Anda di halaman 1dari 4

Literatur Review Tentang Pola Konsumsi Makanan Utama Masyarakat Desa

Gunung Sereng Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan Madura


Madura sebagai salah satu pulau di wilayah Jawa Timur, dengan topografi pada
ketinggian antara 2-471 meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis daerah ini
kurang air tanah dan kurang subur, yakni sekitar 55% dari luas pulau ini merupakan
tanah kering dengan curah hijan tidak merata, 10% merupakan tanah kritis, dan
selebihnya 11% adalah daerah sawahan dan tegalan. Salah satu wilayah yang berada di
Madura adalah Desa Gunung Sereng, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan.
Luas wilayah Desa Gunung Sereng adalah 447.303 Ha yang terdiri dari lahan pertanian,
persawahan tadah hujan 100 Ha, lading kering atau tegalan 650 Ha, pemukiman 12,80
Ha dan sisanya daerah hutan dan fasilitas umum. Berdasarkan pada data BPS Madura,
1995, tanaman yang dapat tumbuh subur di daerah ini adalah komoditi jagung dan
tembakau. Sedangkan pada penduduk Desa Gunung Sereng hanya menanam tanaman
pangan pada lahan pertaniannya untuk kebutuhan makanan sehari-hari seperti jagung,
kacang tanah, kacang kedelai, dan singkong. Ketersediaan bahan pangan berupa
komoditi tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi pangan pada masyarakat
setempat. Hal tersebut dikarenakan kebijakan pemerintah daerah akan menggunakan
potensi lokal dan hasil alamnya untuk mencukupi kebutuhan pangan seluruh
masyarakatnya. Masyarakat akan menggantungkan bahan pangan dari hasil panen yang
ada, sehingga makanan utama yang dikonsumsi bergantung pada bahan pangan yang
tersedia di Desa Gunung Sereng. Komoditi yang tersedia di daerah tersebut menjadi
bahan makanan pokok atau makanan utama yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari.
Ketersediaan bahan pangan di Gunung Sereng begitu terbatas dari segi jenis dan
kuantitas. Faktor pola konsumsi pangan masyarakat Desa Gunung Sereng, Kecamatan
Kwanyar, Kabupaten Bangkalan dipengaruhi oleh letak geografis, budaya, sosial,
ekonomi, pendidikan, tingkat pengetahuan. Hal-hal yang mempengaruhi pola konsumsi
pangan masyarakat Desa Gunung Sereng, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan
adalah sebagai berikut:

1. Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan

Faktor utama yang mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat


masyarakat Desa Gunung Sereng adalah kondisi geografis. Masyarakat setempat
tetap mempertahankan sumber makanan dari hasil pertanian daerah setempat.
Komoditi terbesar yakni sekitar 70% di daerah tersebut adalah jagung. Faktor lain
yang menunjang masyarakat setempat tetap mempertahankan jagung sebagai
sumber makanan pokok adalah faktor pendapatan, pengetahuan, dan faktor tradisi
budaya yang diterapkan secara turun-temurun. Berdasarkan pada faktor budaya
yang mempengaruhi pola konsumsi makanan masyarakat setempat yakni sumber
pangan yang dikonsumsi, cara mengolah makanan yang kurang beragam, cara
memperoleh bahan makanan, dan sebagainya. Ketidakberagaman pola konsumsi
pangan tersebut juga dipengaruhi oleh distribusi pangan yang tiddak merata,
keterbatasan dalam mengakses bahan pangan yang beragam, rendahnya tingkat
pendidikan dan pengetahuan tentang pentingnya zat gizi yang beragam dan
berimbang. Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat pendapatan keluarga.
Semakin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan gizi keluarga akan
terpenuhi, begitu sebaliknya.

2. Kebiasaan Pola Konsumsi Makanan Masyarakat Setempat


Kebiasaan pola konsumsi makanan pada masyarakat setempat diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Cara mendapatkan sumber pangan, yakni dengan memanfaatkan hasil
pertanian pada lahan pertanian masyarakat setempat.
b. Pemilihan bahan makanan yang akan diolah untuk makanan sehari-hari
ialah, nasi jagung untuk bahan makanan pokok, sedangkan untuk lauk-
pauk yang berasal dari hewani dan nabati dengan harga terjangkau yang
berasal dari hasil alam lokal (seperti: ikan pindang, tongkol, selar,
bandeng, tahu, tempe), sedangakan sayuran mengambil dari sayuran yang
ditanam di sawah(seperti: daun bayam, daun kelor, daun singkong, daun
ketela rambat, nangka muda).
c. Penyusunan menu makanan sehari-hari disesuaikan dengan jumlah
pendapatan keluarga. Semakin banyak penghasilan, maka menu makanan
keluarga akan semakin beragam, begitu sebaliknya.
d. Food Taboo and food belief (Pantang makanan dan kepercayaan
makanan), yakni makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat
setempat adalah ikan mundung dianggap dan mempercayai bahwa jika
mengkonsumsi ikan mundung dapat mengganggu kesehatan yaitu
penyebab gatal-gatal.

Masyarakat Desa Gunung Sereng memberikan alasan terhadap pemilihan


konsumsi makanan utama berupa jagung, yaitu kepercayaan bahwa mengkonsumsi
makanan utama berupa jagung lebih mengenyangkan dan tahan lapar. Hal tersebut
dikarenakan kandungan karbohidrat dalam jagung lebih tinggi daripada kandungan
karbohidrat dalam padi. Karbohidrat merupakan sumber energi pertama yang dipecah
oleh metabolism dalam tubuh, sehingga tidak mengherankan jika masyarakat percaya
dan merasa lebih sehat dan kuat setelah mengkonsumsi jagung. Di samping itu, harga
jagung dinilai lebih terjangkau dan memiliki rasa lebih enak dan gurih dibandingkan
dengan beras beras. Harga 1 Kg beras adalah Rp 9.000,00/kg sedangkan harga jagung
halus adalah Rp 6.000,00/kg, sedangkan harga jagung kasar adalah Rp 5.000,00/kg.

Dengan demikian, diharapkan jagung dapat mensukseskan program


penganekaragaman pangan pemerintah dan mengurangi ketergantungan Indonesia
terhadap berassehingga tercipta swasembada pangan dan ketahananpangan dapat
terwujud.
DAFTAR PUSTAKA

Margareta, Dwi. 2014. E-Journal Boga. Kajian Tentang Pola Konsumsi Makanan
Utama Masyarakat Desa Gunung Sereng Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan. Volume 03(03), Halaman 86-95.

Anda mungkin juga menyukai