58
O. Jasa pendidikan 2
1.83287149
4502.07 13832.46
P. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 4
1.75667297
4676.78 14992.54
Q. Jasa lainnya 9
R. Jumlah 130654.66 735773.43
Sumber: Data Hasil Olahan
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor yang menjadi unggulan
(basis) di Kota Mataram adalah Industri pengolahan, pengadaan listrik dan
gas, pengadaan air, perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi,
jasa keuangan dan asuransi, real estat, jasa perusahaan, administrasi
pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial, jasa pendidikan, jasa kesehatan
dan kegiatan sosial, dan jasa lainnya karena nilai LQ > 1. Sedangkan pada
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan dan penggalian,
konstruksi, transportasi dan pergudangan, dan penyediaan akomodasi dan
makan minum tidak merupakan sektor unggulan (non basis) karena nilai LQ <
1.
Hal tersebut dikarenakan Kota Mataram sebagai Ibukota Provinsi Nusa
Tenggara Barat, sehingga pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
bukan merupakan sektor unggulan. Sektor yang merupakan unggulan
merupakan sektor yang berkaitan dengan layanan serta fasilitas pendukung di
wilayah perkotaan.
Walaupun demikian, bukan berarti Kota Mataram tidak memiliki sektor
unggulan atau komoditas di bidang pertanian. Untuk mengetahui hal tersebut,
dilakukan dengan metode yang sama, yaitu metode LQ dengan data yang
lebih spesifik, diantaranya cabai rawit, kacang panjang, kangkung,
petsai/sawi, terung, tomat, bayam serta cabai besar. Pemilihan komoditas
tersebut berkaitan dengan ketersediaan data yang dibutuhkan, yaitu enam
tahun terakhir. sehingga, data yang tidak lengkap seperti hanya tersedia lima
tahun atau dibawahnya tidak dimasukkan agar kesamaan data dapat
dibandingkan. Berikut merupakan tabel hasil pertanian di Kota Mataram dan
di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015-2020 (dalam ton).
Tabel Hasil Pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015-2020 (dalam ton)
Tahun Jumlah
Jenis
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Cabai Rawit 64016 96996 1887407 2345281 1823518 1190818 7408036
Kacang Panjang 8567 7565.3 83086 58835 71358 45465 274876.3
Kangkung 339.8 4349 49183 46574 52742 45789 198976.8
Petsai/Sawi 2580 2646.8 225 15712 27879 51947 100989.8
Terung 9848 5885.9 476 60413 101943 62408 240973.9
Tomat 36943 25217.7 20430 208716 292152 286088 869546.7
Bayam 182 611.1 5687 5648 6248 6530 24906.1
Cabai besar 20651 12041 318186 239413 176792 200924 968007
Sumber: Badan Pusat Statistik, Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuat tabel untuk menentukan nilai LQ.
Data yang dibutuhkan adalah data jenis i disertai dengan jumlah jenis di Kota
Mataram serta data jenis i disertai dengan jumlah jenis di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Berikut merupakan tabel nilai LQ dari setiap jenis.
Jumlah di Provinsi
Jumlah di Kota
Jenis Nusa Tenggara LQ
Mataram
Barat
0.29362
Cabai Rawit 13239 7408036 1
1.33171
Kacang Panjang 2228 274876.3 9
15.2138
Kangkung 18425 198976.8 8
24.5822
Petsai/Sawi 15110 100989.8 6
0.26863
Terung 394 240973.9 4
0.15909
Tomat 842 869546.7 4
16.0432
Bayam 2432 24906.1 6
1.48003
Cabai besar 8720 968007 8
Jumlah 61390 10086312.6
Sumber: Data Hasil Olahan
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis pertanian yang menjadi
unggulan (basis) di Kota Mataram adalah kacang panjang, kangkung,
petsai/sawi, bayam dan cabai besar. karena nilai LQ > 1. Sedangkan pada
jenis pertanian cabai rawit, terung, dan tomat bukan merupakan jenis
unggulan (non basis) karena nilai LQ < 1.
Hal tersebut dikarenakan alih fungsi lahan yang terjadi di Kota Mataram.
Banyak lahan pertanian yang awalnya menanam padi berubah menjadi
menanam sayur karena tidak efektifnya atau rusaknya saluran irigasi untuk
mengairi sawah. Selain karena tidak efektifnya atau rusaknya saluran irigasi,
lahan pertanian juga beralih fungsi menjadi bangunan permanen berupa
perumahan sehingga mempengaruhi sistem pengairan di lahan sekitarnya.
Bahkan di sekitar kawasan perumahan, terdapat lahan yang tidak produktif,
yang semula merupakan lahan pertanian, namun karena lahan disekitarnya
menjadi perumahan, lahan tersebut tidak diolah atau dimanfaatkan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, alih fungsi lahan tersebut
menyebabkan lahan pertanian ditatami oleh sayuran, seperti petsai/sawi serta
bayam. Hampir semua lahan pertanian ditanami jenis sayuran tersebut,
terutama disekitaran kawasan tempat tinggal atau perumahan elit.
Sistem pengairan yang digunakan dengan cara manual, yaitu menggali
sumur yang berada tepat ditengah lahan yang berbentuk segitiga (kedua
sisinya digunakan untuk mengambil air guna menyiram sayuran). Penyiraman
dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan dapat panen dalam jangka waktu
30-50 hari.
Pada jenis kangkung, kangkung yang ditanami di Kota Mataram
menggunakan media tanam berupa air, sehingga kangkung yang dihasilkan
berbatang lebih besar dan berongga. Budidaya kangkung banyak di
kembangkan, salah satunya di Kota Mataram. Sehingga, tak asing jika melihat
banyak kangkung di tengah sungai di kawasan Kota Mataram. Hal tersebut
juga didukung oleh aliran sungai yang melewati Kota Mataram, antara lain
Sungai Jangkok, Sungai Ancar, Sungai Unus, dan Sungai Brenyok.
Penanaman kangkung terjadi pada musim kemarau, karena pada musim hujan,
air sungai cenderung besar dan tidak dapat ditanami. Beberapa artikel
menjelaskan bahwa kangkung merupakan komoditas di Kota Mataram dan
artikel lain berisi tentang kenaikan harga kangkung hingga 100%.
Tabel berikut merupakan tabel tanaman yang merupakan sektor basis di
Kota Mataram.
a. Kacang panjang
Tabel diatas
merupakan tabel jumlah produksi kacang panjang di Kota Mataram pada
tahun 2015-2020. Pada tabel tersebut, terlihat tren yang fluktuatif antara
kenaikan serta penurunan jumlah produksi. Jumlah produksi meningkat
pada tahun 2016, 2017, dan 2019. Sedangkan penurunan jumlah produksi
terjadi pada tahun 2018 dan 2020. Jumlah kenaikan tertinggi terjadi pada
tahun 2017, dimana jumlah produksi meningkat sebesar 5.682 ton atau
sebesasr 1.732% dari tahun sebelumnya. Namun, penurunan tertinggi
terjadi di tahun berikutnya, dimana jumlah produksi menurun sebesar
2.637 ton atau sebesar 43,88% dari tahun sebelumnya.
b. Petsai/Sawi
Tabel diatas
merupakan tabel jumlah produksi petsai/sawi di Kota Mataram pada tahun
2015-2020. Pada tabel tersebut, terlihat tren yang meningkat secara
fluktiatif pada tahun 2018. Jumlah produksi meningkat pada tahun 2016,
2018, 2019, dan 2020. Sedangkan penurunan jumlah produksi terjadi pada
tahun 2017 saja. Jumlah kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2018,
dimana jumlah produksi meningkat sebesar 4.211 ton atau sebesar 8.593%
dari tahun sebelumnya. Namun, penurunan terjadi pada tahun 2017,
dimana jumlah produksi menurun sebesar 440 ton atau sebesar 89,98%
dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, terjadi peningkatan setiap
tahunnya, walaupun pada tahun 2016 dan 2019, peningkatan yang terjadi
sangat kecil.
c. Bayam
Tabel diatas merupakan tabel jumlah produksi bayam di Kota
Mataram pada tahun 2015-2020. Pada tabel tersebut, terlihat tren yang
meningkat setiap tahunnya. Penaikan jumlah produksi tertinggi terjadi
pada tahun 2019 sebesar 395 ton atau sebesar 102,6% dari tahun
sebelumnya.
d. Cabai Besar
Tabel Jumlah Populasi Peternakan di Kota Mataram tahun 2015-2020 (dalam ekor)
Jumla
Tahun
Jenis Ternak h
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kuda 568 440 401 447 378 393 2627
Sapi 1921 2006 2094 2187 2152 2260 12620
Kerbau 21 24 7 7 0 0 59
Kambing 1819 1885 1835 2318 1590 1676 11123
Domba 22 49 47 48 0 0 166
Babi 1296 1726 1477 1551 661 717 7428
Jenis Unggas
Ayam kampung 63611 68328 63078 63078 62290 320385
ayam petelur 9191 17621 11328 11328 12216 61684
ayam pedaging 32214 68510 123346 123346 90851 438267
Itik/itik mamalia 9705 12499 10431 10431 7726 50792
Sumber: Badan Pusat Statistik, Nusa Tenggara Barat
Tabel Jumlah Populasi Peternakan di Nusa Tenggara Barat tahun 2015-2020 (dalam ekor)
Tahun
Jenis Ternak Jumlah
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kuda 62451 60540 48846 47292 47292 43705 310126
Sapi 1055013 1092719 1149539 1183570 1234357 1285746 7000944
Kerbau 124808 125122 120072 120125 121572 115151 726850
Kambing 613548 643079 657194 675852 622039 709768 3921480
Domba 30460 25912 18949 26713 21862 23058 146954
Babi 49016 55670 53784 57020 60066 69518 345074
Jenis Unggas
Ayam kampung 6660868 488863 7870476 8266400 7697844 30984451
ayam petelur 350025 7536124 1246699 1280569 1438497 11851914
1518765 1578738
ayam pedaging 9103809 8130771 0 15144363 8 63353981
Itik/itik mamalia 1100228 1119651 1169034 1179720 737703 5306336
Sumber: Badan Pusat Statistik, Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuat tabel untuk menentukan nilai LQ.
Data yang dibutuhkan adalah data jenis i disertai dengan jumlah jenis di Kota
Mataram serta data jenis i disertai dengan jumlah jenis di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Berikut merupakan tabel nilai LQ dari setiap jenis.
a. Kuda
b. Kerbau
Tabel diatas merupakan tabel jumlah populasi kerbau di Kota
Mataram tahun 2015-2020. Pada tabel tersebut, terlihat tren yang
cenderung menurun, bahkan tidak terdapat populasi. Jumlah populasi
meningkat hanya terjadi pada tahun 2016, selebihnya mengalami
penurunan. Jumlah kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2016, dimana
populasi meningkat sebesar 3 ekor atau sekitar 14,29% dari tahun
sebelumnya. Namun, penurunan tertinggi terjadi di tahun berikutnya,
dimana penurunan sebesar 17 ekor atau sekitar 70,83% dari tahun
sebelumnya. Sektor peternakan pada jenis kerbau bukan termasuk sektor
basis karena jumlah populasinya yang kecil, bahkan tidak ada di Kota
Mataram.
c. Domba
a. Ayam petelur
Tabel diatas merupakan tabel jumlah populasi ayam petelur di Kota
Mataram tahun 2015-2020. Pada tabel tersebut, terlihat tren yang yang
cukup stabil, walaupun terjadi penurunan pada tahun 2018 yang
signifikan. Jumlah kenaikan terjadi pada tahun 2016 dan 2020, sedangkan
penurunan terjadi pada tahun 2018. Jumlah kenaikan tertinggi terjadi pada
tahun 2016, dimana jumlah populasi meningkat sebesar 8430 atau sebesar
91,72% dari tahun sebelumnya. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun
2018, dimana penurunan terjadi sebesar 6293 ekor atau sekitar 35,71%
dari dua tahun sebelumnya. Jenis ayam petelur merupakan sektor non
basis karena jumlahnya yang sedikit dibandingkan dengan tingkat
provinsi, serta kebutuhan telur di Kota Mataram yang masih berhubungan
daerah lainnya.
b. Ayam pedaging