Kuntum Kinanthi Putri1, Meilita Arini Falah2, Larasati Dewinta Sutoni Putri3,
Intan Dewi Rosida Ningtyas4, Farida Rahmawati5*
S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Malang, Indonesia
Abstrak
Kota Batu menerapkan program Desa Mandiri Pangan untuk tiap desa. Salah satu desa yang
menerapkan program tersebut adalah Desa Sumberejo. Pelaksanaan program disesuaikan dengan potensi
desa. Desa Mandiri Pangan di Desa Sumberejo dilakukan dengan Program KRPL (Kawasan Rumah
Pangan Lestari. KRPL dibagi menjadi dua basis yakni KRPL Pertanian dan KRPL peternakan. Untuk
mengoptimalkan program KRPL diperlukan adanya sinergi antara pemerintah desa dan masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan program Desa Mandiri Pangan di Desa
Sumberejo dengan mempertimbangkan peran pemerintah desa dan partisipasi masyarakat. Jenis metode
yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan subjek yaitu perangkat desa dan partisipasi
masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara, sehingga teknik
analisis menjadi analisis data kualitatif dengan menggunakan pola pikir induktif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Desa Sumberejo telah menerapkan program KRPL sebagai wujud Desa Mandiri
Pangan sesuai dengan rencana. Program yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan
ditanami bahan pangan lokal dan pembangunan kandang serta pemberian ternak guna
meningkatkan ketahanan pangan dan kesehjateraan masyarakat.
Abstract
Batu City implements the Food Independent Village program for each village. One of the
villages implementing the program is Sumberejo Village. The implementation of the program is
adjusted to the potential of the village. The Food Independent Village in Sumberejo Village is
implemented with the KRPL Program (Sustainable Food Homes Area. KRPL is divided into two
bases, namely KRPL Agriculture and KRPL livestock. To optimize the KRPL program, synergy
is needed between the village government and the community. The purpose of this research is to
find out the management of the Village program Mandiri Pangan in Sumberejo Village by
considering the role of the village government and community participation.The type of method
used is qualitative research with subjects namely village officials and community
participation.Data collection was carried out using observation and interview methods, so that
the analysis technique became qualitative data analysis using patterns inductive thinking, food
security and people's welfare.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Batu merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Timur yang
berbatasan dengan Kabupaten Malang. Sebagian besar penduduk kota Batu mengandalkan pada
sektor pertanian dibandingkan dengan pekerjaan lainnya karena cukup luasnya lahan pertanian
yang tersedia. Hasil pertanian utama di Kota Batu yaitu buah, sayur, dan bunga. Sedangkan
untuk hasil perkebunannya yang menjadi komoditas utama yaitu buah apel dan buah apel sendiri
saat ini sebagai lambang dari Kota Batu (https://jatim.bpk.go.id/kota-batu/ ). Berdasarkan data
dari Dinas Pertanian, Kota Batu memiliki luas lahan panen padi sebesar 352,00 Ha dengan total
produktivitas beras sebesar 1.227,02 ton/ tahun (9350). Namun, jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk Kota Batu sebesar 214.653 jiwa (BPS,2022), maka kebutuhan pangan beras
harus lebih tinggi agar seluruh kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Di kota Batu sendiri masih banyak masyarakat miskin yang belum menerima bantuan
pangan dari pemerintah pusat atas program yang disalurkan seperti Bantuan Pangan Non Tunai
dan Program Keluarga Harapan (PKH). Pada tahun 2021, terdapat 5.446 Kepala Keluarga (KK)
untuk penerima Bantuan Pangan Non Tunai dan sebanyak 3.725 Kepala Keluarga (KK) untuk
penerima Program Keluarga Harapan. Selain itu, Kota Batu memiliki berbagai kendala yang
dihadapi seperti kendala atas program sejenis seperti Beras Miskin (Raskin) dan Beras Sejahtera
(Rastra). Dari berbagai permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh Kota Batu ini seperti
keterbatasan akan kebutuhan pangan beras, program bantuan pangan yang belum tersalurkan
secara menyeluruh, dan kendala lainnya atas program sejenis yang berkaitan dengan ketahanan
pangan sehingga pemerintah menerapkan program ketahanan pangan yaitu melalui program desa
mandiri pangan dengan tujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki secara maksimal sehingga mampu mencapai kemandirian
pangan. Program desa mandiri pangan ini sendiri menjadi salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk mempercepat pembangunan perdesaan dalam memantapkan ketahanan pangan
(https://diskapang.ntbprov.go.id/pages/desa-mandiri-pangan). Program desa mandiri pangan
akan dilaksanakan pada desa-desa terpilih yang memiliki rumah tangga miskin dan beresiko atas
pangan dan gizi. Kegiatan desa mandiri pangan akan dilaksanakan secara berjenjang pada tingkat
provinsi dan kabupaten guna melakukan pembinaan pada desa-desa pelaksana.
Program desa mandiri pangan di Kota Batu telah berjalan sejak tahun 2012 hingga
sekarang dimana dalam pelaksanaanya memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat yang
termasuk ke dalam kategori rumah tangga miskin (9350). Salah satu desa yang menerapkan
program desa mandiri pangan di Kota Batu yaitu desa Sumberejo Kecamatan Batu. Desa
Sumberejo merupakan salah salah satu desa di Kota Batu yang terbagi menjadi 3 dusun yaitu
Dusun Sumberejo, Dusun Sumbersari dan Dusun Santrean dengan total 10 RW. Desa Sumberejo
memiliki luas wilayah sebesar 396 Ha (http://eprints.itn.ac.id/8970/). Secara geografis, Desa
Sumberejo dari bagian utara berbatasan dengan Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, bagian
selatan berbatasan dengan Desa Pesanggrahan, bagian timur berbatasan dengan Desa Sidomulyo,
bagian barat berbatasan dengan hutan yang masih ruang lingkup wilayah Kota Batu. Desa
Sumberejo dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat kota maka infrastruktur yang dimiliki
2
oleh Desa Sumberejo sudah diaspal sehingga wisatawan domestik maupun internasional yang
datang lebih mudah mengakses wisata-wisata yang dimiliki Desa Sumberejo.
https://eprints.umm.ac.id/62546/4/BAB%20III.pdf. Desa Sumberejo memiliki potensi dalam
lingkup pertanian, persawahan, hasil hutan sehingga mata pencaharian masyarakat sekitar
mayoritas adalah petani. Dengan memanfaatkan potensi alam yang dimiliki masyarakat dapat
dikelola dengan menerapkan konsep petik sayur. Hasil petik sayur yang unggul di Desa
Sumberejo adalah seledri, dari hasil tersebut akan dijual ke pasar-pasar. Dengan potensi alam
yang didominasi pertanian dan perkebunan menjadikan masyarakat untuk terus mengembangkan
bidang tersebut dengan meningkatkan hasil panen.
Desa Sumberejo menerapkan desa mandiri pangan melalui program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL). Pemerintah desa melaksanakan program KRPL ini dengan
memanfaatkan pekarangan pada rumah penduduk secara insentif dengan berbagai sumber daya
lokal yang dimiliki secara bijak dan menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah
tangga yang berkualitas dan beragam (http://www.litbang.pertanian.go.id/krpl/ ). Sumber
daya lokal di Kota Batu sendiri terkenal akan budidaya sayur-sayuran seperti tomat, cabai, sawi,
dan lainnya. Prinsip dasar KRPL sendiri yaitu: (1) pemanfaatan pekarangan ramah lingkungan
dan dirancang guna ketahanan pangan dan kemandirian pangan, (2) diversifikasi pangan berbasis
sumber daya yang dimiliki, (3) konservasi sumber daya seperti tanaman, ternak, dan ikan, (4)
menjaga kelestarian daerah setempat melalui kebun bibit desa, dan (5) peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Program mandiri pangan di desa Sumberejo tidak hanya berfokus
pada tanaman, tetapi juga berfokus pada peternakan. Pengadaan desa mandiri pangan di
Sumberejo sendiri merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Batu untuk menjaga ketahanan
pangan sehingga semua kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Disisi lain, pemerintah desa
Sumberejo sendiri berkewajiban menjalankan program mandiri pangan guna mempertahankan
kondisi pangan masyarakat agar tidak terjadi krisis pangan. Pemerintah desa menjalankan
program KRPL ini dengan harapan apabila saat harga kebutuhan pokok meningkat, masyarakat
tetap bisa memenuhi kebutuhannya melalui hasil yang ditanam dan terhindar dari kondisi krisis
pangan.
Pemerintah Desa Sumberejo memiliki prioritas ketahanan pangan, antara lain 1).
Ketersediaan dan distribusi pangan, yaitu kondisi tersedianya hasil produksi dalam Desa
Sumberejo yang ditentukan oleh produksi pangan di Desa Sumberejo, perdagangan pangan
melalui mekanisme pasar di Desa Sumberejo, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan
pemerintah Desa Sumberejo, serta bantuan pangan dari pemerintah Kota Batu. Namun,
ketersediaan pangan yang cukup belum menjamin konsumsi pangan baik tetapi harus diimbangi
dengan distribusi pangan yang baik. 2). Stabilitas ketersediaan pangan, yaitu kondisi dimana
masyarakat Desa Sumberejo tidak mengalami rawan pangan. Kondisi ini dapat terjadi karena
pemerintah dan masyarakat Desa Sumberejo memiliki pengetahuan untuk menghadapi berbagai
kondisi yang mengancam ketersediaan pangan. 3). Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap
pangan, yaitu kemudahan masyarakat Desa Sumberejo dalam memperoleh cukup pangan, baik
dari produksi sendiri, stok, pembelian, pinjaman dan bantuan pangan dari Pemerintah Kota Batu.
Kondisi di Desa Sumberejo mengenai keterjangkauan ini adalah terjangkau yang mana
3
masyarakat Desa Sumberejo dapat memperoleh kemudahan cukup pangan dan bantuan dari
Pemerintah Kota Batu terdistribusi di seluruh masyarakat Desa Sumberejo.
Program desa mandiri pangan ini tidak akan terwujud tanpa adanya peran serta dari
kepala desa terkait dan juga masyarakat sekitar. Kepala desa sendiri berperan dalam
mensosialisasikan terkait program mandiri pangan ke masyarakat sekitar dan juga
menyampaikan progres kepada kepala daerah, karena saat progress yang disampaikan cenderung
signifikan positif maka akan ada respon baik dari kepala daerah bisa berupa bantuan dana
ataupun bibit tani sesuai program desa mandiri dalam aspek apa yang dikembangkan di daerah
tersebut, Sumberejo sendiri lebih cenderung kepada aspek pertanian sehingga bantuan dari
pemerintah berupa bibit tanaman. Hal ini memberikan peran yang sangat penting kepada kepala
desa selain interaksi dengan masyarakat, juga harus berhubungan baik dengan kepala daerah.
Peran serta kepala desa selain itu juga mencari data berapa banyak organisasi kemasyarakatan
yang masih aktif dan jumlah anggotanya. Peran serta masyarakat sendiri berhubungan dengan
organisasi masyarakat tersebut, pasalnya kepala desa akan menyampaikan program tersebut
melalui ketua organisasi kemasyarakatan yang ada pada desa tersebut, seperti PKK, karang
taruna, dan (LKMD). Karena itu untuk mewujudkan penelitian ini diperlukan kontribusi secara
maksimal dari para warga sekitar, karena warga pedesaan biasanya lebih dekat dan akrab kepada
sesama teman PKK dan organisasi lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: 1).
Bagaimana Kebijakan Pemerintah Desa dalam Peningkatan Ketahanan Pangan melalui Program
Desa Mandiri Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Batu?; 2). Bagaimana Peran Pemerintah
Desa dan Partisipasi Masyarakat Dalam Menjalankan Program Desa Mandiri Pangan di Desa
Sumberejo Kecamatan Batu?; 3). Bagaimana Hasil, Dampak, Hambatan dan Kendala dari
Program Desa Mandiri Pangan di Desa Sumberejo Kecamatan Batu. Melalui penelitian ini,
manfaat yang diberikan yaitu tambahan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan
ketahanan pangan dan dapat dijadikan sebagai masukan bagi aparat desa Sumberejo dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengembangkan sikap sosial kemasyarakatan.
LITERATUR REVIEW
Desa Mandiri Pangan
Desa mandiri pangan atau disingkat Demapan merupakan kebijakan program yang
dibentuk oleh Kementerian pertanian yang memiliki tujuan untuk mengurangi rawan pangan dan
gizi melalui pendayaan sumber daya, kelembagaan, dan kearifan lokal pada pedesaan.
Perancangan program disusun untuk kurun waktu 4 tahun, dengan beberapa tahapan yaitu: (i)
tahap persiapan, meliputi seleksi desa rawan pangan dan pembentukan kelompok KK miskin ;
(ii) tahap penumbuhan, mulai adanya usaha produktif, pembentukan Lembaga Keuangan Desa
(LKD), berfungsinya posyandu dan bekerjanya sistem ketahanan pangan dari aspek ketersediaan,
distribusi dan konsumsi serta koordinasi program lintas sektor untuk pembangunan sarana
prasarana wilayah perdesaan, (iii) tahap pengembangan, adanya perkembangan ekonomi
produktif, peningkatan modal LKD, pengembangan sistem ketahanan pangan ; (iv) tahap
kemandirian, adanya peningkatan dinamika kelompok dan usaha ekonomi produktif, adanya
4
jaringan kemitraan, berfungsinya LKD sebagai layanan modal dan berfungsinya Tim Pangan
Desa (TPD) dalam mengkoordinasikan program lintas sektoral.
Desa yang sudah mandiri berarti desa yang tidak mengalami masalah ketahanan pangan
karena masyarakatnya sudah mengalami peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Adapun
indikator untuk melihat desa mandiri tersebut antara lain : (1) peningkatan peran kelembagaan
yang telah ditumbuhkan terhadap terwujudnya kemandirian dan ketahanan pangan, (2) dukungan
program daerah terhadap aspek pemberdayaan masyarakat, (3) dukungan pembangunan sarana
prasarana untuk menunjang pembangunan tingkat desa, (4) adanya komitmen dan peran
pemerintah daerah terhadap pelaksanaan dan keberlanjutan program Demapan
(https://media.neliti.com/media/publications/53811-ID-gerakan-kemandirian-pangan-melalui-
progr.pdf).
Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
20 Tahun 2006 tentang Irigasi, ketahanan pangan diwujudkan melalui keberlanjutan sistem
irigasi, melalui pengembangan hingga operasi, dan pemeliharaan jaringan irigasi
(https://pu.go.id/berita/ketahanan-pangan-untuk-kesejahteraan-masyarakat-dan-petani). Definisi
dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan sejak adanya Conference of
Food and Agriculture tahun 1943 yang mencanangkan konsep secure, adequate and suitable
supply of food for everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya
mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni “akses
semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to
sufficient food for a healthy life). Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996,
pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2)
aman; (3) merata; dan (4) terjangkau.
Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai
berikut:
a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan
pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan
untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta
turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia
setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh
rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
(http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/2-pengertian-ketahanan-pangan-2.pdf).
5
Kebijakan Pemerintah Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Hal ini
mengakibatkan, segala hal yang berkaitan dengan desa hanyalah menjadi bagian kecil yang
kurang signifikan dari Pemerintah Daerah. Desa bukan termasuk daerah otonom, namun dalam
peraturan perundang-undangan selanjutnya disebutkan bahwa desa memiliki hak untuk mengatur
kewenangan yang bersifat asli. Pengaturan desa diserahkan pada kabupaten, karena desa
merupakan sub sistem dari pemerintah daerah. UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 200 menyatakan:
Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari
pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.” Dengan demikian, desa menjadi bagian dari
aspek ketatanegaraan karena desa merupakan satuan pemerintahan otonom. Desa bukan satuan
pemerintahan administrasi yang sewaktu-waktu dapat dibubarkan atau dibentuk kembali jika
diperlukan. (http://rianasusmayanti.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/6_Module-Hukum-
Pemerintahan-Daerah-Copy.pdf).
METODE
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
subjek yaitu masyarakat yang berperan dalam mendukung program mandiri pangan dan
perangkat desa meliputi: Kepala Desa Sumberejo. Sekretaris Desa, Kepala Seksi Kesejahteraan.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara, sehingga teknik analisis
menjadi analisis data kualitatif dengan menggunakan pola pikir induktif.
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Pemerintah Desa Sumberejo dalam Peningkatan Ketahanan Pangan
Kebijakan ketahanan pangan di Desa Sumberejo dilakukan untuk menjamin seluruh
masyarakat Desa Sumberejo memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, aman, layak
dikonsumsi dalam berkelanjutan dari waktu ke waktu. Berdasarkan prioritas ketahanan pangan
Desa Sumberejo, yaitu :
1. Ketersediaan dan Distribusi Pangan
Ketersediaan pangan yang memadai akan memperbesar peluang masyarakat Desa
Sumberejo mengkonsumsi pangan. Ketersediaan pangan diartikan yaitu kemampuan masyarakat
menyediakan pangan melalui berbagai cara, antara lan dengan memproduksi pangan sendiri di
lahan pertanian atau perkebunan sendiri, membeli di pasar terdekat dan mendapatkan bantuan
dari pemerintah. Kondisi ketersediaan pangan masyarakat Desa Sumberejo ditunjukkan oleh
jumlah bantuan beras dari Pemerintahan Kota Batu, sebagai berikut :
(tabel bantuan beras)
Namun, ketersediaan pangan yang cukup belum menjamin konsumsi pangan baik bilamana
tidak diikuti dengan distribusi pangan yang baik. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa
Sumberejo diperoleh proses dalam ketersediaan dan distribusi pangan, antara lain :
6
Pemberian bantuan bibit dari Pemerintah Kota Batu untuk Desa Sumberejo.
Distribusi bibit kepada masyarakat, dengan kriteria masyarakat yang ekonominya menengah
ke bawah.
Proses pelaksanaan penanaman dan pembudidayaan.
Proses pemanenan tanaman maupun ternak.
Proses distribusi hasil pemanenan tanaman maupun ternak kepada seluruh masyarakat Desa
Sumberejo.
Evaluasi program ketahanan pangan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali.
2. Stabilitas Ketersediaan Pangan
Dikatakan mencapai stabilitas ketersediaan pangan ketika masyarakat Desa Sumberejo tidak
mengalami tidak mengalami rawan pangan dari waktu ke waktu. Berdasarkan wawancara
dengan Kepala Desa Sumberejo diperoleh kebijakan untuk menjaga stabilitas ketersediaan
pangan meliputi :
1) Penjualan hasil pertanian di luar wilayah pemerintah Desa Sumberejo yang selektif dalam
pangan tertentu hanya diizinkan daerah-daerah yang bukan kategori sentra produksi
pangan tersebut dan tidak dilakukan dalam keadaan panen raya.
2) Menerapkan lumbung desa yang bertujuan melibatkan masyarakat Desa Sumberejo dalam
menjaga cadangan makanan pokok di Desa Sumberejo. Lumbung desa digunakan untuk
mengumpulkan sebagian hasil panen dari para petani di desa tersebut untuk disimpan di
lumbung padi.
3) Menerapkan gapoktan yang bertujuan memperkuat kelembagaan petani sehingga
pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas.
3. Aksesibilitas/Keterjangkauan Terhadap Pangan
Aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan berupa kemudahan masyarakat Desa
Sumberejo memperoleh pangan. Akses ini dapat diukur berdasarkan kepemilikan lahan yang
dikelompokkan dalam 2 kategori :
1) Akses langsung, jika masyarakat Desa Sumberejo memiliki lahan sawah.
2) Akses tidak langsung, jika masyarakat Desa Sumberejo tidak memiliki lahan sawah.
Dalam bidang peternakan, rumah tangga memperoleh pangan dikelompokan dalam kategori
yaitu :
1) Produksi sendiri.
2) Membeli.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Sumberejo diperoleh kebijakan yang berorientasi
menjaga aspek keterjangkauan pangan meliputi pemetaan wilayah-wilayah potensial rawan
pangan dan perbaikan akses serta ketersediaan logistik ke wilayah tersebut. Selain itu,
menerapkan program perlindungan berupa Operasi Pasar Khusus (OPK) dan raskin (bantuan
beras untuk rakyat miskin). Dalam program ketahanan pangan terdapat 2 sektor yang menjadi
penyongkong, antara lain :
a) Sektor Pertanian
7
Pada sektor pertanian, ketahanan pangan dilakukan pemerintah Desa Sumberejo yaitu
melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL merupakan program rumah
pangan yang dilaksanakan dalam kawasan (dusun, desa, kecamatan) dengan memanfaatkan
pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat
melalui penyediaan aneka sayur dan buah-buahan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan keluarga sehingga dapat mengurangi biaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan
membiasakan masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Desa Sumberejo. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa
Sumberejo diperoleh mengenai program KRPL bahwa program KRPL di Desa Sumberejo
dilakukan berupa penanaman bahan pangan lokal seperti cabai, tomat, dan sawi-sawian
Pemerintah Desa Sumberejo juga turut berperan aktif dalam program KRPL ini dengan
memberikan bantuan berupa bibit, pupuk, rak, polybag, dan lainnya. Dengan pemanfaatan
tanaman ini terdapat nilai ekonomis untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Desa Sumberejo.
b) Sektor Peternakan
Disamping sektor pertanian, Desa Sumberejo juga mengupayakan ketahanan pangan berupa
terpenuhinya protein hewani melalui bidang peternakan. Berdasarkan wawancara dengan
Kepala Desa Sumberejo diperoleh mengenai program ketahanan pangan bidang peternakan
yaitu dengan setiap warga membuat kandang untuk ternak (sapi, kambing dan kelinci), yang
disesuaikan oleh kondisi wilayah. Hal tersebut diberlakukan khusus untuk warga dengan
perekonomian menengah kebawah. Dengan diterapkannya ketahanan pangan di bidang
peternakan dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Sumberejo akan terus berkembang.
8
Gambar 1. Flowchart Desa Mandiri Pangan Desa Sumberejo
KRPL pada Desa Sumberejo diawali dengan penunjukan warga sebagai sasaran pelaksana
program. Penunjukkan warga sebagai sasaran program dilakukan melalui koordinasi antara
pemerintah Desa Sumberejo dengan RT/RW. Ketua RT/RW mengajukan data warga yang
memiliki klasifikasi ekonomi menengah ke bawah dan cenderung miskin. Kemudian, dilanjutkan
dengan musyawarah dan dipilih beberapa warga sesuai dengan kuantitas program. Setelah
dilakukan pemilihan, program KRPL mulai dilaksanakan sesuai rencana. KRPL Desa Sumberejo
dibagi dalam dua jenis kegiatan, sebagai berikut:
1. KRPL berbasis pertanian
KRPL jenis ini dimulai dengan pemberian bibit tanaman yang ditanam pada pekarangan
warga. Bibit tanaman disesuaikan dengan komoditas tanaman lokal seperti: cabe, tomat,sawi,
dan jenis tanaman lokal lainnya. Perbedaan komoditas bibit tanaman memang tidak
diseragamkan, hal ini dikarenakan pemerintah Desa Sumberejo ingin membentuk diversifikasi
pangan di masing - masing rumah tangga. Diversifikasi pangan bertujuan untuk meningkatkan
penyediaan berbagai komoditas pangan sehingga terjadi penganekaragaman konsumsi pangan di
rumah tangga (https://disketapang.bantenprov.go.id/Berita/topic/177). Pemanfaatan pekarangan
bertujuan untuk memudahkan aksesibilitas rumah tangga dalam melakukan distribusi pangan.
9
Distribusi pangan hasil KRPL ini tidak dijual, karena sesuai dengan tujuan program yakni untuk
meningkatkan konsumsi dan mencegah rawan pangan di Desa Sumberejo. Selain pemanfaatan
pekarangan, Pemerintah Desa Sumberejo juga memberikan bantuan bagi petani guna
meningkatkan efektivitas dan produktivitas. Bantuan yang diberikan berupa: pemberian polybag,
bibit tanaman, kompres, maupun arco.
2. KRPL berbasis peternakan
KRPL jenis ini dilakukan dengan pemberian hewan ternak ke masyarakat yang spesifik
bergantung dengan pekerjaan ini. Pelaksanaan program diawali dengan konservasi sumber daya
melalui pemberian ternak berupa: kambing, sapi, maupun budidaya ikan. Distribusi pangan jenis
ini dapat dijual maupun untuk konsumsi rumah tangga. Maka dari itu, sasaran program KRPL ini
merupakan masyarakat yang benar - benar kurang mampu dalam segi finansial. Selain bantuan
tersebut, Pemerintah Desa Sumberejo juga membantu dalam pembuatan kandang ternak serta
memberi edukasi terkait perawatan hewan ternak tersebut.
Pelaksanaan program dipantau dan dikendalikan oleh Pemerintah Desa Sumberejo
melalui kegiatan Monev. Kegiatan Monev bertujuan untuk menilai apakah warga sebagai sasaran
program, mampu menjalankan program dengan baik. Jika program yang dilakukan pada warga
tersebut tidak optimal. Pemerintah desa akan memberikan pemberdayaan terlebih dahulu baik
melalui edukasi maupun praktek langsung. Namun, jika terdapat warga yang masih tidak optimal
dalam menjalankan program, pemerintah desa akan mencabut bantuan tersebut pada periode
selanjutnya. Akhir dari pelaksanaan program bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
pendapatan masyarakat, sehingga kerawanan pangan dapat dicegah dan kebutuhan pangan
masyarakat dapat terpenuhi. Maka dari itu, diharapkan program dapat berjalan optimal sesuai
rencana.
14
Jumlah penduduk di Desa Sumberejo yang cukup tinggi dengan pola pemikiran yang
berbeda-beda mendorong tiap individu memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Dari perbedaan
pemahaman ini berdampak pada pola pikir warga termasuk saat menjalankan program.
Berdasarkan hasil wawancara, menurut kepala desa masih banyak warga yang kurang paham
mengenai program ketahanan pangan ini dan pentingnya ketahanan pangan. Akibat kurangnya
pemahaman warga akan program yang dijalankan, menyebabkan respon yang diberikan akan
program ini kurang baik. Hal ini menyebabkan terhambatnya keberlangsungan program dan sulit
untuk mencapai tujuan diadakannya program ketahanan pangan. Pemerintah desa harus berupaya
dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk terus andil dalam melaksanakan
program Desa Mandiri Pangan serta memberikan penjelasan bahwa hasil dari program mandiri
pangan ini seluruhnya untuk setiap keluarga yang menanam, dalam artian hasil yang didapatkan
dapat dinikmati oleh keluarga itu sendiri, sehingga tercapainya kesejahteraan masyarakat.
b. Keterbatasan lahan pekarangan
Keterbatasan lahan pekarangan yang dimiliki warga dapat menghambat jalannya program
ketahanan pangan di Desa Sumberejo. Pemanfaatan lahan bagi yang tidak memiliki lahan
pekarangan menyebabkan kurang maksimalnya pemanfaatan bantuan yang disalurkan
pemerintah seperti bibit, polybag, dan rak. Selain itu, dari keterbatasan lahan pekarangan ini
menyebabkan penanaman tanaman dilakukan di sekitar pinggir jalan sehingga dapat
mengganggu aktivitas warga dan mempersempit akses jalan. Keterbatasan lahan pekarangan ini
juga menjadi penghambat untuk tercapainya tujuan awal dibentuknya program KRPL yaitu
untuk membantu dan memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Solusi lain yang diberikan oleh
pemerintah pusat untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga salah satunya melalui
program bantuan beras dan juga Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dari bantuan beras dan dana
yang diberikan ini dapat membantu memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga dan mengurangi
beban yang dirasakan oleh masyarakat akibat harga bahan baku yang cukup meningkat.
c. Akibat pandemi dampak ekonomi dan sosial sangat berpengaruh sehingga pemerintah
mengalami ujian untuk mengatasi
Program kemandirian pangan dapat terwujud namun karena kondisi ekonomi setelah
pandemi, mendorong pelaksanaan program secara bertahap. Kemandirian dapat terwujud namun
membutuhkan waktu dan kerjasama antar desa guna saling mendukung untuk memaksimalkan
program. Saat pandemi pemerintah mengeluarkan banyak program dan disalurkan kepada desa
guna mengatasi ketahanan pangan. Setelah disalurkan kepada kepala desa, dan kepala desa wajib
untuk memberikan penjelasan terkait manfaat dan tujuan dari adanya program ini guna
meningkatkan produktivitas masyarakat. Hal ini memang perlu proses yang cukup lama,
sebagian warga bisa menerima hal ini dengan baik dan juga tidak sedikit yang melakukan
program ini hanya 1 atau 2 kali saja karena dianggap kurang berpengaruh.
d. Ketergantungan warga akan bantuan dari pemerintah
Berdasarkan hasil wawancara, akses ekonomi dan fasilitas sarana prasarana masyarakat di
Desa Sumberejo membaik tiap tahunnya, selalu ada fasilitas dan juga seperti aspal jalan pada
daerah Sumberejo. Namun, sayangnya peningkatan ekonomi ini berbanding dengan pemahaman
masyarakat yang selalu bergantung dengan bantuan yang diberikan, masyarakat seringkali
15
menjadi selalu menunggu bantuan dari pemerintah saca dibanding melakukan program desa
mandiri karena menganggap bahwa bantuan dari pemerintah lebih praktis dan efisien. Akibatnya,
kemandirian masyarakat khususnya dalam mengelola dan mendistribusikan pangan kurang
optimal, menyebabkan program mandiri pangan semakin lama semakin kurang optimal karena
mulai ditinggalkan.
16
kebutuhan bahan pangan dasar, mengurangi jumlah pengeluaran masyarakat yang harus
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat karena
jika program ini dilakukan dengan baik dan teratur akan memberikan hasil yang melimpah dan
akan terwujud bentuk lumbung pangan di Desa Sumberejo yang akan membantu kebutuhan
pangan masyarakat lebih baik lagi dalam jangka panjang serta menstabilkan kondisi
perekonomian warga sekitar, dan selanjutnya merangsang tumbuhnya ekonomi produktif di desa.
Saran
Terdapat beberapa saran yang diberikan oleh peneliti antara lain: (1) Untuk
memaksimalkan hasil program KRPL diperlukan partisipasi masyarakat yang lebih dan
pemerintah daerah bisa lebih tegas untuk mendorong masyarakat dalam keberlangsungan
program ketahanan pangan. Hal ini perlu dilakukan agar hasil pangan dapat meningkat sehingga
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik
jangka pendek maupun jangka panjang. (2) Pemerintah daerah perlu lebih memperjelas bentuk
program yang dijalankan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Kurangnya kejelasan akan
program ketahanan pangan mengakibatkan kurangnya pemahaman masyarakat akan program
yang dijalankan sehingga warga kurang bisa merespon dengan baik. (3) Pemberian apresiasi dari
pemerintah daerah bagi desa yang aktif dalam program mandiri pangan dapat meningkatkan jiwa
kompetitif warga desa, karena dengan adanya imbalan ataupun reward yang diterima maka akan
ada suatu tujuan yang harus dicapai dalam mensukseskan program KRPL ini. (4) Adanya
transparansi data yang jelas, seperti pada command center terkait penerima bantuan di desa-
desa. Untuk melihat apakah bantuan tersebut sudah tersalurkan dengan rata, serta juga dapat
digunakan untuk memantau tingkat ketahanan pangan di desa tersebut agar dapat dilakukan
tindak lebih lanjut dari nilai persentase ataupun grafik.
DAFTAR PUSTAKA
17