0
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Maha Esa karena
pertolongannya sehingga Laporan Akhir Tahun Pelaksanaan Pekarangan Pangan
Lestari Tahun 2021 di Kelompok Wanita Tani Rengganis Kelurahan Purwamekar
Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.
Laporan pelaksanaan pekarangan pangan lestari didasarkan pada seluruh
pelaksanaan kegiatan di Kelompok Wanita Tani Rengganis yang diharapkan dapat
menjadi gambaran bagi semua pihak mengenai pelaksanaan kegiatan di Kelompok
Wanita Tani tersebut, pemberian gambaran ini bertujuan untuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan kedepan demikian juga perbaikan karena yang lebih baik
kedepan.
Di harapkan laporan akhir tahun P2L Tahun 2021, dapat menjadi motivasi
dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan kedepan
mengenai pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan, gizi dan peningkatan
kesejahteraan bagi keluarga. Sehingga tercapai kualitas sumberdaya manusia yang
baik.Demikian laporan ini dibuat untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya
Jatiluhur, Desember 2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN...................................................................................................................2
A. Latar Belakang......................................................................................................................2
B. Tujuan :.................................................................................................................................4
C. Sasaran :................................................................................................................................4
II. PELAKSANAAN KEGIATAN..........................................................................................5
A. Realisasi Pemanfaatan Anggaran..........................................................................................5
B. Realisasi Fisik Kegiatan........................................................................................................6
III. CAPAIAN KINERJA.........................................................................................................8
A. Produksi Bibit.......................................................................................................................8
B. Hasil Panen Demplot dan Pertanaman..................................................................................8
C. Hasil penjualan (pendapatan Kelompok ).............................................................................9
D. Hasil Panen yang dikonsumsi Oleh Anggota........................................................................9
IV. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI..................................................................11
A. Permasalahan......................................................................................................................11
B. Rekomendasi.......................................................................................................................11
V. PENUTUP.............................................................................................................................12
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan adalah kebutuhan hak azasi manusia dimana pemenuhan kebutuhannya
bagi setiap individu dijamin oleh Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang
Pangan. Tidak hanya sekedar memenuhi pangan tetapi bagaimana kualitas pangan
yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas gizi juga menjadi
perhatian dalam undang-undang pangan tersebut. Dalam pasal 60 telah diamanatkan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah daerah berkewajiban mewujudkan
penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat
sesuai dengan potensi dan kearifan lokal untuk mewujudkan hidup sehat, aktif dan
produktif. Tindak lanjut dari Undang-undang Pangan tersebut telah diterbitkan
Peraturan Pemerintah Nomo 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi
dimana dalam Pasal 26 disebutkan bahwa upaya penganekaragaman pangan salah
satunya dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian melalui Dinas Ketahanan
Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat kembali akan melaksanakan kegiatan
Pekarangan Pangan Lestari (P2L), dalam rangka mempercepat diversifikasi pangan
dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Dengan adanya anjuran pemanfaatan
pekarangan sangatlah tepat untuk memenuhi pangan dan gizi keluarga, mengingat
selama ini pekarangan belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal pekarangan
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber pangan, dalam memperbaiki
gizi keluarga sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Manfaatnya sangat besar,
terutama bagi masyarakat golongan ekonomi lemah. Untuk itu Pemerintah telah
menganjurkan agar memanfaatkan setiap jengkal tanah termasuk lahan tidur, galengan
maupun tanah kosong yang tidak produktif. Kegiatan P2L juga dilaksanakan dalam
rangka mendukung program pemerintah untuk penanganan daerah stunting,
penanganan wilayah rentan rawan pangan dan pengembangan daerah perbatasan.
Badan Ketahanan Pangan (BKP) melalui Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 telah
melaksanakan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dalam upaya
memperluas penerima manfaat dan pemanfaatan lahan, sejak tahun 2020 kegiatan
KRPL berubah menjadi Pekarangan Pangan Lestari atau disingkat P2L.
Dengan adanya kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang mana
kegiatannya berupa pemberian bantuan pemerintah melalui pemanfaatan lahan tidur
dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam memenuhi
2
pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi pasar untuk meningkatkan
pendapatan rumah tangga.
Pola konsumsi pangan penduduk Indonesia saat ini masih belum beragam yang
ditunjukkan dengan masih tingginya konsumsi padi-padian terutama beras (sebesar
64,4% Angka Kecukupan Energi-AKE lebih besar dari skor ideal 50% AKE) serta
masih rendahnya konsumsi sayur dan buah (sebesar 5,5 % AKE lebih kecil dari skor
ideal 6,0% AKE), hal tersebut menyebabkan permasalahan gizi salah satunya
stunting. Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019,
prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27,67%. Meskipun terjadi penurunan sebesar
3.13% dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2018 sebesar 30,8%, namun angka stunting
di Indonesia masih tergolong buruk menurut standar WHO (20%).
Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
minimnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan
gangguan pertumbuhan pada anak, yang ditandai dengan tinggi badan lebih rendah
atau kerdil dari standar usianya. Upaya untuk menanggulangi masalah gizi tersebut
dilakukan melalui peningkatan penyediaan pangan dan meningkatan kemampuan
masyarakat mengakses kebutuhan pangan.Mengingat makin terbatasnya lahan
pertanian, maka optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan menjadi salah satu pilihan
strategis untuk meningkatkan penyediaan pangan rumah tangga. Indonesia memiliki
potensi lahan pekarangan yang sangat besar, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu penyedia sumber pangan yang bergizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Berdasarkan potensi tersebut, Kementerian Pertanian berkomitmen dalam
penyediaan pangan salah satunya dilakukan dengan pendekatan diversifikasi pangan
lokal melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan marginal melalui program
Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Kegiatan P2L merupakan upaya untuk
meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan untuk memenuhi
kebutuhan pangan yang beragam bergizi dan berimbang serta meningkatkan
pendapatan rumah tangga/kelompok melalui usaha budidaya tanaman yang
berorientasi pasar.
Kegiatan P2L merupakan kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat untuk
budidaya tanaman sayuran melalui kegiatan sarana pembibitan, pengembangan
demplot, pertanaman, dan penanganan pasca panen. Kegiatan P2L dapat dilakukan
pada lahan tidur dan/atau lahan kosong yang tidak produktif, dan/atau lahan di
sekitar rumah/bangunan tempat tinggal/fasilitas publik, serta lingkungan lainnya
dengan batas kepemilikan yang jelas seperti asrama, pondok pesantren, rusun, rumah
ibadah, dan lainnya. Upaya pencapaian kegiatan tersebut dilakukan melalui
pendekatan pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture),
3
pemanfaatan sumber daya local (local wisdom), pemberdayaan masyarakat
(community engagement) dan berorientasi pasar (go to market). Kegiatan P2L
dilaksanakan dalam tahapan Penumbuhan dan Pengembangan yang didanai dari
APBN melalui dana dekonsentrasi.
B. Tujuan :
1. Meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan untuk rumah
tangga.
2. Meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang
berorientasi pasar.
C. Sasaran :
Terlaksananya kegiatan P2L di Kecamatan Jatiluhur dengan 1 kelompok
penumbuhan (baru).
4
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
Realisasi
Anggaran yang
No Penggunaan Anggaran Pemanfaatan
diterima (Rp)
Anggaran (Rp)
1. Sarana Pembibitan
- Bangunan Fisik Rumah Bibit 11.250.000,- 11.250.000,-
- Pembelian Aneka Benih untuk 5.300.000,- 5.300.000,-
Pembibitan
- Pengadaan Peralatan dan Media 3.450.000,- 3.450.000,-
tanam dan Sarana Pendukung lainnya
Jumlah Penerimaan Tahap 1 20.000.000,- 20.000.000,-
2. Pengembangan Demplot
- Peralatan pengolahan demplot 6.900.000,- 6.900.000,-
- Peralatan/pemeliharaan Pengairan 3.600.000,- 3.600.000,-
sederhana
- Pembelian Pupuk, Kompos, Mulsa 8.500.000,- 8.500.000,-
Jumlah Penerimaan Tahap 2 19.000.000,- 19.000.000,-
3. Pertanaman
- Pembelian Polybag 4.200.000,- 4.200.000,-
- Peralatan Pertanaman 2.550.000,- 2.550.000,-
- Pupuk dan Kompos 2.250.000,- 2.250.000,-
4. Pasca Panen 2.000.000,- 2.000.000,-
Jumlah Penerimaan Tahap 3 19.000.000,- 11.000.000,-
Jumlah Total Anggaran diterima 50.000.000,- 50.000.000,-
a. Sarana Pembibitan
Anggaran yang tersedia Rp. 20.000.000,- yang dipergunakan untuk belanja
sarana pembibitan terdiri dari rumah bibit dan sarana pendukung lainnya untuk
memproduksi bibit tanaman. Setiap kelompok harus membangun rumah bibit untuk
menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit kelompok, serta untuk menjaga
keberlanjutan kegiatan P2L.
b. Pengembangan Demplot
5
Anggaran yang tersedia Rp. 19.000.000,- yang dipergunakan untuk belanja
Demplot berfungsi sebagai tempat usaha bersama untuk menghasilkan produk
sayuran yang berorientasi pasar. Setiap kelompok wajib membuat,
mengembangkan dan memelihara demplot sesuai dengan budidaya tanaman
sayuran yang dikembangkan oleh anggota kelompok dan masyarakat lainnya.
Pengembangan demplot memperhatikan produktivitas, rotasi tanaman, dan
keberlanjutan produksi tanaman.
c. Pertanaman
Tanaman sayuran yang dibudidayakan merupakan komoditas pangan untuk
pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga yang memiliki nilai ekonomi dalam
peningkatan pendapatan.Anggaran yang tersedia Rp. 9.000.000,- yang
dipergunakan untuk belanja sarana pertanaman
d. Penanganan Pasca Panen
Hasil produksi dari kegiatan P2L pada Tahap Penumbuhan, baik dari
demplot maupun kelebihan produksi pertanaman anggota kelompok, dapat
dilakukan tindakan pasca panen produk pangan segar yang baik agar hasil
pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dengan anggaran yang tersedia
Rp. 2.000.000,- untuk pengadaan saran pasca panen.
B. Realisasi Fisik Kegiatan
1. Kebun Bibit
Kebun bibit di bangun pada tahap pembangunan. Kelompok membangun
Rumah bibit untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit kelompok serta
menjaga keberlanjutan P2L. Kebun bibit dan sarana pendukung lainnya untuk
produksi bibit tanaman.
Pondasi pasangan batu/batu bata, lantai di padatkan rngka terbuat dari baja
ringan, kayu, dan bahan lainnya. Atap terbuat dari bahan plastic tidak tembus air
dan sinar matahari dan sisi lainnya bangunan di tutup dengan bahan yang dapat
melindungi bibit dari hama dan serangga.
6
Kelompok P2L yang masih aktif dalam mel;aksanakan kegiatan kebun
bibit, demplot dan pertanaman sesuai dengan yang dipersyaratkan pada tahap
penumbuhan tahapan ini ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi dan
meningkatkan kapasitas produksi.
2. Demplot Kelompok
Demplot berfungsi sebagai termpat usaha bersama untiuki menghasilkan produk
pangan yang berorientasi pasar dan sebagai lokasi percontohan temu lapang serta
tempat belajar. Setiap kelompok wajib membuat, mengembangkan dan memelihara
demplot sesuai dengan budidaya berbagai jenius tanaman yang dikembangkan oleh
anggota dan masyarakat lainnya.
3. Pertanaman
Kegiatan pertanaman dilakukan melalui budidaya berbagai komoditas pangan
pemanfaatan pekarangan diutamakan untuk pemenuhan konsumsi pangan sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral serta gizi keluarga .
Hal hal yang harus di perhatikan dalam pertanaman adalah system budidaya
tanaman dapat dilakukan menggunakan media lahan polybag, vertikultura,
hidroponik atau lainnya. Setiap anggota kelompok wajib menanam minimal 75
polybag atau setara dengan 25 m² jika ditanam di lahan dengan variasi pilihan 5
jenis tanaman dalam waktu bersamaan.
A. Produksi Bibit
Keberadaan kebun bibit sebagai tempat produksi bibit adalah untuk menjaga
kesinambungan program pemanfatan pekarangan ini. Setiap daerah atau kawasan memiliki
kebutuhan bibit yang diperlukan oleh masyarakat karena bibit yang dikembangkan di
daerah sendiri tentu sudah memiliki daya adaptasi yang baikdan banyak dibutuhkan
masyarakat.
Tabel 1. Produksi Bibit pada Tahun 2021
N Septembe Oktobe
Komoditas Mei Juni Juli Agustus November TOTAL
o r r
1 Cabe Rawit 400 0 0 500 0 0 300 1.200
2 Terong Bulat 210 0 250 0 280 0 200 940
3 Kangkung 0 300 500 500 400 150 300 2.150
4 Pakcoy 300 0 300 0 200 0 200 1.000
5 Seledri 210 200 250 240 220 150 300 1.570
6 Caisim/Sawi 360 300 350 340 250 150 100 1.850
Jumlah 1.480 800 1.650 1.580 1.350 450 1.400 8.710
Hasil produksi dari kegiatan P2L pada Tahap Penumbuhan, baik dari demplot
maupun kelebihan produksi pertanaman anggota kelompok, dapat dilakukan tindakan
pasca panen produk pangan segar yang baik agar hasil pertanian siap dan aman digunakan
oleh konsumen dan Pertanaman dimaksudkan untuk memperbaiki, menambah,
mengoptimalkan, dan memfasilitasi pemanfaatan lahan pekarangan anggota. Setiap
anggota harus melaksanakan pertanaman secara berkelanjutan dengan jumlah tanaman
minimal 75 polibag atau setara dengan 25 m2 di lahan. Jenis tanaman harus mendukung
ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan pangan serta permintaan pasar.
Tabel 4. Hasil Penjualan Sayuran Kelompok Wanita Tani Rengganis Tahun 2021
N Septembe Novembe TOTA
Komoditas Mei Juni Juli Agustus Oktober
o r r L
120,00 1,000,00 120,00
1 Cabe Rawit 36,000 - - 900,000 2,056,000
0 0 0
2 Terong Bulat 18,000 70,000 - 270,000 - 441,000 799,000 18,000
3 Kangkung - 12,000 13,000 12,000 4,800 9,000 50,800 -
4 Pakcoy - 17,000 - 9,000 - 6,000 32,000 -
5 Seledri - 25,000 27,500 24,000 8,500 24,000 109,000 -
6 Caisim/Sawi 9,000 13,000 15,000 6,000 5,000 6,000 54,000 9,000
147,00 173,00 1,055,50 1,386,00 147,00
Jumlah 321,000 18,300 5,185,000
0 0 0 0 0
Tabel 5. Hasil panen yang dikonsumsi Kelompok Wanita Tani Rengganis Tahun 2021
N Septembe Oktobe
Komoditas Mei Juni Juli Agustus November TOTAL
o r r
1 Cabe Rawit 0 8 2.4 67.2 0 0 60 137.6
2 Terong Bulat 0 4 15.6 0 60 0 98 177.6
3 Kangkung 0 0 8.4 9.2 8 3.2 6 34.8
4 Pakcoy 0 0 11.6 0 6 0 4 21.6
5 Seledri 0 0 8.4 9.2 8 2.8 8 36.4
6 Caisim/Sawi 0 6 8.8 10 4 3.2 4 36
9
Jumlah 0 18 55.2 95.6 86 9.2 180 444
10
IV. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI
A. Permasalahan
11
V. PENUTUP
12