Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis
Kabupaten Pamekasan Madura
Niken Purwidiani
Dosen Program Studi Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya
niken_purwidiani@yahoo.co.id
Abstrak
Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam porsi terbanyak dari susunan menu di Indonesia,
rasanya netral, sumber karbohidrat, dan mengenyangkan. Makanan pokok masyarakat Indonesia bermacam-macam ada
yang berasal dari padi, jagung, singkong, sagu, maupun yang lain. Makanan pokok disetiap daerah berbeda, perbedaan
itu dipengaruhi oleh hasil alam, seperti yang terjadi daerah Madura yang sebagian besar hasil alamnya adalah jagung.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: 1) pola konsumsi makanan pokok; 2) faktor yang mempengaruhi
pola konsumsi makanan pokok, dan; 3) angka kecukupan gizi dalam pola konsumsi makanan pokok pada penduduk
Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data tertulis dan sumber data
tidak tertulis diperoleh dari kepala desa dan warga penduduk. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu
peneliti, alat tulis dan catatan, serta alat untuk memotret. Validasi instrumen dilakukan pada dosen ahli. Teknik
pengambilan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian: 1) pola konsumsi makanan pokok pada penduduk Desa Pagendingan
Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan terdiri dari nasi putih, nasi jagung, dan nasi singkong yang dikonsumsi dengan
lauk pauk yang berasal dari hewani maupun nabati, baik yang berkuah maupun tidak berkuah, baik yang melalui proses
pemasakan maupun tanpa proses pemasakan yang terdiri dari: sayur, sayuran, sambal-sambalan, dan goreng-gorengan.
Jumlah makanan pokok yang dikonsumsi yaitu sebanyak 150-200 gram setiap kali makan, frekuensi makan penduduk
tiga kali sehari yaitu makan pagi, siang, dan malam; 2) faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makanan pokok
penduduk Desa Pagendingan adalah faktor kodisi, kesukaan, budaya, masyarakat, status sosial ekonomi, dan kesehatan;
3) menu hidangan makanan yang disajikan penduduk Desa Pagendingan yang dikonsumsi sehari-hari sudah memenuhi
angka kecukupan gizi energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kata kunci: Makanan Pokok, Pola Konsumsi, Faktor Pola Konsumi, AKG
Abstract
The staple food is food that is consumed the largest portion of the menu composition in Indonesia, it feels
neutral, a source of carbohydrates, and filling. Indonesian staple food assortment have derived from rice, corn, cassava,
sago, and others. Each region has different staple food, the dissimilarity is influenced by region natural products, which
also happen in Madura that most of natural product is corn.
The objective was to to describe: 1) consumption system of staple food; 2) factors which influence
consumption system of staple food, and; 3) nutritional adequacy rate in consumption system of staple food on society in
Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura.
This type of research is descriptive qualitative study. Data sources written and data source is not written
obtained from the head of the village and the residents. Data collection instruments used are researchers, stationery and
notes, as well as tools for photographing. Validation of instruments carried on expert lecturers. Data collection
techniques through observation, interviews and documentation. We got descriptive qualitative data. Based on the result
of research in: 1) consumption system of staple food on society in Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten
Pamekasan Madura consisted of rice, corn rice and cassava rice. The society usually consumes them with side dish from
animals or plants, scalloping or not, cooked or not that consists of vegetables, fried spices and fried food. The amount of
staple food was as many as 150-200 grams for each meal. The societies usually have meals in morning, afternoon and
evening; 2) Consumption system of staple food was influenced by condition, predilection, culture, society, economy
social status and health factors; 3) Their food beverage had fulfilled nutritional adequacy rate to do habitually activity.
Keywords: Staple Food, Consumption System, Factors of Consumption System, Nutritional Adequacy Rate
108
e-Journal Boga, Volume 4, Nomor 3, Edisi Yudisium Periode Oktober Tahun 2015, Hal 108-121
109
Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura
yang mempengaruhi pola konsumsi makanan, faktor tentang luas dan batas wilayah Desa Pagendingan,
lainnya yaitu agama dan kepercayaan, status sosial kondisi wilayah Desa Pagendingan, hasil bumi
ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, Desa Pagendingan, demografi Desa Pagendingan
dan rasa kenyang serta kesehatan. yang terdiri dari: jumlah penduduk, agama, tingkat
Riyadi (2003) diversifikasi makanan merupakan pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah angota
suatu proses pemilihan makanan yang tidak hanya keluarga, penyebaran penduduk, sarana dan
tergantung pada satu jenis makanan, akan tetapi memiliki prasarana Desa Pagendingan yang terdiri dari:
beragam pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan tempat pendidikan, tempat ibadah, pasar, layanan
makanan. Konsep diversifikasi tidak hanya terbatas kesehatan, fasilitas pendukung, serta tata pamong
makanan pokok, sehingga diversifikasi konsumsi pangan Desa Pagendingan yang terdiri dari: struktur
diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang organisasi, personalia, dan tokoh masyarakat
dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan 2.Sumber data tidak tertulis
non-beras. Sumber data tidak tertulis dalam penelitian ini
Program diversifikasi Indonesia makanan yaitu dengan menggunakan sumber informasi dari:
dimaksudkan untuk memvariasikan konsumsi masyarakat a) Kepala Desa
Indonesia agar tidak terfokus pada beras, karena makanan Kepala desa adalah sumber informasi yang dapat
pokok terdiri dari jagung, singkong, sagu, dan umbi- membantu penulis dalam melengkapi data yang
umbian. Keanekaragaman makanan yang terjadi pada diperlukan dari penelitian yang dilakukan.
penduduk Desa Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Wawancara dilakukan pada ibu Hj. Rahmawati,
yang mengkonsumsi jagung dan singkong sebagai SH. sebagai kepala desa.
campuran beras tidak hanya untuk mengurangi b) Warga Penduduk
ketergantungan akan satu jenis makanan tertentu, akan Warga penduduk disekitar Desa Pagendingan,
tetapi dimaksudkan untuk mencapai keberagaman Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan, Madura,
komposisi gizi sehingga mampu menjamin peningkatan dipilih sebagai informan karena mereka
kualitas gizi masyarakat. merupakan pelaku utama dalam penelitian yang
Penelitian ini dilakukan untuk Mendeskripsikan dilakukan. Warga penduduk dapat memberikan
profil, pola konsumsi makanan pokok, faktor yang data tentang kebudayaan dan adat istiadat yang
mempengaruhi pola konsumsi makanan pokok, dan berlaku dan berhubungan dengan pola konsumsi
kecukupan gizi dalam pola konsumsi makanan pokok makanan penduduk yang masih dilestarikan serta
pada penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis data yang berkaitan dengan pengolahan makanan
Kabupaten Pamekasan, Madura. dan konsumsi makanan pokok di Desa
Pagendingan, Kecamatan Galis Kabupaten
METODE Pamekasan, Madura. Wawancara dilakukan pada
A. Pendekatan Penelitian Perangkat Desa Pagendingan yaitu Zaibollah usia
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 38 tahun dan Abd. Aziz usia 42 tahun, Masyarakat
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah Desa Pagendingan yaitu Agustiawan Wahyudi
penelitian yang dilakukan secara mendalam terhadap usia 17 tahun, Hery Dasi Andika usia 17 tahun,
suatu yang ada dalam latar penelitian (Moleong, Abdurrahman usia 40 tahun, Horriyah usia 47
2011:149). Penelitian deskriptif mempelajari masalah- tahun, Moh. Fadli 65 tahun, H. Syukron 70 tahun,
masalah yang ada dalam penduduk, dan lebih mengarah Harjo Sumarto 62 tahun, Fathor Rahem usia 48
ke studi kasus, antara lain adalah cara yang berlaku tahun.
dalam penduduk serta situasi-situasi tertentu termasuk C. Instrumen Pengumpulan Data
tentang hubungan, sikap, kegiatan, pandangan serta Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas
proses yang berlangsung dan pengaruh dari fenomena yang digunakan dalam pengumpulan data agar
yang terdapat dalam penduduk. pekerjaan lebih mudah. Instrumen yang digunakan
B. Sumber Data dan Data Penelitian dalam penelitian ini adalah:
Sumber data yang digunakan peneliti yaitu: 1.Peneliti
1. Sumber data tertulis Peneliti merupakan instrumen penelitian sebagai
Moleong (2011:159) sumber data tertulis pelaku utama yaitu yang melakukan penelitian dan
merupakan suatu sumber data di luar kata ataupun orang yang mengumpulakan data. Peneliti harus
tindakan. Sumber data tertulis yang digunakan menyajikan data yang sesuai dengan hasil
dalam penelitian ini adalah berupa arsip yang pengambilan data dan data yang disajikan benar
diperoleh dari Kepala Desa setempat yang berisi tidak dibuat-buat.
110
e-Journal Boga, Volume 4, Nomor 3, Edisi Yudisium Periode Oktober Tahun 2015, Hal 108-121
111
Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura
yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan Kota Kabupaten adalah 10 km yang dapat ditempuh
beberapa bentuk metode, dimana antara dat yang dengan waktu sekitar 30 menit. Sedangkan dari kota
diperoleh dibandingkan dengan tujuan untuk propinsi yaitu 120km dan Ibu kota Negara 1000km.
mengabsahkan data. Menurut Moleong (2011:330)
triangulasi merupakan teknik keabsahan pemeriksaan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Triangulasi metode berarti membandingkan dan
mengecek balik suatu informasi yang diperoleh dengan
cara menggunakan beberapa teknik pengumpulan data Gambar 4.2 Akses Jalan Desa Pagendingan
dari beberapa sumber data guna mendapatkan kesimpulan Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015
inti yang tepat. Ketinggian Desa Pagendingan adalah berupa
1. Triangulasi metode daratan sedang yaitu sekitar 4m diatas permukaan air laut
Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan termasuk dataran rendah dengan suhu rata-rata 30 ‘C
yang ditunjang dengan metode observasi pada saat Ditinjau secara klimatologis Desa Pagendingan
wawancara dilakukan. Triangulasi metode berarti merupakan daerah dengan iklim tropis yang memiliki
membandingkan dan mengecek kembali suatu informasi curah hujan yang tinggi.
yang diperoleh dengan cara menggunakan beberapa 2. Hasil bumi
teknik pengumpulan data dari beberapa sumber data Hasil bumi yang dihasilkan Penduduk Desa
untuk mendapatkan kesimpulan inti yang tepat. Pagendingan beranekaragam mulai dari makanan pokok
2. Triangulasi antar peneliti seperti beras (padi), jagung, singkong, ubi ataupun
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut tanaman lainnya seperti tembakau, tomat, cabe, terong,
memeriksa hasil pengumpulan data. Dosen pembimbing kacang tanah, tebu, belewa, dll. Masa tanam dilihat dari
bertindak sebagai pengamat yang memberikan masuka kalender musim yang berlaku di Desa Pagendingan.
terhadap hasil pengumpulan data. 3. Demografi atau kependudukan
3. Triangulasi sumber data Jumlah penduduk Desa Pagendingan Kecamatan
Menggunakan berbagai sumber data seperti Galis Kabupaten Pamekasan berjenis kelamin laki-laki
dokumentasi, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau yaitu 1.321 orang, perempuan yaitu 1.663 orang sehingga
dengan wawancara lebih dari satu subjek yang dianggap jumlah keseluruhan 2.984 orang dengan kepala keluarga
memiliki sudut pandang yang berbeda yaitu 876 KK Warga Negara Indonesia.
4. Triangulasi teori a) Agama dan kepercayaan
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk Jumlah Penduduk Desa Pagendingan menurut
memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah agama atau penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
memenuhi syarat. Teori-teori pendukung tersebut berasal yaitu beragama Islam berjumlah 2.984 orang
dari media internet, artikel, maupun buku yang terkait b) Tingkat pendidikan (usia produktif)
dengan tujuan penelitian pola konsumsi makanan pokok Berdasarkan data yang didapatkan peneliti bahwa
pada penduduk Desa Pagendingan penduduk usia produktif pada usia 19 sampai 23 tahun
keatas Desa Pagendingan sekitar 1.204 atau 12.04 persen.
HASIL DAN PEMBAHASAN c) Pekerjaan
A. Profil Desa Pagendingan Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang
1. Luas dan batas wilayah (peta) bekerja di sektor pertanian berjumlah 724 orang, yang
Luas Desa Pagendingan yaitu 117.680 m2 dan Desa bekerja disektor jasa berjumlah 56 orang, yang bekerja di
Pagendingan terletak diwilayah Kecamatan Galis sektor wiraswasta atau pedagang 26 orang, dan bekerja di
Kabupaten Pamekasan dengan posisi dibatasi oleh sektor lain-lain 48 orang. Dengan demikian jumlah
wilayah desa-desa tetangga. penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah
Disebelah utara berbatasan dengan Desa Grujugan 814 orang.
Kecamatan Larangan, disebelah barat berbatasan dengan d) Pendapatan
Desa Tentenan Timur Kecamatan Larangan, disisi selatan Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa
berbatasan dengan Desa Konang Kecamatan Galis, Pagendingan Rp550.000,00. Secara umum mata
sedangkan disebelah timur berbatasan dengan Desa pencaharian warga masyarakat Desa Pagendingan dapat
Ponteh Kecamatan Galis teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian,
Jarak tempuh Desa Pagendingan ke Ibu Kota jasa atau perdagangan, industri dan lain-lain.
Kecamatan adalah 3 km, yang dapat ditempuh dengan
waktu sekitar 10 menit, sedangkan jarak tempuh ke Ibu
112
e-Journal Boga, Volume 4, Nomor 3, Edisi Yudisium Periode Oktober Tahun 2015, Hal 108-121
113
Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura
b. Nasi jagung
Nasi jagung adalah makanan pokok kedua setelah
nasi putih bagi penduduk Desa Pagendingan. Penduduk
menyebut istilah nasi jagung dengan “nase’ jegung”. Nasi
jagung terbuat dari jagung yang sudah dipipil kemudian
digiling. Gambar 4.9 Nasi Jagung perbandingan 1:1
Jagung merupakan salah satu tanaman makanan Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015
dunia yang terpenting selain gandum dan padi yang juga Hidangan pada gambar 4.9 terdiri dari dua nasi yang
sebagai sumber karbohidrat kedua di Madura termasuk di sama dalam tiap porsinya antara nasi jagung dan nasi
Desa Pagendingan beras (padi). Hidangan ini biasanya dikonsumsi oleh
Jagung yang digunakan untuk membuat nasi jagung penduduk yang memiliki tingkat ekonomi sedang
yaitu jenis jagung putih dan kuning. Seperti penelitian maupun penduduk yang tingkat ekonominya menengah
yang dilakukan oleh Margareta (2014) di daerah keatas.
Bangkalan, Madura. Jagung yang digunakan untuk
membuat nasi jagung yaitu jagung putih karena tekstur
nasi jagung putih lebih lembut dibandingkan jagung
kuning. Berbeda dengan penduduk Desa Pagendingan,
Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura. Jenis
jagung yang digunakan adalah jenis jagung kuning. Gambar 4.10 Nasi Jagung perbandingan 1:2
Menurut pendapat Purwono dan Hartono (2010:13) Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015
disebut tipe jagung gigi kuda (dent corn) karena terdapat Hidangan pada gambar 4.10 terdiri dari dua nasi
lekukan di puncak biji, lekukan tersebut terjadi karena yang berbeda dalam tiap porsinya antara nasi jagung dan
pati keras terdapat di pinggir dan pati lembek di puncak nasi beras (padi). Perbandingannya lebih banyak nasi
biji. Jagung gigi kuda umumnya berwarna kuning. beras (padi) dari pada nasi jagung. Hidangan ini biasanya
Nasi jagung dikonsumsi oleh semua kalangan mulai dikonsumsi oleh penduduk yang memiliki tingkat
dari penduduk dengan tingkat sosial menengah keatas, ekonomi menengah keatas.
tingkat sosial sedang, maupun tingkat sosial menengah Mengkonsumsi nasi jagung sama seperti
keatas. mengkonsumsi nasi putih murni yaitu dilakukan pada
waktu makan pagi, makan siang, dan makan malam.
Jumlah yang dikonsumsi pun sama antara 150-200 gram
setiap kali makan.
Dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005),
setiap 100 gram jagung mengandung energi 366 kkal dan
9,8 gram protein. Sediaoetama (1999) disebutkan kadar
berbagai zat gizi di dalam jagung pada umumnya sedikit
Gambar 4.8 Nasi Jagung Murni lebih tinggi daripada beras, namun demikian pengolahan
Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015 dan digestibilitasnya lebih sulit dan lebih rendah daripada
Hidangan pada gambar 4.8 dikonsumsi oleh beras.
penduduk yang memiliki tingkat sosial menengah c. Nasi Singkong
kebawah, karena harga nasi jagung murah dan mudah Nasi singkong juga masih dikonsumsi oleh
didapatkan jika dibandingkan harga beras. Hidangan nasi penduduk Desa Pagendingan. Istilah yang dikenalkan
jagung murni ini dipilih oleh penduduk dengan tingkat oleh penduduk Desa Pagendingan yaitu bernama “Nase’
sosial menengah kebawah tanpa mencampur dengan Tenggeng” Namun mengkonsumsi nasi singkong tidak
beras (padi) karena akan lebih murah. dilakukan setiap hari. Hal ini berdasarkan wawancara
Selain itu, hidangan nasi jagung murni ini mencegah dengan Ibu Horriyah, “Warga masih mengkonsumsi nasi
penyakit diabet karena nasi jagung memiliki kadar singkong jika musim singkong dan bila ingin makan nasi
glukosa yang rendah sehingga baik dikonsumsi untuk singkong warga membeli singkong pada orang menanam
mencegah penyakit diabet. (Setyahati, 2014:75) singkong atau membeli di pasar tradisional”.
Singkong yang digunakan untuk pembuatan nasi
singkong yaitu singkong yang tidak muda dan tidak tua.
Singkong yang diolah menjadi nasi singkong didapatkan
penduduk dari hasil bertani, membeli dari orang yang
114
e-Journal Boga, Volume 4, Nomor 3, Edisi Yudisium Periode Oktober Tahun 2015, Hal 108-121
bertani, atau pun membeli di pasar yang terletak di pasar Desa Pagendingan berharap agar makanan pokok ini
tradisional Desa Pagendingan. terus dihasilkan oleh petani.
Hal ini berdasarkan wawancara dengan Ibu Makanan pokok dapat dikonsumsi dengan berbagai
Wahyuni, “Singkong yang diolah menjadi nasi singkong lauk-pauk karena rasanya yang netral. Dalam setiap
adalah yang tidak muda dan tidak terlalu tua” penyajiannya, makanan pokok dikonsumsi bersama sayur
Pengolahan singkong untuk pembuatan nasi dimulai lodeh, sayur asam, sambal, dan urap-urapan. Hal ini juga
dari pengupasan, dicuci, dan dipasrah. Singkong didukung oleh sumber makanan terutama sayuran dan
dicampur dengan nasi yang sudah diolah setengah ikan laut yang mudah didapatkan dari hasil bertanam
matang kemudian dicampurkan untuk kemudian dikukus, sendiri di depan halaman rumah atau pun dari ladang
baik itu menggunakan tungku, kompor maupun mejikom. sawah. Sehingga dapat dengan mudah memperoleh
Hidangan nasi singkong tanpa campuran nasi beras sumber vitamin yang beragam dan bervariasi dari sayuran
(padi) dikonsumsi oleh penduduk yang memiliki tingkat dan protein dari hewan.
sosial menengah kebawah, karena harga nasi singkong Sedangkan gambar 4.12, yaitu hidangan lengkap Ibu
murah dan mudah didapatkan jika dibandingkan harga Rumsiah “Saya mengkonsumsi nasi jagung dengan
beras. gengan meronggih (sayur kelor), geng panggeng (ikan
panggang), jukok kendui (ikan teri asin), dan cek peccek
acan (ulek terasi)”.
115
Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura
116
e-Journal Boga, Volume 4, Nomor 3, Edisi Yudisium Periode Oktober Tahun 2015, Hal 108-121
melon, manggis, apel merah, dsb. Seperti yang terlihat 2. Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
pada gambar 4.27 Makanan Pokok di Desa Pagendingan
Makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh
manusia diperoleh dari lingkungan di mana kelompoknya
tinggal seperti yang terjadi pada penduduk Desa
Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.
Salah satu wujud dari salah satu kebudayaan manusia
ialah makanan, yang dalam dalam proses pengolahannya
dari bahan bahan mentah menjadi makanan, serta
perwujudan, cara penyajian, dan pengonsumsiannya
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor Geografis (Kondisi)
Berdasarkan letak geografisnya Desa Pagendingan
berada pada iklim tropis yang memiliki curah hujan yang
tinggi. Sehingga penduduk Desa Pagendingan bisa
Gambar 4.27 Hidangan Penutup bertanam padi, jagung maupun singkong. Ketersedian air
Sumber: (http://www.buah-buahan.com) dan tanah yang subur sangat membantu penduduk Desa
Pagendingan untuk terus bertanam jagung, beras, atau
3. Frekuensi Makanan Pokok di Desa Pagendingan pun singkong (Hal ini berdasarkan hasil observasi dengan
Konsumsi makanan pokok nasi jagung ini dilakukan Bapak Saleh penduduk Desa Pagendingan)
tiga kali dalam sehari, pagi antara pukul 07.00-10.00, Makanan pokok Penduduk Desa Pagendingan
siang antara pukul 12.00-14.00, dan malam antara pukul bermacam-macam ada yang berasal dari padi, jagung,
18.00-20.00 dan singkong. Makanan pokok yang dikonsumsi oleh
Abdurrahman usia 40 tahun ketika diwawancarai penduduk Desa Pagendingan biasanya diperoleh dari
mengungkapkan, “Saya makan 3 kali sehari, pagi hasil bertanam maupun membeli dari pedagang. Selain
sebelum berjualan, siang, dan malam”. bertanam makanan pokok penduduk Desa Pagendingan
Tidak ada perbedaan frekuensi makan pada juga bertanam tembakau, tebu, ubi, sayuran seperti
penduduk Desa Pagendingan. Rata-rata waktu makan mentimun, terung, tomat, cabe, dsb. Hasil bertani
penduduk yaitu waktu makan pagi, waktu makan siang, nantinya untuk dijual ke pengepul atau pun penduduk dan
dan waktu makan malam. Seperti yang diungkapkan Ibu ada juga yang dikonsumsi sendiri.
Daniyati usia 29 tahun salah satu penduduk Desa Berdasarkan data sistem informasi pembangunan
Pagendingan, “Waktu makan saya pagi, siang, dan daerah produksi padi di Kabupaten Pamekasan pada
malam, terkadang ya makan lagi kalau sudah lapar. tahun 2011 sudah mencapai 149 ribu ton, yang dihasilkan
Namun tidak dengan makanan berat, ya seperti krepek dari lahan seluas 23.746 hektar. Sentra utama padi di
tette yang diolah menjadi rujak khas madura”. Kabupaten Pamekasan terdapat di 5 kecamatan yaitu
Lain lagi yang diungkap oleh Moh Fadli usia 65 Kecamatan Pademawu, Pakong, Proppo, Larangan, dan
tahun yang bermata pencaharian sebagai petani Pagantenan
mengungkapkan, “Saya makan tiga kali sehari, pagi, Jagung merupakan sumber makanan pokok kedua
siang, dan malam tapi jumlahnya banyak (sambil setelah beras. Jagung yang dikembangkan mencakup
tersenyum). Sore makan lagi kalau lapar terkadang hanya jagung komposit atau lokal dan hibrida. Dengan luas
makan kudapan seperti pastel atau jemblem”. lahan lebih dari 40 ribu hektar, produksi jagung
Jadi dapat disimpulkan waktu makan penduduk Kabupaten Pamekasan pada tahun 2011 mencapai 144
Desa Pagendingan yaitu waktu makan pagi, siang, dan ribu ton pipil kering (Sistem Informasi Pembangunan
malam. Makanan yang dikonsumsi berupa makanan Daerah: 2015)
pokok dan diselingi dengan makanan kudapan olahan Penduduk akan mengkonsumsi makanan dari hasil
jagung ataupun singkong. pertanian yang menjadi komonitas Desa Pagendingan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Indrati dan Gardjito: Penduduk Desa Pagendingan memanfaatkan dan
(2014:269) yang mengatakan, waktu penyajian makan menggunakan padi serta jagung sebagai makanan pokok
pagi antara pukul 06.00 sampai pukul 08.00. Sedangkan sehari-hari. Hidangan pelengkap nasi jagung yang
waktu makan siang dilakukan pukul 12.30 sampai pukul dikonsumsi penduduk Desa Pagendingan adalah lauk
13.30 dan waktu makan malam pada pukul 18.30 sampai hewani yang berasal dari laut seperti pindang, tongkol,
19.00 teri, udang, dan kerang. Secara geografis Desa
Pagendingan dekat dengan pantai “talang siring” kira
117
Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura
kira jaraknya 5 km dan dapt ditempuh dalam waktu 15 dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi kebudayaan
menit jika menggunakan sepeda motor. Biasanya para yang secara tidak sadar dilakukan. Selain itu juga
nelayan mengirim hasil berlayarnya untuk dijual di pasar kebiasaan merupakan kelakuan-kelakuan yang tersusun
tradisional dan beberapa tengkulak membeli langsung dan terbentuk secara tidak disengaja atau tidak sadar.
kepada nelayan di pantai untuk di jual kembali. Faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makanan
Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan geografis pokok di Desa Pagendingan sudah sesuai dengan
berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan pokok, hal pendapat Indrati dan Gardjito (2014:267) yang
ini karena adanya pengaruh alam terhadap ketersediaan mengatakan bahwa budaya atau tradisi yang telah
bahan makanan yang berbeda antar daerah. melekat secara turun menurun pada masyarakat tertentu
Faktor geografis di Desa Pagendingan berpengaruh dapat pula mempengaruhi kebiasaan makannya. Selain
terhadap pola konsumsi makanan pokok yang sesuai itu juga diungkap oleh Dirjen Binkesmas RI (2007:28)
dengan pendapat Indrati dan Gardjito (2014:268) yang yang mengatakan bahwa budaya cukup menentukan jenis
mengatakan, kondisi alam dan ketersediaan bahan pangan makanan yang sering dikonsumsi.
di suatu daerah sangat memengaruhi pola konsumsi dan Sama halnya dengan pendapat Koentjaraningrat
kebiasaan makan di daerah tersebut. (2002:180) bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan
Sedangkan pendapat Pradnyawati (1997) sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
konsumsi makanan yaitu ketersediaan makanan di suatu manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa
tempat. hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan.
2. Kesukaan 4. Masyarakat
Kesukaan mempengaruhi pola konsumsi makanan Jika dilihat dari hasil penelitian, teman sebaya dan
pokok nasi jagung di Desa Pagendingan Kecamatan Galis tetangga lain juga mengkonsumsi makanan tersebut.
Kabupaten Pamekasan. Kesukaan terhadap makanan nasi Sehingga mereka pun ikut mengkonsumsi makanan
jagung bergantung pada setiap individu dalam menilai tersebut. Salah penduduk pendatang yang saya temui
dan menikmati suatu hidangan nasi jagung. Penduduk mengatakan, tidak mengkonsumsi nasi jagung karena
berfikir mengkonsumsi nasi jagung dapat memenuhi tidak terbiasa dan biasanya sakit menimbulkan perut
kebutuhan makan dan menghasilkan energi untuk kembung dan sakit perut. Namun terkadang sesekali saya
melakukan aktivitas. membeli di pasar karena tetangga saya selalu
Kesukaan penduduk Desa Pagendingan terhadap mengkonsumsi nasi jagung dari olahannya sendiri.
nasi jagung sudah sesuai dengan pendapat Dirjen Penduduk di Desa Pagendingan rata-rata
Binkesmas Depkes RI (2007:29) yang mengatakan, hal mengkonsumsi nasi jagung dan apabila tidak
hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh mengkonsumsi sama seperti tidak makan, apalagi
terhadap kebiasaan makan seseorang. tetangga lain selalu mengkonsumsi nasi jagung, hal ini
3. Budaya diungkap oleh salah satu penduduk di Desa Pagendingan.
Budaya adalah faktor utama yang mempengaruhi Jadi faktor masyarakat mempengaruhi dalam pemilihan
penduduk Desa Pagendingan tetap mengkonsumsi nasi konsumsi makanan pokok yang sesuai dengan pendapat
jagung sebagai makanan pokoknya. Sudah sejak dahulu Indrati dan Gardjito (2014) masyarakat memilih makan
penduduk Desa Pagendingan mengkonsumsi makanan nasi jagung sebagai nilai simbolik dibandingkan nilai
ini, apalagi bertanam jagung sudah menjadi kebiasaan gizi dari makanan tersebut.
setiap tahunnya. Sehingga hasil bertanam jagung terus 5. Status Sosial Ekonomi
dibudidayakan sebagai makanan pokok di Desa Status sosial di Desa Pagendingan juga
Pagendingan. Selain jagung ada penduduk yang mempengaruhi pola makanan pokoknya. Penduduk Desa
mengolah singkong menjadi nasi singkong sebagai Pagendingan didominasi oleh status sosial ekonomi kelas
makanan pokok. Budaya bertanam yang turun temurun menengah kebawah dengan demikian pola konsumsi
inilah yang menjadi dasar penduduk Desa memilih makanan pokok berbeda.
jagung, beras (padi) dan singkong sebagai makanan yang Kepala rumah tangga keluarga rata-rata bekerja
dikonsumsi sehari-hari. Apalagi akses dan cara sebagai petani. Pendapatan pokok petani yang
mendapatkan bahan makanan pokok ini tidaklah sulit mempunyai lahan sendiri umumya berada dalam tingkat
bagi penduduk Desa Pagendingan, dengan harga yang sosial menengah sedang dan kepal keluarga yang bekerja
relatif murah dan terjangkau semua kalangan penduduk sebagai buruh tani dan menyewa lahan berada dalam
dapat dengan mudah memperoleh makanan pokok ini. kelompok status sosial menengah kebawah. Kepala
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan pekerjaan sebagai petani umumnya
kebiasaan makan nasi jagung merupakan kegiatan yang adalah keluarga dengan pendapatan rendah. Sehingga
118
e-Journal Boga, Volume 4, Nomor 3, Edisi Yudisium Periode Oktober Tahun 2015, Hal 108-121
memilih untuk memenuhi kebutuhan untuk makan sehari- Selain itu, daun kelor juga berkhasiat untuk
hari. Berbeda dengan petani yang memiliki tanah sendiri mengatasi berbagai keluhan yang diakibatkan karena
dan mampu membeli kebutuhan lain seperti kebutuhan kekurangan vitamin dan mineral seperti kekurangan
sekunder dan tersier. Perbedaan tingkat pendapatan vitamin A (gangguan penglihatan), kekurangan choline
menimbulkan perbedaan dalam menyajikan menu (penumpukan lemak pada liver), kekurangan vitamin B1
hidangan sehari-hari. Keluarga dengan status sosial (beri-beri), kekurangan vitamin B2 (kulit kering dan
menengah kebawah menyajikan hidangan yang kurang pecah-pecah), kekurangan vitamin B3 (dermatitis),
beragam dengan lauk seadanya. Sedangkan keluarga kekurangan vitamin C (pendarahan gusi), kekurangan
dengan status sosial menengah ke atas dan status sosial kalsium (osteoporosis), kekurangan zat besi (anemia),
menengah ke atas dapat menyajikan makanan yang kekurangan protein (rambut pecah-pecah dan gangguan
beragam lauk yang dihidangkan lebih dari satu macam. pertumbuhan pada anak).
Penduduk yang tingkat sosialnya menengah ke atas Dilihat dari menu hidangan penduduk Desa
lebih banyak mengkonsumsi nasi beras (padi) dari pada Pagendingan ketika mengkonsumsi nasi jagung maka
nasi jagung atau pun nasi singkong. Hal ini dikarenakan dapat dipastikan penyakit pellagra tidak akan menyerang
harga beras per kg dapat dijangkau dengan pendapatan penduduk Desa Pagendingan
atau gaji tiap bulannya. Sedangkan bagi yang memiliki Berdasarkan pendapat dari Dirjen Binkesmas
tingkat sosial menengah ke bawah lebih banyak Depkes RI (2007) tentang faktor kesehatan sesuai dengan
mengkonsumsi nasi jagung dan nasi singkong karena pemililihan konsumsi makanan pokok, kesehatan
harganya yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh seseorang berbengaruh besar terhadap kebiasaan makan.
semua kalangan. Sedangkan Foster dan Anderson (1986:330) berpendapat
Faktor status sosial ekonomi mempengaruhi dalam bahwa dalam antropologi kesehatan, kemiskinan dan
pola konsumsi makanan pokok sesuai dengan pendapat kekurangan akan pangan yang memadai pada tingkatan
dari Dirjen Binkesmas Depkes RI (2007) pilihan tertentu, membatasi kemungkinan untuk memperbaiki
seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut pangan jutaan penduduk yang menderita kurang pangan.
dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Sebaliknya sungguh mengecewakan untuk melihat betapa
6. Kesehatan seringnya praktek-praktek budaya menimbulkan
Kesehatan juga menjadi faktor pola makanan pokok kekurangan kebutuhan dasar, kesadaran akan praktek-
di Desa Pagendingan. Beberapa penduduk mengatakan praktek demikian dan pengetahuan tentang hambatan-
tetap mengkonsumsi nasi jagung untuk mengurangi hambatan yang harus diatasi untuk dapat merubah
penyakit diabetes. Semua kalangan penduduk di Desa mereka adalah sangat penting untuk membantu
Pagendingan tetap mengkonsumsi nasi jagung karena masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan yang
dapat menghidari penduduk dari penyakit diabetes. tersedia bagi mereka.
Pada tahun 1937 terdapat penelitian antara pola
makan terhadap penyakit pellagra. Penyakit pellagra 3. Kecukupan Gizi dalam Pola Konsumsi Makanan
umumnya ditemukan pada kelompok manusia yang Pokok Penduduk Desa Pagendingan
sehari-hari mengkonsumsi jagung tanpa banyak a. Kecukupan Gizi Penduduk Desa Pagendingan
mendapatkan tambahan makanan lain. Penghitungan kecukupan gizi energi di Desa
Namun hal ini tidak terjadi pada penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan
Pagendingan karena dalam mengkonsumsi nasi jagung dilakukan kepada 3 anggota keluarga dengan menu
umumnya penduduk sudah mengkombinasikan dengan hidangan selama 3 hari berturut-turut yang dilakukan
lauk-pauk, sayuran, sambal-sambalan, serta buah-buahan kepada Bapak Abdurrahman, Ibu Horriyah, dan Ibu Ani
yang berfungsi dalam proses metabolisme tubuh dan Daniyati:
menyediakan energi bagi tubuh. 1) Bapak Abdurrahman
Rata-rata penduduk Desa Pagendingan Bapak Abdurrahman adalah salah satu Penduduk
mengkonsumsi sayur daun kelor sebagai pelengkap Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten
ketika menyajikan nasi jagung. Sedangkan manfaat dari Pamekasan berjenis kelamin laki-laki dan berusia 40
daun kelor disebutkan kandungan nutrisi dapat diketahui tahun dan pekerjaannya adalah berdagang.
bahwa daun kelor memiliki potensi yang sangat baik Dari menu hidangan Bapak Abdurrahman selama 3
untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam tubuh, dengan hari berturut-turut dengan penghitungan kecukupan gizi
mengkonsumsi daun kelor maka keseimbangan nutrisi energi pada hari pertama sebesar 2629 kkal, hari kedua
dalam tubuh akan terpenuhi sehingga orang yang 2556 kkal, dan hari ketiga 2556 kkal, dengan rata-rata
mengonsumsi daun kelor akan terbantu untuk 2552 kkal energi.
meningkatkan energi dan ketahanan tubuhnya.
119
Studi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Penduduk Desa Pagendingan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Madura
Maka dapat disimpulkan AKG energi Bapak Hal ini berdasarkan teori Kepmenkes RI (2005)
Abdurrahman sudah terpenuhi karena jumlah yang Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai
seharusnya dipenuhi oleh laki laki pada usia 30-49 tahun dengan bertambahnya usia, yang disebabkan oleh
adalah 2350 (Kepmenkes RI:2005) menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya
2) Ibu Horriyah aktivitas fisik. Usia dewasa muda berkisar 19-49 tahun
Ibu Horriyah juga adalah Penduduk Desa merupakan usia produktif, banyak kegiatan fisik yang
Pagendingan berjenis kelamin perempuan dan berusia 47 dilakukan sehingga kebutuhan energi kelompok ini lebih
tahun pekerjaannya sebagai penjahit. tinggi dibandingkan usia 50-64 tahun. AKG energi pada
Dari menu hidangan Ibu Horriyah selama 3 hari laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun, 2350
berturut-turut dengan penghitungan kecukupan gizi kkal pada usia 30-49 tahun dan 2250 kkal pada usia 50-
energi pada hari pertama sebesar 1992 kkal, hari kedua 64 tahun. Pada perempuan angka ini secara berturut-turut
2019 kkal, dan hari ketiga 2556 kkal, dengan rata-rata adalah 1900 kkal, 1800 kkal, dan 1750 kkal.
1947 kkal energi. b. Pemilihan bahan makanan penduduk Desa
Maka dapat disimpulkan AKG energi Ibu Horriyah Pagendingan
sudah terpenuhi karena jumlah yang seharusnya dipenuhi Penduduk Desa Pagendingan memilih makanan
oleh perempuan pada usia 30-49 tahun adalah 1800 kkal. pokok jagung, beras, dan singkong karena bahan pokok
(Kepmenkes RI:2005) tersebut sudah tersedia di Desa Pagendingan. Penduduk
3) Ibu Ani Daniyati mengkonsumsi karena petani tetap menanam padi,
Ibu Ani Daniyati Penduduk Desa Pagendingan jagung, dan singkong di sawah.
Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan berjenis kelamin Menurut pendapat Husaini (2006) yang
perempuan dan berusia 29 tahun pekerjaanya sebagai mengatakan, pemilihan bahan makanan merupakan salah
bidan. satu faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan
Dari menu hidangan Ibu Horriyah selama 3 hari menu, karena mutu bahan yang akan digunakan
berturut-turut dengan penghitungan kecukupan gizi mempengaruhi kualitas maupun kuantitas mutu yang
energi pada hari pertama sebesar 2040 kkal, hari kedua dihasilkan dari penyusunan menu. Pemilihan bahan
2014 kkal, dan hari ketiga 2381 kkal, dengan rata-rata makanan meliputi: pengetahuan bahan makanan, daya
2145 kkal energi. beli, ketersediaan bahan pangan dan musim, kultur sosial
Maka dapat disimpulkan AKG energi Ibu Ani sudah budaya, kombinasi dan variasi makanan.
terpenuhi karena jumlah yang seharusnya dipenuhi oleh c. Pengolahan makanan penduduk Desa Pagendingan
perempuan pada usia 30-49 tahun adalah 1900 kkal. Pengolahan makanan dari menu yang dihidangkan
(Kepmenkes RI:2005) oleh penduduk Desa Pagendingan masih sederhana. Hal
Menu hidangan yang sudah dikonsumsi selama 3 ini terbukti dari alat dan fasilitas yang terbatas sehingga
hari berturut-turut oleh Abdurrahman, Horriyah, dan Ani. menu yang dihidangkan kurang bervariasi dan sederhana
Perhitungan untuk kecukupan gizi energinya sudah ini terjadi karena penduduk menggunakan alat-alat dan
terpenuhi, sedangkan untuk keanekaragaman dan perlengkapan dapur yang seadanya. Sedangkan ketika
kombinasi bahan makanan belum sepenuhnya terlaksana memasak di dapur sudah ditemui teknik memasak yang
dalam kehidupan sehari-hari yang sudah dibuktikan digunakan seperti menggoreng, menumis, mengukus,
dengan bahan menu yang dihidangan dalam 3 hari memanggang, merebus dan lain-lain.
berturut-turut. Menurut pendapat Husaini (2006) yang
Menurut pendapat Husaini (2006) tentang tujuan mengatakan, pengolahan makanan yaitu hal-hal yang
penyusunan menu: agar makanan yang akan dihidangkan dapat menunjang keberhasilan seseorang dalam
dapat menjamin terpenuhinya kecukupan gizi atau penyusunan menu sehari-hari. Pengolahan pangan
kebutuhan gizi seseorang karena syarat pertama yang meliputi: alat, fasilitas, tenaga dan waktu. Menu yang
harus diperhatikan dalam menyusun menu adalah telah disusun dapat diterapkan dengan baik dengan
terpenuhinya kebutuhan gizi bagi tubuh. Selain itu menggunakan alat-alat dan perlengkapan dapur yang
terciptanya keanekaragaman dan kombinasi bahan tersedia. Bila alat dan fasilitas terbatas maka menu yang
makanan sehingga rasa bosan dapat dihindari. disusun juga harus menu sederhana, bila alat dan fasilitas
Sedangkan perhitungan AKG energi yang dilakukan modern maka menu yang disusun akan lebih banyak dan
kepada 3 anggota keluarga selama 3 hari berturut-turut, bervariasi. Dengan tesedinya alat-alat dan vasilitas yang
maka dapat disimpulkan bahwa dengan mengkonsumsi baik maka efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Ada
makanan dari menu hidangan lengkap nasi beras, nasi berbagai macam teknik memasak, yaitu menggoreng,
jagung, dan nasi singkong sudah terpenuhi kecukupan menumis, mengukus, memanggang, merebus dan lain-
gizi energinya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. lain.
120
e-Journal Boga, Volume 4, Nomor 3, Edisi Yudisium Periode Oktober Tahun 2015, Hal 108-121
121