Anda di halaman 1dari 9

Vol. 1 No. 1 Hal.

6-14 April 2020 ISSN


GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN LOKAL WILAYAH PESISIR PADA TINGKAT RUMAH TANGGA
DI DESA RANOOHA RAYA KECAMATAN MORAMO 2018

Muh Akhirul Naim1 Lisnawaty2 Fithria 3


123
Universitas Halu Oleo Kendari
1 2 3
naim.akhirul@gmail.com lisnaradhiyah@gmail.com fithria.ahmad@gmail.com

Abstrak
Pangan lokal merupakan jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat yang bersumber dari wilayah
sendiri. Namun pengonsumsian terhadap pangan lokal masih sangat kurang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sebab mereka
memilih makanan non lokal sebagai bahan pangan utama. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan dan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tujuan dalam penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan lokal
pada tingkat rumah tangga Wilayah Pesisir di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Tahun 2018. Jenis penelitian yang
digunakan deskriptif kuantitatif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran suatu keadaan
secara objektif. Populasi penelitian ini meliputi seluruh kepala keluarga yang ada di Wilayah pesisir Desa Ranooha Raya
Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 171 kepala keluarga, sampel dalam
penelitian ini sebanyak 44 kepala keluarga, metode pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis-jenis pangan lokal di Desa Ranooha Raya sudah beranekaragam, pengetahuan gizi kepala keluarga
pada pangan lokal dalam kategori cukup, tingkat pendapatan rumah tangga pada UMK Konawe Selatan sebagian besar masih
dibawah rata-rata Rp 2.361.810 dan pola konsumsi pangan lokal pada tingkat rumah tangga, untuk asupan energi dan protein
masuk dalam kategori cukup. Pada pangan non lokal asupan energi masuk dalam kategori cukup, sedangkan asupan proteinnya
masuk kategori kurang.Oleh sebab itu diharapkan kepada kepala keluarga untuk memperhatikan konsumsi pangan rumah tangga
agar pemenuhan kebutuhan energi dan protein dapat tercukupi.

Kata kunci : Pangan lokal, Pengetahuan Gizi, Tingkat Pendapatan dan Pola Konsumsi

Abstract
Local food is the type and quantity of groceries consumed by the community sourced from its own region. But the consumption of
local food is still very poorly consumed by the local people because they chose non-local food as a major food ingredient. But the
consumption of local food is still very poorly consumed by the local people because they chose non-local food as a major food
ingredient. The aim in the study is to know the local food consumption pattern in the coastal area of the coast in Ranooha Raya
Moramo District, 2018. The type of research used is the quantitative descriptive method of research aimed at objectively describing
a situation. The population of this study included all family heads in the coastal area of Ranooha Raya Village, Moramo Subdistrict,
South Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. With 171 families, the sample in this study was 44 family heads. The
sampling method used were random sampling techniques. The results showed that the types of local food in the Ranooha Raya
Village had varied. The knowledge of nutrition of the head of the family on local food in sufficient categories is as follows. First, the
level of household income at the South Konawe MSE was still largely below the average of Rp 2,361,810. Food consumption locally
at the household level for energy and protein intake is included in the sufficient category. In non-local food, energy intake is in the
adequate category, while protein intake is in the less adequate category. Therefore it is expected that the head of the family will pay
attention to household food consumption so that the fulfillment of energy and protein needs can be fulfilled.

Keywords: Local Food, Nutrition Knowledge, Income Level, and Consumption Pattern.
PENDAHULUAN penduduk. Tingkat konsumsi pangan dapat memberikan
gambaran kondisi kesehatan penduduk di suatu wilayah yang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
ditinjau dari aspek keadaan gizi. Indikator yang digunakan
hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
untuk analisis konsumsi yaitu dari pengukuran kecukupan
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak
konsumsi energi dan protein. Konsumsi energi dan protein
diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
tersebut mengacu pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
bagi konsumsi manusia, termasuk BTP (Bahan Tambahan
(WNPG) tahun 2012, yaitu kecukupan konsumsi energi yang
Pangan), bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
dianjurkan sebesar 2.150 kkal/kapita/hari dan kecukupan
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau 2
1 konsumsi protein adalah sebesar 57 gr/kapita/hari .
pembuatan makanan atau minuman .
Kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia
Ketahanan pangan di suatu wilayah dapat diukur dari
dipantau dengan menggunakan ukuran melalui Pola Pangan
ketersediaan pangan, daya beli, dan tingkat konsumsi
Harapan (PPH). Skor PPH Indonesia periode 2009-2011

6
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
mengalami fluktuasi mulai dari 75,7 pada tahun 2009 naik Badan ketahanan pangan Sulawesi Tenggara (BKP
menjadi 77,5 pada tahun 2010, kemudian turun lagi pada SULTRA) melaksanankan gerakan P2KP (Percepatan
tahun 2011 menjadi 77,3dan tahun PPH tahun 2012 bahkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan) yaitu upaya pemerintah
cenderung mengalami penurunan lagi. Hal ini disebabkan dalam Pengembangan Pangan Pokok Lokal dengan cara
masih rendahnya konsumsi pangan hewani serta sayur dan membuat Kegiatan MP3L (Model Pengembangan Pangan
buah. Bahkan konsumsi kelompok padi-padian masih sangat Pokok Lokal) di Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan 12
besar dengan proporsi sebesar 61,8 persen. Situasi seperti ini kabupaten/kota dengan bahan pangan lokal berupa sagu dan
terjadi karena pola konsumsi pangan masyarakat yang kurang umbi-umbian. Adapun produk yang dihasilkan berupa tepung
beragam, bergizi seimbang serta diikuti dengan semakin Sagu (sinonggi), Kasuami, Kambose dan Kabuto. Selanjutnya
meningkatnya konsumsi terhadap produk impor, antara lain membuat Promosi (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
gandum dan terigu. Sementara itu, konsumsi bahan pangan Pangan) P2KP Kegiatan promosi P2KP di Provinsi Sulawesi
lainnya dinilai masih belum memenuhi komposisi ideal yang Tenggara dilakukan dalam bentuk pembuatan brosur/leaflet
dianjurkan, seperti pada kelompok umbi, pangan hewani, pangan lokal dengan judul “Kearifan Lokal Sulawesi Tenggara”,
3
sayuran dan aneka buah . pameran-pameran serta melalui lomba Cipta Menu B2SA
Dalam upaya pemantapan ketahanan pangan (Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman).
masyarakat, pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan, Selanjutnya, Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal
Departemen Pertanian sejak tahun 2002 mengembangkan (MP3L). Inti kegiatan MP3L dilaksanakan untuk mendorong
tujuh model pemberdayaan di kabupaten/kota di seluruh penyediaan bahan pangan lokal selain beras dan terigu dalam
propinsi. Adapun model pemberdayaan ketahanan pangan mendukung pola konsumsi pangan pokok yang B2SA melalui:
tersebut adalah: Lumbung pangan, sistem tunda jual, pangan Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk pangan
lokal, pemanfaatan pekarangan, daerah rawan pangan, pokok berbahan baku pangan lokal, fasilitasi dan
participatory integrated development in rainfed areas pendampingan kepada UMKM untuk mengembangkan bisnis
4
(PIDRA) dan special program for food security . dan industri berbasis pangan lokal dalam penyediaan bahan
Kemandirian ini semakin penting di tengah kondisi dunia pangan pokok lokal non-beras untuk masyarakat dan kajian
yang mengalami krisis pangan,energi dan finansial yang terhadap produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal,
ditandai: Harga pangan internasional mengalami lonjakan meliputi : spesifikasi produk, kandungan gizi, daya terima
drastis, meningkatnya kebutuhan pangan untuk energi konsumen dan kelembagaan. Kemudian, Sosialisasi dan
alternatif, resesi ekonomi global yang berakibat semakin Promosi P2KP Sosialisasi dan Promosi P2KP, dilaksanakan
menurunnya daya beli masyarakat terhadap pangan; serbuan melalui berbagai macam kegiatan seperti gerakan kampanye
pangan asing (westernisasi diet) berpotensi besar penyebab serta sosialisasi melalui media massa cetak maupun
gizi lebih dan meningkatnya ketergantungan pada impor. elektronik, promosi pola pangan B2SA seperti “One day No
Pemerintah dengan berbagai program terus berupaya Rice” atau “SIKKATO” di Kota Kendari, Lomba Cipta Menu
untuk meningkatkan produksi pangan, Produksi komoditas Pangan B2SA, pameran diversifikasi pangan fokus pada
tanaman pangan utama tahun 2009 menunjukkan pengembangan pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan,
peningkatan dibandingkan tahun 2008. Produksi beras gerakan kampanye kreatif dan inovatif dalam memperkaya
menjadi 63.840 ribu ton GKG atau meningkat 5,8 persen. citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh formal dan
7
Komoditas jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar berturut informal yang berpengaruh di masyarakat .
turut sebesar 8,2 persen; 24,5 persen; 2,9 persen dan 7,7 Berdasarkan hasil observasi awal terhadap 10 orang
persen. Komoditas lain seperti hortikultura juga mengalami masyarakat di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo di
peningkatan, seperti bawang merah sebesar 38,0 persen dan dapatkan 6 responden mengatakan bahwa pangan lokal di
5
cabe sebesar 16,1 persen . wilayah Desa Ranooha Raya yaitu sinonggi/sagu, tetapi
Berdasarkan laporan badan pusat statistik SULTRA 2018 pengonsumsian terhadap sagu tersebut masih sangat kurang
ketahanan pangan Sulawesi tenggara akan semakin dikarenakan masyarakat yang lebih memilih pangan nasional
menambah jumlah pasokan pangan yang masuk dikarenakan seperti beras, dan lain sebagainya sebagai bahan pangan
jumlah penduduk yang kian hari kian bertambah, pada tahun utama dibandingkan sagu, selain sagu di Desa Ranooha
2010 jumlah penduduk mencapai 2.243.558 juta jiwa, memiliki bahan pangan lain seperti, ubi kayu, ikan bandeng,
kemudian ditahun 2016 jumlah penduduk menjadi 2.551.008 udang tambak, dan ikan laut, hanya saja masyarakat tersebut
juta jiwa kemudian naik ditahun 2017 menjadi 2.602.389 juta mengonsumsi pangan lokal hanya sebatas keinginan semata
jiwa. Ditinjau dari indeks harga pangan yang kian periode bukan untuk di budidayakan, sosial budaya penduduk
selalu mengalami inflasi dan deflasi harga akibat ketidak setempat yang berbeda-beda. Padahal kandungan dari sisi gizi
stabialan ekonomi. Pada tahun 2015 indeks harga pangan pangan lokal memiliki nilai yang sangat banyak seperti
mengalami deflasi sebesar 1,64%/tahun pada tahun 2016 naik kandungan energi, protein, lemak dan zat-zat gizi lainnya.
menjadi 3,07%/tahun kemudian turun menjadi 2,96% pada
6
tahun 2017 .

7
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
METODE dengan memberikan kuesioner untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam kuesioner, yaitu masalah
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu pengetahuan kandungan dari zat gizi pangan lokal, pada sagu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk (sinonggi), keladi, ubi kayu, ikan bandeng, udang tambak daun
membuat gambaran suatu keadaan secara objektif, ingin singkong dan ikan laut lainnya di Wilayah Pesisir Desa Ranooha
mengetahui Gambaran Pola Konsumsi Pangan Lokal Wilayah Raya Kecamatan Moramo Tahun 2018. Menunjukkan bahwa
Pesisir Pada Tingkat Rumah Tangga di Desa Ranooha Raya tingkat pengetahuan gizi di Desa Ranooha Raya, sebagian kecil
Kecamatan Moramo. Dalam proses melakukan penelitian berkategori kurang dan sebagian besar tingkat pengetahuan
lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Desa Ranooha gizi berkategori cukup terhadap pengetahuan zat gizi pada
Raya Kecamatan Moramo Populasi dalam penelitian ini adalah pangan lokal.
semua rumah tangga yang berada di Wilayah Pesisir Di Desa Pengetahuan gizi yang berkategori kurang pada sebagian
Ranooha Raya Kecamatan Moramo yang jumlah rumah kecil kepala keluarga disebabkan karena, tingkat pendidikan
tangganya sebesar 171 kepala keluarga (Ibu Rumah Tangga). yang relatif rendah, kurangnya pemahaman terhadap
Pengambilan sampel pada saat penelitia dilakukan dengan informasi yang didapatkan baik melalui orang lain, tetangga,
menggunakan random sampling atau pengambilan sampel karib kerabat, maupun sosial media lainnya seperti televisi,
secara random atau acak disebut random sampling, radio, dan handphone, sehingga wawasan atau pengetahuan
Pengumpulan data Penelitian dilakukan pada Bulan Desember mengenai nilai kandungan dari zat gizi pada pangan lokal
2018 sampai dengan Bulan Januari 2019. Alat yang digunakan kurang, serta kurangnya minat untuk membaca buku, baik
pada penelitian ini yaitu menggunakan pengukuran berupa buku dalam bentuk aplikasi maupun buku dalam bentuk
kueisioner food list method, FFQ dan kueisioner pengetahuan bacaan lainnya yang membahas tentang pangan baik pangan
gizi. lokal maupun non lokal, sehingga pada saat diberi koesioner,
responden kurang memahami atau mengetahui pertanyaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dan untuk menjawab pertanyaan yang benar pun agak sulit
karena kurangnya pemahaman dari responden. Begitupun
Pengetahuan Gizi
sebaliknya untuk pengetahuan gizi yang berkategori cukup,
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan mengenai gizi
tingkat pendidikan responden relatif tinggi, adanya informasi
makanan yang dikonsumsi sehari hari dalam rumah tangga
tentang pangan lokal baik melalui orang lain, tetangga, karib
dan sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang
kerabat, maupun sosial media lainnya seperti televisi, radio,
aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit.
dan handphone, sehingga wawasan atau pengetahuan
Distribusi pengetahuan gizi dapat di lihat pada tabel berikut :
mengenai nilai kandungan zat gizi pada pangan lokal cukup.
Seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang
Distribusi Pengetahuan Gizi Responden pada wilayah
Tabel 1
Pesisir Desa Ranooha Raya Tahun 2018
cukup akan semakin menambah pola konsumsi baik dan
No Pengetahuan Gizi Jumlah (n) Persentase (%) benar, tetapi tidak berarti seseorang akan mengubah cara dan
1 Kurang 17 38,6 kebiasaan makannya dan memiliki pola konsumsi yang baik
2 Baik 27 61,4 dan benar akan tetapi pola konsumsi dapat saja berubah
Total 44 100 kapan saja. Sehingga pengetahuan gizi yang cukup, diharapkan
seseorang dapat mengubah perilaku pola konsumsi yang tidak
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 44 responden, jumlah benar untuk mengindari berbagai macam persoalan gizi
reponden yang tingkat pengetahuan gizinya kurang 17 masyarakat.
responden yaitu (38,6%) dan jumlah responden yang Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Ratna Wardani
berpengetahuan cukup 27 responden yaitu (61,4%). et al, 2013 untuk mengukur tingkat pengetahuan gizi kepala
Pengetahuan Gizi adalah kepandaian memilih makanan keluarga terhadap pola konsumsi pada konsumsi pangan
yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam keluarga di Kelurahan Toseran, menunjukkan bahwa sebagian
memilih makanan sehari-hari yang sehat. Pengetahuan besar kepala keluarga di Kelurahan Toseran tingkat
(knowledge) adalah hasil pengetahuan dari manusia, yang pengetahuan gizinya baik dan sebagian kecil kepala keluarga
sekedar menjawab pertanyaan ”What”, misalnya apa air, apa tingkat pengetahuan gizinya kurang.Hal yang membuat tingkat
manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan secara pengetahuan gizi kepala keluarga di kelurahan Toseran baik
perorangan maupun bersama ternyata langsung dalam dua dikarenakan sebagian besar kepala keluarga cukup memahami
bentuk dasar yang sulit ditentukan mana kiranya yang paling atau mengetahui masalah kandungan zat gizi pada makanan
“asli” atau mana yang paling berharga dan yang paling yang dikonsumsi oleh keluarganya dan sebagian besar juga
manusiawi. Bentuk satu adalah mengetahui saja dan untuk kepala keluarga berpendidikan tinggi serta minat baca juga
8
menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia . relatif tinggi. Begitupun sebaliknya pada tingkat pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan gizi kurang, jika tingkat pengetahuan gizi kurang maka
untuk mengukur tingkat pengetahuan gizi kepala keluarga, sebagian kecil kepala keluarga tidak memahami atau

8
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
mengetahui masalah kandungan zat gizi pada makanan yang
dikonsumsi oleh keluarganya dan sebagian kecil kepala Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan
keluarga berpendidikan rendah serta minat baca juga relatif Tabel 2 Keluarga dalam Sebulan pada wilayah Pesisir Desa
rendah .
9 Ranooha Raya Tahun 2018
Pengetahuan gizi yang baik akan memberi efek positif Tingkat Pendapatan
No Jumlah (n) Persentase (%)
Keluarga
kepada masyarakat, khususnya kepada kepala keluarga dan
1 Kurang 39 88,6
anggota rumah tangga, sebab konsumsi pangan dalam satu 2 Cukup 5 11,4
rumah tangga berbeda-beda terhadap jenis pangan yang Total 44 100
dikonsumsi oleh anggota rumah tangga akan tetapi kepala
keluarga yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 44 responden, jumlah
mengarahkan anggota keluarganya untuk memilih makanan responden yang berpenghasilan kurang 39 responden yaitu
yang baik, maka dari itu semakin baik jenis makanan yang (88,6%), dan 5 responden yang berpenghasilan cukup yaitu
dikonsumsi maka akan semakin baik pula status gizi keluarga, (11,4%).
begitupun sebaliknya jika pengetahuan yang rendah maka Pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan
jenis makanan yang dipilihnya pun akan kurang baik sehingga perilaku rumah tangga dalam melakukan konsumsi pangan
akan semakin rendah pula status gizi keluarga. dan diveripikasi pangan. Secara umum dengan adanya
Kurangnya pengetahuan gizi di Desa Ranooha Raya kenaikan pendapatan akan memberikan peluang masing
terhadap pangan yang dikonsumsi tiap saat dapat masing rumah tangga untuk melakukan diversifikasi konsumsi,
menimbulkan berbagai macam persoalan masalah gizi dalam meningkatkan kualitas sumber bahan pangan pokok dalam
kehidupan berumah tangga yang akan berakibat fatal meningkatkan gizi keluarganya. Bagi rumah tangga yang
terhadap intelegency keluarga sehingga akan menambah memiliki pendapatan rendah maka sebagian besar
biaya, kerugian dan beban besar terhadap keluarga serta jika pendapatan dialokasikan untuk membeli bahan kebutuhan
semakin rendah pengetahuan gizi maka semakin rendah pula 13
primer .
sikap mengonsumsi jenis makan yang sehat. Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti
makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus
makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota
penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus
dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat” dipenuhi keluarga. Sehingga dalam keluarga yang jumlah
10
(Wiwit Rahayu, 2003: 98) dalam . anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan
Pengetahuan gizi sering kali terkait erat dengan sikap yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumahtangga
mengkonsumsi. Sikap mengkonsumsi makanan terhadap berarti semakin banyak anggota rumahtangga yang pada
asupan gizi merupakan respon seseorang untuk menyetujui akhirnya akan semakin berat beban rumah tangga untuk
atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (statement) memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Demikian pula jumlah
yang diajukan. Dengan memiliki pengetahuan gizi dan sikap anak yang tertanggung dalam keluarga dan anggota-anggota
mengkonsumsi yang baik akan membentuk pola konsumsi keluarga yang cacat maupun lanjut usia akan berdampak pada
11
yang baik juga . besar kecilnya pengeluaran suatu keluarga. Mereka tidak bisa
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga mereka
mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan bergantung pada kepala keluarga dan istrinya. Anak-anak yang
informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan,
12
salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi . 14
dan biaya hidup lainnya .
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan Jumlah tanggungan merupakan karakteristik yang
bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status berhubungan dalam peningkatan pendapatan, termasuk
gizi, namun pengetahuan gizi ini memiliki peran yang penting. pengeluaran dan konsumsi pangan rumah tangga, semakin
Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup khususnya banyak anggota rumah tangga maka akan membutuhkan biaya
tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai yang lebih besar sehingga pengeluaran dan konsumsi juga
macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul semakin besar .
15
8
sehingga dapat dicari pemecahannya . Pendapatan keluarga dari hasil penelitian di Desa
Ranooha Raya diukur berdasarkan UMK (Upah Minimum
Tingkat Pendapatan Keluarga Kabupaten) Konawe Selatan yaitu Rp. 2.361.810, untuk
Pendapatan merupakan suatu aktivitas yang diterima mendapatkan hasil pendapatan berdasarkan UMK yang telah
melalui pekerjaan baik berat maupun ringan dari lawan ditetapkan oleh peneliti, maka dari total pendapatan yang
objeknya. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dimiliki oleh seluruh anggota keluarga dalam sebulan,
disajikan pada tabel berikut: kemudian dibagi dengan jumlah tanggungan.

9
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan Minimum Kabupaten) dapat menjamin keberlangsungan hidup
untuk mengukur tingkat pendapatan keluarga terhadap yang sejahtera dengan dengan mudah memperoleh barang
ketersediaan pangan lokal, yaitu dengan memberikan yang diinginkan seperti pangan dan kebutuhan komersil
kuesioner untuk menjawab pertanyaan mengenai tingkat lainnya untuk menjaga ketahanan dalam kehidupan rumah
pendapatan keluarga dalam sebulan di Wilayah Pesisir Desa tangga.
Ranooha Raya Kecamatan Moramo Tahun 2018. Menunjukkan Penelitian ini serupa yang dilakukan oleh Rahmadya
bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Ranooha Raya Saputri et al, 2016 untuk mengukur tingkat pendapatan rumah
tingkat pendapatan berkategori kurang dan sebagian kecil tangga berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) di
tingkat pendapatan berkategori cukup terhadap UMK dari Kabupaten Kampar terhadap pola konsumsi pada tingkat
hasil wawancara yang telah dilakukan. rumah tangga yaitu Rp 1.740.000. Menunjukkan bahwa
Tingkat pendapatan keluarga yang berkategori kurang tingkat pendapatan rumah tangga di Kabupaten Kampar
terhadap sebagian besar responden disebabkan karena sebagian kecil berkategori berpendapatan tinggi dan sebagian
responden kurang memiliki penghasilan, baik penghasilan dari besar tergolong berpendapatan rendah.Hal yang
sektor pertanian, seperti kepemilikan empang dan sawah menyebabkan sebagian kecil Pola konsumsi tingkat rumah
maupun sektor perkebunan. Akan tetapi ada juga sebagian tangga di Kabupaten Kampar berpendapatan tinggi,
kecil responden yang memang tercukupi dalam hal dikarenakan penghasilan dari satu keluarga yang ditotalkan
pendapatannya tetapi dilihat banyaknya jumlah tanggungan telah menjangkau nilai UMR Kabupaten Kampar. Hal lain juga
dalam satu keluarga, baik tanggungan untuk biaya sekolah, disebabkan pendidikan kepala keluarga maupun pendidikan
kuliah, keperluan pribadi anggota rumah tangga dan berbagai ibu sebagian kecil tergolong berpendidikan tinggi dan sebagian
macam kebutuhan lainnya serta kurangnya kemandirian besar kepala keluarga sebagai pekerja keras begitupun
2
anggota keluarga terhadap rumah tangga sehingga sebaliknya yang tergolong tingkat pendapatan rendah .
penghasilan yang didapatkan dalam satu keluarga yang Seseorang yang memiliki pendapatan diatas UMK (Upah
ditotalkan tidak mencapai nilai dari UMK yang telah Minimum Kabupaten) khususnya di Desa Ranooha Raya akan
ditentukan oleh peneliti. semakin menambah keuntungannya dalam suatu usaha,
Hal lain yang menyebabkan tingkat pendapatan kurang, keuntungan yang semakin tinggi dapat menjadi rendah atau
karena sebagian kecil usia responden ada yang sudah tidak kurang jika seseorang tidak mempertahankan reputasi usaha
produktif dan ada juga sebagian besar responden cuman yang dimilikinya, sehingga membuat pola konsumsi tingkat
mengharapkan hasil laut, kebanyakan pekerjaan responden rumah tangga menjadi buruk terhadap pencapaian pembelian
sebagai nelayan. Sehingga nelayan disana pendapatannya konsumsi pangan menjadi rendah.
kurang, karena pada saat mencari nanti satu atau dua bulan Pola konsumsi rumah tangga yang berpendapatan
baru ada pemasukan, padahal jumlah tanggungan pada rendah lebih mengarah pada pangan pokok yang berbasis
anggota keluarga banyak. Jadi untuk mendapatkan makanan potensi lokal dan variasi kurang mendapakan perhatian
yang seimbang kurang, karena dilihat dari pekerjaan anggota sehingga pemenuhan gizinya masih perlu dipertanyakan. Beda
keluarga tersebut yang hanya mengandalkan hasil laut. Serta dengan rumah tangga yang berpendapatan tinggi mereka akan
ada juga responden yang tidak mengutaman kondisi cendarung mengonsumsi pangan dan bervariasi dan
ketahanan pangan dalam rumah tangga yaitu meningkatkan kualitas pangannya dengan cara membeli bahan
13
mengutamakan..non pangan, seperti fasilitas yang ada dalam pangan yang nilai gizinya lebih tinggi .
rumah tangga, sehingga kebutuhan pangan untuk di rumah Tingkat pendapatan di Desa Ranooha Raya yang relative
tangga diabaikan atau dinomor duakan. rendah dari batas UMK yang telah di tentukan, tentu akan
Bedah halnya dengan tingkat pendapatan keluarga yang mengakibatkan seseorang akan serba kekurangan terhadap
berkategori cukup pada sebagian kecil responden, disebabkan pangan, apalagi dengan membeli suatu barang yang diingikan,
karena penghasilan yang dimiliki oleh responden, baik maka kebutuhan keluarga akan semakin mengarah pada
penghasilan pribadi, seperti upah yang diberi oleh Negara dan pangan yang kualitas gizi rendah serta tingkat pendapatan
upah dari usaha pribadi baik penghasilan dari lahan yang masih rendah juga dapat berpengaruh terhadap pilihan
perkebunan, penambakan ikan ataupun penambakan udang jenis pangan yang bermutu.
serta hasil dari tangkapan ikan laut lainnya cukup. Sehingga Pendapatan keluarga mempunyai hubungan positif
penghasilan dari satu keluarga yang ditotalkan mencapai nilai dengan pengeluaran belanja pangan artinya semakin rendah
UMK yang telah ditentukan oleh peneliti. Hal lain juga yang pendapatan keluarga, maka pengeluaran belanja pangan
menyebabkan tingkat pendapatan keluarga yang berkategori subyek semakin rendah. Pendapatan terkait langsung dengan
cukup yaitu; usia yang masih produktif, memiliki anggota daya beli, keluarga dengan pendapatan yang tinggi memiliki
keluarga yang mandiri dan jumlah tanggungan yang dimiliki kemampuan untuk membeli dan memudahkan dalam memilih
oleh kepala keluarga sedikit. Sehingga daya beli dan bahan makanan sumber zat besi seperti daging, ikan, telur dan
pemenuhan konsumsi pangan keluarga tercukupi. lainnya yang akan disajikan. Selain itu, banyaknya jumlah
Tingkat pendapatan yang cukup terhadap UMK (Upah anggota keluarga dirumah turut berpengaruh terhadap

10
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
pengeluaran belanja pangan, hasil penelitian menunjukkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 44 responden rata-rata
bahwa subyek dengan pengeluaran belanja pangan yang tinggi konsumsi protein berasal dari pangan lokal, jumlah reponden
dipengaruhi oleh gaya hidup konsumtif dan jumlah anggota yang tingkat proteinnya kurang 10 responden yaitu (22,7%)
16
keluarga yang banyak . dan jumlah responden yang tingkat proteinnya cukup 34
Tingkat pendapatan atau kesejahteraan dikatakan responden yaitu (77,3%). Sedangkan rata-rata konsumsi
membaik, bila perbandingan pengeluaran untuk konsumsi protein yang berasal dari pangan non lokal, jumlah responden
makanan cenderung semakin turun, sebaliknya pengeluaran yang tingkat proteinnya kurang 39 responden yaitu (88,6%)
untuk non makanan semakin meningkat.Atau secara umum dan jumlah responden yang tingkat proteinnya cukup 5
semakin meningkat pendapatan maka semakin berkurang responden yaitu (11,4%).
persentase pengeluaran untuk makan dan semakin tinggi Pola konsumsi merupakan suatu cara atau usaha dalam
persentase pengeluaran untuk non makanan.Rumah tangga pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud
yang mempunyai pendapatan yang tinggi (kaya) sebagian tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
pendapatannya digunakan untuk konsumsi barang non mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Agus
17
makanan. Hal itu tentu sangat berbeda dengan rumah tangga Sudaryanto et al, 2014). Pola makan merupakan gambaran
yang berpenghasilan rendah dimana penghasilan yang mengenai macam-macam, jumlah dan komposisi bahan
diterimanya hanya bisa digunakan untuk mengkonsumsi makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang.
makanan, kalaupun ada sisa hanya bisa untuk mengkonsumsi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pola
barang atau jasa yang sangat dibutuhkan sehingga untuk konsumsi pangan lokal wilayah pesisir pada tingkat rumah
14
menabung sangat sedikit peluangnya . tangga di Desa Ronooha Raya dari jenis pangan yang di list,
makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh responden
Pola Konsumsi adalah sagu/sinonggi hal yang membuat sagu/sinonggi sering
Pola konsumsi merupakan susunanpola makan atau jenis dikonsumsi oleh responden dikarenakan sagu/sinonggi
dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok merupakan makanan lokal yang cukup dekat untuk diperoleh,
orang pada waktu tertentu. dan ada juga makanan pokok lokal yang jarang dikonsumsi
yaitu ubi kayu dan keladi hal yang menyebabkan konsumsi ubi
Distribusi Responden Rata-Rata Konsumsi Sumber kayu dan keladi jarang dikonsumsi dikarenakan hanya untuk
Tabel 3 Energi Pangan Lokal dan Non Lokal wilayah Pesisir kebutuhan semata saja dan sebagian anggota keluarga kurang
Desa Ranooha Raya Tahun 2018 menyukai mengkonsumsi ubi kayu dan keladi akibat rasanya
Jenis Pangan yang hambar, sementara sebagian besar kepala keluarga juga
No Konsumsi Energi Lokal Non Lokal
sering mengonsumsi nasi/beras dan indomie dikarenakan
n % n % kepala keluarga mudah untuk memperolehnya kapan saja dan
1 Kurang ( < 80% AKG) 15 34,1 17 38,6 ada juga anggota kepala keluarga yang jarang mengonsumsi
2 Cukup ( ≥ 80% AKG) 29 65,9 27 61,4
ubi jalar dan tepung terigu sebagai makanan pokok non lokal,
Total 44 100 44 100
hal ini yang membuat konsumsi ubi jalar dan tepung terigu
jarang dikonsumsi dikarenakan hanya untuk kebutuhan
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 44 responden rata-rata
semata keluarga saja contohnya tepung terigu digunakan
konsumsi energi berasal dari pangan lokal, jumlah reponden
hanya untuk menggoreng ikan dan semisalnya sedangkan ubi
yang tingkat energinya kurang 15 responden yaitu (34,1%) dan
jalar dikonsumsi ketika keluarga mau mengkonsumsinya. Hal
jumlah responden yang tingkat energinya cukup 29
lain juga dikaitkan dengan adanya faktor kebiasaan
responden yaitu (65,9%). Sedangkan rata-rata konsumsi energi
memvariasi konsumsi seperti nasi dan sagu/sinonggi, ubi kayu,
yang berasal dari pangan non lokal, jumlah responden yang
ubi jalar, indomie dan tepung terigu sebagai makanan pokok
tingkat energinya kurang 17 responden yaitu (38,6%) dan
bagi masyarakat indonesia.
jumlah responden yang tingkat energinya cukup 27 responden
Jenis lauk hewani yang sering dikonsumsi adalah ikan
yaitu (61,4%).
bandeng, ikan merah, ikan ruma-rumah sebagai makan pokok
lokal di wilayah pesisir Desa Ranooha Raya, alasan masyarakat
Distribusi Responden Rata-Rata Konsumsi Sumber
Tabel 4 Protein Pangan Lokal dan Non Lokal wilayah Pesisir
lebih memilih mengonsumsi ikan lokal karena selalu ada
Desa Ranooha Raya Tahun 2018 tersedia di pangkalan ikan jika ikan tak ada dipangkalan maka
Jenis Pangan responden mencarinya sendiri baik di laut maupun pada
No Konsumsi Protein Lokal Non Lokal empang pribadi dan ada juga kepala keluarga yang jarang
n % n % mengonsumsi ayam kampung, daging sapi, daging kambing,
1 Kurang ( < 80% AKG) 34 77,3 5 88,6 udang sito, udang lobster, telur ayam kampung, tutut
2 Cukup ( ≥ 80% AKG) 10 22,7 39 11,4 jawa/boeku, siput laut/burungo, kerang darah/bakala dan
Total 44 100 44 100 tiram sebagai makanan pokok lokal di Desa Ranooha Raya. Hal
yang menyebabkan kurangnya konsumsi ayam kampung,

11
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
daging sapi, dan daging kambing karena dikonsumsi pada saat yang sering dikonsumsi adalah kangkung cabut dan kacang
hari-hari tertentu seperti pesta pernikahan dan menjelang hari panjang, hal yang membuat konsumsi sayur tersebut sering
raya serta kemampuan ekonomi, sedangkan pada konsumsi dikonsumsi dikarenakan jasa penjual sayur yang tiap saat
udang sito, udang lobster, telur ayam kampung, tutut menyediakannya dan ada juga jenis sayuran non lokal jarang
jawa/boeku, siput laut/burungo, kerang darah/bakala dan dikonsumsi oleh kepala keluarga yaitu bayam merah, koll,
tiram dikarenakan sering di jual belikan sehingga jarang sawi, wortel, tomat, gambas, kentang, paria, dan daun
dikonsumsi factor lain yang menyebabkan kurangnya konsumsi kemangi, konsumsi jenis sayuran yang jarang di konsumsi
udang sito, udang lobster, telur ayam kampung, tutut tersebut karena hanya dibutukan sesaat jika akan diperlukan
jawa/boeku, siput laut/burungo, kerang darah/bakala dan oleh kepala keluarga.
tiram dikarenakan sebagian kepala keluarga banyak yang Dan jenis buah-buahan yang dikonsumsi oleh kepala
mempantagi makanan tersebut seperti tingginya koleseterol keluarga semua hampir bersumber dari wilayah Desa Ranooha
dan tensi keluarga. Sementara ada juga kepala keluarga yang Raya yaitu mangga arum manis, mangga macam, mangga
terkadang mengonsumsi daging ayam potong dan telur ayam golek, kelapa, pisang kapok, jambu air dan jambu biji, tetapi
ras yang bukan lauk hewani lokal di Desa Ranooha Raya hal ini yang sering dikonsumsi yaitu kelapa, mangga arummanis dan
dikarenakan telur ayam ras ini selalu tersedia di kios atau pisang kapok dikarenakan tersedia dilahan sendiri dan
warung terdekat sebagai pengganti lauk hewani lokal seperti penduduk setempat serta ada juga yang terkadang dikonsumsi
anggota keluarga yang bosan mengonsumsi ikan, sedangkan yaitu jambu air, jambu biji, mangga golek, mangga macam dan
pada ayam potong memiliki penagkaran yang cukup jauh dari salak dikarenakan terbatasnya jumlah yang dimiliki penduduk
sebelah Desa Ranooha Raya akan tetapi konsumsi ayam setempat. Sedangkan buah non lokal yang sering dikonsumsi
potong ini didominasi bagi yang berpendapatan tinggi atau oleh kepala keluarga Desa Ranooha Raya adalah semangka,
cukup. dikarenakan jasa penjual sayur sering menyediakan buah-
Jenis lauk nabati yang sering dikonsumsi oleh kepala buahan non lokal berupa semangka serta harganya relative
keluarga di Desa Ranooha Raya adalah tempe, kepala keluaga murah dan ada juga jenis buah-buahan yang terkadang
lebih memilih tempe dikarenakan selalu ada tersedia pada jasa dikonsumsi yaitu pisang burung, hal yang membuat konsumsi
penjual tempe dan ada juga kepala keluarga yang jarang pisang burung terkadang dikonsumsi dikarenakan jasa penjual
mengonsumsi kacang tanah rebus, kacang goreng, kacang jenis buah ini terkadang kehabisan stok.
hijau, dan tahu yang bukan merupakan pangan lokal di Desa Dalam penelitian ini, asupan energi dan protein pada
Ranooha Raya, hal yang membuat konsumsi pangan tersebut kepala keluarga diperoleh melalui wawancara dengan
jarang dikonsumsi dikarenakan konsumsi seperti kacang tanah menggunakan food list method dengan menanyakan semua
rebus hanya di peroleh dari kiriman saudara atau pemberian jenis makanan yang pernah dikonsumsi baik bersumber dari
keluarga, kacang goreng hanya dibutuhkan pada waktu pangan lokal maupun non lokal yang dikonsumsi oleh kepala
tertentu saja, kacang hijau hanya diperoleh dari pasar keluarga dan anggota keluarga. Untuk menentukan besar
tradisional dan dikonsumsi pada waktu tertentu saja, dan tahu kecilnya tingkat asupan energi dan protein kepada kepala
diperoleh pada jasa penjual tahu atau pasar tradisional. keluarga dan anggota keluarga ini diperoleh menggunakan
Sedangkan pada lauk nabati lokal di Desa Ranooha Raya tidak software nutrisurvey 2004 dan membandingkan dengan AKG
ada, hal yang menyebabkan lauk nabati lokal tidak ada (Angka Kecukupan Gizi) 2013 kemudian dibagi dengan jumlah
dikarenakan masyarakat lebih memilih membeli secara anggota keluarga.
langsung dipasaran ketimbang untuk menanamnya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di
Untuk jenis sayur-sayuran lokal yang sering dikonsumsi lapangan untuk mengukur pola konsumsi pangan lokal dan
oleh kepala keluarga di Desa Ranooha Raya adalah pakis, dan non lokal keluarga terhadap tingkat kecukupan energi dan
daun singkong hal yang membuat konsumsi pangan tersebut protein pada tingkat rumah tangga di Wilayah Pesisir Desa
sering dikonsumsi dikarenakan untuk mendapatkannya cukup Ranooha Raya Kecamatan Moramo Tahun 2018. Menunjukkan
dekat dari rumah mereka tanpa harus menunggu jasa penjual bahwa Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) pada pola konsumsi
sayur dan ada juga yang terkadang untuk dikonsumsi yaitu pangan lokal berdasarkan kebutuhan energi, sebagian kecil
terong bulat dan papaya hal yang membuat terong bulat kebutuhan energi di Desa Ranooha Raya berkategori kurang
terkadang dikonsumsi karena ke efekkan dari mengonsumsi dan sebagian besar kepala keluarga tingkat konsumsi
terong yaitu gatal-gatal badan dan sedangkan pada papaya energinya cukup. Sedangkan pada kecukupan energi yang
yang membuat terkadang dikonsumsi karena proses berasal dari pangan non lokal sebagian kecil kepala keluarga
pembuahan yang lama untuk di ambil buahnya, serta ada juga tingkat konsumsi energinya berkategori kurang dan sebagian
yang jarang untuk dikonsumsi yaitu bunga papaya dan labu besar kepala keluarga tingkat konsumsi energinya berkategori
kuning, jenis sayuran tersebut yang membuat jarang cukup.
dikonsumsi karena proses pembungaan papaya yang Beda halnya pada konsumsi protein yang berasal dari
membutuhkan jangka lama dan proses pertumbuhan labu pangan lokal dan non lokal menunjukkan kebutuhan protein
yang juga cukup lama. Sedangkan pada jenis sayuran non lokal sebagian kecil di Desa Ranooha Raya berkategori kurang dan

12
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
sebagian besar kepala keluarga tingkat kebutuhan proteinnya dapat digunakan sebagai energi. Kebutuhan protein akan
berkategori cukup. Sedangkan pada kecukupan protein yang sangat dibutuhkan oleh kelompok dewasa atupun remaja
berasal dari pangan non lokal sebagian besar kepala keluarga karena protein dapat membentuk jaringan baru terhadap
konsumsi protein berkategori kurang dan sebagian kecil kepala jaringan tubuh yang telah rusak, serta akan berdampak pada
keluarga konsumsi protein berkategori cukup terhadap pola pertumbuahan yang kurang optimal daya tahan terhadap
konsumsi pangan. tubuh akan menurun, lebih rentan terhadap penyakit, serta
Hal yang membuat asupan energi responden kurang daya kerja dan kreativitaspun akan merosot.
disebabkan karena, ketersediaan pangan keluarga yang tidak Penelitian sejalan yang dilakukan oleh Agustina Arida et
mencukupi seperti beras/nasi, sagu/sinonggi dan umbi- al, 2015 untuk mengukur Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) rumah
umbian lainnya, jumlah tanggungan yang dimiliki cukup besar, tangga pada pola konsumsi pangan terhadap tingkat rumah
kurangnya pendapatan serta kurangnya perhatian terhadap tangga di Kota Aceh berdasarkan kebutuhan konsumsi energi
gizi keluarga. Sedangkan asupan energi yang cukup disebabkan dan protein rumah tangga. Menujukkan bahwa pola konsumsi
oleh beberapa hal yaitu ketersediaan pangan keluarga yang di Kota Aceh dengan tingkat kecukupan gizi berdasarkan
mencukupi, jumlah tanggungan yang relatif sedikit, tingkat konsumsi energi pada tingkat rumah tangga sebagian besar
pendapatan pendapatan yang cukup usia yang masih berkategori kurang dan sebagian kecil tingkat konsumsi energi
produktif, ukuran tinggi dan berat badan yang seimbang serta cukup.Sedangkan pada konsumsi protein sebagian besar
pekerjaan yang layak. asupan proteinnya baik atau cukup dan sebagian kecil tingkat
Beda halnya pada konsumsi protein yang berkategori konsumsi proteinnya kurang.
kurang, asupan protein kurang di Desa Ranooha Raya Hal yang menyebabkan pola konsumsi dengan tingkat
disebabkan karena, pada saat memperoleh hasil tangkapan Konsumsi energi kurang terhadap sebagian besar rumah
ikan sebagian kecil masyarakat menjualnya untuk kepentingan tangga di Kota Aceh dikarenakan rumah tangga kurang
kebutuhan lainnya seperti biaya anak sekolah dan kebutuhan mengkonsumsi makanan yang bervariasi untuk penambahan
dapur lainnya, serta kurangnya perhatian terhadap gizi energi seperti beras/nasi dan umbi-umbian lainnya dan
keluarga. Sedangkan asupan protein yang cukup disebabkan hampir setiap kepala rumah tangga di Kota Aceh
karena sebagian besar masyarakat memilah hasil tanggkapan mengonsumsi rokok dan kopi sehingga kecukupan energi yang
ikan untuk dikonsumsi dan dijual serta seringnya diperoleh rumah tangga sangat kurang. Sedangkan pada
mengonsumsi ikan bandeng, ikan ruma-ruma, ikan merah dan konsumsi energi yang cukup disebabkan sebagian kecil kepala
udang tambak sehingga wajar jika yang dikonsumsi memiliki rumah tangga di Kota Aceh tidak mengkonsumsi kopi dan
kandungan tinggi protein. rokok serta bervariasinya konsumsi makan sehingga energi
Tingkat kecukupan energi yang cukup menunjukkan yang diperoleh rumah tangga cukup atau terpenuhi.Beda
bahwa asupan atau konsumsi bahan makanan yang halnya dengan konsumsi protein, tingkat konsumsi protein
merupakan sumber tenaga atau energi pada kepala keluarga rumah tangga di Kota Aceh yang berkategori baik atau cukup
dan anggota rumah tangga di Desa Ranooha Raya sudah terhadap sebagian besar rumah tangga di Kota Aceh,
sesuai kebutuhan harian sedangkan untuk tingkat energi yang dikarenakan anggota rumah tangga sering mengonsumsi telur
kurang menunjukkan konsumsi sumber tenaga atau energi dan ikan tongkol. Sedangkan pada asupan protein kurang
yang tidak sesuai dengan kebutuhan anggota rumah tangga. disebabkan karena sebagian kecil kebiasaan pada rumah
Adapun asupan energi anggota keluarga yang kurang tangga di Kota Aceh sering mengonsumsi nasi sebagai suplay
disebabkan karena jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi makanan sehari-hari dan kurangnya konsumsi pada ikan serta
15
tidak sesuai yang diperuntukkan seperti pada porsi makan tingkat konsumsi kopi dan rokok yang tinggi .
yang kurang. Asupan protein responden di Desa Ranooha Raya yang
Apabila seseorang tingkat kecukupan energinya kurang berkategori cukup membuktikan bahwa konsumsi lauk pauk
dari yang dianjurkan maka cadangan energi yang didapat responden pada umumnya masih baik karena protein disuplai
dalam tubuh yang disimpan dalam otot akan digunakan. dari lauk pauk baik hewani maupun nabati. Sebagian besar
Keadaan seperti ini jika berlanjut maka akan mengalami responden mengkonsumsi makanan sumber protein dalam
penurunan tenaga untuk produktivitas kerja, prestasi belajar jumlah yang cukup setiap hari seperti ikan bandeng, ikan
yang semakin menurun dan kekekreativan serta prestasi merah, ikan ruma-ruma, daging ayam, telur, tempe, dan tahu.
berolahraga akan merosot pula. Kekurangan tingkat asupan Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985)
energi ini jika berlangsung lama maka akan menimbulkan adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan
satatus gizi kurang akibatnya yaitu penurunan berat badan dan protein tubuh dan kemungkinan konsumsi protein yang
dan dapat memperlambat pertumbuhan tubuh. diperlukan dalam tubuh masa pertumbuhan, kehamilan, dan
18
Proses pertumbuhan yang diawali dari masa anak-anak, menyusui .
remaja dan dewasa, kebutuhan akan proteinpun meningkat Makanan pokok (pangan pokok) merupakan salah satu
karena proses tumbuh kembangnya yang berlangsung sangat kebutuhan primer manusia. Banyak varian makanan pokok
cepat, apabila kecukupan energi kurang makan, maka protein yang dapat dikonsumsi manusia. Tiap daerah memiliki

13
Vol. 1 No. 1 Hal. 6-14 April 2020 ISSN
makanan pokok sendiri-sendiri.Penentuan jenis pangan yang Ketahanan Pangan Masyarakat Badan Ketahanan Pangan
dikonsumsi sangat tergantung pada beberapa faktor, di Tahun Anggaran
antaranya jenis tanaman penghasil bahan makanan pokok 4. Ariani M. (2007). Konsumsi Pangan Masyarakat Indonesia
yang biasa ditanam di daerah tersebut serta tradisi yang Analisis Data Susenas 1999-2005. Gizi Indon ;1:47-56.
diwariskan oleh budaya setempat. Perilaku konsumsi pangan 5. Ariani M. (2010). Analisis Konsumsi Pangan Tingkat
masyarakat dilandasi oleh kebiasaan makan (food habit) yang Masyarakat Mendukung Pencapaian Diversifikasi
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga melalui Pangan;33(1):20-28.
proses sosialisasi. Kebiasaan makan tersebut dapat 6. Statistik badan pusat. indikator perekonomian sulawesi
dipengaruhi oleh lingkungan ekologi (ciri tanaman pangan, tenggara. (2018). https://sultra.bps.go.id/. Published
ternak dan ikan yang tersedia dan dapat dibudidayakan 2017.
19
setempat), lingkungan budaya dan sistem ekonomi . 7. SULTRA B. (2015). Tingkatkan Kualitas Konsumsi Pangan
Melalui Gerakan P2KPNo Title. SULTRA, BKP. http://badan-
SIMPULAN DAN SARAN ketahanan-pangan-sulawesi
tenggara/2015/12/11/tingkatkan-kualitas-konsumsi-
Pengetahuan gizi pada tingkat rumah tangga di Desa pangan-melalui gerakan-p2kp/. Published 2015.
Ranooha Raya terhadap jenis makanan lokal, memiliki 8. Notoatmodjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan.
pengetahuan cukup terhadap jenis makanan. Pendapatan JAKARTA: Rineka Cipta.
rumah tangga di Desa Ranooha Raya masih dibawah rata-rata 9. Prianggajati RW dan Y. (2013). Faktor-Faktor Yang
UMK (Upah Minimum Kabupaten) Konawe Selatan, pada Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Memilih Makanan
pendapatan perbulannya yaitu Rp 2.361.810. Pola konsumsi Sehari-Hari Dalam Keluarga Di Rt 25 Rw 09 Lingkungan
pangan lokal pada tingkat rumah tangga wilayah pesisir di Tirtoudan Kelurahan Tosaren. J Eduhealth;3:1-8.
Desa Ranooha Raya, untuk asupan energi dan protein masuk 10. Jannah LM. (2016). Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan
dalam kategori cukup. Untuk pola konsumsi pangan non lokal Pemilihan Menu Mahasiswi Universitas Sarjanawiyata
asupan energi masuk dalam kategori cukup, sedangkan untuk Tamansiswa Di Asrama Asmadewa Yogyakarta. J Kel.;2:1-
asupan proteinnya masuk kategori kurang. 7.
PUSKESMAS Kecamatan Moramo dalam hal ini bagian 11. Salsabilla S. (2015). Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan
instalasi gizi diharapkan dapat memberi penyuluhan masalah Sikap Mengkonsumsi Makanan Sehat Siswa SMK.
pengetahuan tentang pengetahuan gizi pangan di Desa Kalasan;2:1-6.
Ranooha Raya, baik pangan lokal maupun non lokal sehingga 12. Suhardjo. (2002). Perencanaan Pangan Dan Gizi. Jakarta:
dapat menambah wawasan pengetahuan gizi pada ibu rumah PT Bumi Aksara.
tangga dan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Konawe 13. Suyastiri NM. (2008). Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok
Selatan dalam hal ini bagian ketenaga kerjaan diharapkan Berbasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan
dapat membuka atau memberi luang pekerjaan kepada Pangan Rumahtangga Pedesaan di Kecamatan Semin
Masyarakat khususnya di Desa Ranooha Raya seperti memberi Kabupaten Gunung Kidul. J Ekon Pembang;13(1):51-60.
modal usaha kepada masyarakat seperti pembentukan UMKM 14. Septia SM. (2013). Pendapatan Dan Jumlah Tanggungan
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), agar dapat menambah Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi Pns Dosen Dan
pendapatan pada tingkat rumah tangga dan dapat menambah Tenaga Kependididkan Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
ketersediaan pangan keluarga. Masyarakat di Desa Ranooha Universitas Sam Ratulangi Manado;1:1-12.
Raya dalam hal ini ibu rumah tangga diharapkan dapat 15. Agustina Arida S dan KF. (2015). Analisis Ketahanan
mengelolah pangan lokal dengan baik dalam rangka upaya Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Proporsi Pengeluaran
pemenuhan kebutuhan energi dan protein agar kedepannya Pangan Dan Konsumsi Energi;1:1-14.
tidak menimbulkan masalah satatus gizi keluarga. 16. Santi Dwi Rahayu FFD. Citra Tubuh, Pendidikan Ibu,
Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Gizi, Perilaku Makan
DAFTAR PUSTAKA dan Asupan Zat Besi pada Siswi SMA. kedokteran.
1. DPR RI. (2012). Undang-Undang Republik Indonesia 2012;46:1-11.
Nomor 18 Tahun 2012. Digit Times.2012;1(1):1-83. 17. Sumangkut S, Supit W, Onibala F. Hubungan Pola Makan
http://www.dt.co.kr/contents.html?article_no=20120713 Dengan Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe-2 Di Poli
02010531749001. Interna Blu.Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. ejournal
2. Saputri R, Lestari LA, Susilo J. (2016). Pola konsumsi keperawatan. 2013;1:1-6.
pangan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga di 18. Wirjatmadi MA dan B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat.
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. J Gizi Klin Indonesia Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
12(3):123-130. https://jurnal.ugm.ac.id/jgki%0APola. 19. Hidayah N. (2012). Kesiapan Psikologis Masyarakat
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2013. Pedesaan Dan Perkotaan Menghadapi Diversifikasi Pangan
(2013). Tentang “Program Peningkatan Diversifikasi Dan Pokok.

14

Anda mungkin juga menyukai