Anda di halaman 1dari 10

Identifikasi Potensi Bahaya, Analisis Risiko dan Teknik Pengendalian

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Home Industry C-maxi


Alloycasting
Hazards Identification, Risk Analysis And Risk Control Occupational
Health And Safety (OHS) In Home Industry C-Maxi Alloycasting

Dewi Masri 1), Widodo Brontowiyono 2), Azham Umar Abidin 3)


Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Email: dewim868@gmail.com

ABSTRAK
Home Industry C-Maxi Alloycasting adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengecoran peralatan rumah
tangga dan pembuatan produk presisi yang berbahan aluminium. Sehingga sangat memungkinkan pada setiap
aktifitasnya terjadi suatu potensi bahaya. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai risiko
keselamatan dan kesehatan kerja dan mengevaluasi teknik pengendalian risiko. Penelitian ini dilakukan pada 4 divisi
yaitu divisi gudang, divisi pengecoran, divisi teknisi dan divisi finishing. Sehingga, dapat menekan angka kecelakaan
kerja. Penelitian ini mengacu pada standar AZ/NZS 4360:2004 dengan menggunakan metode studi deskriptif dengan
analisa kualitatif berdasarkan observasi dan form penelitian yang kemudian dianalisa dan dievaluasi untuk dilakukan
upaya pengendalian. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa potensi bahaya dan risiko selalu ada pada setiap aktifitas,
sehingga perlu melakukan identifikasi dan penilaian sebagai upaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
selamat. Hasil identifikasi yang diperoleh terdapat 126 tingkat risiko, diantaranya 8 tingkat risiko rendah (6%), 57
tingkat risiko sedang (45%), dan 60 tingkat risiko tinggi (48%). Evaluasi pengendalian risiko yang ditemukan
dilapangan dapat dikatakan telah berjalan cukup baik hanya saja pengendalian tersebut harus didukung oleh kesadaran
pekerja terhadap K3 agar tercipta kondisi produksi yang aman dan produktif.

Kata Kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)

ABSTRACT

Home Industry C-Maxi Alloycasting is a company engaged in the casting of household appliances and
manufacture of precision products made from aluminum. So it is possible in every activity there is a potential danger.
The objectives of this study were to identify potential hazards and assess safety and health risks and to evaluate risk
control techniques. This research was conducted on 4 divisions ie warehouse division, casting division, technician
division and finishing division. Thus, it can reduce the number of work accident. This research refers to AZ / NZS 4360:
2004 standard using descriptive study method with qualitative analysis based on observation and research form which
then analyzed and evaluated for control effort. From the results of the study concluded that the potential danger and
risk always exist in every activity, so it is necessary to identify and assess as an effort to create a safe and safe working
environment. The results of the identification obtained are 126 risk level, among which 8 low risk level (6%), 57
moderate risk level (45%), and 60 high risk level (48%). Evaluation of risk controls found in the field can be said to
have been running quite well just that control should be supported by awareness of workers to OHS in order to create
a safe and productive production conditions.

Keywords: Hazard Identification, Risk Assessment, Risk Control, OHS

1
1. Pendahuluan
Setiap tempat kerja selalu memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang
terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan.
Seluruh upaya pengendalian risiko tersebut bertujuan untuk terciptanya keselamatan kerja. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970, keselamatan kerja adalah setiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Setiap perusahaan
wajib untuk memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan baik secara fisik maupun mental
terhadap pekerja dan orang lain yang berada dilingkungan (Suma’mur, 2009).
Data angka kecelakaan di Indonesia masih tinggi terjadi kecelakaan akibat kerja Tahun
2013-2017, pada Tahun 2013 yaitu 97.144 orang (Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Kementerian
Kesehatan, 2014). Sedangkan data kecelakaan kerja pada Tahun 2014 yaitu 105.383 orang; Tahun
2015 yaitu 110.285 orang; Tahun 2016 yaitu 105.182 orang; 2017 yaitu 123.000 orang (Data BPJS
Ketenagakerjaan, 2018). Berdasarkan data angka kecelakaan kerja terjadi kenaikan angka
kecelakaan kerja di Indonesia dari tahun 2013 hingga 2017 yaitu sebesar 25.856 orang. Dampak
dari kecelakaan kerja tersebut tidak hanya dihadapi oleh korban kecelakaan namun juga kepada
pihak perusahaan akibat hilangnya hari kerja yang dapat menyebabkan kerugian finansial bagi
perusahaan, sehingga sistem manajemen K3 sangat diperlukan disetiap perusahaan misalnya
OHSAS 18001; 2007 yang berlaku secara internasional. Menurut (OHSAS 18001, 2007)
manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktifitas perusahaan
yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis
perusahaan. Salah satu metode untuk mewujudkan riset ini adalah dengan metode HIRARC
(Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control) yang didasarkan pada OHSAS
18001. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Febrilia, 2017), industri pengecoran adalah salah
satu industri yang memiliki risiko kecelakaan tinggi karena aktivitas didalamnya berhubungan
dengan material logam yang panas, suhu ruangan yang tinggi, maupun peralatan yang berbahaya
baik secara fisik, mekanik maupun listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja di Home Industry
C-Maxi Alloycasting.

2. Metode penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Home Industry C-Maxi Alloycasting, yang terletak di Jalan Ki
Guno Mrico 414 Giwangan, Umbulharjo RT 026/09, Giwangan, Umbul Harjo Kota: Yogyakarta.

2
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2018. Jenis penelitian ini adalah metode analisis kualitatif.
Proses penilaian risiko mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004 dengan menggunakan metode
HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control). Untuk parameternya
berdasarkan Permenaker Republik Indonesia No. 5 tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja dilingkungan kerja. Observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati dan mencatat
data yang dibutuhkan pada saat proses produksi. Data primer didapatkan melalui hasil observasi
dan wawancara kepada 3 responden yaitu pihak manajemen, teknisi dan koordinator produksi.
Selain itu menggunakan data sekunder yaitu dari penanggung jawab K3/Manajemen Produksi. Data
sekunder yang didapat berupa gambaran proses produksi, ketersediaan alat pelindung diri dan
aturan K3 yang diterapkan.
Pengumpulan dan analisis data dilakukan bersamaan yaitu dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dari perusahaan yaitu data produksi secara umum, data kecelakaan kerja
dan data ketersediaan APD.
b. Hazard Identification: Identifikasi potensi bahaya dengan melihat langsung proses produksi
dan mencatat potensi bahaya pada lembar HIRARC.
c. Risk Assessment: Penilaian risiko dengan menentukan nilai probability dan severity
berdasarkan hasil wawancara langsung. Setelah itu kombinasi nilai probability dan severity
digunakan untuk menentukan level risiko (rendah, sedang atau tinggi).
d. Risk Control: Penentuan langkah pengendalian risiko dan usulan-usulan yang bisa
diterapkan di pabrik.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Identifikasi Potensi Bahaya di Home Industry C-Maxi Alloycasting
Identifikasi potensi bahaya dilakukan dengan cara memperhatikan aktifitas pada tiap-tiap divisi
untuk mendeteksi bahaya apa saja dan menilai risiko yang ada di Home Industry C-Maxi
Alloycasting. Identifikasi bahaya dilakukan diempat divisi dimulai dari gudang yaitu bertanggung
jawab dalam proses penyediaan aluminium bekas (pelak mobil) sebagai bahan baku untuk diolah
menjadi barang jadi, pengecoran yaitu bertugas untuk meleburkan dan mencetak aluminium, teknisi
yaitu dalam penambahan aksesoris pada barang yang sudah dicetak dan finishing yaitu bertugas
dalam menghaluskan produk hingga siap untuk didistribusikan.

3
3.2 Penilaian Risiko di Home Industry C-Maxi Alloycasting
Penilaian risiko potensi bahaya ini menggunakan matriks penilaian risiko potensi bahaya
dengan acuan matriks bersumber dari AS/NZS 4360:2004. Adapun caranya yaitu mengalikan
probability/kemungkinan yang terjadi dan severity/dampak yang terjadi, kemudian hasilnya dapat
menentukan tingkatan risiko .
3.2.1 Kondisi Risiko Awal di Home Industry C-Maxi Alloycasting
Hasil penilaian risiko potensi bahaya di Home Industry C-Maxi Alloycasting. Sumber
bahaya di tempat kerja memiliki tingkatan bahaya mulai dari tingkat bahaya rendah/low sampai ke
tinggi/high.

Presentase Tingkat Risiko Awal


0% 6%
Low
49%
Medium
45%
High
Extreme

Gambar 4.1 Presentase Tingkat Risiko awal

Pada tingkat risiko awal dapat dilihat bahwa risiko Low/dipertimbangkan baru sebanyak 8 risiko
(6%), sedangkan untuk medium/direncanakan sebanyak 57 risiko (45%), untuk high/mendesak
sebanyak 60 risiko (49%) dan extreme/segera sebanyak 0 risiko (0%). Sehingga ini membuktikan
bahwa tindakan pengendalian sangat perlu dilakukan untuk meminimalisir atau mengurangi risiko
di Home Industry C-Maxi Alloycasting. Dengan beberapa tindakan pengendalian tambahan maka
dapat dihitung jumlah risiko akhir dan presentase tingkat risiko akhir. Berikut contoh tabel
penilaian risiko awal dengan mempertimbangkan pengendalian yang telah ada dilihat dari 3 aspek
yaitu aspek keselamatan, aspek kesehatan dan aspek lingkungan. Dapat dilihat pada tabel 4.2

3.2.2 Kondisi Risiko Akhir dengan Pengendalian Tambahan di Home Industry C-Maxi
Alloycasting

4
Presentase Tingkat Risiko Akhir
1%
0%
Low
48% 51% Medium
High
Extreme

Gambar 4.2 Presentase Tingkat Risiko Akhir

Dari hasil penilaian risiko akhir, risiko yang berada pada kategori low/dapat diterima
sebanyak 65 risiko (51%), kategori medium/direncanakan sebanyak 60 risiko (48%), kategori
high/mendesak 1 risiko (1%), kategori extreme/segera tidak ada (0%). Ini membuktikan bahwa
pada risiko saat ini masih terdapat sekitar 49% risiko yang belum mendapatkan tindakan
pengendalian hingga pada level yang dapat diterima.

Adapun hasil dari perhitungan risk reduction dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Risk Reduction Tingkat Risiko

Jumlah Jumlah Risk Rata-rata Risk


No Divisi
Risiko Reduction Reduction
1 Gudang 20 475% 24,00%
2 Pengecoran 47 1050% 22,30%
3 Teknisi 30 675% 22,50%
4 Finishing 37 773% 21,00%
Total 134 2973% 22,00%

Dari tabel terlihat bahwa rata-rata risk reduction yang ada di Home Industry C-Maxi
Alloycasting adalah 22% dengan nilai tertinggi yaitu 24% dan terendah adalah 21%. Dari angka ini
dapat disimpulkan bahwa risk reduction di Home Industry C-Maxi Alloycasting masih kecil dengan
kata lain tindakan pengendalian terhadap risiko yang telah diterapkan di Home Industry C-Maxi
Alloycasting masih rendah. Berikut adalah gambaran faktor bahaya di Home Industry C-Maxi
Alloycastin, dapat dilihat ditabel 4.5

5
3.3 Pengendalian Risiko di Home Industry C-Maxi Alloycasting
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada pihak manajemen, produksi
dan teknisi. Adapun hasil identifikasi dan penilaian risiko yang telah dilakukan, penulis
memberikan rekomendasi pencegahan dan pengendalian sebagai berikut:
a. Faktor Bahaya Lingkungan
Bahaya lingkungan ditemukan dibagian produksi yaitu pada proses pendistribusian oli
menggunakan katrol melalui pipa bawah tanah menuju ke blower didekat tungku/furnace. Potensi
bahaya pada proses ini dikategorikan medium dengan nilai probability 2 dan severity 3 dengan nilai
tingkat risiko adalah 6 yang dikategorikan medium/perlu direncanakan.Pengaruh oli/limbah B3
terhadap lingkungan dengan karakteristik yang dimilikinya yang bersifat toksik, reaktif dan korosif.
Penanganan bahan berbahaya dan beracun (B3) menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesai
Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan yang
karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungsan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Adapun untuk pengendalian tambahan yang bisa dilakukan adalah : penggunaan pipa besi
yang aman dan sesuai dengan standar, elakukan pengecekan pipa secara berkala dan pengecekan
lainnya meliputi pemeriksaan lingkungan kerja, bahan, peralatan dan sistem, melakukan
pengawasan secara berkala untuk mengidentifikasi setiap kelainan yang terjadi seperti kebocoran,
melakukan pengecekan kualitas tanah maupun air untuk melihat apakah tanah dan air
terkontaminasi, melakukan pelatihan bagi karyawan dalam penanggulangan keadaan darurat yang
dilakukan minimal dua kali dalam setahun, bekerja sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP), menggunakan APD secara konsisten.
b. Bahaya Fisik
Bahaya fisik banyak ditemukan pada pekerjaan bagian pengecoran, gerinda maupun
pembubutan. Potensi bahaya fisik dapat berupa kebisingan, cuaca kerja maupun
penerangan/pencahayaan.potensi bahayanya yaitu merusak pendengaran, dehidrasi pada pekerja
maupun mengganggu proses produksi. Adapun untuk pengendalian tambahan yang bisa dilakukan
adalah : melakukan kontrol terhadap suhu udara dan kelembapan ruangan baik didalam maupun
diluar ruangan, membuat exhaust fan, menyediakan air putih yang dicampur garam, pengaturan jam
bekerja atau istirahat, penggunaan pakaian yang nyaman dan longgar, penyediaan kotak P3K,
training prilaku aman bekerja, bekerja sesuai SOP, safety talk, melakukan pembersihan debu secara
manual dengan disapu, disekop, dan dibuang ke penampungan bila memungkinkan melakukan

6
penangkapan debu dengan dust collector, melakukan pemantauan oleh koordinator produksi
terhadap pekerja, inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja harus dilakukan secara berkala meliputi
pemeriksaan lingkungan kerja, bahan, peralatan dan sistem, sosialisasi mengenai APD dengan
tindakan tegas kepada pekerja, penggunaan APD konsisten seperti masker, sarung tangan, kaca
mata, ear plug dan sepatu.
c. Faktor Bahaya Elektrik/listrik
Bahaya instalasi listrik terdapat pada pekerjaan yang menggunakan listrik sebagai alat bantu
pekerjaan di Home Industry C-Maxi Alloycasting, seperti pada proses gerinda dan pembubutan.
Adapun tingkat potensi bahaya di Home Industry C-Maxi Alloycasting termasuk kedalam tingkat
bahaya tinggi. Kapasitas ampere yang terdapat pada peralatan listrik di Home Industry C-Maxi
Alloycasting adalah 300 ampere dengan sistem kelistrikan 3 pha. Berdasarkan penelitian (Indra,
2011) dalam penelitiannya mengenai analisis sistem instalasi listrik rumah tinggal dan gedung
menyebutkan dampak dari kerugian bila instalasi listrik gedung tidak memenuhi standar ialah
kebakaran. Kebakaran tersebut disebabkan oleh kelalaian dan pemakaian listrik yang salah,
sehingga berdampak pada kerusakan material yang cukup besar dan juga dapat menyebabkan
hilangnya nyawa. Adapun untuk pengendalian tambahan yang bisa dilakukan adalah : mengganti
instalasi listrik setiap 20 tahun pemakaian, memasang perlindungan terhadap kabel dan penutup
stop kontak, mengecek dengan rutin kondisi peralatan listrik, inspeksi APAR secara rutin dan
inspeksi K3 harus dilakukan secara teratur meliputi pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan,
membuat poster yang berhubungan dengan penggunaan perangkat peralatan dan sistem, membuat
listrik yang benar disetiap unit pengoperasian alat, membuat sistem penanggulangan keadaan
darurat, melakukan pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), memberi rambu
peringatan 3 seperti pemasangan peringatan “AWAS bahaya listrik!”, menggunakan perlengkapan
APD secara rutin seperti mengunakan perlindungan tangan/sarung tangan, masker dan sepatu,
penyediaan kotak P3K harus terisi lengkap dan pemasangan emergency shut down gedung.
d. Faktor Bahaya Kimia
Bahaya kebocoran gas terdapat pada pekerjaan yang menggunakan gas sebagai media
penghasil energi. Tabung LPG diletakkan dibagian produksi Home Industry C-Maxi Alloycasting,
jumlah tabung LPG ada 8 buah, untuk berat 50 kg sebanyak 5 buah dan berat 20 kg sebanyak buah.
Tabung LPG ini bisa berisiko tinggi apabila pemasangan tabung gas tidak aman dapat memicu
terjadinya ledakan bahkan kebakaran. Menurut (Ike, 2012) dalam analisis potensi risiko
keselamatan liquefied petroleum gas (LPG), frekuensi kecelakaan kebakaran dan ledakan pada
tabung gas (LPG) tergolong cukup tinggi. Adapun pengendalian tambahan yaitu: (1) Melakukan

7
program pemeliharaan dengan mengecek dengan rutin kondisi tabung gas (2) Melakukan kegiatan
dalam penanggulangan keadaan darurat (3) Melakukan pekerjaan sesuai SOP (4) Memberikan
rambu peringatan (5) Memberikan rambu peringatan K3 seperti bahaya tekanan gas (6) Inspeksi K3
harus dilakukan secara teratur meliputi pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan, bahan dan
peralatan (7) Penyediaan kotak P3K (8) Menggunakan APD masker dan sepatu.
e. Faktor Bahaya Biologi
Faktor bahaya biologi bisa disebabkan oleh bakteri, jamur maupun virus. Berdasarkan
penelitian (Della, 2012) tentang analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja di penyamakan
kulit X . Menyebutkan bahaya biologi berpotensi menimbulkan infeksi akibat kerja seperti bakteri
dan virus. Adapun pengendalian tambahan yaitu: menyediakan beberapa gelas disetiap penyediaan
air minum, dimana menyediakan gelas umum dan khusus. Khusus yaitu untuk pekerja yang
memiliki penyakit tertentu/batuk/TBC supaya tidak menularkan kepada pekerja yang lainnya,
pemberian label pada gelas khusus dan umum dan melakukan pengecekan kesehatan terhadap
pekerja.
f. Bahaya ergonomi
Bahaya ergonomi yang terdapat pada pekerjaan yang melakukan pengangkatan bahan baku dari
mobil keruang bahan baku secara manual, pengambilan coran dan penuangannya, pemindahan
material/produk jadi ke gudang. Dalam penelitian (Artia, 2009) tentang identifikasi bahaya dan
penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Utiliy PT. SK. Keris Banten menyajikan
bahwa pekerjaan manual seperti mengangkat beban dan melakukan secara berulang-ulang dapat
mengakibatkan tegangan tubuh dan Adapun untuk pengendalian tambahan yang bisa dilakukan
adalah : proses pengangkatan bahan baku secara manual diganti menjadi penggunaan troli,
melakukan pengaturan jam kerja/ istirahat, penyediaan air minum yang dicampur garam, bekerja
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), training prilaku aman bekerja, safety talk,
penyediaan kotak P3K, melakukan pemantauan oleh koordinator produksi, penggunaan APD secara
konsisten seperti sarung tangan, masker dan sepatu safety.
4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian serta pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil identifikasi dan penilaian basic risk (risiko awal) yang dilakukan di 4 divisi di Home
Industry C-Maxi Alloycasting memiliki 126 risiko, diantaranya risiko Low/dipertimbangkan
sebanyak 8 risiko (6%), sedangkan untuk medium/direncanakan sebanyak 57 risiko (45%),

8
untuk high/mendesak sebanyak 60 risiko (48%) dan extreme/segera sebanyak 0 risiko (0%).
Risiko dari aspek keselamatan, kesehatan dan lingkungan meliputi konsleting/kebakaran,
ledakan, luka bakar, tertimpa material, terbentur, dehidrasi, gangguan pendengaran, gangguan
pernafasan (batuk), sakit pinggang, iritasi mata, pencemaran lingkungan oleh limbah B3 dan
limbah padat. Sumber bahaya berasal dari bahaya fisik, bahaya listrik, bahaya kimiawi, bahaya
lingkungan dan bahaya ergonomi. Hasil identifikasi dan penilaian risiko dengan pengendalian
tambahan didapatkan risiko yang berada pada kategori low/dapat diterima sebanyak 65 risiko
(51%), kategori medium/direncanakan sebanyak 60 risiko (48%), kategori high/mendesak 1
risiko (1%), kategori extreme/segera tidak ada (0%). Rata-rata risk reduction setelah
menambahkan pengendalian di Home Industry C-Maxi Alloycasting adalah 22% dengan nilai
tertinggi yaitu 24% dan terendah adalah 21%.
2. Pengendalian risiko yang dilakukan oleh Home Industry C-Maxi Alloycasting berjalan cukup
baik hanya saja pengendalian tersebut harus diimbangi dengan kesadaran tiap individu untuk
konsisten melaksanakan setiap kegiatan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

DAFTAR PUSTAKA

Artia, 2009. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tahun 2009 di Unit Utility PT. SK. Keris Banten. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
AS/NZS 4360 : 2004 Risk Management
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2018. Data Kecelakaan Kerja. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

Cross, Jean et.al. (2004). OHS Risk Management Handbook. Australia: Standards Australia
International Ltd.
Della, Gusani. 2012. Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Penyamakan Kulit
X Tahun 2012. Tugas Akhir. Universitas Indonesia
Direktorat Bina Kesehatan Kerja. 2014. Data Kecelakaan Kerja. Kementrian Kesehatan.

Febrilia, Mustika. 2017. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian Risiko Dengan
Metode HIRADC Di Pabrik Pengecoran Logam Politeknik Manufaktur, Bandung.

Ike, Pujiriani. 2012. Analisis Potensi Risiko Keselamatan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di
Depok Tahun 2011. Universitas Indonesia. Jakarta

Indra Z. 2011. Analisis Sistem Instalasi Listrik Rumah Tinggal dan Gedung untuk Mencegah
Bahaya Kebakaran. Politeknik Negeri Jakarta

9
OHSAS 18001 : 2007 Occupational Health and Safety Management System.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Peraturan Pemerintah Republik Indonesai Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.
Undang-undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1970 Mengenai Keselamatan Kerja

10

Anda mungkin juga menyukai